Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kolik didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan, spasme otot
polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri tajam yang disebabkan
sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau saluran kencing (ureter).
Kolik ginjal adalah jenis rasa sakit yang dapat sering disebabkan oleh
pengembangan batu ginjal. Rasa sakit biasanya dimulai sekitar daerah ginjal atau disuatu
tempat di bawahnya dan bisa memancarkan melalui sayap sampai nyeri mencapai
kandung kemih. Rasa sakit bisa kolik di dalam yang berarti bahwa itu bisa datang dalam
gelombang yang tidak teratur atau interval sebagai lawan menjadi perasaan nyeri stabil
terus menerus.
Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul (intermittent)
dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada kolik renal
nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra
kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah
kemaluan. Nyeri muncul mendadak bisa sangat berat sehingga digambarkan sebagai nyer
terberat yang dirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual dan
muntah,hematuria, dan demam, bila disertai infeksi.
Pola nyeri bergantung pada ambang rangsang nyeri seseorang, persepsi, serta
kecepatan maupun derajat perubahan tekanan hidrostatik di dalam ureter dan pelvis renal
proksimal. Peristaltik ureter dan perpindahan batu ginjal dapat memicu eksaserbasi akut
rasa nyeri. Pasien seringkali dapat menunjuk pada lokasi nyeri, yang kemungkinan besar
adalah situs obstruksi ureteral. Kolik renal dapat pula dirasakan pada daerah tubuh yang
tidak patologis (referred pain)

B. Epidemiologi
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia
30-60 tahunatau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan7% untuk
wanita. Batu struvite lebihsering ditemukan pada wanita daripada pria.

C. Etiologi
Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal. Bertambah parahnya nyeri
bergantung padaderajat dan tempat terjadinya obstruksi; bukan pada keras, ukuran, atau
sifat abrasi batu ginjal. Bekuan darah atau fragmen jaringan juga dapat menyebabkan hal
yang sama. Kolik karena bekuan darah sering ditemui pada penyakit gangguan
pembekuan darah herediter atau didapat, trauma, neoplasma dari ginjal dan traktus

1
urinarius, perdarahan setelah biopsi renal perkutan, kista renal,malformasi vaskular renal,
nekrosis papilar, tuberkulosis, dan infark pada ginjal. Kolik sesungguhnya terjadi karena
refluks vesikoureteral.
Batu ginjal yang bergerak sepanjang ureter dan hanya menyebabkan obstruksi
intermiten sebenarnya menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat daripada batu yang tidak
bergerak. Suatu obstruksikonstan akan memicu berbagai mekanisme autoregulasi dan
refleks yang akan membantu meredakan nyeri. Dua puluh empat jam setelah obstruksi
ureteral total, tekanan hidrostatik akan menurun karena (1) penurunan peristalsis ureteral,
(2) penurunan aliran darah arteri renal, yang menyebabkanpenurunan produksi urin, dan
(3) edema interstitial yang menyebabkan peningkatan lymphaticdrainage. Faktor-faktor
ini menyebabkan kolik renal yang berintensitas tinggi berdurasi kurang dari 24 jam.
Kalau obstruksi bersifat parsial, perubahan-perubahan yang sama terjadi, namun pada
derajatyang lebih ringan dan waktu yang lebih lama.
Serabut saraf nyeri pada renal umumnya saraf simpatis preganglion yang
mencapai korda spinal T-11sampai L-2 melalui dorsal nerve roots. Transmisi sinyal nyeri
terjadi melalui traktus spinotalamikus asenden. Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri
juga didistribusikan melalui saraf genitofemoral dann. ilioinguinal. N. Erigentes, yang
mempersarafi ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab untuk beberapa
gejala kandung kemih.
Ureter bagian atas dan pelvis renal: Nyeri dari batu ureter bagian atas condong untuk
menjalar kearea pinggang dan area lumbar. Di sisi kanan, hal ini bisa disalahartikan
dengan kolelitiasis atau kolesistisis. Di sisi kiri, diagnosis banding meliputi pankreatitis
akut, ulkus peptikum dan gastritis.
Ureter bagian tengah: Nyeri pada daerah ini menjalar ke bagian kaudo anterior. Nyeri
ini bisa menyerupai apendicitis jika berada di kanan ataupun divertikulitis akut pada sisi
kiri.
Ureter distal: Nyeri pada daerah ini menjalar ke lipat paha, testikel pada pria maupun
labia mayorpada wanita karena nyeri ini dialihkan melalui n. ilioinguinal atau n.
genitofemoral. Jika batu berada di ureter intramural, gejala yang muncul mirip dengan
sistitis atau uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis, urgensi, disuria, nyeri pada
ujung penis, dan terkadang berbagai gejala GI seperti diaredan tenesmus. Gejala ini bisa
disalahartikan dengan penyakit inflamasi pelvis, ruptur kista ovarium.
Kebanyakan reseptor nyeri di traktus urinarius atas yang bertanggung jawab atas
persepsi kolik renal berada di submukosa dari pelvis renal, kalix dan ureter bagian atas.
Di ureter, peningkatan peristaltikproksimal melalui aktivasi intrinsic ureteral pacemakers
berperan penting pada persepsi nyeri. Spasme otot, peningkatan peristaltik proksimal,
2
inflamasi lokal, iritasi, dan edema di tempat obstruksiberperan terhadap perkembangan
nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung saraf bebas submukosa. Mual
dan muntah sering dikaitkan dengan kolik renal akut dan terjadi setidaknya pada 50%
pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan yang umum dari pelvis renal, lambung,
ususmelalui serabut saraf aferen vagal dan sumbu celiac.
Hal ini sering diperkuat lagi melalui efek analgesik narkotik yang menginduksi mual
dan muntah melalui efek langsung terhadap motilitas GI dan efek tidak langsung pada
chemoreceptor trigger zone (CTZ) di medulla oblongata. Nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) seringkali dapatmenyebabkan iritasi lambung dan masalah GI. Kolik
biasanya mengikuti pola yang khas yang mudahuntuk dikenali, tetapi bentuk yang atipikal
dapat menimbulkan kesulitan diagnostik.

D. Manifestasi Klinis
Bisa tanpa keluhan sama sekali. Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi pinggang atau
perut, dapatmenjalar ke alat kelamin (buah pelir, penis, vulva), muncul mendadak, hilang
timbul, dan intensitasnya kuat. Nyeri ginjal (renal colic), yang terasa di pinggang, tidak
menjalar, terjadi akibat regangan kapsul ginjal, sering berhubungan dengan mual
dan muntah. Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa di bawah pusat. Urgensi, yaitu rasa
ingin kencing sehingga terasa sakit. Disuria, yaitu rasa nyeri saat kencing atau sulit
kencing. Polakisuria, yaitu frekuensi kencing yang lebih sering daribiasanya. Hematuria,
yaitu terdapat darah atau sel darah merah (eritrosit) di air seni. Anuria yaitu jika produksi
air seni < 200 cc/hari. Oliguria yaitu jika jika produksi air seni < 600 cc/hari.
Gambaran umum kolik renal dibagi menjadi 2 tipe :
A. Kolik renal tipikal
Fase-fase serangan kolik kenal akut Nyeri ini terjadi di sekitar dermatom T-10 sampai
S-4. Keseluruhan proses ini terjadi selama 3-18 jam. Ada 3 fase:
1. Fase akut / onset
Serangannya secara tipikal terjadi pada pagi atau malam hari sehingga
membangunkan pasien dari tidurnya. Jika terjadi pagi hari, pasien umumnya
mendeskripsikan serangan tersebut sebagai serangan yang mulanya perlahan sehingga
tidak dirasakan. Sensasi dimulai dari pinggang, unilateral, menyebar ke sisi bawah,
menyilang perut ke lipat paha (groin). Nyerinya biasanya tetap, progresif, dan
kontinu; beberapa pasien mengalami serangan intermiten yang paroksismal dan sangat
parah. Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum setelah 30 menit sampai
6 jam atau lebih lama lagi. Pasien umumnya mencapai nyeri puncak pada 1-2 jam
setelah onset
2. Fase konstan / plateau

3
Saat nyeri telah mencapai intensitas maksimum, nyeri akan menetap sampai
pasien diobati atau hilang dengan sendirinya. Periode dimana nyeri maksimal ini
dinamakan fase konstan. Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam tetapi dapat bertahan
lebih lama lebih dari 12 jam pada beberapa kasus. Kebanyakan pasien datang ke UGD
selama fase ini. Pasien yang menderita kolik biasanya banyak bergerak, di atas tempat
tidur atau saat berjalan, untuk mencari posisi yang nyaman dan mengurangi nyeri.
Walaupun ginjal dan traktus urinarius terletak retroperitoneal, mual dan muntah
disertai bising usus menurun / hipoaktif adalah tanda yang dominan; sehingga
memungkinkan kesalahan diagnosis intraperitoneal. Contohnya terutama adalah
obstruksi ureteropelvis junction pada ginjal kanan.
3. Fase hilangnya nyeri (Relieve)
Pada fase terakhir ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat, dan pasien merasakan
kelegaan. Kelegaan ini bisa terjadi secara spontan kapanpun setelah onset. Pasien
kemudian dapat tidur, terutama jika diberikan analgesik. Fase ini berlangsung 1,5 3
jam.
B. Kolik renal atipikal
Etiologi kolik tipikal bisa juga menyebabkan kolik atipikal. Obstruksi pada calyx
dapat menyebabkan nyeri pinggang yang lebih ringan tapi episodik. Hematuria dapat
juga terjadi. Lesi obstruktif pada ureterovesical junction (hubungan ureter dan kandung
kemih) ataupun segmen intramural dari ureter dapat menyebabkan disuria, keinginan
buang air kecil yang mendadak dan sering, serta nyeri yang menjalar ke atas atau bawah.
Kolik renal dapat disertai muntah-muntah hebat, mual, diare, ataupun nyeri ringan yang
tidak biasa sehingga memungkinkan kesalahan diagnosis.

E. Diagnosis
Hasil pemeriksaan fisik antara lain :
a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Batu uretra anterior bisa di raba.
d. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah kelembutan di daerah pinggul
(flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi sementara yaitu
saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
Pasien dengan kolik renal harus menjalani filtrasi urin untuk menemukan batu,
bekuan darah, atau jaringan lainnya, sebagai penentu diagnosis. Bila perlu, ini
dilakukan berminggu-minggu karena batu atau jaringan bisa menetap di kandung
kemih tanpa menimbulkan gejala. Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-
kadang kristaluria.
F. Pemeriksaan Penunjang

4
- Laboratorium
Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan
merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya
suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi komplit,
dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif.
Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi petunjuk
jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu asam urat, sedangkan bila
terjadi peningkatan pH (>7) menyokong adanya organisme pemecah urea seperti
Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu struvit.
- Radiologis
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :
a. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat radiolusen. Gambaran radioopak paling sering ditemukan pada area pelvis
renal sepanjang ureter ataupun ureterovesical junction. Gambaran radioopak ini
disebabkan karena adanya batu kalsium oksalat dan batu struvit (MgNH3PO4).
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pielografi intravena untuk menilai obstruksi urinaria dan mencari etiologi
kolik (pielografi adalah radiografi pelvis renalis dan ureter setelah penyuntikan
bahan kontras). Seringkali batu atau benda obstruktif lainnya sudah dikeluarkan
ketika pielografi, sehingga hanya ditemukan dilatasi unilateral ureter, pelvis
renalis, ataupun calyx. IVP dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama
batu-batu yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat
mendeteksi adanya batu semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen. Pielografi retrograde (melalui ureter) dilakukan
pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP tidak
mungkin dilakukan., walaupun prosedur ini tidak menyenangkan dan
berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi atau kerusakan ureteral.
c. CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar X yang
dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.
d. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih

5
peka untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen daripada foto polos
abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi BSK (Batu Saluran Kemih) ialah dengan
kombinasi USG dan foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik
di ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.
e. Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya
sumbatan pada gagal ginjal.

G. Diagnosis Banding Kolik Renal


Kecuali kolik renal atipikal, umumnya gejala kolik renal sangat khas dan tidak seperti
nyeri karena penyakit intra abdominal atau retroperitoneal lainnya. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan anamnesis pasien.
1) Kolik bilier
Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, mual dan muntah yang menetap,
abdominal tenderness adalah gejala kolik bilier. Jika terdapat infeksi ginjal, kolik
ini juga dapat disertai demam, leukositosis, dan ikterus ringan. Kolesistitis akut
dapat menyebabkan nyeri ke bahu kanan atau subskapula.
2) Apendisitis
Nyeri setelah 4-6 jam di periumbilikus, nyeri terlokalisasi di titik Mc Burney.
Pasien biasanya berbaring tenang, berbeda dengan pasien kolik renal.
3) Divertikulitis dan irritable colon syndrome
Divertikulitis yaitu nyeri pada sisi kiri dekat ureter bagian bawah, jauh lebih
ringan dari kolik renal dan seringkali ada abdominal tenderness. Ini disertai
konstipasi dan darah samar di tinja, yang tidak lazim pada kolik renal. Irritable
colon syndrome disertai distensi abdomen dan nyeri hebat yang berhubungan
dengan nyeri punggung bawah. Yang paling membedakan dengan kolik renal
adalah diare hebat dan bising usus hiperaktif.
4) Nyeri musculoskeletal
Protrusi diskus intervertebral lumbalis dapat menyebabkan nyeri punggung
unilateral yang menjalar ke pinggul, paha, atau lipat paha (paling sering L4-5 dan
L5-S1). Pembedanya dari kolik renal adalah nyeri tersebut bergantung dengan
posisi tubuh, yang dapat hilang dengan imobilitas. Nyeri pada pelvis dapat terjadi
karena lesi obstruktif dan berciri khas unilateral yang menjalar ke bagian sakral.
5) Penyakit Skrotal, Penis, atau Labial
Kolik ini terjadi karena obstruksi ureterovesical junction. Tandanya adalah
keinginan untuk buang air kecil yang sering, disuria, dan nyeri sakral atau lumbal
bawah.

H. Penatalaksanaan

6
Berhasilnya penatalaksanaan medis ditentukan oleh lima faktor yaitu : ketepatan
diagnosis, lokasi batu, adanya infeksi dan derajat beratnya, derajat kerusakan fungsi
ginjal, serta tata laksana yang tepat. Terapi dinyatakan berhasil bila: keluhan menghilang,
kekambuhan batu dapat dicegah, infeksi telah dapat dieradikasi dan fungsi ginjal dapat
dipertahankan
Terapi Konservatif Tanpa Operasi
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet
kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab batu.
Beberapa jenis obat yang diberikan antara lain spasmolitika yang dicampur dengan
analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk meningkatkan pH urin,
antibiotika untuk mencegah infeksi dan sebagainya.
Obat penghilang nyeri, seperti: golongan narkotik (meperidine, morfin sulfat,
kombinasi parasetamol dan kodein, atau injeksi morfin), golongan analgesik opioid
(morphine sulfate, oxycodone dan acetaminophen, hydrocodone dan acetaminophen),
golongan analgesik narkotik (butorphanol), golongan anti-inflamasi non steroid
(ketorolac, diclofenac, celecoxib, ibuprofen). Antiemetic (metoclopramide) jika mual
atau muntah. Antibiotik jika ada infeksi saluran kemih, misalnya: ampicillin plus
gentamicin, ticarcillin dan clavulanic acid, ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin.
Untuk mengeluarkan batu ginjal dapat juga dengan obat golongan calcium channel
blockers atau penghambat kalsium (nifedipine), golongan alpha-adrenergic blockers
(tamsulosin, terazosin), golongan corticosteroids atau glukokortikoid, seperti:
prednisone, prednisolone. Obat pilihan lainnya: agen uricosuric (allopurinol), agen
alkalinizing oral (potassium citrate).
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat
lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan
obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK ( Infeksi Saluran Kemih ) menyebabkan
observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi
pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera
dilakukan intervensi.
2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

7
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu
kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.
Persyaratan BSK yang dapat ditangani dengan ESWL :
a. Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.
b. Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.
c. Fungsi ginjal masih baik.
d. Tidak ada sumbatan distal dari batu.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK
yang terdiri atas memecah batu, dan mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara
atau energi laser.

Tindakan Operasi
1. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil BSK saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
2. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
tindakan endourologi, laparoskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan
melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah : pielolitomi
atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi
untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat BSK
yang menimbulkan obstruks dan infeksi yang menahun.

I. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi, dengan
mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan meliputi
promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan. Pencegahan
primer penyakit BSK seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air putih minimal 2
8
liter per hari akan meningkatkan produksi urin. Konsumsi air putih juga akan mencegah
pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan terjadinya batu.
Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang dapat meningkatkan risiko
pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi daging, garam dan makanan tinggi
oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti
olahraga juga sangat dianjurkan, terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi keparahan penyakit dengan
melakukan diagnosis dan pengobatan dini. Untuk jenis penyakit yang sulit diketahui
kapan penyakit timbul, diperlukan pemeriksaan teratur yang dikenal dengan pemeriksaan
Check-up. Pemeriksaan urin dan darah dilakukan secara berkala, bagi yang pernah
menderita BSK sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan atau minimal setahun sekali.
Tindakan ini juga untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi pembentukan BSK yang
baru. Untuk pengobatan, pemberian obat-obatan oral dapat diberikan tergantung dari jenis
gangguan metabolik dan jenis batu. Pengobatan lain yang dilakukan yaitu melakukan
kemoterapi dan tindakan bedah (operasi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan
menimbulkan kerusakan. Kegiatan yang dilakukan meliputi rehabilitasi (seperti konseling
kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna, produktif dan memberikan kualitas
hidup yang sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

BAB II
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. AD
Umur : 45 tahun

9
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Bengawan Solo 3/3, Kota Probolinggo Jawa Timur
Pekerjaan : Sopir Truk
Tanggal MRS : 15 Oktober 2014 Jam 20.46
No Reg RM : 491107

1.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Nyeri Pinggang Kiri dan dada kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang kiri dan dada kiri. Post terjatuh dari truk saat akan menutup bak belakang
dengan terpal. 12 hari yang lalu. Nyeri hilang timbul. Sejak 2 hari yll. Nyeri seperti di tusuk
tusuk. Mual (-), Muntah (-). BAK lancar, tidak pernah nyeri, tidak pernah sulit kencing, tidak
pernah tersendat, tidak pernah kencing berdarah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pasien menyatakan tidak memiliki hipertensi dan
diabetes mellitus.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang seperti ini, riwayat DM dan HT keluarga tidak ada.
Riwayat Pengobatan
Sebelum ke rumah sakit, sempat dibawa ke RS dr. Karyadi Semarang, lalu di foto roentgen
dada dan perut dikatakan hasil normal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat-obatan maupun makanan.
Riwayat Kebiasaan
Merokok (+)

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4-5-6
Airway : Jalan nafas bebas dan paten
Breathing : Simetris
RR : 30 x/menit
Sesak : (+), takipnea
Asthma : (-)
Suara Nafas Tambahan: (-)
Circulation : Tensi : 179/98 mmHg
Nadi : 112 x/ menit
Perfusi : merah, hangat
Suhu : 37,10C
Grimace : (+)
Makan/Minum : (+)
Mual/Muntah : (-)
Status Generalis
Kepala-leher :

10
o Kepala : bentuk simetris
o Mata :Konjunctiva anemi (+), icterus (-), sianosis (-), dyspnea (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
o Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetri, gerakan dada simetris
Palpasi : iktus kordis (+)
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, regular , murmur (-)
o Paru
Inspeksi : bentuk dada simetri, retraksi (-), gerakan dada simetri
Palpasi : fremitus vocal tidak simetris
Perkusi : Kanan Sonor, Kiri redup
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+), wheezing (-), ronchi (-)
Penurunan suara pada paru sinistra.
Urogenital : Dalam Batas Normal
Ekstremitas : Akral Hangat Edema
+ + - -
+ + - -

Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), tidak ada tanda trauma, supel, simetri
Palpasi : Nyeri tekan ringan pada lumbal kiri, Flank test (-). Hepar tidak teraba, Lien
tidak teraba. Buli buli dbn.
Perkusi : Meteorismus (-)
Auskultasi : bising usus 12x/menit (Normal)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Darah Lengkap
1 Hb 9,5 L:13-18, P: 12-16 g/dl
2 Leukosit 18.600 4000-11.000/cm
3 Diff Count -/-/9/93/4/3 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%
4 Hematokrit 28 L: 40-54%. P:35-47%
5 Trombosit 286.000 150.000-450.000/cmm
6 Eritrosit 3.000.000 4,5 jt 5,3 juta/uL
Hemostasis
1 PT 2.00 1 3 menit
2 APTT 8.00 5 15 menit
Kimia Klinik
1 Albumin 4,1 3,5 5,3 %

1.5 Diagnosa (UGD)


Kolik Renal Sinistra Suspek Trauma Renal
1.6 Diagnosa Banding
1. Contusio renal

11
2. Nefrolitiasis

1.7 Planning (UGD)


- Infus RL 20 tpm
- Nasal O2 4 lpm
- Inj. Ceftriaxon 1 gr IV
- Inj. Ranitidin 1 amp (50 mg / 2 ml) IV
- Inj. Ketorolac 1 amp (30 mg / 1 ml) IV
- Konsul dr. M. Ali Yusni Sp.B Acc MRS di Bougenville, Tx. Lanjut. Foto Thorax PA
dan USG Abdomen besok pagi.

1.8 Perawatan IRNA Bedah (Bougenville)


Pasien dari IGD dikirim ke Ruang Bougenville kelas 3.
Terapi lanjut, menunggu hasil USG dan foto thorax.

Hasil Foto Thorax Terdapat konsolidasi menyeluruh pada pulmo sinistra. Bentuk dan
ukuran Jantung tidak dapat di evaluasi, jantung terdorong ke arah dekstra. Sudut costo
phrenicus sinistra tertutup konsolidasi. Trakea terdorong ke arah dekstra. Kesimpulan
Hematothorax massif pulmo sinistra, suspek Fraktur costa sinistra.

Hasil USG Abdomen Terdapat gambaran batu radiopaque multiple pada Ren sinistra.
Kontur dan ukuran ginjal dbn. Kesimpulan: Nefrolitiasis multiple renal sinistra.
Hydronefrosis (-)

Konsul dr. MAY


Advice:
- KIE keluarga.
- Informed consent pemasangan WSD
- Pindah ICU
- Pasien di konsulkan Anastesi untuk Cito Op. Pemasangan WSD

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri dan dada kiri setelah jatuh dari truk
saat memasang terpal bak 12 hari yll. Nyeri pinggang kiri seperti ditusuk tusuk, hilang
timbul. Tidak terdapat mual ataupun muntah. Tidak terdapat keluhan panas. Pasien merasa
sedikit sesak. Pasien tida mengeluh sulit BAK dan tidak mengalami kencing berdarah. Pada
pasien ini diagnosa awal adalah kecurigaan trauma renal. Trauma renal merupakan salah satu
diagnosa yang harus di pikirkan ketika ada keluhan nyeri pinggang setelah trauma dan
terdapat memar di area pinggang. Walaupun pada pasien ini tidak didapatkan kencing
berdarah ataupun kesulitan saat kencing.
12
Saat di IGD pasien mengeluhkan nyeri hilang timbul seperti ditusuk tusuk pada
pinggang kiri. Pada inspeksi terdapat jejas pada pinggang kiri dengan ekskoriasi akibat
trauma. Pada pemeriksaan fisik lain didapatkan adanya flank test (+). Pasien menyatakan
sebelumnya sudah berobat di RS dr. Karyadi Semarang lalu di foto roentgen dada dan
dinyatakan tidak terdapat cedera dalam, sehingga pasien di pulangkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umumnya cukup, kesadaran compos
mentis, pasien merasa nyeri di pinggang kiri dan dada kiri. Vital sign didapatkan TD 179/98
mmHg, nadi 112 x /menit, RR 30 x/menit, dan suhu 37,1C. Pada inspeksi dada simetris
kanan kiri, perkusi pada dada kiri redup, dan auskultasi dada kiri suara vesikuler menurun.
Pada inspeksi abdomen terdapat jejas di region lumbal sinistra dengan eksoriasi. Palpas hepat
dan lien dalam batas normal, sedangkan pada ginjal terdapat nyeri tekan dan flank test negatif
(pemeriksaan ruangan). Keluhan lain pada pasien mengarah pada suatu kolik renal dengan
suspek trauma renal akibat adanya jejas pada pinggang kiri dan ekskoriasi pada pinggang kiri.
Pasien di usulkan untuk roentgen dada dan usg abdomen. Pada pemeriksaan foto roentgen
dada didapatkan konsolidasi menyeluruh pada pulmo sinistra. Bentuk dan ukuran Jantung
tidak dapat di evaluasi, jantung terdorong ke arah dekstra. Sudut costo phrenicus sinistra
tertutup konsolidasi. Trakea terdorong ke arah dekstra sehingga disimpulkan adanya
hematothorax massif pulmo sinistra dengan suspek Fraktur costa sinistra. Serta dari hasil
USG abdomen didapatkan hasil adanya gambaran batu radiopaque multiple pada Ren sinistra.
Kontur dan ukuran ginjal dbn sehingga disimpulkan sebagai nefrolitiasis multiple renal
sinistra dengan tanpa adanya gambaran hidronefrosis.
Penanganan selanjutnya pada pasien ini lebih mengarah pada kondisi gawat darurat
yaitu hematothorac massif. Pasien di rencanakan untuk operasi cito pemasangan WSD pada
pulmo sinistra. Pasien langsung di alih rawatkan ke ICU dan dikonsulkan ke dokter anastesi
untuk perencanaan operasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearle Md, Lotan Y. Urinary lithiasis: etiology, epidemiology and pathogenesis, In: Wein AJ, Kavoussi,
Novick AC, Partin AW, Peters CA, eds. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Elsevier Saunders, 2012.
2. Curhan GC. Epidemiology of stone disease. Urol Clin N Am 2007;34:287-93.
3. European Association of Urology Guaidelines on Urolithiasis. 2012. www.uroweb.org/gls/pdf/2-
_Urolithiasis_LR%20march%2013%202012.pdf
4. Heidenreich A, Desgrandchamps F, Terrier F. Modern Aproach Of Diagnosis and Management of
Acute Flank Pain: Review Of All Imaging Modalities. Eur Urol 2002;41:361-62.
5. Eisner Bh, Reese A, Sheth S, Stoller ML. Ureteral stone location at emergency room presentasion with
colic. J Urol 2009;182:165-8.
6. Tseng TY, Preminger GM. Kidney Stones. Clin Evid 2011;11:2003.
7. Hanafi.2009.Asuhan Keperawatan Urolitihasis.(online), (http://oketips.com/9369/Askep Urulitihasis/,
25 Maret 2013).
8. Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Volume 1.Jakarta:EGC Sofyan, Rohyan.2009
9. Makalah Urolitihasis.(online), (http://athultocm.wordpress.com/khusus-
akbid/PatofisiologiUrolitihasis/, diakses 4 April 2013)

14

Anda mungkin juga menyukai