Anda di halaman 1dari 11

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL DAN SISTEMATIKA PROPOSAL

TUGAS AKHIR (JURNAL)

Kepada Yth : Yth. Ketua Program Studi


Fakultas Hukum UPN Veteran Jakarta
Jl. RS. Fatmawati No. 1, Pondok Labu, Jakarta Selatan

Yang bertanda tangan di bawah ini, Mahasiswa Program S tudi Hukum


Program Sarjana FH UPNVJ
1 Nama lengkap
2 NIM
3 Tempat, Tanggal Lahir
4 Program Konsentrasi
5 Semester
6 Jumlah SKS Lulus
7 Nilai MPH dan PH
8
No/HP
.
9 Alamat Jl

Dengan mengajukan judul sebagai berikut :


PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK SEBAGAI PELAKU
TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri
Pematang Siantar Nomor 162/Pid.B/2013/PN.PMS)

A. Latar belakang masalah


Kejahatan merupakan suatu perbuatan yang buruk, berasal dari kata jahat
yang memiliki arti sangat tidak baik, sangat buruk, sangat jelek, sedangkan secara
yuridis kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum atau yang
dilarang oleh undang-undang. Kejahatan merupakan suatu perbuatan suatu
tindakan yang secara umum memiliki arti perbuatan yang tidak sesuai dengan
hukum yang berlaku. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam
kejahatan tergantung pada sasaran kejahatannya. Salah satu kejahatan yang terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat yaitu pencurian. Seseorang yang telah melakukan
kejahatan wajib menerima hukuman (sanksi) untuk mengembalikan keseimbangan
kehidupan masyarakat yang baik.1
Di Indonesia kejahatan secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dalam buku kedua. Salah satu bentuknya yaitu pencurian,
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pencurian diatur dalam Bab
XXII tentang “Pencurian” dari Pasal 362 – Pasal 367 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Dalam bab tersebut terdapat berbagai ketentuan
mengenai pencurian yang dilakukan dalam berbagai kondisi dan cara.
Saat ini tidak hanya orang dewasa saja yang melakukan tindak pidana, tetapi
juga dilakukan oleh anak-anak. Pencurian merupakan tindak pidana yang sering
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Pencurian yang dilakukan oleh anak
sudah banyak diberitakan baik melalui surat kabar maupun media daring. Untuk
menghindari terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh anak, sudah sepatutnya
orang tua memperhatikan dan melindungi anaknya agar anak tidak melakukan hal
yang terlarang terlebih sampai menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.
Di Indonesia anak yang melakukan perbuatan jahat diatur dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perlindungan Anak menetapkan anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah melanggar undang-
undang dan akan dikenai pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya.
Pertanggungjawaban yang harus dibebankan kepada pelaku yang melakukan
pelanggaran hukum pidana berkaitan dengan dasar untuk menjatuhkan sanksi
pidana. Dapat dipidana atau tidaknya seorang anak dan dapat atau tidaknya
seorang anak dimintai pertanggungjawaban tindak pidana dilakukan dengan
pengkategorian umur.2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

1
Nur Hidayah, Tinjauan Kriminologis Kejahatan Kekeraasan Yang Dilakukan Secara
Bersama-sama Di Muka Umum (Studi Kasus Tahun 2014-2016 Di Kabupaten Takalar), 2017,
hlm. 1.
2
S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia Dan Penerapanya, Alumni Ahaem
Peteheam, Jakarta, 1996, hlm. 245.
Perlindungan Anak menetapkan anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Selanjutnya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
dalam bab 1 Pasal 1 butir 2 mengatakan bahwa: “Anak yang berhadapan dengan
hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban
tindak pidana dan anak yang menjadi saksi tindak pidana”, dan dalam butir 3
disebutkan bahwa: “Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun, yang diduga melakukan tindak pidana”.
Anak merupakan generasi penerus bangsa dan penerus perjuangan
pembangunan yang ada. Perlindungan terhadap anak tidak terbatas pada
pemerintahan saja, akan tetapi harus dilakukan juga oleh orang tua, keluarga dan
masyarakat untuk bertanggung jawab menjaga dan memelihara hak asasi anak
tersebut. Anak dapat mendapatkan perlindungan baik dalam bidang privat maupun
publik. Perlindungan hukum anak dalam bidang hukum publik diantaranya adalah
perlindungan hukum anak secara materil dan perlindungan hukum anak secara
formil. Perlindungan secara formil berkaitan dengan perlindungan anak dalam
peradilan umum.3
Dalam peradilan umum, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan dalam pasal 69 ayat (1)
bahwa anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan
ketentuan dalam Undang- Undang tersebut. Kemudian dijelaskan dalam pasal 70
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
bahwa ringannya perbuatan, keadaan pribadi Anak, atau keadaan pada waktu
dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar
pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan
dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan. Dalam memberikan
pertanggungjawaban pidana, batas usia anak yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana adalah usia 12 tahun, hal ini sesuai dengan putusan
Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/2010 24 Februari 2011. Anak yang belum
mencapai usia 12 tahun dianggap belum bisa memberikan pertanggungjawaban
3
Safrizal, "Pertanggungjawaban Pidana dari Anak Dibawah Umur yang Melakukan
Pembunuhan." Lex Crimen, Vol. 2, No. 7, (2013), hlm. 44.
pidana. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut seharusnya aparat
penegak hukum sudah harus memahami dan mengetahui bahwa batas umur anak
yang dapat diajukan ke sidang anak yakni anak yang telah berumur 12 (dua belas)
tahun. Masih terdapat kekeliruan yang dilakukan aparat penegak hukum di
Indonesia dan selalu menjadi sorotan, terdapat kasus yang tidak sesuai dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/2010 tertanggal 24 Februari 2011
seperti halnya pada kasus dalam Putusan Nomor 162/Pid.B/2013/PN.PMS.
Kasus ini berawal pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2013 sekira pukul 09.30
Wib Ruben Benito Siahaan (diajukan dalam berkas terpisah) bersama dengan
terdakwa I RS dan terdakwa II DYS berangkat dari Jl. Diponegoro Kota
Pematang Siantar menuju rumah korban Rima Novia Panjaitan dan setelah sampai
disimpang rumah korban lalu Ruben Benito Siahaan menyuruh terdakwa II DYS
masuk kedalam rumah dan bertemu dengan 2 (dua) orang perempuan anak kost
dirumah tersebut, terdakwa II DYS bertanya kepada mereka dengan mengatakan
“mana abang itu kak (maksud terdakwa anak pemilik rumah) lalu salah seorang
dari mereka masih menjawab “masih sekolah” selanjutnya terdakwa II DYS
mengambil handuk disamping pintu lantai 2 kemudian mandi, setelah mandi
terdakwa II DYS melihat sepasang sepatu merk Adidas warna putih dan
memakainya, terdakwa II DYS juga melihat tas warna cokelat terletak disamping
kursi sofa lalu terdakwa mengambil tas tersebut dan memasukkan laptop kedalam
tas tersebut serta 1 (satu) buah HP merk BlackBerry dan memasukkan ke dalam
saku celana lalu terdakwa II DYS turun ke lantai 1 dan keluar dari rumah bertemu
dengan terdakwa I RS dan Ruben Benito Siahaan dengan membawa barang hasil
curian berupa 1 (satu) buah HP BlackBerry Gemini warna hitam type 8520, 1
(satu) unit laptop merk Acer type 4620Z4A1G16Mi warna hitam, sepasang sepatu
merk Adidas warna putih, 1 (satu) potong kaos oblong warna hijau kuning merk
Afro, 1 (satu) buah celana panjang jeans kuncup warna hitam, 1 (buah) tas warna
cokelat, selanjutnya para terdakwa bersama dengan Ruben Benito Siahaan pergi
membawa barang-barang tersebut dan menjualnya. HP BlackBerry dijual oleh
Ruben Benito Siahaan dan terdakwa I RS kepada orang yang tidak dikenal
seharga Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) dan Laptop dijual terdakwa I RS,
terdakwa II DYS dan Ruben Benito Siahaan kemedan seharga Rp. 350.000.- (tiga
ratus lima puluh ribu rupiah) dan 1 (satu) celana jeans kuncup dijual seharga Rp.
20.000,- (dua puluh ribu rupiah). Bahwa akibat perbuatan para terdakwa dan saksi
korban Rima Novia Panjaitan mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atau sekurang-kurangnya lebih dari Rp. 250,-
(dua ratus lima puluh rupiah). Perbuatan terdakwa-terdakwa diatur dan diancam
melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-4e KUHPidana Jo. Pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam tentang pertanggungjawaban pidana anak sebagai
pelaku tindak pidana, mengangkat hal tersebut sebagai bahan penulisan hukum
yang berjudul, “ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK
SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Putusan
Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor 162/Pid.B/2013/PN.PMS)”

B. Identifikasi masalah
Terdapat perbedaan antara ketentuan batas usia pertanggungjawaban pidana
anak dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/2010 tertanggal 24
Februari 2011 dengan putusan Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor
162/Pid.B/2013/PN.PMS. Dalam putusan tersebut hakim memutuskan pidana
penjara selama 2 (dua) bulan 6 (enam) hari padahal terdakwa masih berumur 11
(sebelas) tahun. putusan Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor
162/Pid.B/2013/PN.PMS bertentangan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No.
1/PUUVIII/2010 tertanggal  tertanggal 24 Februari 2011 yang menyatakan bahwa
anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahun dianggap belum bisa memberikan
pertanggungjawaban pidana.

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana pencurian dalam perkara pidana Nomor
162/Pid.B/2013/PN.PMS?
2. Apakah putusan hakim Pengadilan Negeri Pematang Siantar dalam
perkara Nomor. 162/Pid.B/2013/PN.PMS sudah sesuai dengan ketentuan
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/2010 24 Februari 2011?
3. Penelitian terdahulu
4. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai
pelaku tindak pidana pencurian dalam perkara pidana Nomor
162/Pid.B/2013/PN.PMS.
2. Untuk menganalisis kesesuaian penjatuhan hakim Pengadilan Negeri
Pematang Siantar dalam perkara Nomor 162/Pid.B/2013/PN.PMS
dikaitkan dengan ketentuan Putusan Mahkamah Konstitusi No.
1/PUUVIII/2010 24 Februari 2011.

3. Manfaat/Signifikansi Penelitian
4. Metodologi Penelitian
Peter Mahmud Marzuki menerangkan bahwa penelitian hukum adalah
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 4
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya.5 Dalam melakukan penelitian digunakan suatu cara yang
sistematis berupa metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2011, hlm. 35
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ctk Ketiga, UI Press, Jakarta, 2012,
hlm.42
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif (Legal
Research), yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan
kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif yang berlaku.
Alasan digunakannya Penelitian hukum Normatif yaitu karena dalam
mengungkapkan kejadian atau fenomena dalam proses penelitian ini untuk
mendapatkan data dan informasi tentu berpedoman dari berbagai literatur
peraturan perundang-undangan dan studi kepustakaan. Tipe penelitian
yuridis normatif dilakukan dengan cara mengkaji berbagai aturan hukum
yang bersifat formil seperti undang-undang, peraturan-peraturan serta
literatur yang berisi konsep-konsep teoritis yang kemudian dihubungkan
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan hukum ini. 6
b. Jenis Data dan Sumber Bahan Hukum
1) Jenis Data
Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang antara lain mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, bahkan hasil- hasil penelitian
yang bersifat laporan.7
2) Sumber Bahan Hukum
Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Sumber bahan
hukum yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang digunakan terdiri dari peraturan
perundang-undangan,catatan resmi, risalah dalam pembuatan
perundangundangan dan putusan hakim.8 Dalam penelitian ini
bahan hukum primer yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Kitab Undang-Undang (KUHP)
(2) Kitab Undang-Undang Acara Hukum Pidana

6
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm.194
7
Soerjono Soekanto, Loc.Cit.
8
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hlm. 141
(3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak
(4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
(5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
(6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
(7) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
(8) Putusan Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor
162/Pid.B/2013/PN-Pms
(9) Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 320/PID/2013/PT-
MDN
(10) Putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/2010
tertanggal 24 Februari 2011
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang utama adalah buku teks karena
buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan
pandanganpandangan klasik para sarjana yang mempunyai
kualifikasi tinggi.9 Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder
yang digunakan meliputi :
(1) Buku-buku ilmiah dibidang hukum;
(2) Makalah-makalah
(3) Jurnal ilmiah
(4) Artikel ilmiah
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
Dalam penelitian ini bahan hukum tersier yang digunakan meliputi:

9
Ibid., hlm. 142
(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2) Kamus hukum
(3) Situs internet yang berkaitan dengan pertanggungjawaban
pidana anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian
c. Pendekatan Penelitian
Keterkaitannya dengan penelitian normatif, pendekatan yang
digunakan dalam penulisan hukum menurut Peter mahmud Marzuki
adalah sebagai berikut:10
1) Pendekatan kasus (case approach)
2) Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
3) Pendekatan historis (historical approach)
4) Pendekatan perbandingan (comparative approach)
5) Pendekatan konseptual (conceptual approach)
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini
berdasarkan beberapa pendekatan diatas adalah pendekatan perundang-
undangan (Statute Approach) dan pendekatan kasus (The Case Approach).
Pendekatan perundangan-undangan adalah pendekatan yang dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan
dengan isu hukum yang diteliti. Dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan penulis dapat melihat keserasian antara regulasi satu
dengan yang lainnya. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan
dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kasus-kasus yang ditelaah
merupakan kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan
hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap putusan tersebut adalah
pertimbangan hakim untuk sampai pada keputusan sehingga dapat
digunakan sebagai argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang
dihadapi.
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

10
Ibid., hlm. 93
Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk memperoleh
bahan hukum dalam penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang
mendukung dan berkaitan dengan pemaparan penelitian ini adalah studi
dokumen (studi kepustakaan). Studi dokumen adalah suatu alat
pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis
dengan mempergunakan content analisys.11 Teknik ini berguna untuk
mendapatkan landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku,
peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan, arsip dan hasil
penelitian lainnya baik cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan
pertanggungjawaban pidana anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian.

5. Jurnal yang akan dituju


6. Daftar Pustaka Sementara
7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

11
Ibid., hlm. 21
Lembar Pengesahan
Proposal Project untuk Jurnal

Poposal dengan judul ……………….. dibuat sebagai syarat untuk


menempuh ujian proposal yang merupakan rangkain dari proses pembuatan
jurnal sebagai tugas akhir maasiswa Fakultas Hukum UPNVJ.

Menyetujui
Dosen sesuai Road map Dosen Pembimbing Akademik

Nama : Nama :
NIP/NIDN NIP.

Anda mungkin juga menyukai