Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGHADAPI GENERASI Z DALAM


PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN

Caraka Putra Bhakti


Nindiya Eka Safitri
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
e-mail: carara.pb@bk.uad.ac.id

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Generasi Z merupakan orang-orang yang lahir pada kurun waktu
Diterima Mei 2017 sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Generasi ini memiliki
Disetujui Juni 2017 intensitas yang tinggi penggunaan teknologi informasi dan
Dipublikasikan Juni komunikasi. Mereka perlu dibekali dengan ketrampilan berpikir kritis,
2017 berpikir inovatif, pemecahan masalah dan interaksi sosial. Oleh
Kata Kunci: karena itu, sekolah memiliki tanggungjawab dalam hal ini melalui
kegiatan pembelajaran. Selain kegiatan pembelajaran, bimbingan dan
generasi Z,
konseling perkembangan bagi generasi Z sangat dibutuhkan. Layanan
bimbingan dan
bimbingan dan konseling untuk generasi Z hendaknya menggunakan
konseling, teknik dan media berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk
perkembangan menyampaikan pesan pada siswa. Teknik yang dapat digunakan
Keywords: digunakan untuk merangsang ketrampilan adalah diskusi, FGD,
Z generation, problem solving dan simulation games, serta adanya layanan e-counseling
guidance and atau cyber counseling. Media yang digunakan dapat berupa video, film,
counseling, macromedia flash, dan sebagainya. Upaya ini perlu disertai dengan
development kolaborasi bersama orang tua, sekolah, guru mata pelajaran, wali
kelas, dan instansi/lembaga/perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi informasi dan komunikasi.
Abstract
Z generation are people who were born in the period from 1995 until
2010. This generation has a high intensity of use of information and
communication technology. They need to be equipped with critical
thinking, innovative thinking, problem solving and social interaction
skills. Therefore, the school has a responsibility in this regard through
learning activities. Beside the learning activities, counseling and
guidance for the development of the Z generation is needed. Guidance
and counseling services for the Z generation should use techniques
and media based on information technology and communication to
deliver a message to the students. The technique can be used be used
to stimulate skills are discussions, focus group discussions, problem
solving and simulation games, as well as their e-counseling service
or cyber counseling. The media used can be videos, movies,
Macromedia Flash, and so on. These efforts need to be complemented
by collaboration with parents, schools, subject teachers, homeroom,
and agencies or institutions or companies engaged in the field of
information and communication technology.
DOI: http://dx.doi.org/10.24176/jkg.v3i1.1602
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 104
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PENDAHULUAN
Saat ini, era perkembangan tekonologi pendekatan linear dapat kurang tepat bagi
tidak dapat dibendung lagi. Anak-anak dan mereka. Kemajuan teknologi internet dan
remaja yang notabene masih berstatus media, menjadikan anak sekarang dipenuhi
sebagai siswa telah terampil dalam dengan berbagai informasi dari seluruh
menggunakan teknologi. Anak-anak dan penjuru dunia. Mereka dipenuhi dengan
remaja yang demikian disebut dengan berbagai informasi baik yang sesuai dengan
generasi Z. Generasi Z sendiri adalah anak- moral kita atau tidak. Jelas di tengah
anak yang lahir pada sekitar tahun 1995 kekacauan infomasi dan nilai ini mereka
sampai dengan tahun 2010. Dalam Saragih dituntut mempunyai ketrampilan
(2012) dijelaskan bahwa generasi Z yaitu menganalisis secara kritis, memilih secara
anak yang sangat melek teknologi atau net bijak, serta mengambil keputusan bagi
generation. Mereka lebih menyenangi hidupnya.
berinteraksi dengan komputer dan Sebenarnya anak-anak Indonesia
berkomunikasi dengan sistem online zaman ini menghadapi norma budaya ganda.
sehingga mereka punya kecenderungan Di satu sisi realitas hidup menuntut mereka
untuk tidak bertemu dengan teman- untuk mandiri, mampu berkompetisi,
temannya. mampu membuat pilihan atas aneka hal
Generazi ini memiliki ciri khas dimana yang ditawarkan, tetapi di sisi lain
internet telah berkembang pesat seiring masyarakat masih belum memberikan bekal
dengan perkembangan media elektronik dan yang memadai bagi anak-anak untuk
digital. Anak-anak dapat dengan mengakses mampu hidup secara mandiri. Proses
informasi dengan cepat dan mudah. Hal pendidikan anak masih menekankan
tersebut menyebabkan anak-anak tidak sabar pentingnya kontrol eksternal, bersifat
untuk menunggu proses. Anak-anak selalu dogmatis, dan indoktrinasi. Baik orangtua
mengandalkan jawaban dari setiap maupun sekolah pada umumnya belum
pertanyaan dan tantangan hidup dari sepenuhnya mengajarkan anak untuk
informasi-informasi yang ada di internet. mampu berpikir secara mandiri, menguji,
Mereka tidak mengetahui bahwa tidak dan mengevaluasi diri, serta
semua persoalan hidup bisa diatasi dengan mengembangkan pribadi yang otonom
teknologi. Beberapa persoalan hidup yang (Susana, 2012).
harus dipecahkan melalui proses yang Selain itu, adanya globasisasi,
panjang oleh dirinya sendiri, melalui modernisasi, MEA dan perkembangan ipteks
perenungan, usaha fisik, usaha psikis, dan menuntut generasi Z agar dapat menjalani
juga memerlukan bantuan orang lain secara kehidupan yang lebih kompleks, lebih rumit
nyata, bukan maya. dan lebih cepat. Di era MEA, situasi
Anak-anak yang termasuk generasi Z kehidupan semakin kompleks, penuh
sudah terbiasa berkomunikasi menggunakan peluang dan tantangan. Masyarakat dunia
internet, BB, facebook, dan twitter. Mereka dituntut untuk memiliki kompetensi agar
hidup dalam budaya yang serba cepat, dapat berkembang secara dinamis, produktif
sehingga tidak tahan dengan hal-hal yang dan mandiri (Irvan & Nindiya, 2016: 157).
lambat. Mereka adalah anak-anak dari Oleh karena, baik keluarga maupun sekolah
budaya instan yang serba ingin berhasil harus dilakukan upaya untuk penyiapan
dalam waktu cepat dan kalau bisa tanpa SDM generasi Z yang bermutu, yaitu yang
usaha keras. Anak-anak ini sering mampu hidup secara mandiri pada era
mengerjakan berbagai persoalan dalam satu digital.
waktu. Kalau mereka mengerjakan PR, Pemenuhan tuntutan ini tidak terlepas
mereka sekaligus juga membuka web lain, dari peran pendidikan. SDM yang bermutu
sambil masih bicara dengan teman lewat HP, dapat tercapai melalui pendidikan yang
dan ceting dengan teman lain lagi lewat bermutu (Caraka & Nindiya, 2015: 55). Hal
facebook. Perhatiannya biasa terpecah dalam ini sejalan dengan pernyataan Juntika (2011)
berbagai hal. Dalam mempelajari suatu bahwa pendidikan yang bermutu adalah
bahan mereka tidak mau urut, kadang dari pendidikan yang mampu mengantarkan
belakang, kadang dari tengah, kadang dari peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik
muka, dll. Ini berarti bahwa model saat ini maupun di masa yang akan datang.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 105
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Menurut Tilaar dalam Juntika (2011), untuk edukatif berupa layanan bimbingan dan
mencapai hasil pendidikan yang bermutu, konseling.
diperlukan proses pendidikan yang bermutu. Bimbingan dan konseling sendiri
Kemampuan yang diberikan melalui proses seharusnya juga tidak hanya berfokus pada
pendidikan bermutu tidak hanya perkembangan siswa tetapi juga
menyangkut aspek akademis saja, tetapi juga memperhatikan keadaan lingkungan sekitar
menyangkut berbagai aspek kehidupan yang siswa. Dengan demikian, bimbingan dan
komprehensif yakni perkembangan pribadi, konseling perkembangan nampaknya
sosial, kematangan individu, dan sistem menjadi strategi alternatif dalam
nilai. menyelesaikan masalah ini. Fajar Santoadi
Pendidikan merupan sebuah sistem (2010) mengungkapkan bahwa secara
dengan beberapa bagian yang saling implisit bimbingan dan konseling saat ini
terintegrasi. Bimbingan dan konseling sudah berorientasi perkembangan. Semenjak
sebagai bagian integral proses pendidikan tahun 1970-an, terutama di negara-negara
memiliki kontribusi dalam penyiapan SDM maju (misalnya negara-negara bagian
generasi Z yang bermutu. Dalam perspektif Amerika) mulai berkembang model program
bimbingan dan konseling, peserta didik bimbingan dan konseling komprehensif.
merupakan individu sedang berada dalam Dede Rahmat Hidayat (2013: 128)
proses berkembang atau menjadi (becoming), mengungkapkan bahwa model bimbingan
yaitu berkembang ke arah kematangan atau dan konseling komprehensif dirancang
kemandirian. Menurut Caraka & Nindiya untuk merespons berbagai persoalan yang
(2015: 55), untuk mencapai kematangan, dihadapi oleh konselor sekolah. Model ini
individu memerlukan bimbingan, karena dikembangkan berdasarkan berbagai hasil
masih kurang memahami kemampuan kajian teori, dan hasil penelitian yang telah
dirinya, lingkungannya dan pengalaman dilaksanankan oleh ASCA tentang program
untuk mencapai kehidupan yang baik bimbingan dan konseling dan profesi
(menjadi SDM bermutu). konselor sekolah. Model ini merupakan
Untuk mencapai kematangan, alternatif model bimbingan dan konseling
peserta didik sebagai generasi Z tidak yang memberikan kesempatan bagi
terlepas dari pengaruh lingkungan fisik, akademisi dan praktisi konseling untuk
psikis maupun sosial (Caraka, 2015: 93). meningkatkan layanan bimbingan dan
Lingkungan yang sarat dengan teknologi konseling di sekolah.
dapat dengan mudah mempengaruhi gaya Kaitannya dengan bimbingan dan
hidup, sifat, perilaku bahkan mindset konseling komprehensif, permerintah
seseorang. Iklim perkembangan teknologi Indoensia mengeluarkan Permendikbud
sering berlangsung kurang sehat. Iklim Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan
lingkungan yang kurang sehat ternyata dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
mempengaruhi perkembangan pola perilaku Pendidikan Menengah. Substansi dari
atau gaya peserta didik (remaja) yang permendikbud ini meliputi komponen
cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah program, bidang layanan, struktur program
moral, seperti pelanggaran tata tertib layanan, serta kegiatan dan alokasi waktu.
sekolah, tawuran, meminum minuman keras, Permendikbud tidak secara eksplisit
penyalangunaan obat-obat terlarang, membahas tentang bimbingan dan konseling
kriminalitas, dan pergaulan bebas. komprehensif, tetapi dilihat dari
Perkembangan generasi Z sangat substansinya ini menunjukkan versi model
kompleks. Sementara para pendidiknya yang bimbingan dan konseling komprehensif.
lahir pada era sebelumnya masih belum Dari sini, dapat dilihat bahwa
terbiasa dengan hal itu sehingga seringkali bimbingan dan kosneling perkembangan
pendidik mengaku ”gaptek” (gagap akan sangat berperan dalam menghadapi
teknologi). Untuk menyikapi hal tersebut dan mempersiapkan generasi Z yang
perlu ada inovasi baru dalam proses belajar bermutu. Oleh karena itu, perlu adanya
mengajar sehingga sesuai dengan karakter kajian tentang bagaimana peran bimbingan
tersebut (Purnomo, 2016). Proses ini tidak dan konseling untuk menghadapi generasi Z
semata-mata melalui kegiatan pembelajaran dalam perspektif bimbingan dan konseling
tetapi juga memerlukan layanan psiko- komprehensif.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 106
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

masa generasi ini adalah mereka yang


PEMBAHASAN dilahirkan dan dibesarkan pada era
A. Hakikat Generasi Z digital, dimana beranekamacam
1. Pengertian Generasi Z teknologi telah berkembang semakin
Generasi Z Generasi ini banyak dan canggih, seperti telah
merupakan orang-orang yang lahir adanya perangkat keras elektronik
pada kurun waktu sejak tahun 1995 berupa: komputer atau laptop, hand
sampai dengan tahun 2010. Generasi Z phone, iPad, MP3, MP4, dan lain
disebut juga dengan iGeneration, sebagainya.
Generasi Net atau Generasi Internet 2. Indikator Generasi Z
adalah mereka yang hidup pada masa Elizabeth T. Santosa ( 2015: 20)
digital. Elizabeth T. Santosa dalam menyebutkan beberapa indikator
bukunya yang berjudul Raising anak-anak yang termasuk dalam
Children in Digital Era menyebutkan Generasi Z atau Generasi Net:
bahwa: Generasi Net adalah generasi a. Memiliki ambisi besar untuk
yang lahir setelah tahun 1995, atau sukses
lebih tepatnya setelah tahun 2000. Anak zaman sekarang cenderung
Generasi ini lahir saat internet mulai memiliki karakter yang positif dan
masuk dan berkembang pesat dalam optimis dalam menggapai mimpi
kehidupan manusia. Generasi ini tidak mereka.
mengenal masa saat telepon genggam b. Cenderung praktis dan
belum diproduksi, saat mayoritas berperilaku instan (speed)
mainan sehari-hari masih tradisional. Anak-anak di era generasi Z
Selain itu, Hellen Chou P. (2012: menyukai pemecahan masalah
35) memberikan pengertian terhadap yang praktis. Mereka tidak
istilah generasi Z: Generasi Z atau menyukai berlama-lama
yang kemudian banyak dikenal meluangkan proses panjang
dengan generasi digital merupakan mencermati suatu masalah. Hal ini
generasi muda yang tumbuh dan disebabkan anak-anak ini lahir
berkembang dengan sebuah dalam dunia yang serba instan.
ketergantungan yang besar pada c. Cinta kebebasan dan memiliki
teknologi digital. Berdasarkan apa percaya diri tinggi
yang dikemukakan oleh Hellen Chou Generasi ini sangat menyukai
P. tersebut maka tidak mengherankan kebebasan. Kebebasan
apabila pada usia muda, orangorang berpendapat, kebebasan berkreasi,
yang notabene masih berstatus sebagai kebebasan berekspresi, dan lain
siswa telah terampil dalam sebagainya. Mereka lahir di dunia
penguasaan teknologi. yang modern, dimana sebagian
Generasi Z ini memiliki karakter besar dari mereka tidak menyukai
yang unik dan sangat berbeda dengan pelajaran yang bersifat menghafal.
karakter yang dimiliki oleh generasi- Mereka lebih menyukai pelajaran
generasi sebelumnya. Pengaruh yang bersifat eksplorasi. Anak-
teknologi yang sangat kuat ini anak pada generasi ini mayoritas
tercermin pada, misalnya, memiliki kepercayaan diri yang
ketergantungan generasi Z dengan tinggi. Mereka memiliki sikap
gadget dan durasi konsentrasi yang optimis dalam banyak hal.
singkat (Ozkan & Solmaz, 2015). d. Cenderung menyukai hal yang
Generasi Z memiliki detail
karakteristik yang khas dimana Generasi ini termasuk dalam
internet mulai berkembang dan generasi yang kritis dalam
tumbuh sejalan dengan perkembangan berpikir, dan detail dalam
media digital. Adanya Generasi Z mencermati suatu permasalahan
tersebut lahir dari perpaduan dua atau fenomena. Hal ini disebabkan
generasi sebelumnya yaitu Generasi X karena mudahnya mencari
dan Generasi Y. Orang-orang pada

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 107
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

informasi semudah mengklik Generasi ini memiliki


tombol search engine. kepedulian yang tinggi soal
e. Berkeinginan besar untuk lingkungan dan politik,
mendapatkan pengakuan sehingga apabila generasi ini
Setiap orang pada dasarnya mendapatkan pendidikan yang
memiliki keinginan agar diakui baik dan cocok maka mereka
atas kerja keras, usaha, akan sangat bermanfaat bagi
kompetensi yang telah diri dan lingkungannya.
didedikasikannya. Terlebih b. Nilai Minus Gen-Z
generasi ini cenderung ingin Anak Generasi Z cenderung tidak
diberikan pengakuan dalam sabaran, ingin menyelesaikan
bentuk reward (pujian, hadiah, masalah menggunakan cara-cara
sertifikat, atau penghargaan), instan karena terbiasa
karena kemampuan dan berkomunikasi dan
eksistensinya sebagai individu menyelesaikan masalah melalui
yang unik. dunia maya yang serba cepat dan
f. Digital dan teknologi informasi praktis. Sebagian dari generasi
Sesuai dengan namanya, generasi ini kurang terampil
Z atau generasi Net lahir saat berkomunikasi verbal yang bisa
dunia digital mulai merambah menjurus menjadi tidak peduli
dan berkembang pesat di dunia. dengan lingkungan sekitar.
Generasi ini sangat mahir dalam Apabila nilai minus ini dapat
menggunakan segala macam diakamodir dengan baik oleh
gadget yang ada, dan lingkungannya, baik di
menggunakan teknologi dalam lingkungan pendidikannya
keseluruhan aspek serta fungsi maupun pekerjaannya, maka
sehari-hari. Anak-anak pada besar kemungkinan nilai minus
generasi ini lebih memilih ini akan tergerus.
berkomunikasi melalui dunia
maya, media sosial daripada B. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
menghabiskan waktu bertatap Perkembangan
muka dengan orang lain. Asumsi dasar pendekatan
3. Nilai Plus dan Minus Generasi Z bimbingan dan konseling perkembangan
Dalam AF Magazine (2015), adalah pemikiran bahwa perkembangan
diterangkan bahwa generazi Z individu yang sehat akan terjadi dalam
memiliki nilai Plus dan nilai Minus interaksi yang sehat individu dengan
sebagai berikut: lingkungannya. Dengan kata lain,
a. Nilai Plus Gen-Z lingkungan tersebut bagi individu
Sikap ingin tahu generasi Z menjadi lingkungan belajar. “Being
sangat tinggi, ketika dihadapkan educate for its proportional emphasis is
dengan teknologi, mereka tidak on prevention and improvement, not
perlu diajari. Generasi Z dengan corective and therapeutic, Being
sendirinya akan berusaha developmental for its main goal of
menguasai apa yang dibutuhkan counseling is to develop humaan capacity
atau apa yang harus dilakukan by providing developmental
untuk tahu dan mampu environment” (Myrick, 2011). Kata sehat
mengaplikasikan suatu teknologi. dalam hal ini bukan hanya merujuk pada
Sifat khas mereka lainnya adalah interaksi antara individu dan lingkungan,
multitasking; terbiasa dengan tetapi lingkungan itu sendiri juga harus
berbagai aktivitas dalam satu sehat.
waktu yang bersamaan, bisa Bimbingan dan konseling
membaca, berbicara, menonton, perkembangan dengan demikian dapat
atau mendengarkan musik dalam dartikan sebagai perspektif, pendekatan
waktu yang bersamaan. dalam bimbingan dan konseling yang
berlandaskan pada teori-teori

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 108
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

perkembangan dan bertujuan konseling harus memiliki ciri sebagai


mengembangkan individu ke arah berikut :
perkembangan optimal dalam lingkungan a. Holistik
perkembangan yang mendukung. Program bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling komprehensif berorientasi pada
perkembangan dirancang dalam upaya pengembangan seluruh aspek
pencapaian tujuan. Keberhasilan perkembangan siswa, tanpa
implementasi bimbingan dan konseling terkecuali. Bidang yang
perkembangan perlu memperhatikan dikembangkan adalah bidang
prinsip-prinsip dibawah ini: akademik, karir, dan pribadi-sosial.
1. Bimbingan perkembangan bagi b. Sistematik
semua siswa. Untuk memfasilitasi perkembangan
2. Bimbingan perkembangan memiliki siswa yang optimal dipengaruhi oleh
suatu kurikulum yang terorganisasi sistem lingkungan. Sistematik yang
dan terencana. dimaksud adalah seluruh aktivitas
3. Bimbingan perkembangan adalah layanan bimbingan tersusun secara
bentuk yang berurutan dan fleksibel. sistematik, dimana dalam prosesnya
4. Bimbingan perkembangan melibatkan semua elemen atau pihak
merupakan bagian terintegrasi dari terkait, yang signifikan dalam
proses pendidikan secara kehidupan siswa.
keseluruhan. c. Seimbang
5. Bimbingan perkembangan Seimbang dalam perspektif
melibatkan semua personil sekolah kompehensif adalah aktivitas
6. Bimbingan perkembangan konselor harus seimbang pada
membantu para siswa belajar lebih layanan dasar, perencanaan
efektif dan efisen. individual, dan layanan responsif,
7. Bimbingan perkembangan dan dukungan sistem. Keseimbangan
melibatkan para konselor yang juga terdapat antara waktu dan tugas
menyediakan layanan konseling utama konselor, seperti konseling,
khusus dan intervensi (Myrick, 2011: edukasi, konsultasi dan kolaborasi,
44). kepemimpinan, koordinasi dan
advokasi.
Bimbingan dan konseling d. Proaktif
komprehensif merupakan model Proaktf dalam program bimbingan
bimbingan dan konseling yang berprinsip dan konseling komprehensif yaitu
pada konsep bimbingan dan konseling konselor proaktif terahadap masalah
perkembangan. Menurut Gysbers dan kemungkinan timbul yang dapat
Henderson (2012: 62), “A comprehensive menghambat kesuksesan siswa
guidance and counseling program is a melalui tindakan preventif.
program as having a common language e. Terintegrasi dalam kurukulum
organizational framework with a spesific sekolah
configuration of planned, sequenced, and Program bimbingan dan konseling
coordinated guidance and counseling komprehensif bukan bagian terpisah
activities and services based on student, dari kurikulum sekolah, namun
school, and community needs and resources, bagian dari kurikulum sekolah untuk
designed to serve all students and their mencapai visi dan misi sekolah.
parents or guardians in a local school Program BK harus masuk dalam
district.” program sekolah, selaras dengan
Dalam penyusunan program tujuan sekolah.
bimbingan dan konseling komprehensif,
harus memahami desain dan cara
implemantasinya. Dollarhide (2011:51) f. Refleksi
menegaskan untuk menjadi Refleksi merupakan kegiatan untuk
komprehensif, program bimbingan dan menganalisa efektivitas kerja konselor
dan efektifitas program bimbingan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 109
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

dan konseling komprehensif. membimbing generasi Z menghadapi


Kegiatan ini untuk mengetahui masa depan. Sangat diperlukan inovasi
sejauhmana pengaruh layanan dalam mengajar anak generasi Z, karena
bimbingan dan konseling dalam mereka mempunyai konsep berpikir yang
kehidupan dan perkembangan siswa. berbeda. Lingkungan generasi Z bukan
hanya alam nyata, tetapi juga alam maya
Program bimbingan dan konseling (Purnomo, 2016).
sekolah tidak hanya bersifat Seiring dengan berjalannya waktu,
komprehensif dalam ruang lingkup, kebutuhan manusia semakin berkembang
namun juga harus bersifat preventif dan bertambah. Penemuan teknologi-
dalam desain, dan bersifat pengembangan teknologi baru menjadi salah satu faktor
dalam tujuan (comprehensive in scope, penunjang bertambahnya kebutuhan baru
preventive in design and developmental in dalam segala bidang, termasuk pada
nature) (ASCA, 2012: 85). Pertama, bidang pendidikan. Inovasiinovasi baru
bersifat komprehensif berarti program lahir seiring dengan berkembangnya
bimbingan dan konseling harus mampu teknologi dan kebutuhan pendidik dan
memfasilitasi capaian-capaian terutama peserta didik. Hidup di zaman
perkembangan psikologis peserta didik yang katanya zamannya generasi Z di
dalam totalitas aspek bimbingan (pribadi- mana generasi ini terbiasa mendapatkan
sosial, akademik, dan karir). Layanan informasi beragam dalam waktu yang
bimbingan dan konseling ditujukan untuk sangat singkat, hanya dengan “pencet
seluruh pesera didik tanpa terkecuali. tombol ini, maka lihat apa yang akan terjadi”
Kedua, bersifat preventif dalam desain (Musyarofah, 2014).
mengandung arti bahwa pada dasarnya Djiwandono (2011) menyatakan
tujuan pengembangan program bahwa generasi muda saat ini, yang
bimbingan dan konseling di sekolah disebut juga generasi Z atau Net
bersifat preventif. Melalui cara yang Generation, mempunyai karakteristik
preventif tersebut diharapkan pesera yang membuat mereka berbeda dengan
didik mampu memilah tindakan dan generasi terdahulu. Anak-anak muda saat
sikap yang tepat dan mendukung ini mempunyai kecenderungan gaya
pencapaian perkembangan psikologis ke belajar aktif, global, sensing, dan visual.
arah ideal dan positif. Dan ketiga, bersifat Maka, proses pembelajaran yang bersifat
pengembangan dalam tujuan bahwa satu arah yang berpusat pada pengajar
program yang didesain konselor sekolah (teacher-centered) tidak akan cocok
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dengan mereka. Sebaliknya, pembelajaran
para peserta didik sesuai dengan tahap yang membuat mereka menerapkan teori
perkembangan. dan melakukan sendiri apa yang sedang
dipelajari akan dengan mudah menarik
C. Peran Bimbingan dan Konseling minat dan pada gilirannya kemampuan
Perkembangan dalam Menghadapi belajar mereka (Susana, 2012). Dengan
Generasi Z demikian,strategi pelaksanaan layanan
Secara umum, generasi Z memiliki BK di sekolah untuk generasi Z harus
karakteristik yang unik dibandingkan bersifat actibe learning, yaitu melibatkan
dengan karakteristik generasi siswa dalam kegiatan secara langsung.
sebelumnya. Membelajarkan anak Oleh karena itu, layanan bimbingan
generasi Z akan menjadi hal sulit jika dan konseling hendaknya diarahkan pada
pendidik masih menerapkan gaya masa bagaimana membekali generasi Z dengan
lalu, seperti menggunakan metode karakter-karakter unggul dengan
Duduk Dengar Catat Hapal (DDCH). Kini memanfaatkan teknologi informasi dan
bukan zamannya lagi anak duduk komunikasi, sehingga dapat
menghabiskan waktu dengan mengantarkan mereka menuju masa
mendengarkan, merangkum dan depan yang cemerlang.
menuliskan PR di buku tulis. Seiring Adapun beberapa peran yang
perkembangan zaman, pendidik harus dapat dilakukan oleh bimbingan dan
meninggalkan cara lama agar sukses konseling adalah sebagai berikut:

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 110
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

1. Layanan bimbingan dan konseling untk menyelenggarakan layanan BK.


diselenggarakan untuk memberikan Adapun bentuk kolaborasi yang bisa
motivasi sukses kepada anak-anak dilakukan oleh guru BK dalam menyiapkan
generasi Z sehingga memiliki masa generasi Z ini adalah sebagai berikut:
depan studi dan karir yang 1. Kolaborasi dengan orang tua untuk
cemerlang. Adapun layanan yang kegiatan edukasi dan pengawasan.
dapat diberikan berupa layanan Ketika di sekolah, maka guru yang
peminatan tentang studi lanjut untuk mengedukasi dan mengontrol
setiap anak, layanan pengembangan penggunaan media yang berlebihan
bakat dan minat, kemudian juga (negatif) oleh siswa. Sedangkan ketika
kolaborasi sekolah dengan instansi di rumah maka itu menjadi
kerja (perusahaan/lembaga) untuk tanggungjawab orang tua.
memberikan wawasan kerja sesuai 2. Kolaborasi dengan penyedia jasa
dengan potensi dan keahlian siswa. layanan internet (provider) untuk
2. Bimbingan dan konseling kegiatan pelaksanaan layanan
memanfaatkan teknologi informasi bimbingan dan konseling secara online,
dan komunikasi serta media interaktif yaitu penyediaan jaringan yang stabil
yang mudah diakses oleh siswa, serta tahan virus dan telah memiliki
seperti video, film, macromedia flash, filter untuk situs-situs yang negatifa bagi
educative games, dan sebagainya. siswa.
3. Layanan bimbingan dan konseling 3. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran
difokuskan pada pengembangan dalam hal pengembangan ketrampilan
kepercayaan diri, ketrampilan pemecahan masalah, berpikir kritis dan
pemecahan pemecahan masalah, inovatif. Dimana guru mata pelajaran
ketrampilan berpikir kritis dan diminta untuk melakukan kegiatan
inovatif. Layanan yang dapat mengajar dengan mneggunakan
diselenggarakan berupa layanan teknik/metode berbasis teknologi
bimbingan kelompok teknik diskusi, informasi dan komunikasi yang dapat
FGD, problem solving atau simulation merangsang perkembangan ketrampilan
games. Untuk layanan yang bersifat siswa.
kuratif, guru BK bisa melakukan 4. Kolaborasi dengan wali kelas dalam
dengan sistem e-counseling, sehingga memberikan motivasi sekaligus nasehat
siswa dapat memanfaatkan layanan pada siswa tentang rambu-rambu
BK dengan sebaik-baiknya, tanpa penggunaan alat komunikasi dan
harus bertatap muka dengan guru internet.
BK. Misalnya dengan menggunakan 5. Kolaborasi dengan Wakil Kepala
aplikasi Facebook, Twitter, Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
WhatsApp, Instagram, dan untuk pengadaan media/alat
sebagainya. pendukung pelaksaaan layanan seperti
4. Dalam memberikan layanan BK, guru LCD proyektor, screen, speaker,
BK menggunakan media/sarana yang MP3/MP4 player, laptop yang
mendukung dsn disukai oleh siswa, terkoneksi internet, dan lain-lain.
seperti LCD proyektor, laptop yang
terkoneksi internet, MP3/MP4 player, PENUTUP
dan sebagainya. Generasi Z merupakan orang-orang yang
lahir pada kurun waktu sejak tahun 1995
Dalam melakukan berbagai strategi sampai dengan tahun 2010. Generasi ini
layanan BK di atas, tentunya guru BK tidak memiliki ambisi besar untuk sukses,
dapat bekerja sendirian. Guru BK cenderung berprilaku praktis,dan ingin
memerlukan partner kerja agar dapat bebas. Generasi ini memiliki kepercayaan
melakukan pendampingan terhadap siswa
diri yang tinggi, menyukai hal yang detail,
generasi Z. Dalam kontek bimbingan dan
ingin diakui dan selalu bersingungan dengan
konseling komprehensif, sangat ditekankan
adanya kolaborasi, yaitu kerjasama guru BK teknologi. Generasi ini memerlukan
dengan stakeholder sekolah dan luar sekolah bimbingan untuk mencapai kesuksesan,

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 111
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

sehingga peran bimbingan dan Caraka, P. B., & Nindiya, E. S. (2015,


konseling dalam konteks pendidikan October). Implementasi
generasi Z sangat dibutuhkan. Layanan Permendikbud RI Nomor 111 Tahun
bimbingan dan konseling hendaknya 2014 Dalam Pengembangan Layanan
menggunakan teknik dan media berbasis BK di Sekolah Menengah.
In Prosiding Seminar Nasional
teknologi informasi dan komunikasi untuk
Bimbingan dan Konseling (pp. 55-61).
menyampaikan sejumlah pesan. Teknik yang
bisa diterapkan yaitu diskusi, FGD, problem
Elizabeth T. Santosa. (2015). Raising Children
solving, dan simulation games. Adapun media in Digital Era. Jakarta: Elex Media
yang bisa diimplikasikan yaitu media jejaring Komputindo.
sosial (Facebook, Instagram, Twitter, Whats
App, Telegram, dan sebagainy), video, film Gysbers, N.C. & Henderson P. (2012).
atau macromedia flash, yang didukung Developing and Managing Your School
dengan sarana seperti laptop, LCD Guidance and Counseling Program
proyektor, screen, speaker, dan MP3/MP4 FIFTH Edition. Alexandria : American
Players. Sekolah sebagai penyelenggara Counseling Assosiation.
pendidikan tentunya harus mendukung
Hellen Chou Pratama. (2012). Cyber Smart
bimbingan dan konseling berbasis teknologi
Parenting. Bandung: PT. Visi
informasi dan komunikasi dengan cara
Anugerah Indonesia.
menyediakan fasilitas yang mendukung
penyelenggaraan layanan. Hidayat, Dede Rahmat. (2013). Bimbingan
Konseling : Kesehatan Mental Di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung : Remaja Rosda Karya.
AF Magazine. (2015). Pahami Remaja Generasi
Z. Tangerang: SMAP-SD-TK Al-fath
Juntika. (2011). Membangun Peradaban Bangsa
Cirendu
Indonesia Melalui Pendidikan dan
American School Counselor Association.
Komprehensif Bermutu. Disampaikan
(2012). The ASCA National Model: A
dalam pidato Pengukuhan Prof. Dr. H.
Frame work For School Counseling
Juntika, M.Pd sebagai Guru
Program. Third Edition. Alexandria,
Besar/Profesor dalam Bidang
VA: Author.
Bimbingan dan Konseling Pada Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas
Bhakti, C. P. (2015). BIMBINGAN DAN
Pendidikan Indonesia.
KONSELING KOMPREHENSIF:
DARI PARADIGMA MENUJU
Musyarofah, Umi Wahidatun. 2014.
AKSI. Jurnal Fokus Konseling, 1(2), 93-
Pendidikan di Indonesia Gagal Move
106.
On. Paper Pengembangan Karya
Ilmiah, Oktober 2014
Budhi Handaka, I., & Eka Safitri, N. (2016,
March). PEMANFAATAN METODE
Myrick, Robert D. 2011. Developmental
EXPERIENTIAL LEARNING
Guidance and Counseling : A
UNTUK MENINGKATKAN
Practical Approach Fifth edition.
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Minneapolis : Educational Media
SISWA DALAM BELAJAR.
Corporation.
In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL “Optimalisasi Active
Ozkan, M., & Solmaz, B., (2015) Mobile
Learning dan Character Building dalam
Addiction of Generation Z and Its
Meningkatkan Daya Saing Bangsa di
Effects. Procedia - Social and
Era Masyarakat Ekonomi Asean
Behavioral Sciences , 205, 92-98.
(MEA)” (pp. 157-164). Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan
P.I. Djiwandono, “Karakteristik Generasi Z
Prodi Bimbingan dan Konseling.
dan Bagaimana Dunia Pendidikan
Menyikapinya”, dalam Kementrian

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 112
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Pendidikan Nasional, Direktorat Santoadi, Fajar. (2010). Manajeman Bimbingan


Kementrian Pendidikan Tinggi (13 dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta :
Januari 2011), diunduh tanggal 8 Universitas Sanata Dharma.
November 2011 dari
http://www.dikti.go.id/index.php? Saragih, John Fredy Bobby. (2012) Fenomena
option=com_content&view=article&i Bermain Generasi Z dan Hubungannya
d= 1832:karakteristik-generasi-z-dan- Dengan Eksistensi Ruang Bermain
bagaimana-dunia-pendidikan- Terbuka di Lingkungan Perumahan
menyikapinya&catid=159:artikelkont Sederhana. Jurnal ConTech, Vol. 3, No. 1,
ributor ) Juni 2012.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Susana, Tjipto. (2012). Kesetiaan Pada


Kebudayaan RI Nomor 111 Tahun 2014 Panggilan Era Digital. Jurnal Orientasi
tentang Bimbingan dan Konseling Pada Baru, Vol. 21, No. 1, April 2012.
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Yusuf, E. (2016). Pembelajaran Berbasis
Teknologi Untuk Generasi Z. Jurnal
Purnomo, Agus, dkk. (2016). Pengembangan Widyakala, Vol. 3, Maret 2016.
Pembelajaran Blended Learning Pada
Generasi Z. Jurnal Teori dan Praktis
Pembelajaran IPS, Vol 1, No.1, April 2016.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 113

Anda mungkin juga menyukai