Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Desiminasi Teknologi, Vol.

4 Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2303-212X

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT KEKERASAN


BAJA PADUAN RENDAH UNTUK BAHAN
PISAU PENYAYAT BATANG KARET

Zulkarnain Fatoni *)

Abstrak: Penelitian ini didasarkan adanya keluhan dari petani penyadap karet yang mengeluhkan
psiau penyadapnya sering aus, rompal dan retak. Sehinga peneliti mencoba mencari jalan keluarnya
dengan membuat pisau baru dari bahan pegas daun mobil (Per bekas).
Spesimen dalam penelitian ini ialah pisau penyanyat yang di potong bagian pisaunya, jumlah
spesimen adalah 7 buah, salah satunya benda yang telah di pakai, 1 buah dari pandai besi dan 5 buah
dibuah sendiri diberi perlakuan panas dengan temperatur bervariasi dari 810 °C, 820 °C, 830 °C, 840
°C dan 850 °C.
Selanjutnya di lakukan proses quenching dan pengujian kekerasan dengan alat Uji Rockwell, serta
struktur mikro. Data hasil penelitian di analisa dengan teknik deskriptif dan hasil analisa di tampilkan
dalam bentuk diagram batang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian kekerasan akibat didinginkan laju
pendinginan air lebih cepat, karbon yang terjebak dari struktur austenit (FCC) berubah menjadi
martensit (BCT) lebih banyak dan austenite sisa pada temperatur kamar yang tidak sempat
bertransformasi menjadi martensit lebih sedikit. hal inilah yang menyebabkan kekerasan dengan
pendingin mengunakan air terjadi.
Disarankan agar mengunakan menggunakan temperatur antara 810°C dan 820°C. Agar material yang
di peroleh adalah material yang ulet dan keras sehinga mata pisau tidak muda patah dan tumpul.

Kata Kunci: Baja Pegas Daun, Pisau Karet, Produksi, Martensit.

Abstract: This study was based on the complaints of farmers who complained of rubber tappers psiau
penyadapnya often worn, chipped and cracked. So that the researchers tried to find a way out by
creating a new blade material leaf spring car (Per used).
Specimens in this study is a knife penyanyat the cut section knife, the number of specimens is 7 pieces,
one thing that has been in use, 1 piece of blacksmith and 5 dibuah itself treated hot with temperatures
varying from 810 ° C, 820 ° C, 830 ° C, 840 ° C and 850 ° C.
Further more the quenching process and testing by means of test Rockwell hardness, and
microstructure. The data was analyzed with descriptive technique and the analysis results displayed in
a bar chart.
From the results of this study concluded that the results of testing of violence due cooled faster rate of
cooling water, which trapped carbon from the austenite structure (FCC) transformed into martensite
(BCT) more and the residual austenite at room temperature which could not transform to martensite
less. this is what causes violence by using cooling water occurs.
It is recommended that use use temperature between 810 ° C and 820 ° C. So that the material
obtained is tough and hard material so that the blade is not broken and dull young.

Keywords: Leaf Spring Steel, Rubber Knife, Production, Martensite.

*) Dosen Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang

PENDAHULUAN hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta


dan rakyat.
Tanaman karet memiliki peranan yang besar
dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan
Banyak penduduk yang hidup dengan pokok dari pengusaha tanaman karet.
mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Dengan ini rakyat memanen hasil kebun
Karet tak hanya diusahakan oleh karetnya sendiri, dengan mengunakan pisau
perkebunan-perkebunan besar milik negara penyadap karet yang terbuat dari bahan baja
yang memiliki areal mencapai ratusan ribu bekas mobil yang tidak dipakai lagi dan di
bentuk atau di buat menjadi pisau untuk

56
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Kekerasan Baja Paduan Rendah
untuk Bahan Pisau Penyayat Batang Karet

menyayat kulit batang karet atau penyadap b. Baja Karbon Mengah


karet. Masyarakat membelinya dari Kardar karbon 0,25-0,55 % lebih kuat
pedagang penjual pisau yang sudah jadi dan keras,dan dapat dikeraskan.
yang diperoduksi oleh pandai besi. Pengunaan hampir sama dengan baja
karbon rendah, digunakan untuk yang
Tetapi pisau yang dibeli dipasar sering
memerlukan kekuatan dan ketangguhan
mengalami retak dan rompal pada bagian
yang lebih tinggi. Juga banyak
pisaunya, dengan kodisi ini peneliti berusaha
digunakan sebagai baja kontruksi
mencari jalan keluarnya yaitu membuat dan mesin, untuk poros, roda gigi, rantai
melakukan uji sifat mekanik pisau baru dan lain-lain.
tersebut. .c. Baja Karbon Tinggi
Kadar karbon lebih dari 0,55 % dengan
sifat mekanik lebih kuat dan keras dari
Permasalahan
baja karbon rendah dan menengah
Permasalahan yang kerap dikelukan oleh tetapi keuletan dan ketangguhan lebih
masyarakat penyadap karet adalah terjadinya rendah. Baja jenis ini digunakan
tumpul, retak dan patah / gompel pada mata terutama untuk baja perkakas dan
pahat. Dengan demikian produk tersebut biasanya memerlukan sifat tahan aus
tidak bisa di pakai dalam waktu lama karena misalnya untuk mata bor, tap dan mesin
akan merusak pohon karet. Rumusan perkakas tangan.
masalah, untuk mengatasi hal tersebut maka
penulis mencoba mencari jalan keluar 2. Baja paduan
dengan melakukan penelitian terhadap pahat Baja paduan adalah baja yang
/ pisau yang ada dan yang baru. mempunyai kadar karbon sama dengan
baja lunak, tetapi ditambah dengan
Manfaat Penelitian sedikit unsur – unsur paduan.
Untuk membantu para petani penyadap Penambahan unsur ini dapat
karet, supaya pemakaian pisau penyayat meningkatkan kekuatan baja tanpa
batang karet lebih tahan lama. mengurangi keuletannya. Baja paduan
banyak digunakan untuk kapal, jembatan,
Tinjauan Pustaka roda kereta api, ketel uap, tangki-tangki
Pengertian Baja dan dalam permesinan.
Baja adalah logam yang paling banyak a. Baja paduan rendah
digunakan. Seperti yang telah diuraikan Low aloy steel atau baja paduan
didepan bahwa baja pada dasarnya adalah dengar kadar unsur paduan rendah
paduan besi dan karbon dengan sedikit unsur (kurang dari 10 ), mempunyai
lain, ini dinamakan baja karbon (carbon kekuatan dan ketanguhan lebih tinggi
steel). Bila baja itu mengandung juga unsur daripada baja karbon dengan kekuatan
lain dalam jumlah yang cukup besar yang sama. Hardenability dan sifat
sehingga akan merubah sifatnya maka baja tahan korosi pada umumnya lebih
itu dinamakan baja paduan (alloy steel). baik. Banyak digunakan sebagai baja
(Wahid Suherman, 1987) kontruksi mesin (Wahid Suherman,
1987 :73). Secara garis besar baja
1. Baja Karbon dapat di kelompokan menjadi dua
yaitu baja karbon dan baja paduan.
a. Baja Karbon Rendah Namun pada penelitian ini akan di
Kadar karbon sampai 0,25 % sangat bahas mengenai baja paduan rendah.
luas pengunaannya, sebagai baja b. Baja paduan tinggi
kontruksi umum, untuk baja profil High alloy steel baja paduan dengan
rangka bangunan, baja tulang beton, unsur paduan tinggi, mempunyai sifat
rangka kendaraan, mur baut, pelat, pipa khusus tertentu, baja tahan karat
dan lain-lain. Baja ini kekeuatannya (stainless steel), baja perkakas (tool
relatip rendah, tetapi keuletannya steel, misalnya High Speed Steel,
tinggi. HSS), baja tahan panas (heatresisting

57
Zulkarnain Fatoni

2.4. Sifat – Sifat Logam


b. Penahanan suhu (holding time)
Dalam penggunaan, logam yang
Holding time dilakukan untuk
digunakan akan mengalami gaya luar
memperoleh pemanasan yang homogen
atau perbedaan. Setiap logam
sehinga struktur austenitnya homongen
mempunyai daya tahan terhadap
atau terjadi kelarutan karbida ke dalam
pembebanan yang berbeda – beda,
austenit dan diffusi karbon dan unsur
perbedaan ini ditentukan oleh sifat dari
paduannya
logam tersebut. Sifat – sifat logam
antara lain sebagai berikut: c. Pendinginan
1. Sifat Mekanis Untuk proses pendinginan kita
Sifat mekanis adalah kemampuan melakukan pendinginan dengan
bahan untuk menerima pembebanan menggunakan media air.
atau untuk menahan beban yang
diterimanya baik beban statis
maupun beban dinamis. Sifat
mekanis baja juga dipengaruhi oleh
cara mengadakan ikatan karbon
dengan besi fasa – fasa yang
terdapat pada diagram fasa Fe-Fe3C.
2. Sifat Fisis
Sifat fisis adalah kemampuan
logam terhadap peristiwa- peristiwa
fisika
3. Sifat kimia merupakan kemampuan
dari setiap logam terhadap reaksi-
reaksi kimia. Pada umumnya sifat
ini diindikasikan sebagai daya
tahan terhadap karat pada suatu
logam Gambar 2 Diangram TTT
Langkah-langkah proses hardening (Time Temperature Transformation)
adalah sebagai berikut :
Proses pengerasan permukaan baja
a. Melakukan perlakuan panas dengan cara dipanaskan pada
(heatretment) temperatur 800 °C – 950 °C dalarn
Lakukan perlakuan panas diatas 800°C lingkungan yang mengandung karbon,
pada (diagram fasa) Cr - Cu, misalnya baik dalam bentuk padat, cair ataupun
pemanasan sampai suhu 850°C, gas. (G. Neiman, Anton Budiman,
tujuannya adalah untuk mendapatkan DIPI, ING. Bambang Priambodo,
struktur Austenite, yang salah sifat 1999). Kemudian ditahan pada waktu
Austenit tidak stabil pada suhu di atas tertentu dan diikuti dengan pendinginan
800°C, sehingga dapat ditentukan cepat
struktur yang diinginkan. Dibawah ini
diagram fasa Cr - Cu. Proses memanaskan baja karbon
rendah di dalam tungku purnace pada
temperatur 800 °C – 860 °C.
(R.S.Khurmi, J.K. Gupta, 1980).
Kemudian ditahan pada waktu tertentu
dan diikuti dengan pendinginan cepat
(quencing).
Proses memanaskan baja pada
temperatur 700°C - 900°C. Ditahan di
dalam tungku dalam waktu tertentu dan
diikuti dengan pendinginan cepat
(quencing). (Lawren H. Van Vlack,
Gambar 1 Diagram Fasa (Cr - Cu)
November 1980).

58
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Kekerasan Baja Paduan Rendah
untuk Bahan Pisau Penyayat Batang Karet

diikuti dengan pendinginan cepat Laboratorium metalurgi Program Studi


(quencing). (Lawren H. Van Vlack, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
November 1980). Tridinanti Palembang untuk Uji Rockwell
dan Struktur Mikro.
Metodologi Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian dengan
Metode penelitian yang digunakan adalah baik dan memudahkan melakukan analisa
metode analisa laboratorium, yang dilakukan data perlu disusun kerangka penelitian
diLaboratorium Teknik Kimia, Politeknik sebagai berikut :
Negeri Seriwijaya untuk Uji Komposisi dan

3.5. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Pustaka Studi lapangan


Persiapan Alat Uji

Pembuatan 7 buah
Uji
komposisi Spesimen dari per daun

Perlakuan panas

Variabel
Temperatur Waktu Tahan
810°C,820°C,830°C,840°C,850°C 10 menit

Pendingginan
Media air

Uji kekerasan
Uji Rockwell C

Analisa
Struktur mikro

Pembahasan dan
analisa data

Kesimpulan
dan
saran

Selesai
Gambar 3.Diagram Alir Penelitian

59
Zulkarnain Fatoni

1. Peralatan Pengujian yang berhubungan dengan


penelitian.
Peralatan yang digunakan dalam
b. Studi Eksperimental
pengujian ini adalah sebagai berikut :
Studi eksperimental adalah
a) Alat Uji Rockwell,Struktur Mikro
pengamatan langsung terhadap
b) Furnace
peralatan uji dan dilakukan secara
c) Tang Jepit
periodik sesuai dengan jadwal
d) Gelas ukur
yang telah ditetapkan.
e) Amplas dll.
3. Persiapan
f) Per daun
Mempersiapkan peralatan dan
g) Tuju Buah Spesimen
bahan untuk penelitian, baik alat uji
h) Air Murni ( Air Ledeng )
maupun alat ukur.
2. Metode Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini, Data Pembahasan Dan Analisa Data
penulis akan melakukan analisa dan
pengambilan data dengan beberapa studi 1. Pembuatan Spesimen atau Benda Uji
yaitu : Spesimen uji adalah berupa pahat
a. Studi Literatur pohon karet yang dibuat dari per daun
Metode ini dilakukan untuk mobil dan di potong di bagian mata
mendapatkan bahan-bahan acuan pisau pahat seperti pada gambar di
yang dibutukan pada proses bawa ini.
penelitian dengan cara
mempelajari buku-buku referensi

Mata pisau Gagang pisau

Spesimen

Gambar 4.Bagian yang di buat spesimen

2. Uji Komposisi Raw Material Tabel 2. Data Hasil Pengujian Komposisi


Hasil dari pengujian pada material yang material yang telah dipakai
telah di teliti :
Unsur (%) Unsur (%) Unsur (%)
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Komposisi
Unsur (%) Unsur (%) Unsur (%)
Fe 79,17 Mn 1,95 Sn 2,45

Fe 79,17 Mn 1,95 Sn 2,45


C 0,73 P 2,15 Ni 2,60

C 0,63 P 2,15 Ni 2,60


Co 3,35 S 1,50 Cu 3,5

Co 2,35 S 1,50 Cu 3,4


Si 3,50 Cr 1,55
Si 2,50 Cr 1,55

Sumber : Laboratorium Teknik Kimia,


Politeknik Negeri Seriwijaya.

60
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Kekerasan Baja Paduan Rendah
untuk Bahan Pisau Penyayat Batang Karet

Si 3,50 Cr 1,55 4. Menunggu beberapa saat agar


dingin, kemudian benda kerja di
bersikan. Benda kerja siap untuk
diuji kekerasannya dengan alat uji
Sumber : Laboratorium Teknik Kimia, kekerasan Rockwell C.
Politeknik Negeri Seriwijaya.
Dari data di atas, dapat di nyatakan
bahwa kedua komposisi hampir Data Hasil Pengujian Kekerasan
sama hanya berbeda beberapa %
unsur saja,maka dari itu kedua Pengujian kekerasan dilakukan
benda atau pegas daun bekas mobil dengan metode Rocwell C (RC) pengujian
termasuk baja paduan rendah kekerasan dilakukan sebanyak 5 titik
karena memiliki unsur paduannya hasilnya dirata-ratakan, hasilnya dapat
kurang dari 4% dilihat pada tabel di bawa ini:

3. Perlakuan Panas (Heat Treatment) Tabel 3. Hasil Pengujian Kekerasan


Rocwell C.
3.1. Persiapan Peralatan
Diskripsi Spesim Nilai kekerasan (HRC) Kekera
Peralatan yang di persiapkan en san
sebelum pelaksanaan heat treatment adalah Rata-
rata
sebagai berikut : Benda 1 52, 52 53 52 53 52,7
a. Spesimen pahat sebanyak 7 buah. yang 6 ,6 ,1 ,1 ,1
Telah
b. Air ledeng atau air murni yang dipakai
digunakan untuk media pendingin. Benda 1 44, 45 44 44 45 44,8
c. Ember cat 20kg 1 buah. Hasil 6 ,6 ,1 ,1 ,6
Tempa
d. Furnace, furnace yang digunakan Tempratu 1 43, 45 41 50 51 46,6
pada penelitian ini adalah furnace r 6 ,6 ,6 ,6 ,6
Barnstead Thermolyne 6000 milik 810 °C
Tempratu 1 48, 50 48 52 51 50,4
Laboratorium Logam Program Studi r 6 ,6 ,6 ,6 ,6
Teknik Mesin Universitas Tridinanti 820 °C
Palembang. Tempratu 1 55, 55 53 51 55 54,3
r 6 ,6 ,1 ,6 ,6
e. Tang jepit untuk mengangkat dan 830 °C
mencelupkan spesimen ke media Tempratu 1 59, 61 54 58 56 58,2
r 6 ,6 ,6 ,6 ,6
pendingin. 840 °C
Tempratu 1 58, 61 61 62 64 61,8
3.2. Proses Heat Treatment r 6 ,6 ,6 ,6 ,6
850 °C
Untuk pelaksanaan heat treatment
yang dilakukan adalah sebagai berikut : Sumber : Lab. Metalurgi Teknik Mesin
1. Spesimen dimasukan kedalam Univessitas Tridinanti Palembang
furnace pada saat temperatur
furnace 810°C, 820°C, 830°C,
70
840°C dan 850°C. 60
2. Setelah sampai pada suhu 810°C, 50
820°C, 830°C, 840°C dan 850°C 40
n
a
sa 61,8
30 52,7 54,3 58,2
spesimen ditahan furnace (Holding re
20
k
44,8 46,6 50,4
e
Time) selama 10 menit. K
10
3. Setelah holding time selama 10 0
menit, spesimen di keluarkan dari benda yg T=810°C T=830°C T=850°C
dipakai
furnace dengan mengunakan
penjepit benda kerja, kemudian Gambar 5. Grafik Kekerasan vs Spesimen
secara cepat dicelubkan kedalam
media pendingin air yang telah Analisa Data
disediakan. Hasil pengujian kekerasan benda uji tanpa
perlakuan masih dapat diukur menggunakan

61
Zulkarnain Fatoni

pakai lebih keras dari benda penempa, Dengan metode pendinginan ini, bila kita
dapat kita lihat dari struktur yang terbentuk bandingkan dengan benda uji tanpa
pada benda yang suda di pakai martensit perlakuan, kedua-duanya mempunyai nilai
dan benda dari tempa baenit dan juga kekerasan jauh lebih tinggi, artinya baja
keduanya terbentuk setruktur pearlite. yang telah terbakar akan menaikkan nilai
Dimana martensit adalah fasa tersebut kekerasan, menaikkan kekuatan tetapi
merupakan larutan padat dari karbon yang material menjadi sangat getas.
sifatnya sangat keras, sedangkan bainit
merupakan fasa yang kurang setabil yang di Kesimpulan
peroleh dari austenit pada temperatur yang
Dari hasil penelitian masing-masing benda
lebih rendah dari temperatur transformasi
uji (spesimen), yang mengalami perlakuan
ke perlit dan lebih tinggi dari temperatur
panas maupun tidak mengalami perlakuan
transformasi ke martensit, dan dimana
panas dapat disimpulkan sebagai berikut :
pearlite adalah gabungan dari ferrite dan
sementite, semakin banyak sementit yang 1. Jika kita perhatikan hasil pengujian
ada, baja akan semakin keras karena kekerasan baja yang telah mengalami
karbida yang terkeras di dalam baja adalah pemanasan dan didinginkan di dalam
sementite (Fe3C). air, menunjukkan data kecendrungan
semakin tinggi temperatur pemanasan
Jika kita perhatikan hasil pengujian
semakin keras baja tersebut. Hal ini
kekerasan baja yang telah mengalami
dikarenakan semakin tinggi temperatur
pemanasan dan didinginkan di dalam air,
pemanasan, fasa austenit yang terbentuk
dapat di lihat pada table 3 menunjukkan
semakin banyak dan dengan waktu
data kecendrungan semakin tinggi
penahanan yang cukup pada temperatur
temperatur pemanasan semakin keras baja
tersebut, austenit semakin homogen.
tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
Austenit inilah yang memungkinkan
temperatur pemanasan, austenit yang
dapat bertransformasi menjadi
terbentuk semakin banyak dan dengan
martensite pada saat dilakukan
waktu penahanan yang cukup pada
pendinginan cepat.
temperatur tersebut, austenit semakin
homogen. Austenit inilah yang 2. Hasil pengujian kekerasan akibat
memungkinkan dapat bertransformasi didinginkan dalam air, laju pendinginan
menjadi martensite pada saat dilakukan air lebih cepat, karbon yang terjebak dari
pendinginan cepat. struktur austenit (FCC) menjadi
martensit (BCT) lebih banyak dan
Akibat dari pendingin yang sangat cepat
austenite sisa pada temperatur kamar
maka struktur yang terbentuk adalah
yang tidak sempat bertransformasi
martensit , ini pulalah yang membuat baja
menjadi martensit lebih sedikit. hal
semakin keras karena struktur martensit
inilah yang menyebabkan kekerasan
adalah struktur yang paling keras di dalam
dengan pendingin mengunakan air Jika
baja, sayangnya struktur ini diikuti oleh
kita lihat hasil pengujian kekerasan
sifat yang tidak baik yaitu sifat yang getas
akibat didinginkan dalam air.
dan sangat rentan terhadap beban
selanjutnya. 3. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini
ada pada temperatur 820 0C dengan nilai
Jika kita lihat hasil pengujian kekerasan
kekerasan 50,4 HRc yaitu sedikit lebih
akibat didinginkan dalam air. Sehingga laju
rendah kekerasanya dibandingkan pisau
pendinginan air lebih cepat, karbon yang
yang dijadikan acuan dengan demikian
terjebak dari struktur austenit (FCC)
pisau ini lebih ulet dan kekerasannya
menjadi martensit (BCT) lebih banyak dan
turun.
austenite sisa pada temperatur kamar yang
tidak sempat bertransformasi menjadi
martensit lebih sedikit. hal inilah yang
menyebabkan kekerasan dengan pendingin
mengunakan air .

62
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Kekerasan Baja Paduan Rendah
untuk Bahan Pisau Penyayat Batang Karet

Saran G. Neiman, Anton Budiman, Bambang


Priambodo. 1999. “Elemen Mesin”
Untuk mempermudah Mahasiswa
Jilit 1 Edisi Kedua
melakukan pengujian struktur mikro dengan
R.S. Khurmi,J.K. Gupta. 1980,” A Text
alat mikroskop optik di laboratorium
Book Of Machine Design”,
metalurgi hendaklah dilengkapi dengan
Lawrence H. Van Vlack, 1980. “Elements
kamera untuk mempermudah pengambilan
Of Material Science And
gambar. Dan pada pengujian komposisi kita
Engineering”,
harus mempunyai alat uji komposisi di
Ir. Wahid Suherman, 1987. “Pengetahuan
laboratorium teknik mesin supaya
Bahan”, Institut Teknologi Surabaya
mempermudah Mahasiswa melakukan
Rochim Suratman, Dkk. 1986.”Paduan
pengujian komposisi pada material yang di
Pengujian Teknik dan Metalografi”
ambil dan tidak susah payah lagi melakukan
Institut Teknologi Bandung
pengujian di luar kampus.
Anrinal. 2013.”Metalurgi Fisik”,penerbit
Andi
Daftar Pustaka

Tim Penulis PS, “KARET”, Cetakan


Kedelapan, Penerbit PT. Penebar
Suadaya, 2006
Daryanto, Hari, 1997.” Ilmu Bahan “.
Jakarta : Bumi Aksara

63

Anda mungkin juga menyukai