Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS ILMIAH

“ PENANGGULAN KEMISKINAN ”

DISUSUN OLEH :

ZULFIKAR

{ F1B019147 }

TEKNIK ELEKTRO

2019-08-21

UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Rasa syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. karena rahmat dan hidayahnya, Kita
diberikan kesehatan yang begitu besar, sehungga dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah tepat waktu yang berjudul “PENANGGULANGAN KEMISKINAN”.

Adapun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Baru Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Sebagai pedoman untuk melatih kemampuan dan ke fasihan dalam menulis berbagai laporan
yang akan datang.

Tidak lupa kami sampaikan kepada para pembaca atau pembimbing yang menilai
Karya Tulis Ilmiah ini, bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga memperlukan saran dan petunjuk untuk pembuatan Karya Tulis Imiah yang akan
mendatang. Agar menjadi lebih baik. Seomoga Karya tulis Ini bermanfaat bagi banyak orang.

Mataram, 23 Agustus 2019

( ZULFIKAR )

ZULFIKAR (F1B019147) Page 2


DAFTAR ISI :

COVER.............................................................................................................................Page 1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................Page 2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................Page 3

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................Page 4

A. Latar Belakang...........................................................................................Page 4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................Page 4
C. Tujuan penelitian.......................................................................................Page 4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................Page 4

BAB II : TELAAH PUSTAKA..............................................................................Page 5

A. Landasan Teori..........................................................................................Page 5
a. Pengertin Kemiskinan...................................................................Page 5
b. Cara Mengukur Kemiskinan..........................................................Page 5
c. Penyebab Kemiskinan....................................................................page 6
d. Keadaan Kemiskinan Di Indonesia...............................................Page 7
e. Hal-hal Yang Di Prioritaskan Dalam penanggulan Kemiskinan...Page 8
B. Penguat Teori.............................................................................................Page 8

BAB III : METODE PENULISAN.......................................................................Page 10

BAB IV : ANALISIS DAN SINTESIS.................................................................Page 11

A. Analisis....................................................................................................Page 11

B. Sintesis.....................................................................................................Page 12

BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI...................................................Page 13

A. Simpulan..................................................................................................Page 13

B. Rekomendasi...........................................................................................Page 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................Page 15

ZULFIKAR (F1B019147) Page 3


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang
apalagi sejak terhempas dengan pukulan krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun
1997. Kemiskinan sering kali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan
semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat komplek dan multidimensi.
Rendahnya tingkat kehidupan yang sering sebagai alat ukur kemiskinan pada hakekatnya
merupakan salah satu mata rantai dari munculnya lingkaran kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian
pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak
negara berkembang yang mencakup lebih dari satu milyar penduduk dunia. Kemiskinan
merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi
global.

B. Rumusan Masalah
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis akan membahas tentang:

 Apa pengertian kemiskinan?


 Bagaimana cara mengukur kemiskinan?
 Apa saja penyebab kemiskinan?
 Bagaimana keadaan kemiskinan di Indonesia?
 Apa saja yang harus diprioritaskan dalam penanggulan kemiskinan?

C. Tujuan penelitian
Tujuan Karya tulis Ilmiah Ini Adalah :

 Mengetahui Apa pengertian dari kemiskinian!


 Mengerti dan mengetahui cara mengukur kemiskinan!
 Mengetahui apa saja penyebab dari kemiskinan!
 Mengetahui keadaan Kemiskinan di Indonesia!
 Mengetahui Apa saja yang harus di prioritaskan dalam pengentasan kemiskinan!

D. Manfaat Penetlitian
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat mengetahui kondisi
kemiskinan di Indonesia dan dapat mencari solusi menanggulanginya. Diharapkan
pembaca dapat membantu pemerintah agar kemiskinan di Indonesia dapat segera
teratasi.

ZULFIKAR (F1B019147) Page 4


BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan
air minum. Hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kualitas hidup. Secara
ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang.
Menurut Chambers (1998) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu
integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1. Kemiskinan (proper), 2.
Ketidakberdayaan (powerless), 3. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of
emergency), 4. Ketergantungan (dependence), dan 5. Keterasingan (isolation) baik
secara geografis maupun sosiologis.
Kemiskinan bukan hanya kekurangan uang ataupun tingkat pendapatan yang
rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti: keterbatasan sumber daya, tingkat
kesehatan rendah, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan
terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan
ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.

b. Cara mengukur kemiskinan


Dalam mengukur tingkat kemiskinan, ada berbagai indikator yang biasa
dipergunakan.

Untuk mengukur angka kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan


memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan dan
non-pangan yang diukur dari sisi pengeluaran. 

Penduduk miskin di Indonesia, menurut BPS, adalah penduduk yang memiliki


rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Selain BPS, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga


punya indikator sendiri dalam mengukur tingkat kemiskinan.

Metode BKKBN lebih melihat penentuan kemiskinan dari segi kesejahteraan


dengan keluarga sebagai subjek utama surveinya. Melalui program yang dinamakan
“Pendataan Keluarga”.

Sejak 1994, BKKBN melakukan pendataan keluarga dengan tujuan memperoleh


data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan
ZULFIKAR (F1B019147) Page 5
pengentasan kemiskinan. Melaui pendataan itu, muncul lima varian data kemiskinan
versi BKKBN, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin), Keluarga Sejahtera I
(miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III
plus.

Lembaga PBB untuk program pembangunan juga mengembangkan pendekatan


untuk mengukur capaian pembangunan terhadap manusianya. Model ini dikenal
dengan model pembangunan manusia. Artinya, pembangunan harus menjadikan
kesejahteraan manusia sebagai tujuan akhir.

Pembangunan manusia pada dasarnya memperluas pilihan-pilihan bagi


masyarakat seperti kemampuan hidup panjang umur dan sehat, mendapatkan
pendidikan, memiliki akses kepada sumber daya untuk mendapatkan standar hidup
layak, kebebasan berpolitik, jaminan hak asasi manusia, dan penghormatan secara
pribadi.

Laporan pembangunan manusia menggambarkan penjelasan tentang empat


indeks: Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), Indeks
Pembangunan Gender (Gender Development Index), Langkah Pemberdayaan Gender
(Gender Empowerment Measure), dan Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty
Index).

Pemerintah Indonesia lewat Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) turut mengembangkan model ini.

Bagaimanapun kita harus menyadari bahwa statistik menjadi salah satu alat dalam
mengukur kemiskinan di Indonesia.

Namun memetakan kemiskinan tidak cukup hanya berfokus pada seberapa besar
atau kecil angka kemiskinan. Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di
wilayah-wilayah Indonesia juga perlu mendapat perhatian sekaligus pemahaman
yang memadai dari pemerintah.

Kedalaman kemiskinan, menggambarkan seberapa jauh beda pengeluaran


penduduk miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan keparahan kemiskinan adalah
seberapa jauh jarak pengeluaran orang termiskin di satu wilayah tertentu relatif
terhadap pengeluaran rata-rata kelompok miskin di daerah bersangkutan. Makin
tinggi angkanya, makin parah kemiskinannya.

c. Penyebab Kemiskinan
Ditinjau dari sumber penyebabnya, kemiskinan dapat dibagi menjadi
kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural adalah
kemiskinan yang mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan
oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya. Kemiskinan kultural biasanya
dicirikan oleh sikap individu atau kelompok masyarakat yang merasa tidak miskin
meskipun jika diukur berdasarkan garis kemiskinan termasuk kelompok miskin.
Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur
masyarakat yang timpang, baik karena perbedaan kepemilikan, kemampuan,
pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak seimbang maupun karena distribusi
ZULFIKAR (F1B019147) Page 6
pembangunan dan hasilnya yang tidak merata. Kemiskinan struktural biasanya
dicirikan oleh struktur masyarakat yang timpang terutama dilihat dari ukuran-ukuran
ekonomi. Kemiskinan memang merupakan masalah multidimensi yang mencakup
berbagai aspek kehidupan. Kondisi kemiskinan setidaknya disebabkan oleh faktor-
faktor sebagai berikut: Pertama, rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan berdampak
pada keterbatasan dalam pengembangan diri dan mobilitas. Hal ini berpengaruh
terhadap daya kompetisi dalam merebut atau memasuki dunia kerja. Kedua,
rendahnya derajat kesehatan dan gizi berdampak pada rendahnya daya tahan fisik,
daya pikir dan selanjutnya akan mengurangi inisiatif. Ketiga, terbatasnya lapangan
pekerjaan semakin memperburuk kemiskinan. Dengan bekerja setidaknya membuka
kesempatan untuk mengubah nasibnya. Keempat, kondisi terisolasi (terpencil)
mengakibatkan pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain tidak
dapat menjangkaunya. Kelima, ketidakstabilan politik berdampak pada
ketidakberhasilan kebijakan pro-poor. Berbagai kebijakan dan programprogram
penanggulangan kemiskinan akan mengalami kesulitan dalam implementasi jika tidak
didukung oleh kondisi politik yang stabil.

d. Keadaan kemiskinan di indonesia


Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang besar meskipun dalam
beberapa tahun terakhir angka resmi menunjukkan tren yang menurun sedikit demi
sedikit. Dikarenakan daerah pedesaan yang padat di Jawa, Bali, Lombok, dan
sebagian Sumatra, kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam kemiskinan pedesaan
dan perkotaan. Kemiskinan perkotaan lazim tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga
di Medan dan Surabaya.
Sebagai kepulauan yang luas, karakteristik dan implikasi kemiskinan sangat
bervariasi dari pulau ke pulau dan budaya ke budaya. Papua memiliki masalah
kemiskinan yang serius tersendiri karena isolasi ekonomi, budaya, bahasa dan fisik
yang membedakannya dari wilayah lain di Indonesia.
Pada bulan Februari 1999, sebanyak 47,97 juta jiwa tergolong miskin,
mewakili 23,43% populasi nasional. Namun, jumlah ini harus memperhitungkan
pelemahan rupiah pada krisis finansial Asia. Pada bulan Juli 2005, jumlah tersebut
berkurang menjadi 35,10 juta, mewakili 15,97% dari populasi keseluruhan. Jumlah
terbaru pada bulan Maret 2007,[dated info] menunjukkan bahwa 37,17 juta jiwa
berada di bawah garis kemiskinan mewakili 16,58% dari populasi keseluruhan.

Berdasarkan laporan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), penduduk nasional


Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 255,46 juta jiwa, 11,2% di antaranya hidup di
bawah garis kemiskinan nasional.

Garis kemiskinan nasional Indonesia ditetapkan pada rata-rata pengeluaran


Rp302.735 per kapita per bulan - sekitar Rp10.000 per hari. Ada juga perbedaan pada
awal 2014, di mana 13,8% dari penduduk pedesaan tergolong miskin sementara
penduduk perkotaan terdiri dari 8,2%. Ini berasal dari pekerjaan produktivitas rendah
yang tersedia di negara sektor pertanian dan jasa low-end.

ZULFIKAR (F1B019147) Page 7


e. Hal-hal yang harus di prioritaskan dalam penanggulan kemiskinan
Pada prinsipnya, pendekatan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan
kemiskinan harus bersifat multidimensional mengingat penyebab dari kemiskinan
tidak hanya merupakan masalah fisik akan tetapi juga menyangkut permasalahan
ekonomi, sosial, dan budaya.

Keberadaan sektor UMKM yang selama ini bisa dikatakan terabaikan oleh
pemerintah yang ditandai oleh minimnya kebijakan yang berpihak pada sektor ini,
dewasa ini makin menancapkan akarnya betapa sektor UMKM sangatlah vital dalam
menyokong kehidupan perekonomian Indonesia. Hal ini di tandai dengan eksissnya
sektor ini ketika Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 jika dibandingkan
dengan sektor yang lain.

 Perkembangan sektor UMKM selama ini sungguh menggembirakan.


Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM semakin nampak khususnya
sejak krisis tahun 1997. Di tengah-tengah proses restrukturisasi sektor korporat dan
BUMN yang berlangsung lamban, sektor UMKM telah menunjukkan perkembangan
yang terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
nasional. Sementara itu, kemajuan yang dicapai dalam restrukturisasi di sektor
keuangan, khususnya industri perbankan, telah pula mampu menyediakan kebutuhan
pembiayaan dengan tingkat pertumbuhan dan porsi yang lebih besar untuk UMKM.
Perkembangan inilah yang menjadi pendorong bagi peningkatan pertumbuhan dan
peran sektor UMKM dalam perekonomian nasional. Walaupun demikian, sector
UMKM dengan peran vitalnya sebagi instrument penopang perekonomian Indonesia
yang sekaligus berdampak pada penanggulangan kemiskinan sampai saat ini masih
dihadapkan dengan beberapa persoalan seperti minimnya akses yang diberikan oleh
pemerintah melalui lembaga keuangan serta regulasi kebijakan yang berpihak pada
sector ini. Namun demikian, kiranya kita patut optimis dengan kemajuan sector
UMKM sebagai instrument kompetitif penanggulangan kemiskinan. Dari uraian
singkat diatas, makalah ini mencoba memotret kebijakan pemerintah baik yang
berkenaan penanggulangan kemiskina secara umum maupun yang bersentuhan
dengan sector UMKM secara khusus. Dari sini dimaksudkan malakah ini mampu
memeberikan konrtibusi positif terkait kebijakan dan pemberdayaan sector UMKM
dalam menanggulangi kemiskinan. 

B. Penguat Teori

Para Peneliti yang sudah meneliti mengenai kemiskinan antara lain :

1. Yarlina Yacoub (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat


Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat”. Menggunakan variabel tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan, dengan
teknik analisis regresi.
Hasil yang diperoleh antara lain :
Tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Data empiris menunjukkan pola

ZULFIKAR (F1B019147) Page 8


hubungan yang tidak selalu searah antara tingkat pengangguran dan tingkat
kemiskinan. Pada kelompok keluarga yang sangat miskin, justru tingkat
pengangguran rendah karena sebagian besar anggota keluarga bekerja untuk bisa
bertahan hidup, terkadang anak-anak juga dilibatkan dalam bekerja dengan alasan
penghasilan kepala keluarga atau orang tua tidak mencukupi kebutuhan keluarga,
terutama pada keluarga petani dengan pendidikan yang rendah (dari total angkatan
kerja yang bekerja, 61,07 % nya berpendidikan SD ke bawah, sehingga pendapatan
yang diterima rendah)
2. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008), dalam penelitian yang berjudul
“Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”.
Menggunakan alat analisis regresi berganda, dengan variabel: PDRB, jumlah
penduduk, IPM, sektor pertanian, sektor industri, inflasi, dan pendidikan. Hasil dari
penelitian ini adalah variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin walaupun pengaruhnya kecil. Variabel
inflasi dan jumlah populasi penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin, sedangkan variabel pangsa sektor pertanian dan industri
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel yang
berpengaruh negatif paling besar dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin
yaitu pendidikan. Sedangkan variabel IPM tidak berpengaruh terhadap jumlah
penduduk miskin.

ZULFIKAR (F1B019147) Page 9


BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode pengamatan fenomena dan


referensial study. Hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi digunakan sebagai dasar
pemikiran dalam pembahasan suatu masalah serta mencari masalah mana yang paling penting
saat ini dan layak untuk diangkat. Pengamatan ditujukan pada realita penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan pemerintah yang dipandang belum efektif dalam pelaksanaannya
karena cenderung menitikberatkan kepada konsep pertolongan (kedermawanan) yang
menimbulkan ketergantungan kepada masyarakat bahkan memperbanyak angka korupsi di
negara ini. Untuk itu, perlu diperkenalkan paradigma pemberdayaan manusia sebagai konsep
yang lebih efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian strategi
pemberdayaan manusia dapat menjadi gebrakan yang sangat penting dalam mengurangi
angka kemiskinan bahkan pula dalam menunjang program pembangunan. Metode referensial
study digunakan untuk memaparkan referensi teoritis dalam kajian pustaka melalui analisis
deduktif dari teori dan pendapat para ahli yang diperoleh dari buku maupun tulisan-tulisan
dari media elektronik (internet) yang relevan dengan permasalahan yang diangkat.

Metode analisis yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif analisis yaitu
menganalisis permasalahan yang ada dari hasil pengamatan atau identifikasi dan studi
kepustakaan tentang permasalahan serta hubungan antara masalah tersebut yang didasarkan
pada suatu teori atau konsep keilmuan yang relevan. Kegiatan analisis dalam karya tulis ini
meliputi pengolahan data, melakukan sintesis, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari selanjutnya memutuskan apa yang akan dilakukan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan yang


konsisten dengan analisis dan sintesis permasalahan serta memberikan rekomendasi berupa
kemungkinan atau prediksi transfer gagasan.

BAB IV
ZULFIKAR (F1B019147) Page 10
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis

Menurut Chambers (1983) kemiskinan bersifat multi dimensional, yaitu terkait dengan
masalah:
1. Kesejahteraan, yaitu: terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan dan
pendidikan;
2. Akses terhadap sumberdaya, yaitu: adanya peluang untuk memanfaatkan sarana untuk
menggunakan fasilitas dan berproduksi, seperti: menggunakan teknologi, informasi,
kredit modal, pelayanan kesehatan, sumber daya alam, listrik, telekomunikasi;
3. Kesadaran kritis, yaitu: kesadaran rakyat akan hak dan dapat memperjuangkan hak,
seperti: mampu menentukan pilihan, berani berpikir bebas, berani mempertanyakan
segala nilai, norma, tatanan yang ada, baik dari adat istiadat, agama, negara dan berani
bertindak mengubahnya agar menjadi lebih adil;
4. Partisipasi, yaitu peran rakyat untuk bisa terlibat atau ikut andil dalam pengambilan
keputusan dan menjadikannya lebih aktif bukan sebagai anggota yang pasif, dan
5. Posisi tawar, yaitu: Kemampuan rakyat untuk menentukan nasib dan kepentingan
sendiri, pemanfaatan sumberdaya dan punya kekuatan untuk menuntut hak.

Selaras dengan pendapat tersebut, Prijono dan Prainaka (1996) merangkum beberapa dimensi
kemiskinan yang terkait dengan bidang:
1. Politik, yaitu tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang
menyangkut hidup mereka;
2. Sosial, yaitu tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada
3. Ekonomi, yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan yang berdampak pada penghasilan;
4. Budaya, yaitu terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM, seperti:
rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan fatalisme, dan
5. Lingkungan hidup, yaitu rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan
hidup, seperti: air bersih dan penerangan

Program-program pembangunan yang dilaksanakan juga selalu memberikan perhatian


besar terhadap upaya penanggulangan kemiskinan. Meskipun demikian, masalah kemiskinan
sampai saat ini terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Artinya program yang
diupayakan pemerintah belum efektif dalam pelaksanaannya. (Papilaya:2004).

B. Sintesis

ZULFIKAR (F1B019147) Page 11


Penghapusan kemiskinan merupakan tantangan global terbesar yang dihadapi dunia
dewasa ini, dan karenanya menjadi syarat mutlak bagi pembangunan
berkelanjutan.Pemerintah telah berupaya keras untuk menanggulangi kemiskinan ini. Hal
tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
khususnya program berbasis pemberdayaan masyarakat dan program peningkatan
kemandirian masyarakat.

Penerapan strategi pemberdayaan merupakan kunci utama dalam upaya


penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia. Upaya penanggulangan kemiskinan
melalui konsep pemberdayaan secara konseptual dapat dilakukan melalui 3 jalur
strategis, yaitu :

1. Peningkatan kualitas masyarakat melalui pendidikan. Pendidikan merupakan bagian


terpenting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Konsep pendidikan akan
mempengaruhi cara berpikir dan bertidak setiap individu. Saat ini, Indonesia
sementara menerapkan konsep pendidikan yang bersifat disentralistik, artinya,
masyarakat diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
yang ada di masing-masing daerah. Konsep pendidikan ini tertuang dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Namun sayangnya, pemerintah tidak memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada masing-masing daerah, karena masih diterapkannya
sistim ujian nasional. Masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan
potensi yang ada karena pada ujung-ujungnya sistem pendidikan mengarah ke konsep
sentralistik. Masyarakat terlalu dikekang dengan sistem yang ada sehingga sifat
ketergantungan kepada pemerintah akan selalu ada. Untuk itu, penerapan sistem
pendidikan yang disentralistik sangat diperlukan untuk meningkatkan sumber daya
manusia tanpa adanya intervensi dari pemerintah yang mengekang masyarakat untuk
maju dan berkembang.
2. Peningkatan kapabilitas masyarakat, peningkatan kemampuan dasar masyarakat
miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah peningkatan keterampilan
usaha, permodalan, pra-sarana, teknologi serta informasi pasar. Misalnya,
memberikan pelatihan-pelatihan dalam manajemen usaha mandiri dan bagaimana
memanfaatkan teknologi dan informasi kepada masyarakat.
3. Peningkatan kapasitas Masyarakat, dilakukan untuk memperkuat kelembagaan sosial,
politik, ekonomi dan budaya masyarakat, dan memperluas partisipasi masyarakat
miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, membentuk
organisasi-organisasi sosial yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dan menyalurkan aspirasi.

BAB V
ZULFIKAR (F1B019147) Page 12
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan
air minum. Hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kualitas hidup. Secara
ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang.

mengukur angka kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan dan
non-pangan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang besar meskipun dalam


beberapa tahun terakhir angka resmi menunjukkan tren yang menurun sedikit demi
sedikit. Dikarenakan daerah pedesaan yang padat di Jawa, Bali, Lombok, dan
sebagian Sumatra, kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam kemiskinan pedesaan
dan perkotaan. Kemiskinan perkotaan lazim tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga
di Medan dan Surabaya.
Garis kemiskinan nasional Indonesia ditetapkan pada rata-rata pengeluaran
Rp302.735 per kapita per bulan - sekitar Rp10.000 per hari. Ada juga perbedaan pada
awal 2014, di mana 13,8% dari penduduk pedesaan tergolong miskin sementara
penduduk perkotaan terdiri dari 8,2%. Ini berasal dari pekerjaan produktivitas rendah
yang tersedia di negara sektor pertanian dan jasa low-end.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pemaparan dalam karya tulis ini maka dapat beberapa hal yang
dapat diajukan sebagai rekomendasi yaitu:
1.      Bagi masyarakat
Masyarakat yang merupakan kekuatan dari suatu negara, hendaknya saling
bekerjasama dan harus berperan aktif dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia serta mampu memberikan gagasan-gagasan kreatif yang dapat menunjang
pembangunan sehingga  negara ini mampu keluar dari kubangan kemiskinan.
Masyarakat juga harus bisa mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah, apakah
masih relevan dengan keadaan masyarakat saat ini

2.      Bagi Pemerintah

ZULFIKAR (F1B019147) Page 13


Pemerintah perlu mengevaluasi dan mengontrol kembali program penanggulangan
kemiskinan, apakah efektif atau masih terdapat kelemahan maupun penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Pemerintah seharusnya berpusat pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan serta memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk bisa
mengembangkan kemampuan yang dimiliki tanpa adanya intervensi dari pemerintah
sehingga masyarakat tidak akan bergantung sepenuhnya kepada pemerintah.

ZULFIKAR (F1B019147) Page 14


DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad, Khairil. 2009. “Solusi Kemiskinan”. http://sahabatbaru.blogspot.com


(diakses pada 20 Agustus 2019).
 Anonim. 2015. “Mengukur Kemiskinan”.
https://www.alinea.id/kolom/mengukur-tingkat-kemiskinan-b1U5M9dVe
( diakses pada 20 Agustus 2019 )
 Anonim. 2004. “Kemiskinan”. https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan.
( diakses pada 20 Agustus 2019 )
 Anonim. 2010. “kemiskinan”. https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/paradigma/article/view/3655.
( diakses pada 20 Agustus 2019 )
 Anonim. 2004. “Kemiskinan di indonesia”.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan_di_Indonesia. ( diakses pada 20
Agustus 2019 )
 Chambers, Robert. 1983. “Rural Development: Putting the Last First”.
England: Longman Scientific.
 Prijono, Pranaika. 1996. “Pengembangan Sumberdaya Manusia: Konsepsi
Makro untuk Pelaksanaan di Indonesia”. Jakarta: Izufa Gempita.
 Papilaya, Eddy. 2004. “Rekonstruksi upaya penanggulangan kemiskinan”,
http://www.oocities.org (diakses pada 20 Agustus 2019)

ZULFIKAR (F1B019147) Page 15

Anda mungkin juga menyukai