Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan
nilai, moral dan hukum dalam masyarakat maupun bernegara. Manusia
memberikan nilai kepada sesuatu, karena sesungguhnya nilai itu ada atau
riil dalam kehidupan manusia. Dengan nilai diharapkan manusia dapat
terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu dapat terwujud
dalam kehidupannya. Moral erat kaitannya dengan akhlak atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Moral merupakan
bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Hukum merupakan bagian dari suatu
norma, yaitu norma hukum. Norma hukum merupakan aturan-aturan yang
berasal dari negara dan sifatnya memaksa. Dengan mematuhi hukum maka
akan terciptalah suatu keadilan. Tujuan dari Negara Indonesia adalah
terpenuhinya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dapat
diketahui dalam pembukaan UUD 1945 maupun pancasila.
Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 maka negara Indonesia
adalah negara yang adil dan bertujuan menciptakan keadilan sosial. Pesan
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu hendaknya menjadi
pedoman dan semangat bagi para penyelenggara negara bahwa tugas
utama pemerintah adalah menciptakan keadilan.
Bedasarkan pancasila sila kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab, maka adil yang dimaksud adalah perlakuan adil kepada warga
negara tanpa pandang bulu. Manusia pada hakikatnya sama harkat dan
martabatnya termasuk pula manusia sebagai warga negara, karena itu
hendaknya penyelenggara negara menjamin perlakuan yang adil terhadap
warga negaranya. Hal ini tercermin pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa
segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat

1
indonesia mengandung makna adil dalam pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat. Hasil pembangunan dan kekayaan bangsa hendaknya
dinikmati secara adil dan menyeluruh oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan dan kekayaan alam tidak boleh dinikmati segelintir orang
sebab hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan, perasaan iri dan
kemiskinan.
Dilihat dari kenyataan yang ada, Indonesia sebagai negara hukum
memang sudah terwujud terbukti dengan adanya Undang-Undang yang
mengatur kehidupan bernegara. Tetapi pada penerapannya didalam
kehidupan bernegara itu sendiri belum terlaksana dengan baik. Terbukti
dengan banyaknya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
segelintir orang namun hukum baginya tidak berjalan dengan semestinya.
Hukum pada saat ini lebih memihak kepada mereka yang memiliki
kedudukan.Seharusnya Indonesia sebagai negara hukum dalam
menjalankan kehidupan bernegara benar-benar dalam koridor yang telah
ditentukan, menegakkan keadilan seadil-adilnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan moral dengan hukum ?
2. Bagaimana problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat
dan negara ?
3. Bagaimana problematika pembinaan nilai moral beserta solusinya ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan moral dan hukum.
2. Untuk mengetahui problematika nilai, moral dan hukum dalam
masyarakat dan negara.
3. Untuk mengetahui problematika pembinaan nilai moral beserta
solusinya.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

2
1. Menambah pengetahuan kepada para pembaca mengenai
problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara.
2. Sebagai sumber referensi.
3. Menambah wawasan bagi para pembaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Antara Moral dan Hukum
1. Manusia dan Moral
Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral
berkaitan dengan nilai baik-buruk perbuatan manusia. Pada dasarnya,
manusia yang bermoral tindakannya senantiasa didasari oleh nilai-nilai
moral. Manusia tersebut melakukan perbuatan atau tindakan moral.
Tindakan yang bermoral adalah tindakan manusia yang dilakukan secara
sadar, mau, dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-nilai moral.
Tindakan bermoral adalah tindakan yang menjunjung tinggi nilai pribadi
manusia, harkat dan martabat manusia.
Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma
kesusilaan atau disebut juga norma etik, adalah peraturan/kaidah hidup
yang bersumber dari hati nurani dan merupakan perwujudan nilai-nilai
moral yang mengikat manusia, norma moral menjadi acuan perilaku baik
buruknya manusia. Perilaku yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan
norma-norma moral. Sebaliknya, perilaku buruk adalah perilaku yang
bertentangan dengan norma-norma moral.
Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan
sikap manusia terhadap nilai dari sesuatu maka manusia akan berbuat
sesuatu yang merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan manusia.
Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya
sepanjang nilai itu dalam arti positif berarti perbuatan bermoral, begitu
juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang
amoral. Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2. Manusia dan Hukum
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu
berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks
hubungan dengan sesama seperti itulah perlu adanya keteraturan sehingga

4
setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain
disekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan tersebut, maka diperlukan
aturan yang disebut hukum.
Norma hukum adalah peraturan yang timbul dari hukum yang
berlaku. Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa
kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau diluar
masyarakat. Maka manusia-masyarakat dan hukum merupakan pengertian
yang tidak dapat dipisahkan.
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya
kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini
bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan
mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup
(the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau
merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang
berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum (Perneo).
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia
membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang
dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama:
MASYARAKAT. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur
yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan).
3. Hubungan Hukum dengan Moral

5
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang sangat erat
sekali, ada pepatah roma yang menyatakan “Quid leges sine moribus?”,
artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas? dengan demikian
hukum tidak berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong dan
hampa tanpa moralitas.
Antara hukum dan moralitas berkaitan. Hukum harus merupakan
perwujudan dari moralitas. Hukum sebagai norma harus berdasarkan pada
nilai moral. Apa artinya undang-undang jika tidak disertai moralitas.
Tanpa moralitas, hukum tampak kosong dan hampa. Norma moral adalah
norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita
menilai seseorang. Suatu hukum yang bertentangan dengan norma moral
kehilangan kekuatannya, demikian kata Thomas Aquinas.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum
dan moral tetap berbeda sebab dalam kenyataannya “mungkin” ada hukum
yang bertentangan dengan moral atau undang-undang yang immoral, yang
berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral. Untuk itu
dalam konteks ketatanegaraan Indonesia dewasa ini “apalagi dalam
konteks pengambilan keputusan hukum membutuhkan moral,
sebagaimana moral membutuhkan hukum.”. apa artinya hukum jika tidak
disertai moralitas. Hukum dapat memiliki kekuatan jika dijiwai oleh
moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan
norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari
moralitas. Meskipun tidak semua harus diwujudkan dalam bentuk hukum,
karena hal itu mustahil. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur
hubungan antarmanusia yang relevan.
Pada dasarnya, hukum adalah norma yang merupakan perwujudan
dari nilai, termasuk nilai moral. Terdapat perbedaan antara norma moral
dengan norma hukum, menurut Gunawan Setiardja (1990,119), yaitu :
a. Dilihat dari dasarnya, Norma hukum berdasarkan yuridis dan
konsensus, sedangkan norma moral berdasarkan hukum alam.

6
b. Dilihat dari otonominya, Norma hukum berdasarkan heteronomi
(datang dari luar diri), sedangkan norma moral berasal dari dalam diri.
c. Dilihat dari pelaksanaannya, hukum dilaksanakan secara paksaan dari
lahiriah (mencapai ketertiban atau kedamaian), sedangkan moral tidak
dapat dipaksakan.
d. Dilihat dari sanksinya, hukum sanksinya berbentuk yuridis, sedangkan
moral sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.
e. Dilihat dari tujuannya, hukum mrngatur tata tertib hidup
bermasyarakat bernegara, sedangkan moral mengatur perilaku manusia
sebagai manusia.
f. Norma hukum bergantung pada tempat dan waktu, sedangkan norma
moral secara relatif tidak bergantung tempat dan waktu.
Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten adalah sebagai
berikut:
a. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan
secara sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu
norma hukum lebih memiliki kepastian dan objektif dibanding dengan
norma moral. Sedangkan norma moral lebih subjektif dan akibatnya
lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan
tentang yang harus di anggap utis dan tidak etis.
b. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun
hukum membatasi diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral
menyangkut juga sikap batin seseorang.
c. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang
berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat
dipaksakan,pelanggar akan terkena hukuman. Tapi norma etis tidak
bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh bagian luar,
sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya
sanksi dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.
d. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akirnya atas
kehendak negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara
seperti hukum adat, namun hukum itu harus di akui oleh negarasupaya

7
berlaku sebagai hukum. Dengan cara demokratis atau dengan cara
lainmasyarakat dapat mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat
mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral menilai
hukum dan tidak sebaliknya.
2.2 Problematika Nilai, Moral dan Hukum Dalam Masyarakat Dan
Negara
Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup
bernegara terikat pada norma moral dan norma hukum. Secara ideal,
seharusnya manusia taat pada norma moral dan norma hukum yang tumbuh
dan tercipta dalam hidup sebagai upaya mewujudkan kehidupan yang damai,
aman, dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya terjadi berbagai
pelanggaran, baik terhadap norma moral maupun norma hukum. Pelanggaran
norma moral merupakan suatu pelanggaran etik, sedangkan pelanggaran
terhadap norma hukum merupakan suatu pelanggaran hukum.
1. Pelanggaran Etik
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan
membuat serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi.
Rangkaian norma moral yang terhimpun ini biasa disebut kode etik. Kode
etik merupakan bentuk aturan (code) tertulis secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada. Masyarakat profesi
secara berkelompok membentuk kode etik profesi. Contohnya : kode etik
guru, kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan sebagainya.
Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normatif etik yang
seharusnya dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi dibutuhkan
untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalahgunaan keahlian. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal
sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi
menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang
sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme, dan ujungnya akan
berakhir dengan tidak adanya lagi respek mupun kepercayaan yang pantas
diberikan kepada para elite profesional tersebut.

8
Meskipun telah memiliki kode etik, masih terjadi pelanggaran
terhadap profesinya sendiri. Contohnya: seorang dokter melanggar kode
etik kedokteran. Pelanggaran kode etik tidak akan mendapat sanksi
lahiriah atau yang bersifat memaksa. Pelanggaran etik biasanya
mendapatkan sanksi etikseperti menyesal, malu dan rasa bersalah. Bila
seorang profesi melanggar kode etik profesinya maka ia
mendapatkan sanksi etik  dari lembga profesi seperti teguran, dicabut
keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan/mendorong seseorang melakukan
pelanggaran etika adalah sebagai berikut:
a. Tidak berjalannya control dan pengawasan dari masyarakat.
b. Kurangnya iman dari individu tersebut.
c. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode
etik  pada setiap bidang, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari
pihak prepesi sendiri.
d. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari orang tersebut.
e. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas dari orang tersebut.
f. Kebutuhan individu.
g. Tidak ada pedoman hidup dari individu tersebut.
h. Perilaku dan kebiasaan individu yang buruk sehingga menjadi sebuah
kebiasaan.
i. Lingkungan tidak etis mempengaruhi individu tersebut melakukan
sebuah pelanggaran.
j. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang
pelanggaran  Kode Etik.
Berikut ini kami contohkan salah satu pelanggaran etik yaitu pelanggaran kode
etik profesi guru.
KASUS
KODE ETIK SOLUSI
PELANGGARAN
Guru berbakti       Guru memposisikan  Guru bersifat humanis-
membimbing peserta didik diri sebagai penguasa yang demokratik menekankan
untuk membentuk manusia memberikan sanksi, konformitas internalisasi bagi

9
mengancam dan
menghukum peserta
peserta didiknya.Pendidikan
apabila melanggar aturan
mendorong berkembangnya
atau tidak mengikuti
kemampuan yang ada pada
kehendak guru.
diri peserta didik.
      Guru memberikan
       Situasi pendidikan
imbalan / hadiah semata-
mendorong dan menyerahkan
mata untuk membina
kesempatan pengembangan
Indonesia seutuhnya yang kepatuhan peserta didik
kemandirian kepada peserta
berjiwa Pancasila.       Guru menciptakan
didik sendiri.
situasi pendidikan otoriter
       Pengembangan
yang membentuk manusia
kebebasan disertai dengan
dengan pribadi pasrah,
pertimbangan rasional,
patuh, penurut, dan takluk
perasaan, nilai dan sikap,
kepada penguasa (guru).
keterampilan dan pengalaman
Mengasingkan orang-orang
diri peserta didik
yang kreatif, berpendirian
dan mandiri
      Guru tidak
menunjukkan kejujuran
       Kejujuran adalah salah
sehingga tidak pantas
satu keteladanan yang harus
untuk ditiru, misalnya:
dijaga guru selain prilaku lain
suka ingkar janji, pilih
seperti mematuhi peraturan
Guru memiliki dan kasih, memanipulasi nilai,
dan moral, berdisiplin,
melaksanakan kejujuran mencuri waktu mengajar,
bersusila dan beragama.
profesional dan lain sebagainya.
       Guru harus menjaga
      Guru mengajar tidak
keteladanan agar dapat
sesuai dengan bidang
diterima dan bahkan ditiru
keilmuannya sehingga
oleh peserta didik.
sering melakukan
kesalahan secara keilmuan.
      Guru tidak pernah
Menjaga hubungan baik        Guru harus bekerjasama
dengan orangtua, murid mengkomunikasikan dengan orangtua dan juga

10
perkembangan anak
kepada orangtuanya,
sehingga orangtua tidak
lingkungan masyarakat dalam
mengetahui kemajuan
pendidikan. Tanggung jawab
belajarnya.
pembinaan terhadap peserta
      Guru tidak pernah
didik ada pada sekolah,
dan masyarakat sekitar mengajak orangtua untuk
keluarga, dan masyarakat.
untuk membina peran serta membicarakan bersama
       Hal yang menyangkut
dan tanggung jawab yang menyangkut
kepentingan si anak
bersama terhadap kepentingan anak dan
seyogyanya guru (sekolah)
pendidikan sekolah, melainkan
mengajak orangtua dan
memutuskan secara
bahkan lingkungan
sepihak, misalnya:
masyarakat untuk
pembelian buku anak,
bermusyawarah.
seragam sekolah, kegiatan
anak di luar kurikuler, dan
sebagainya.
Etos kerja harus dijaga
dengan menciptakan
Hubungan antar guru tidak
Seorang guru harus saling lingkungan kerja yang sehat,
harmonis (misalnya: saling
menghormati dan dinamis, serta menjaga
menjelekkan dan saling
menghargai sesama rekan hubungan baik dengan saling
menjatuhkan bahkan
seprofesi menghormati dan menghargai
berkelahi)
dan mau bekerjasama/ saling
menolong antar sesama guru.

Faktor yang menjadi penyebab pelanggaran kode etik guru adalah sebagai
berikut :
a. Adanya malpraktik (meminjam istilah Prof Mungin) yaitu melakukan
praktek yang salah, miskonsep. Dalam hal ini guru salah dalam
menerapkan hukuman kepada siswa.
b. Kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun
emosional.

11
c. Kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah.

d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pelanggaran tersebut adalah


sebagai berikut :
1) Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan
profesinya sesuai kode etik keguruan.
2) Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi
peserta didik yang berbeda karakter.
3) Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum
guru yang melakukan kasus etika profesi guru karena sangat
merugikan guru sebagai salah satu profesi yang salah satu tugasnya
adalah memberi keteladanan yang baik terhadap peserta didik.
2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan,
paksaan atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang
berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum dimasyarakat maka
hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan
kepada warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum.
Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan
kepada kita mana perbuatan yang bertentangan dngan hukum yang bila
dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap
perbuatan yang bertentangan dengan hukum tentu saja di anggap
melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
Poblema hukum yang yang berlaku dewasa ini adalah masih
rendahnya kesadaran hukum masyarakat. Akibatnya, banyak tarjadi
pelanggaran hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang sesungguhnya
tidak perlu terjadi. Misalnya, secara sengaja tidak membawa SIM
dengan alasan hanya untuk sementara waktu.
Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran terhadap
perundang-undangan negara, karena hukum oleh negara dimuatkan
dalam peraturan perundang-undangan. Kasus tidak membawa SIM
berarti melanggar perturan, yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 1992

12
tentang lalu lintas. Kasus-kasus pelanggaran hukum banyak terjadi
dimasyarakat kita mulai dari kasus kecil seperti pencurian dan
perjudian sampai kasus besar seperti korupsi dan aksi teror.
Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik. Sanksi atas
pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat
lahiriah dan memaksa. Masyarakat secara resmi (Negara) berhak
memberi sanksi bagi warga negara yang melanggar hukum. Negara
tidak berwewenang menjatuhi hukuman pada pelaku pelanggaran etik,
kecuali pelanggaran itu sudah merupakan pelanggaran hukum.
Problema hukum yang lain adalah hukum dapat digunakan sebagai
alat kekuasaan. Dalam negara seharusnya hukumlah yang menjadi
panglima. Semua institusi dan lembaga negara tunduk pada hukum
yang berlaku. Namun dapat terjadi dibuat justru untuk melayani
kekuasaan dalam negara. Dengan alih-alih telah berdasarkan hukum,
tetapi peraturan yang dibuat justru menyengsarakan rakyat,
menciptakan ketidakadilan dan menumbuhsuburkan KKN. Contohnya
Keppres-Keppres yang telah dibuat pada masa lalu. Oleh karena itu,
dalam membuat hukum harus memenuhi kaidah hukum. Gustav
Radburch (ahli filsafat Jerman) menyampaikan adanya tiga kaidah (ide
dasar) hukum yang harus dipenuhi dalam membuat norma hukum.
Ketiga kaidah itu adalah sebagai berikut :
a. Gerechtigheint (unsur keadilan).
b.Zeckmaessigkeit (unsur kemanfaatan), dan
c. Sicherheit (unsur kepastian).
Bila dicermati, ada beberapa hal yang menyebabkan lemahnya penegakan
hukum yaitu sebagai berikut :
a. Kesadaran/pengetahuan hukum yang lemah.
Kesadaran/pengetahuan hukum yang lemah, dapat berefek pada
pengambilan jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan masing-
masing. masyarakat yang tidak mengerti akan hukum, berpotensi besar
dalam melakukan pelanggaran terhadap hukum. dalam hukum, dikenal
dengan adanya fiksi hukum artinya semua dianggap mengerti akan

13
hukum. Seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kesalahan akan
perbuatannya dengan alasan bahwa ia tidak mengerti hukum atau suatu
peraturan perundang-undangan. Jadi dalam hal ini sudah sewajarnya
bagi setiap individu untuk mengetahui hukum. Sedangkan bagi
aparatur hukum atau elemen lain yang concern pada supremasi hukum
sudah seharusnya memberikan kesadaran hukum bagi setiap individu.
b. Ketaatan terhadap hukum. Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang
budaya egoisme dari individu muncul. Ada saja orang yang melanggar
hukum dengan bangga ia menceritakan perbuatannya kepada orang
lain. Misalnya pelanggaran terhadap lalu lintas. Oleh pelakunya
menganggap itu hal-hal yang biasa-biasa saja, bahkan dengan bersikap
bangga diri ia menceritakan kembali kepada orang lain perbuatan yang
telah dilakukannya. Hal semacam ini telah mereduksi nilai-nilai
kebenaran, sehingga menjadi suatu kebudayaan yang sebenarnya salah.
c. Perilaku aparatur hukum. Perilaku aparatur hukum baik dengan
sengaja ataupun tidak juga telah mempengaruhi dalam penegakan
hukum. Misalnya aparat kepolisian yang dalam menagani suatu kasus
dugaan tindak pidana, tidak jarang dalam kenyataannya juga langsung
memvonis seseorang telah bersalah. Hal ini dapat dilihat dengan
perilaku aparat yang dengan “ringan tangan” terhadap tersangka yang
melakukan tindak pidana. Perilaku-perilaku semacam ini justru bukan
mendidik seseorang untuk menghormati akan hukum. Ia menghormati
hukum hanya karena takut akan polisi.
d. Faktor aparatur hukum. Seseorang yang melakukan tindak pidana,
namun ia selalu bisa lolos dari jeratan pemidanaan, akan berpotensi
bagi orang yang lain untuk melakukan hal yang sama. Korupsi yang
banyak dilakukan namun banyak pelaku yang lepas dari jeratan hukum
berpotensi untuk oleh orang lain melakukan hal yang sama. Adanya
mafia peradilan, telah mempengaruhi semakin bobroknya penegakan
hukum di negeri kita. Aparatur hukum yang sedianya diandalkan untuk
menjunjung tinggi supremasi hukum, justru melakukan pelanggaran

14
hukum. Sebagai akibatnya masyarakat pesimis terhadap penegakan
hukum.
e. Adanya Transaksional dalam Penegakan Hukum, Dalam hal ini
maksudnya adalah adanya transaksi “jual-beli” hukum, hukum
dianggap sesuatu yang tidak bernilai sehingga mampu diperjual-
belikan oleh pihak penguasa untuk mempermudah keinginannya.
f. Degradasi Moral Penegak Hukum yang Buruk, salah satu penyebab
buruknya penegakan hukum di Indonesia ini dengan banyaknya
pelanggaran hukum yang terjadi, banyaknya tindakkan KKN, kasus
peradilan yang tak kunjung selesai.
g. Ada Intervensi dari Penguasa, Maksudnya yaitu adanya keikutsertaan
pihak ketiga dalam hal ini adalah penguasa dalam suatu proses perkara
hukum, dengan alasan adanya kepentingannya yang terganggu.
h. Masyarakat Sudah Tahu Hukum tapi Tetap Melanggar.
i. Ketimpangan antarpasal, Ketimpangan antarpasal ini yang
menyebakan tidak saling mendukungnya pasal/peraturan perundang-
undangan yang satu dengan yang lainnya.
Solusi :
a. Keadilan hukum harus ditegakkan seadil-adilnya.
b. Mensinkronkan antara sistem, pembuat hukum dan pelaksana
penegakan hukum agar hukum dapat berjalan dengan baik.
c. Harus adanya sanksi hukum yang tegas, dalam proses penyelesaian
perkara hukum harus diselidiki pihak-pihak yang bersangkutan dengan
sejelas-jelasnya agar perkara hukum dapat diselesaikan dengan adil.
d. Pemerintah sebagai fasilitasator memberikan atau memfasilitasi
masyarakat dengan memberikan pendidikan/penyuluhan/sosialisasi
akan pentingnya penegakan hukum yang sebaik-baiknya.
e. Jangan memberikan peluang sekecil apapun kepada masyarakat untuk
melakukan pelanggaran.
f. Dilakukannya amandemen untuk menyempurnakan peraturan
perundang-undangan dengan sejelas-jelasnya.
Sanksi yang diberikan:

15
a. Tegas, berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah di
atur. Misalnya dalam hukum pidana mengenai sanksi di atur dalam
pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa sanksi pidana
berbentuk hukuman yang mencakup:
1) Hukuman pokok, yang terdiri dari : hukuman mati dan hukuman
penjara.
2) Hukuman tambahan, yang terdiri dari : pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman
keputusan hakim.
b.  Nyata, berarti adanya aturan yang secara materil telah ditetapkan
kadar hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh.
Pasal 338 KUHP.
Contoh pelanggaran hukum adalah Kecurangan saat pemilu, kasus
Bank Century, dan lain-lain. Baru-baru ini kita juga di kagetkan lagi
dengan berita Sebanyak 341 narapidana perkara korupsi mendapat
remisi, Sebelas koruptor langsung menghirup udara bebas, ironisnya
lagi salah satu dari penerima Remisi tersebut adalah besan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Aulia Pohan. Bukankah setiap orang
sama kedudukannya di hadapan hukum (equality before the law).
Seharusnya kita memandang Hukum adalah sebagai bagian dari cara
kita hidup, bukan sebagai cara mempertahankan kekuasaan semata.
Tapi, lihatlah sebaliknya sungguh Miris memang Kisah nenek
Minah, yang hanya dengan mengambil beberapa buah kakao, seorang
nenek tua harus dihukum atas perbuatan yang sudah dia sesali. Kalau
kita membandingkan kisah si nenek dengan kisah para koruptor kelas
kakap yang kasus hukumnya diputus bebas. Banyak sekali
Diskriminasi hukum menimpa kaum miskin. Seharusnya para penegak
hukum mampu menegakkan hukum seadil-adilnya, tidak ada lagi
diskrimanan terhadap si miskin sehingga terciptalah keadilan.
Permasalahan hukum di indonesia dapat diminimalisasi melalui
proses pendidikan yang diberikan kepada masyarakat, diharapkan
wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat sehingga

16
mempunyai kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif dalam
usaha memecahkan masalah hukum dan tidak melakukan pelanggaran
hukum.
Berikut ini salah satu contoh pelanggaran hukum, yaitu Korupsi.
Dewasa ini masalah korupsi menjadi bahan pembicaraan yang hangat
dibicarakan publik terutama yang disajikan dalam media massa baik lokal
maupun nasional. Ada yang pro dan ada pula yang kontra terhadap masalah
tersebut.
Selanjutnya beberapa sebab terjadinya korupsi Menurut Ainan (Simon,1982)
yaitu:
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah
dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap
bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat
dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan
organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi
Michael Johnston (2007) menyebutkan ada empat masalah yang
mengkhawatirkan sehingga korupsi menjadi masalah yaitu :
a. Biaya akibat korupsi yang tinggi terbukti menghambat dan mendistorsi
pembangunan politik dan ekonomi.
b. Peilaku korup menimbulkan efek sistemik yang berbahaya.
c. Konsekuensi ekonomi akibat korupsi yang meluas, terurama dalam bentuk
berbagai inefisiensi dalam hubungan antara kepentingan negara dan privat.
d. Implikasi korupsi mengarah kepada monopoli poltik dan kurangnya
akuntabilitas.

17
Korupsi juga dapat menimbulkan berbagai akibat. Akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh korupsi menurut Helmanita dan kamil (2006) yaitu :
a. Korupsi membuat permintaan terhadap komoditi atau jasa menurun,
Karena biaya suap dimasukkan kedalam struktur penetapan harga barang
atau jasa.
b. Korupsi meruntuhkan legitimasi politik dan rasa keadilan masyarakat.
c. Korupsi bisa meningkatkan kemiskinan, tingginya kriminalitas karena
rusaknya sistem hukum dan keamanan, demoralisasi, kehancuran
birokrasi, terganggunya sistem politik dan pemerintahan serta buyarnya
masa depan demokrasi.
Solusi untuk menanggulangi korupsi dari dilihat dari dua sisi yaitu :
a. Preventif, Upaya ini bersifat mencegah agar jangan sampai terjadi korupsi
atau untuk meminimalkan penyebab korupsi. upaya preventif yang dapat
dilakukan yaitu :
1) Keteladanan orang tua dalam keluarga (tidak melakukan korupsi).
2) Penerapan pendidikan anti korupsi dalam pendidikan karakter
disekolah dan mata kuliah Korupsi Perguruan Tnggi.
3) Siraman Rohani oleh tokoh agama mengenai Korupsi. Para tokoh
agama dalam khotbah ibadah kepada umatnya menjelaskan bahwa
korupsi adalah dosa dan hukuman berat.
4) Sosialisasi mengenai korupsi dimedia massa maupun media sosial
(internet).
5) Membuat sistem kontrol korupsi dan SOP yang jelas di perusahaan
swasta dan instansi pemerintah (birokrat).
6) Penerapan budaya malu bila korupsi.
7) Keteladanan Pemimpin, tokoh masyarakat dan wakil rakyat.
8) Menerapkan sistem renumerasi yang layak di perusahaan swasta dan
instansi pemerintah.
9) Menerapkan Transparansi dan Akuntabilitas laporan keuangan sektor
pemerintah.
10) Usaha preventif lainnya dengan melakukan perencanaan dan
monitoring secara terus menerus.

18
b. Represif, Upaya ini bersifat menekan, menahan atau mengekang korupsi.
Usaha Represif ini merupakan strategi yang diarahkan agar setiap korupsi
yang diindentifikasi dapat diperiksa dan disidik secara tepat dan akurat
sehingga diketahui duduk persoalan sebenarnya, untuk memudian
diberikan sanksi yang tepat dengan mengikuti prosedur yang berlaku
(BPKP, 1999). Upaya Represif yang dapat dilakukan yaitu :
1) Memberitakan dan menanyangkan wajah koruptor dimedia massa,
media elektronik maupun media sosial (internet).
2) Mendorong partisipasi masyarakat pada gerakan anti korupsi.
3) Penegakan hukum yang tegas, Penerapan Sanksi (hukuman) yang
berat kepada koruptor.
4) Kerjasama aktif antara LSM, para pengiat anti korupsi dan civil
society dengan KPK dalam memerangi korupsi.
5) Memberikan kesempatan KPK untuk bekerja Independen dibawah
pengawasan masyarakat.
6) Penerapan aturan larangan menerima hadiah, grafitikasi, suap dan
pemerasan.
7) Pelaporan terhadap kekayaan pejabat.
8) Memberikan reward (award) bagi pelapor tindak korupsi dan pengiat
anti korupsi
b.3 Problematika Pembinaan Nilai Moral
Beberapa pengaruh nilai dalam kehidupan sehari-hari :
1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Sering kali pada keluarga yang broken home atau pada keluarga
yang kedua orang tuanya bekerja berakibat pada penurunan intensitas
hubungan antara anak dengan orang tua. Dalam lingkungan yang kurang
baik dan kadang menegangkan ini seorang anak sangat sulit ntuk
membangun nilai-nilainya secara jelas. Dengan kata lain problematika
utama bagi kehidupan otang tua yang bekerja terletak pada tingkat
komunikasi dengan anak-anaknya.
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga serta
terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak,

19
mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai
moral anak. Dalam posisi seperti inilah instituisi pendidikan perlu
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan klarifikasi nilai.
2. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Sebagai makhluk sosial, anak pastinya mempunyai teman dan
pergaulan dengan teman akan menambah informasi yang akhirnya akan
mempengaruhi perilakunya. Pengaruh teman ini akan berdampak positif
manakala isu dan kebiasaan teman itu positif pula. Begitu juga
sebaliknya akan berdampak negatif bila sikap dan kebiasaan temannya
buruk.
Perbedaan sudut pandang antara keluarga dengan temannya
menjadi masalah dilematis bagi nilai anak-anak, anak dihadapkan pada
keharusan untuk mematuhi aturan keluarga dan resiko dikeluarkan dari
pertemanan. Persoalan nilai mana yang akan menjadi keyakinan individu
(mahasiswa) tentu diperlukan adanya upaya pendidikan untuk
membimbing mereka keluar dari kebingungan nilai serta menemukan
nilai hakiki yang harus menjadi pegangannya.
3. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam
menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberitahu sesuatu
tentang mereka, memberitahu apa yang harus mereka lakukan, kapan
waktu yang tepat untuk melakukannya, dimana harus dilakukan, dll.
Dengan kata lain, orang dewasa hanya menambahkan berbagai arahan
nilai atau norma yang sudah ada pada anak-anak, baik didapatnya dari
sekolah, tokoh politik, guru, buku bacaan, dll.
Dengan demikian orang dewasa tidak berupaya mengurangi
kebingungan nilai anak. Sebaliknya, menambah jumlah pilihan yang
menimbulkan tingginya tingkat kebingungan dan ketidakjelasan nilai
bagi anak. Dengan kondisi seperti inilah lembaga pendidikan perlu
mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan nilai dirinya
tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang
di masyarakat.

20
4. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Alat komunikasi yang potensial telah diperkenalkan ke dalam ritual
kehidupan keluarga. Dalam media komunikasi tentu akan
mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga
memberikan stabilitas nilai pada anak. Anak dihadapkan pada berbagai
kemungkinan, maka dia akan kehilangan gagasan dan akhirnya dia akan
kebingungan.
Media komunikasi tadi akan membiaakan pemahaman yang tengah
tumbuh pada anak seputar mana yang betul mana yang salah, mana yang
benar dan mana yang palsu, mana yang begus dan mana yang jelek, serta
mana yang bermoral dan mana yang tidak bermoral. Maka instituisi
pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta didiknya
dengan pendekatan klarifikasi nilai.
5. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Manusia melalui pemikiran rasionalnya akan menciptakan prinsip
yang berlaku universal. Atas dasar rasional inilah yang
menyebabkanmanusia melakukan “rasional imperatif” yaitu aturan yang
menjadi pedoman hidupnya. Aturan (hukum) yang ditentukan secara
rasional inimemberikan bimbingan moral dan pengetahuan tentang benar
atau salah, sehingga manusia pantas diberi derajat yang tinggi melebihi
makhluk lainnya.
Menurut kant, menganjurkan tujuan pendidikan sebagai berikut :
a. Untuk mengajarkan proses dan keterampilan berpikir rasional.
b. Untuk mengembangkan individu yang mampu memilih tujuan dan
keputusan yang baik secara bebas (Kama, 2000).
Dengan demikian, pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan
pendekatan berpikir dan lebih berorientasi pada upaya untuk mengklarifikasi
nilai moral sangat diperlukan.
6. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini
berpengaruh terhadap sistem keyakinan yang dimiliki oleh individu.
Apabila informasi baru yang diterima individu serta mengubah atau

21
menguatkan keyakinannya, maka terbentuklah sikap, serangkaian sikap
inilah yang akan mendorong munculnya pertimbangan yang harus dibuat
sehingga menghasilkan prinsip dan standar yang disebut nilai.
Munculnya berbagai informasi yang sama kuatnya akan mempengaruhi
kebingungan terhadap anak.
Kebingungan ini bisa diperparah apabila lembaga pendidikan
peserta didik tidak diberi informasi tambahan. ISBD sebagai sebuah
studi yang membahas problema sosial dan budaya yang menambah
informasi tentang nilai, moral, dan kaidah hukum kepada mahasiswa
selain itu dapat menganalisis konflik nilai, moral dan lemahnya
supermasi hukum sehingga kebingungan nilai dan orientasi moral dapat
dikurangi.

22
BAB III
PENUTUP
c.1 Kesimpulan
Antara hukum dan moralitas berkaitan. Hukum merupakan
perwujudan dari moralitas. Hukum sebagai norma harus berdasarkan
pada nilai moral. Problematika nilai, moral dan hukum yang terjadi di
masyarakat merupakan :
1. Pelanggaran terhadap kode etik profesi, hilangnya nilai dan moral
karena penyalahgunaan terhadap profesinya sendiri. Dan.
2. Pelanggaran hukum, di Indonesia Hukum dalam pengaplikasiannya
belum berjalan dengan semestinya. Masih banyak pelanggaran-
pelanggaran hukum yang terjadi dan belum ditindak sesuai dengan
aturan hukum yang sebenarnya. Hukum di Indonesia lebih
memihak kepada mereka yang memiliki keudukan.
Sedangkan, problematika pembinaan nilai moral adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral.
2. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral.
3. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Individu.
4. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai
Moral.
5. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai
Moral.
6. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral.
c.2 Saran
Melihat banyak terjadi problematika nilai, moral dan hukum
dimasyarakat baik itu pelanggaran kode etik profesi maupu pelanggaran
hukum, maka perlu ditingkatkan pendidikan tentang nilai dan moral agar

23
dapat membentuk kepribadian yang baik dan bermartabat. Melalui ISBD
kita dapat menambah wawasan mengenai nilai, moral dan kaidah
hukum.
Sebaiknya pemerintah Indonesia beserta aparatur pengawas hukum
menegakkan dan menjalankan hukum dengan sebaik-baiknya dan
bertindak adil. Hal itu dilakukan agar tidak timbul lagi berbagai
problematika dalam nilai, moral, dan hukum di indonesia. Selain itu kita
sebagai mahasiswa hendaknya menjalani kehidupan bermasyarakat dan
bernegara sesuai dengan koridor yang telah ditentukan agar tidak timbul
problematika dalam hukum.

24
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiardi, Kama A. Hakam, dkk.2006.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta:
Kencana,
Hermianto, Winarno.2010.Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
http://ifashinee.blogspot.co.id/2011/01/makalah-isbd-problematika-
nilaimoraldan.html
http://anbfisipunpad13.blogspot.co.id/2014/11/faktor-dan-solusi-penegakan-
hukum-di.html
http://liliputsupercrazy.blogspot.co.id/2012/10/problematika-nilaimoraldan-
hukum-dalam.html
http://m-isbd.blogspot.co.id/2013/08/manusia-nilai-moral-dan-hukum_19.html

25

Anda mungkin juga menyukai