PROPOSAL SKRIPSI
PUTRI AZZURI
1710611222
1
Wirjono Projodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, P.T Bale Bandung, Bandung, 1981, hlm. 9.
2
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm 82.
3
Hermansah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005,
hlm.71.
4
Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014,
hlm.91.
Michael R. Purba, Kamus Hukum, Widyatamma, Jakarta, 2009, hal 308.
5
Ceisa Shadrina Pranindira, Analisis Penyelesaian Force Majeure Dalam Produk Pembiayaan Pada Bank
6
7
Hamalatul Qur'ani, Masalah Hukum Penundaan Kontrak Akibat Penyebaran Covid-19, diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e70df2e855cf/masalah-hukum-penundaan-kontrak-akibat-penyebaran-
covid-19/, pada tanggal 04 April 2020 pukul 22.25.
8
Dipna Videlia Putsanra, Update Corona Indonesia: COVID-19 Bencana Nasional Kasus Capai
117, diakses dari https://tirto.id/eFq1, pada tanggal 04 April 2020 pukul 22.43.
9
Adhi Wicaksono, Syarat Penundaan Cicilan Kredit Motor Ojol dan UMKM, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200403091127-78-489870/syarat-penundaan-cicilan-kredit-motor-ojol-
dan-umkm, pada tanggal 04 April 2020 pukul 22.57.
10
Yoghy Irfan, Ini Syarat Penerima Kelonggaran Pembayaran Cicilan hingga 1 Tahun, diakses dari
https://selasar.co/read/2020/03/26/1169/ini-syarat-penerima-kelonggaran-pembayaran-cicilan-hingga-1-tahun, pada
tanggal 04 April 2020 pada pukul 23.17.
b) Ketidakmungkinan dalam keadaan memaksa yang objektif.11
Ajaran keadaan memaksa yang subjektif diartikan bahwa tidak dipenuhinya
prestasi oleh debitur sifatnya relatif. Artinya barangkali hanya pihak debitur sendiri
yang tidak dapat memenuhi prestasi, sedangkan bila orang lain yang mengalami
peristiwa dimaksud ada kemungkinan orang tersebut dapat memenuhi prestasinya.
Sehingga untuk ajaran keadaan memaksa yang subjektif atau relatif ini dapat pula
dikatakan sebagai “difficultas”. Pada keadaan memaksa yang subjektif ini, perikatan
atau perjanjian tersebut tidak berarti menjadi batal, akan tetapi hanya berhenti
berlakunya untuk sementara waktu. Apabila keadaan memaksa tersebut sudah tidak
ada, maka perikatan atau perjanjian tersebut berlaku kembali. 12 Jadi teori subjektif ini
memperhatikan pribadi daripada debitur pada waktu terjadinya force majeure,
misalnya kesehatan, kemampuan keuangan debitur, dan lain-lain.
Kemudian dalam teori keadaan memaksa yang objektif, debitur baru bisa
mengemukakan adanya force majeure kalau setiap orang dalam kedudukan debitur
tidak mungkin untuk memenuhi prestasi. Disini ketidakmungkinan berprestasi
bersifat absolut, siapun tak bisa. Kalau setiap orang tak bisa, maka hal itu berarti
ketidakmungkinan untuk memberikan prestasi di sini bersifat mutlak.13
b. Kerangka Konseptual
1) Perjanjian merupakan suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara
dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk
melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu.14
2) Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
3) Force Majeure adalah keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk
melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada
saat dibuatnya kontrak.15
4. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah yuridis empiris atau disebut dengan
penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang
terjadi dalam kenyataannya dalam masyarakat.16
b. Jenis Data
Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.17 Data sekunder
merupakan data yang antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
11
J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 254.
12
Purwahid Patrik, Hukum Perdata I (Azas-Azas Hukum Perikatan), Semarang: Seksi Hukum Perdata,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1986, hlm.21.
13
J.Satrio, loc.cit., hlm.254.
14
Wirjono Projodjodikoro, loc.cit., hlm. 9.
15
Michael R. Purba, loc.cit., hlm 308
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hlm.
126
17
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 30
bahkan hasil- hasil penelitian yang bersifat laporan. 18 Data sekunder berasal dari
sumber bahan hukum primer yang terdiri dari undang-undang, sumber bahan hukum
sekunder terdiri dari buku dan jurnal ilmiah, serta sumber bahan hukum tersier yang
terdiri dari kamus hukum.
c. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan
kasus (The Case Approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan
telaah terhadap kasus dilapangan yang berkaitan dengan isu yang dihadapi dan
pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan
dengan isu hukum yang diteliti.
d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis data
yaitu data yang bersifat primer dan data yang bersifat sekunder dengan teknik dan alat
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara bebas terbuka dengan menggunakan alat
berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai pedoman wawancara
sesuai dengan permasalahan. Tujuan dari wawancara adalah agar informan dapat
berbicara atau menyampaikan pernyataan yang menjadi kepentingannya atau
kelompoknya secara terbuka.19
2. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang
dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan content
analisys.20 Teknik ini berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan
mengkaji dan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen,
laporan, arsip dan hasil penelitian lainnya baik cetak maupun elektronik yang
berhubungan dengan force majeure dalam perjanjian.
DAFTAR PUSTAKA
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ctk Ketiga, UI Press, Jakarta, 2012, hlm.42
19
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 384.
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 21
Buku:
Amiruddin (2006) Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2012) Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Hermansah (2005) Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Marzuki, P. M. (2011) Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Patrik, P. (1986) Hukum Perdata I (Azas-Azas Hukum Perikatan). Seksi Huku. Semarang:
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Projodjodikoro, W. (1981) Azas-Azas Hukum Perjanjian. Bandung: PT. Bale Bandung.
Purba, M. R. (2009) Kamus Hukum. Jakarta: Widyatamma.
Satrio, J. (1993) Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya. Bandung: Alumni.
Soekanto, S. (2012) Pengantar Penelitian Hukum. Cetakan Ke. Jakarta: UI Press.
Sugiyono (2014) Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sutarno (2008) Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung: Alfabeta.
Widjaja, G. (2014) Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Skripsi
Pranindira, C. S. (2016) Analisis Penyelesaian Force Majeure Dalam Produk Pembiayaan Pada
Bank Syariah. UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Hlm. 29
Website:
Irfan, Y. (2020) Ini Syarat Penerima Kelonggaran Pembayaran Cicilan hingga 1 Tahun.
Available at: https://selasar.co/read/2020/03/26/1169/ini-syarat-penerima-kelonggaran-
pembayaran-cicilan-hingga-1-tahun (Accessed: 17 April 2020).
Putsanra, D. V. (2020) Update Corona Indonesia: COVID-19 Bencana Nasional Kasus Capai
117. Available at: https://tirto.id/eFq1. (Accessed: 04 April 2020 pukul 22.43.)