Bedah orthopedi merupakan tindakan pembedahan yang berhubungan dengan
koreksi deformitas sistem muskuloskeletal dan masalah-masalah orthopedi yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri dan distabilitas. Kasus orthopedi merupakan permasalahan yang terus meningkat, baik di negara berkembang maupun di negara maju. TheBritish Orthopaedic Association and National Joint Registry (2012) menyebutkan bahwa pembedahan orthopedi merupakan jenis pembedahan spesialis yang terbesar ke-sembilan yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Pembedahan orthopedi akibat fraktur juga merupakan penyebab tertinggi kematian di United States pada rentang usia 1 sampai 37 tahun dan penyebab ke-empat kematian untuk semua usia. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa kejadian pembedahan orthopedi di dunia kurang lebih 13 juta orang di tahun 2008 dengan prevalensi 2,7%, kurang lebih 18 juta orang di tahun 2009 dengan prevalensi 4,2%, sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5%. Fraktur merupakan istilah untuk setiap retak atau patah pada tulang yang utuh yang disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang tersebut, yang menyebabkan kontinuitas tulang dan tulang rawan hilang, baik yang bersifat total atau sebagian.Adapun fraktur yang bersifat patologi adalah infeksi, keganasan, osteoporosis dan abnormalitas tulang (osteogenesis imperfect ), sedangkan fraktur bersifat non patologis adalah trauma dan repetitive stress5. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12% dari 30 juta) membutuhkan perawatan di rumah sakit dan menghabiskan biaya sebesar 100 milyar dollar (40%) dari biaya kesehatan di Amerika Serikat. Didapatkan 300 ribu orang diantaranya menderita kecacatan yang bersifat menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sebanyak 145 ribu orang per tahun (0,5%)6. Di kawasan Asia Pasifik tingkat kecelakaan transportasi jalan memberikan konstribusi sebesar 44% dari total kecelakaan di dunia, yang di dalamnya termasuk Indonesia. Kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh World Health Organization (WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TB7. Reeves, Roux, & Lockhart5dalam bukunya Medical Surgical Nursing, juga menjelaskan bahwa fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Penatalaksanaan patah tulang dilakukan dengan cara membatasi pergerakan tulang (imobilisasi) dapat dilakukan dengan cara Open Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF merupakan tindakan operasi dengan menempatkan kembali tulang yang patah ke tempat semula dengan memasangkan plate dan bone screws ke dalam tubuh pasien dengan tujuan imobilisasi. Keluhan nyeri sering ditemukan pada pasien yang menjalani ORIF, bahkan kualitas nyeri setelah ORIF lebih tinggi. Menurut Sivrikaya (2012), operasi ORIF merupakan tindakan pembedahan dengan tingkat nyeri paling berat.. Managemen nyeri post operasi fraktur merupakan tindakan sangat penting bagi dokter dan perawat, WHO (2015) telah merekomendasikan menggunakan analgesik untuk mengurangi nyeri. Nyeri adalah bagian dari kesan manusia tentang kehidupan sehari-hari dan manifestasi dari proses patologis.1 Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. sangat subjektif tergantung pada persepsi masing-masing individu. Pemberian obat analgesik dapat mengurangi nyeri karena analgesik dapat memblokade rasa sakit di perifer dan sistem syaraf pusat, walaupun demikian pemberian analgetik dapat mengiritasi lambung dan menyebabkan mual. Pasien yang mendapatkan obat analgesik jenis Ketorolac 30 mg melalui intra vena menyampaikan masih merasakan nyeri berat. Terapi injeksi analgetik ketorolac 30 mg hanya mampu menurunkan skala nyeri 1,5. Pasien post operasi fraktur setelah mendapat analgetik tetap merasakan nyeri dan skala nyeri semakin meningkat setelah 6 jam pasca pembedahan. Paracetamol injeksi 100 ml khususnya di RSUD Dr. Soediran Mangun Soemarso sering digunakan, namun laporan dari pasien menyampaikan bahwa 1-4 jam awal nyeri berkurang namun pada jam berikutnya nyeri mulai muncul, hal ini disebabkan bahwa paracetamol injeksi mempunyai waktu paruh 1-4 jam saja. Penanganan masalah nyeri post operasi dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi, ada beberapa contoh terapi farmakologi yang dapat dilakukan seperti tarik nafas dalam, kompres dingin, terapi musik dan hipnoterapi.
B. Masalah Klinis Jurnal
Masalah klinis merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan standar pada area klinik. Masalah klinis yang dapat dilakukan sesuai dengan latar belakang diatas adalah nyeri pada pasien post operasi fraktur.
C. Penelusuran Jurnal Riset
Penelusuran literature dilakukan melalui tinjauan sistematis mencakup studi kuantitatif dan kualitatif yang meneliti tentang variabel nyeri pada pasien post operasi orthopedi dan beberapa contoh intervensi untuk menangani masalah nyeri. Terdapat 5 jurnal yang dipilih untuk dimasukkan dalam analisa akhir setelah diberikan intervensi pada nyeri pasien post operasi orthopedic, dan daftar referensi publikasi yang disertakan. Pada tindakan operasi orthopedi seperti ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dapat menimbulkan efek nyeri. Nyeri dapat mengganggu kenyamanan klien dan dapat mempengaruhi prose kesembuhan. Intervensi non farmakologi dipilih untuk menangani masalah nyeri, seperti dari beberapa jurnal pada referensi ini. D. Critical Appraisal No Peneliti / Tahun Judul Tujuan Desain Penelitian Hasil 1 Miranti Florencia Iswari Gambaran Tingkat Nyeri Untuk mengetahui Desain penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian (2016) Dan Kecemasan Pasien gambaran tingkat nyeri digunakan adalah yang telah dilakukan di ruang Post Operasi Orthopedi dan kecemasan pada survey deskriptif yaitu perawatan bedah RSMP Di Rumah Sakit pasien post operasi untuk menggambarkan Palembang dapat disimpulkan Muhammadiyah orthopedi tingkat nyeri dan bahwa Sebagian besar pasien Palembang kecemasan pada post operasi orthopedi berada pasien post operasi pada tingkat nyeri berat yaitu: orthopedi di Rumah sebanyak 56,7% dan Sakit Muhammadiyah mengalami cemas berat sebesar Palembang 66,7%. 2 David Wicaksono, Lilik Pain Level Of Untuk mengetahui Penelitian ini Dalam penelitian ini, ada lebih Herawati, Herdy Postoperative Orthopedic gambaran level nyeri merupakan penelitian banyak pasien yang mengeluh Sulistyono Patients At Dr. Soetomo pasien post operasi analitik observasional nyeri 24 jam pasca operasi (2019) General Hospital orthopedi di RS Dr. dan pendekatan cross dibandingkan dengan 1 jam Soetomo sectional. Sampel pasca operasi. Ada perbedaan dalam penelitian ini yang signifikan antara tingkat adalah pasien pasca nyeri pada satu jam pasca operasi dengan operasi dan tingkat nyeri pasca ortopedi ekstremis di operasi 24 jam. Perbedaan- Ruang Pemulihan perbedaan ini dapat Gedung Bedah Pusat dipengaruhi oleh individu Terpadu dan Bangsal faktor pasien seperti jenis Bedah di Rumah Sakit kelamin, riwayat operasi, dan Umum Dr. Soetomo. tingkat pendidikan serta faktor dari tenaga medis baik dalam menilai dan mengelola rasa sakit pasca operasi pada pasien. Pasien pada 24 jam pasca operasi, mungkin ada sensitisasi perifer atau sentral karena keterlambatan atau pengobatan nyeri yang tidak memadai sehingga rasa sakit yang dirasakan pada 24 pasca operasi menjadi lebih tinggi. 3 Sumardi, Arlina Dewi, Sri Pengaruh Nafas Sumaryani Dalam Dan (2019) Mendengarkan Musik Gamelan Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di Rsud Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 4 5