Anda di halaman 1dari 13

PAPPER

PENGOLAHAN PAKAN

JERAMI JAGUNG AMONIASI

Disusun oleh :

Nama : Nur Indah Kusumaning T

NIM : H057070

Kelas :B

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan papper Pengolahan Pakan ini dengan baik. Adapun maksud
dan tujuan penyusunan papper Pengolahan Pakan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Pakan.
Pembuatan papper ini tidak terlepas dari berbagai pihak, maka dari
itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ir. Wara Pratitis S.S.,S.pt.,MP.,IPM Selaku dosen mata kuliah Teknologi
Pengolahan Pakan.
2. Teman teman prodi Peternakan yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan papper ini
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun demi kesempurnaan penulisan
laporanini.

Wonogiri, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………... iii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………….. 1
A. Definisi …………………………………………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………… 2
C. Manfaat …………………………………………….. 2
BAB II. MATERI dan METODE ………………………….. 3
A. Bahan Yang Dibutuhkan …………………………… 3
B. Alat yang Digunakan ……………………………… 3
C. Metode …………………………………………….. 3
BAB III. DAMPAK PEMBERIAN ………………………… 5
A. Konsumsi Nitrogen, Kecernaan Nitrogen Dan Nitrogen
Tercerna …………………………………………….. 5
B. Nitrogen Susu, Rasio Nitrogen Susu Dengan Konsumsi
Nitrogen Serta Rasio Nitrogen Feses Dengan Konsumsi
Nitrogen ……………………………………………. 6
C. Pengaruh Perlakuan Terhadap Laktosa Susu, Lemak
Susu, Dan Produksi Susu 4% FCM ………………. 7
BAB IV. PENUTUP ………………………………………… 9
A. Kesimpulan ………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I. PENDAHULUAN

A. Definisi
Penyediaan hijauan pakan untuk ternak ruminansia sampai saat
ini masih mengalami beberapa masalah, antara lain fluktuasi jumlah
produksinya sepanjang tahun, dimana ketersediaan hijauan pada musim
kemarau lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan maka pada
musim kemarau tersebut ternak akan kekurangan pakan. Kendala di atas
dapat diatasi dengan pemanfaatan hijauan pakan yang berasal dari limbah
pertanian dan perkebunan.

Tanaman jagung merupakan salah satu bahan pakan yang dapat


dijadikan pakan alternatif bagi ternak. Tingkat konsumsi jagung untuk
pakan ternak tertinggi di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk memenuhi kebutuhan
pakan yang terus meningkat ini maka penggunaan limbah tanaman jagung
merupakan salah satu sumber pakan terbaik (Trijayanti et. al., 2015).

Amoniasi merupakan salah satu perlakuan kimia yang bersifat


alkalis yang dapat melarutkan hemiselulosa dan akan memutuskan ikatan
lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Amoniasi dapat melarutkan
sebagian silika karena silika mudah larut dalam alkali, menurunkan
kristalinitas selulosa. Perlakuan amoniasi dapat meningkatkan kecernaan
dengan melonggarkan ikatan lignoselulosa, menjadikan karbohidrat
mudah dicerna, meningkatkan kecernaan dengan membengkakkan
jaringan tanaman dan meningkatkan palatabilitas pakan. Proses
amoniasi dapat berlangsung pada suhu 201000C, proses amoniasi pada
suhu 1000C membutuhkan waktu ± satu jam pada ruangan kedap
udara (Prastyawan et. al., 2012). 2

Limbah tanaman jagung yang berupa jerami jagung adalah salah


satu bahan baku pakan ternak yang banyak tersedia di Indonesia. Oleh
karena ketersediaannya yang melimpah dan nutrisi yang masih bagus

1IV
maka jerami jagung berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan sapi
perah. Namun jerami jagung memiliki kekurangan yaitu adanya
kandungan lignin yang tinggi. Lignin berpotensi menurunkan kecernaan,
oleh karena itu jerami jagung perlu diolah untuk melepaskan ikatan lignin
tersebut. Pengolahan tersebut dapat dilakukan dengan teknologi amoniasi.
Amoniasi dapat memutus ikatan lignin, sehingga mikrobia rumen akan
dapat lebih mudah dalam melakukan perombakan terhadap selulosa dan
hemiselulosa, disamping itu nitrogen pada jerami jagung dapat meningkat
karena adanya amoniasi menggunakan urea. Amoniasi menggunakan urea
selain mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga mudah dicerna
oleh mikrobia rumen, juga dapat meningkatkan kandungan nitrogen pakan
untuk memenuhi kebutuhan nitrogen bagi perkembangan mikrobia rumen.
Nilai manfaat pakan berserat dapat meningkat dengan adanya amoniasi
menggunakan urea (Pertiwi et. al., 2015).

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan papper ini adalah untuk mengetahui
bagaimana proses pembuatan jerami padi amoniasi dan bagaimana
dampak pemberian ke pada beberapa ternak. Selain itu pembuatan papper
ini juga dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pengolahan Pakan semester 6.
C. Manfaat
Manfaat yang didapat antara lain adalah dapat memanfaatkan
limbah pertanian khususnya limbah jagung untuk dijadikan pakan yang
mampu meningkatkan produksi ternak sehingga didapat pakan yang lebih
efisien dan murah.

V
BAB II. MATERI DAN METODE

A. Bahan yang Dibutuhkan


Amoniasi jerami jagung dibuat dari bahan-bahan yang terdiri dari
jerami jagung, urea dan air. Jerami jagung yang digunakan adalah jerami
yang sudah dicacah sepanjang 3-5 / 5-10 cm. Jerami yang digunakan
adalah jerami jagung kering dengan kadar air sekitar 15%. Ternak yang
digunakan adalah sapi perah laktasi sebanyak 15 ekor.

B. Alata yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan jerami jagung amoniasi
antara lain adalah ember, timbangan, plastik, tali rapia, dan terpal. Alat
perkandangan dibutuhkan untuk tahap perawatan, peralatan analisis
digunakan untuk menganalisis nitrogen, dan Alat lactoscan dibutuhkan
untuk mengetahui kandungan susu sapi perah laktasi setelah diberi pakan
jerami jagung amoniasi.
C. Metode
Metode pembuatan jerami jagung amoniasi adalah dengan
menyiapkan tempat, alat, dan bahan untuk pembuatan. Jerami jagung
terlebih dahulu dipotong-potong dengan panjang 3-5 cm / 5-10 cm. Urea
dilarutkan dengan menggunakan air dengan takaran tertentu sehingga
menghasilkan kadar air jerami jagung sekitar 40%. Jerami jagung
dimasukkan ke dalam plastik, pada setiap lapisan jerami jagung tersebut
dipercikkan larutan urea hingga merata. Jerami jagung yang telah diberi
larutan urea kemudian diperam selama 3 minggu, setelah 3 minggu jerami
jagung tersebut dapat dibuka dan di angin-anginkan terlebih dahulu
4
sebelum diberikan ke sapi perah.
Tahap pemeliharaan dilakukan selama 8 minggu dari pemberian
ransum perlakuan 2 kali sehari dan pemberian air minum secara ad libitum
Tahap pengambilan data yang berupa total koleksi dilakukan selama 1
minggu pada akhir masa pemeliharaan ternak. Konsumsi nitrogen
diperoleh dari kadar nitrogen ransum dikalikan dengan konsumsi bahan

3
VI
kering. Kecernaan nitrogen diukur sebagai selisih antara nitrogen yang
dikonsumsi dengan nitrogen yang dikeluarkan melalui feses. Nitrogen
tercerna didapat dari perkalian antara konsumsi nitrogen dengan kecernaan
nitrogen (Rotger et al., 2006). Kadar nitrogen susu diperoleh dari protein
susu dibagi 6,25. Jumlah nitrogen susu diperoleh dari kadar nitrogen susu
dikalikan dengan jumlah susu yang dihasilkan. Jumlah produksi susu
diketahui dengan menampung susu yang dihasilkan setiap harinya.

Penentuan kualitas susu dilakukan dengan menggunakan lactoscan.


Pengambilan sampel susu pada pemerahan pagi dan sore hari, kemudian
dicampur hingga homogen dengan proporsi susu pemerahan pagi 5 ml dan
susu pemerahan sore 5 ml. Mempersiapkan alat lactoscan serta selang
penyambung antara lactoscan dengan susu yang akan dilakukan analisis.
Selang penyambung tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol yang
telah berisi susu. Alat lactoscan dinyalakan dan proses analisis berjalan
secara otomatis. Hasil analisis langsung keluar berupa data yang berisikan
fat, protein dan lactose. Semua data penelitian dianalisis berdasarkan
prosedur sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan.

VII
BAB III. DAMPAK PEMBERIAN

A. Konsumsi Nitrogen, Kecernaan Nitrogen Dan Nitrogen Tercerna


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pertiwi dan
kawan-kawan (2015) yang berjudul pengaruh pemberian total mixed ration
berbasis jerami jagung teramoniasi terhadap pemanfaatan nitrogen pada
sapi perah laktasi, dengan perlakuan T0 = Jerami jagung + Konsentrat
(Non TMR), T1 = TMR berbasis jerami jagung 1 tanpa amoniasi, dan T2
= TMR berbasis jerami 2 tanaman jagung amoniasi, diketahui bahwa
perlakuan berpengaruh nyata terhadap konsumsi nitrogen ransum
(P<0,05).
Rataan konsumsi nitrogen tertinggi terdapat pada TMR berbasis
jerami jagung amoniasi (T2) yaitu 251,08 g, kemudian 214,84 g pada
TMR berbasis jerami jagung tanpa amoniasi (T1), dan konsumsi nitrogen
terendah terdapat pada perlakuan non TMR (T0) yaitu 214,42 g. Konsumsi
nitrogen pada T2 berbeda nyata dengan T0 dan T1, sedangkan antara T0
dengan T1 tidak berbeda nyata. Kadar nitrogen yang lebih tinggi pada T2
mengakibatkan konsumsi nitrogennya menjadi paling tinggi. Kadar
nitrogen pada T2 dapat meningkat dengan adanya amoniasi.
Konsumsi nitrogen yang tinggi akan menyebabkan kecernaan
nitrogen yang tinggi pula. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap kecernaan nitrogen di dalam rumen (P<0,05).
Rataan kecernaan nitrogen tertinggi terdapat pada T2 yaitu 82,99%,
kemudian 78,78% pada T1, dan konsumsi nitrogen terendah terdapat pada
T0 yaitu 70,13%. Konsumsi nitrogen pada T2 berbeda nyata dengan T0
dan T1, dan antara T0 dengan T1 juga berbeda nyata. Kadar nitrogen yang
lebih tinggi pada T2 mengakibatkan konsumsi nitrogennya menjadi paling
6
tinggi.
Nitrogen tercerna diperoleh dari konsumsi nitrogen dikalikan
dengan kecernaan nitrogen. Semakin tinggi tingkat konsumsi dan
kecernaan nitrogen maka semakin tinggi pula jumlah nitogen tercerna.

VIII

5
Perlakuan berpengaruh terhadap jumlah nitrogen tercerna (P<0,05), T2
berbeda nyata dengan T0 maupun T1, dan antara T0 dengan T1 juga
berbeda nyata. Nitrogen tercerna tertinggi terdapat pada T2 yaitu 208,40 g,
kemudian T1 sebesar 169,25 g dan terendah adalah T0 yaitu 150,36 g. Hal
ini sesuai dengan Castillo et al. (2001) bahwa semakin tinggi konsumsi
nitrogen maka akan mengakibatkan semakin tingginya nitrogen tercerna,
dan hal tersebut dapat berdampak positif pada produksi susu yang
dihasilkan.

B. Nitrogen Susu, Rasio Nitrogen Susu Dengan Konsumsi Nitrogen Serta


Rasio Nitrogen Feses Dengan Konsumsi Nitrogen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa
perlakuan berpengaruh terhadap nitrogen susu (P<0,05). Rataan nitrogen
susu tertinggi terdapat pada T2 yaitu 66,69 g, selanjutnya T1 sebesar 53,90
g dan yang terendah adalah T0 dengan kandungan nitrogen susu sebesar
53,49 g. Tinggi rendahnya kandungan nitrogen susu dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya nitrogen yang dikonsumsi.
Rataan rasio nitrogen susu terhadap konsumsi nitrogen ditampilkan
pada Tabel 2. Rasio nitrogen susu terhadap konsumsi nitrogen tidak
terpengaruh oleh perlakuan (p>0,05), namun demikian terdapat
kecenderungan adanya peningkatan positif dengan pemberian TMR
berbasis jerami tanpa diolah maupun TMR yang berbasis jerami amoniasi
bila dibandingkan dengan pemberian pakan non TMR. Rasio nitrogen susu
terhadap konsumsi nitrogen berada dalam kisaran 24,95-26,56%. Semakin
tinggi persentase rasio nitrogen susu terhadap konsumsi nitrogen
mengindikasi bahwa semakin efisien pemanfaatan nitrogen dalam
pembentukan komponen susu.
Perlakuan amoniasi menyebabkan kandungan nitrogen pada T2
meningkat, hal ini akan meningkatkan jumlah nitrogen yang masuk ke
tubuh ternak. Semakin banyak nitrogen yang masuk ke dalam tubuh maka
peluang nitrogen yang lolos degradasi rumen pun semakin meningkat,
sehingga suplai nitrogen untuk produktivitas juga dapat meningkat.

IX
7

Rataan rasio nitrogen feses terhadap konsumsi nitrogen perlakuan


berpengaruh nyata pada rasio nitrogen feses terhadap konsumsi nitrogen
(p<0,05). Kisaran rasio nitrogen feses terhadap konsumsi nitrogen yaitu
17,01-29,87%. Rasio nitrogen feses terhadap konsumsi nitrogen terendah
terdapat pada T2, hal ini menunjukkan bahwa lebih sedikit nitrogen yang
terbuang bersama feses. Pada T2 diduga nitrogen tersebut lebih banyak
digunakan dalam proses sintesis protein mikrobia sehingga diasumsikan
bahwa pemanfaatan nitrogennya lebih baik daripada perlakuan T0 dan T1.

C. Pengaruh Perlakuan Terhadap Laktosa Susu, Lemak Susu, Dan


Produksi Susu 4% FCM
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trijayanti dan kawan –
kawan (2015) dengan judul laktosa, lemak dan produksi susu pada sapi
perah laktasi yang diberi total mixed ration berbasis jerami jagung
teramoniasi dengan perlakuan yang sama sepert penelitian Pertiwi dan
kawan-kawan (2015), didapatkan dengan uji kontras ortogonal
menunjukkan perlakuan pakan non TMR dibandingkan dengan pakan
TMR (T0 vs T1T2) didapatkan rata-rata kadar laktosa susu pada perlakuan
non TMR (T0) tidak berbeda nyata dengan perlakuan TMR (T1 dan T2).
Namun, perlakuan pakan TMR berbasis jerami jagung tanpa amoniasi
dibandingkan dengan pakan TMR berbasis jerami jagung teramoniasi (T1
vs T2)didapatkan rata-rata kadar laktosa susu pada sapi dengan perlakuan
T2 nyata lebih tinggi (p<0,05) yaitu 4,507% dibandingkan dengan
8
perlakuan T1 yaitu 4,241%.
Berdasarkan uji kontras orthogonal, perlakuan pakan non TMR
dibandingkan dengan pakan TMR (T0 vs T1T2) menunjukkan rata-rata
lemak susu pada perlakuan non TMR (T0) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan TMR berbasis jerami jagung tanpa dan dengan amoniasi (T1
dan T2). Hal ini diduga karena baik pakan non TMR maupun TMR masih
mampu menghasilkan prekursor pembentuk lemak susu dengan jumlah
yang sama untuk sintesis lemak susu pada kelenjar ambing. Perlakuan
pakan TMR berbasis jerami jagung tanpa amoniasi dibandingkan dengan

X
pakan TMR berbasis jerami jagung teramoniasi (T1 vs T2) menghasilkan
rataan kadar lemak susu pada perlakuan TMR berbasis jerami jagung
teramoniasi yaitu 4,383% nyata lebih tinggi (p<0,005) dibandingkan
dengan TMR berbasis jerami jagung teramoniasi yaitu 3,869%. Hal ini
disebabkan perlakuan amoniasi menyebabkan serat mudah didegradasi
oleh mikrobia rumen sehingga ketersediaan asupan energi berupa glukosa
meningkat.
Berdasarkan uji kontras orthogonal menunjukkan perlakuan pakan
non TMR dibandingkan dengan pakan TMR (T0 vs T1T2) didapatkan
rata-rata produksi susu 4% FCM pada perlakuan non TMR (T0) tidak
berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan dengan perlakuan TMR (T1 dan
T2). Hal ini terjadi karena setiap produksi susu yang meningkat juga
disertai penurunan kadar lemak pakan. Oleh sebab itu, produksi susu 4%
FCM akan memperoleh hasil yang sama pada semua perlakuan (T0, T1,
dan T2).

XI
BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan, seperti :

1. Pembuatan jerami jagung amoniasi dapat dilakukan dengan alat seadanya dan
dengan proses yang sederhana. Dengan waktu pembuatan selama 3 minggu.
2. Hasil penelitian menunjukkan bawa ransum sapi perah yang disajikan dalam
bentuk TMR kering dapat menghasilkan kecernaan nitrogen yang lebih tinggi
daripada pakan non TMR, hal tersebut mengindikasi bahwa pemberian TMR
kering berbasis jerami jagung tanpa amoniasi sudah dapat memperbaiki
kecernaan nitrogen pada sapi perah. Efisiensi penggunaan nitrogen tertinggi
dicapai dengan pemberian TMR kering berbasis jerami jagung yang
diamoniasi. Amoniasi yang dilakukan pada jerami jagung dapat membantu
meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen pada sapi perah.
3. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
pakan TMR dengan penambahan jerami jagung teramoniasi (T2) mampu
meningkatkan produksi susu 4% FCM pada sapi perah dengan kandungan
laktosa dan lemak susu yang baik. Pakan TMR berbasis jerami jagung
teramoniasi ini efektif diterapkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas ternak perah

XII
DAFTAR PUSTAKA
9

Afriani Tinda, Ferry Lismanto Syaiful dan YogaSeftiadi. 2019. Pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan pembuatan pakan alternatif amoniasi
jerami jagung dinagari pelangai kaciak kecamatan ranah pesisir, pesisir
selatan. Jurnal Hilirisasi IPTEKS 2(2) : 122-129.

Trijayanti , D. K., Prasetiyono, B.W.H.E., dan Kusumanti, E. 2015. Laktosa,


lemak dan produksi susu pada sapi perah laktasi yang diberi total mixed
ration berbasis jerami jagung teramoniasi. Jurnal Pengembangan
Penyuluhan Pertanian Bidang Ilmu-ilmu Peternakan 11 (21) : 1-8.

PPrastyawan R. M., B. I. M. Tampoebolon dan Surono. 2012. Peningkatan


kualitas tongkol jagung melalui teknologi amoniasi fermentasi (amofer)
terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik serta protein total
secara in vitro. Animal Agriculture Journal 1(1) : 611 – 621.

Pertiwi Bella, Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, dan Anis Muktiani. 2015.
Pengaruh pemberian total mixed ration berbasis jerami jagung
teramoniasi terhadap pemanfaatan nitrogen pada sapi perah laktasi.
Jurnal Agromedia 33(1) : 97-103.

XIII

Anda mungkin juga menyukai