Anda di halaman 1dari 6

Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES


PADA AREA BERVEGETASI POHON PISANG

Susanti, dan Suharyo

Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia.

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Profil Kesehatan Dinas Kota Semarang tahun 2016 menunjukkan bahwa ABJ di wilayah
Diterima Juli 2017 kerja Puskesmas Halmahera 83,00% masih tergolong rendah yaitu masih di bawah target
Disetujui September 2017 nasional ≥ 95%. Terdapat area dengan vegetasi pohon pisangg yang rapat pada wilayah
Dipublikasikan Oktober 2017
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pH, vol-
Keywords: ume air, kelembaban dan jenis pohon pisang dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
Presence of Larvae; pH Level; wilayah kerja puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2017. Penelitian ini menggu-
Water Volume; Humidity; nakan metode observasional analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, data
Banana Tree Species. primer dan data sekunder diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square.
Sampel yang digunakan berjumlah 100 pelepah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara volume air (p=0,023) dan kelembaban (p=0,0001) dengan ke-
beradaan jentik, serta tidak ada hubungan antara tingkat pH (p=0,153) dan jenis pohon
pisang (p=0,493) dengan keberadaan jentik.

Abstract
Health Profile of Semarang City Office in 2016 told that ABJ (larvae presence free number)
in work Halmahera Health Center area was 83.00%. It was below the national target of
≥ 95%. This study purposed to know the relationship between pH level, water volume,
humidity and banana tree species with the presence of Aedes aegypti larvae in Halmahera
Health Center area in 2017. This research used quantitative analytic observational method
with cross sectional approach. Data were processed and analyzed using Chi Square test.
The samples were 100 midribs. The results showed that there was correlation between water
volume (p = 0,023) and humidity (p = 0.0001) with larvae presence, whereas there was
no correlation between pH level (p = 0,153) and banana tree species (p = 0,493) larvae
presence.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: pISSN 2252-6781
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro,
Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang
eISSN 2584-7604
E-mail: 411201301751@mhs.dinus.ac.id
Susanti & Suharyo / Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

PENDAHULUAN Aedes aegypti di wilayah kerja Puskesmas Halmahe-


ra kota Semarang tahun 2017.
Demam berdarah dengue atau biasa dikenal Aedes aegypti adalah jenis nyamuk penyebab
dengan DBD adalah salah satu jenis penyakit menu- penyakit DBD sebagai pembawa utama (primary
lar yang menimbulkan keresahan di masyarakat, ka- vektor) virus dengue (WHO, 2009). Nyamuk jenis
rena penularan penyakit demam berdarah berjalan Aedes aegypti yang sudah menghisap virus dengue
dengan cepat dan juga dapat mengakibatkan kema- sebagai penular penyakit demam berdarah. Adanya
tian dalam waktu yang singkat (WHO, 2009). Angka penularan itu karena setiap nyamuk itu mengggit,
kasus kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue nyamuk tersebut menghisap darah yang aan meng-
mengalami peningkatan secara drastis dalam waktu hasilkan air liur dengan bantuan alat tusuknya supa-
beberapa tahun terakhir. Penyebaran kasus DBD ini ya darahnya yang telah dihisap tidak dapat membe-
hampir menyebar di seluruh dunia. Lebih dari 2,5 ku. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai persebaran
milyar penduduk dunia 40% nya mengalami resiko dengue yang sangat luas hampir semua mencakup
DBD (Badrah & Hidayah, 2011) daerah yang tropis maupun subtropis diseluiruh du-
Penyakit DBD ini sangat dipengaruhi oleh nia. Hal ini membawa siklus persebarannya baik di
beberapa faktor diantaranya yaitu lingkungan dan desa, kota maupun disekitar daerah penduduk yang
perilaku manusia, karena masih rendahnya kesa- padat (Silalahi, 2014). Beberapa penularan penyakit
daran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan DBD yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti yaitu
PSN sehingga membuat tempat perindukan nya- mulai dari perilaku menggigit, perilku istirahat dan
muk semakin banyak. Dengan kondisi cuaca yang juga jangkauan terbang untuk disebarkannya virus
tidak selalu stabil dan curah hujan yang tinggi pada dengue (Yudastuti, 2005).
musim penghujan merupakan sarana untuk tempat Nyamuk Aedes aegypti siklus hidupnya mem-
perkembangbiakannya nyamuk Aedes aegypti yang punyai empat fase yaitu dari mulai telur, jentik,
cukup mendukung. Angka bebas jentik di Indonesia pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk je-
pada tahun 2011 sebesar 76,2% dan meningkat pada nis ini mempunyai siklus hidup sempurna. Spesies
tahun 2012 sebesar 79,3% sedangkan pada tahun ini meletakkan telurnya pada kondisi permukaan air
2013 ada sedikit peningkatan yaitu 80,09%. Naik yang bersih secara individual. Telur yang memilki
turunnya angka bebas jentik di Indonesia setiap ta- bentuk elips warnanya hitam dan juga terpisah satu
hunnya belum mencapai target Nasional yang telah dengan yang lain. Telurnya dapat menetes dalam
ditetapkan. waktu 1-2 hari kemudian akan berubah jentik.
Kejadian DBD dipengaruhi oleh kepada- Terdiri dari 4 tahap didalam perkembangan-
tan populasi jentik Aedes aegypti. Keberadaan jen- nya jentik yang dikenal sebagai instar. Perkemban-
tik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan gan instar 1 ke instar 4 membutuhkan waktu kira-
tempat perindukan nyamuk (breeding place) Aedes kira 5 hari. Selanjutnya untuk sampai instar ke 4,
aegypti. Tempat yang bagus untuk perindukan nya- larva ini berubah menjadi pupa yang dimana jentik
muk Aedes aegypti adalah natural container (tempat tersebut telah memasuki masa dorman. Pupa dapat
perindukan alami), seperti lubang di pohon, batok bertahan selama 2 hari sebelum nyamuk dewasa ke-
kelapa, dan pada jenis perindukan pohon pisang luar dari pupa. Perkembangan mulai dari telur hing-
atau lubang brudding di batu artificial container ga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu
(tempat perindukan buatan) seperti bak mandi, selama 8 hingga 10 hari, namun juga bisa lebih lama
ember, kaleng bekas, botol, drum, atau toples dan jika kondisi lingkungan yang tidak mendukung
pelepah pohon pisang (Kusuma dan Sukendra, (WHO, 2009).
2016). Diketahui bahwa sumur (natural container) Berikut merupakan morfologi nyamuk Aedes
dan gentong (artificial container) merupakan tem- aegypti yaitu yang pertama telur Aedes aegypti seti-
pat yang paling bagus biasanya dalam perkembang- ap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan
biakan nyamuk Aedes aegypti (WHO, 2009). Wilyah kurang lebih 100 butir telur dengan berukuran 0,7
kerja Puskesmas Halmahera memiliki ABJ rendah mm per butir. Ketika pertama kali dikeluarkan oleh
(83%) menurut Profil Kesehatan Kota Semarang induk nyamuk, telur Aedes aegypti berwarna putih
tahun 2016 dan banyak ditemukan pohon pisang dan juga lunak. Kemudian telur tersebut menjadi
tumbuh bergerombol. Berdasarkan uraian di atas, warna hitam dan keras. Telur tersebut dengan ben-
peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tuk ovoid meruncing dan sering diletakkan satu per
dari semua tempat perindukan nyamuk demam ber- satu. Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya
darah di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Sema- pada dinding tempat penampungan air seperti lu-
rang, mengenai hubungan lingkungan fisik seperti bang batu, gentong, lubang pohon, dan bisa jadi di
tingkat pH, volume air, kelembaban udara dan jenis pelepah pohon pisang diatas garis air (WHO.2009).
perindukan pohon pisang dengan keberadaan jentik Kedua Jentik Aedes aegypti memiliki sifon yang be-

272
Susanti & Suharyo / Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

sar dan pendek serta hanya terdapat sepasang si- bentukan enzim ini dipengaruhi oleh kadar oksigen
sik subsentral dengan jarak lebih dari seperempat yang telah larut di dalam air. Kadar oksigen yang te-
bagian dari pangkal sifon. Dapat dibedakan jentik lah larut semakin tinggi ketika berada pada kondi-
Aedes aegypti dengan genus yang lain yaitu dengan si asam (pH rendah), sedangkan pada kondisi basa
ciri-ciri tambahan seperti sekurang-kurangnya ada (pH tinggi) kadar oksigen yang telah larut semakin
tiga pasang yang satu pada sirip ventral, antenna rendah. Pada suasana asam, maka pertumbuhan
tidak melekat penuh dan tidak ada setae yang be- pada mikroba akan berjalan dengan pesat, sehingga
sar pada toraks. Ciri ini dapat membedakan jentik oksigen yang dibutuhkan akan meningkat. Akibat-
Aedes aegypti dari umumnya genus Culicine kecua- nya semakin berkurangnya kadar oksigen yang ter-
li Haemagogus dari Amerika Selatan. Karakteristik larut. Kondisi tersebut bisa di indikasikan menjadi
jentik Aedes aegypti yaitu bergerak aktif dan lincah pengaruh pembentukan enzim sitokrom oksidase.
di dalam air bersih dari bawah ke permukaan untuk Enzim tersebut adalah enzim yang mempengaruhi
mengambil udara nafas lalu kembali lagi kebawah, perkembangan dan pertumbuhan Aedes Aegypti pra
posisinya membentuk 45 derajat, jika istirahat jen- dewasa (WHO, 2009). Volume air yang dibutuhkan
tik terlihat agak tegak lurus dengan permukaan air untuk perkembangbiakannya nyamuk Aedes aegypti
(WHO, 2009). Ketiga Pupa Aedes aegypti Kepom- minimal tiga mililiter atau biasanya tempat perin-
pong atau stadium pupa adalah fase terakhir siklus dukan yang disukai adalah air tanah yang di tam-
nyamuk yang berada di dalam lingkungan air. Pada pung dalam kontainer (air yang tidak berhubungan
stadium ini memerlukan waktu sekitar 2 hari pada langsung dengan tanah) (WHO, 2009). Kelembaban
suhu optimum atau lebih panjang pada suhu ren- di udara ketika berada pada suhu 20 derajat celcius
dah. Fase ini yaitu periode masa atau waktu tidak dengan kelembaban nisbih 60% dapat mempenga-
makan dan sedikit bergerak (Silalahi, 2014). Dan ruhi usia nyamuk, yaitu untuk usia nyamuk betina
yang keempat Aedes aegypti dewasa mempunyai biasanya sampai 101 hari dan untuk usia nyamuk
ukuran yang sedang dengan warna tubuh hitam ke- jantan sampai 35 hari. Kemudian kelembaban nis-
coklatan. Pada tubuh dan juga tungkainya ditutupi bih 55% usia nyamuk betina berubah menjadi 88
oleh sisik dengan garis-garis putih keperakan. Pada hari sedangkan pada nyamuk jantan hanya 50 hari.
bagian punggung tubuh tampak ada dua garis yang Maka dilihat dari menurunnya kelembaban udara
melengkung vertikal yaitu bagian kiri dan bagian sampai kurang 50% umur nyamuk akan menjadi
kanan yang menjadi ciri-ciri dari spesies tersebut. pendek. Berdasarkan kondisi tersebut nyamuk tidak
Pada umumnya, sisik tubuh nyamuk mudah rontok akan menjadi vektor, karena tidak memiliki waktu
atau lepas sehingga menyulitkan identifikasi pada yang cukup untuk memindahkannya virus dari lam-
nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini bung ke kelenjar ludah (WHO, 2009).
terlihat sering berbeda antar populasi, tergantung Berikut jenis pohon pisang yang terdapat
pada kondisi di lingkungan dan juga nutrisi yang di- di semarang yaitu antara lain sebagai berikut yaitu
dapat nyamuk selama masa perkembangan. pertama Pisang Raja Pisang ini mempunyai ciri-
Tempat Peridukan nyamuk Aedes aegyp- ciri dengan bentuk buah yang menjuntai ke langit
ti (Breeding Place) yaitu tempat penampungan air sedangkan kulit pisang raja ini cukup tebal dan
yang sedikit terkontaminasi atau tempat penampun- agak kasar. Apabila buah pisang raja ini sudah mu-
gan air yang mengandung air jernih. Tempat yang lai matang maka warna daging akan berubah war-
tidak tekena sinar matahari langsung lebih disukai na menjadi kuning keemasan. Buah pisang raja ini
Aedes aegypti dan pada tempat perindukan yang akan menimbulkan bau harum yang menggoda
berkontak langsung dengan tanah tidak dapat ber- selera selama buah pisang matang. Bau harum ter-
tahan hidup (Silalahi, 2014). sebut merupakan keunggulan yang ada pada pisang
Lingkungan fisik yang menjadi pengaruh raja, karena tidak ditemukan pada pisang lain dan
ekologi nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut tidak hanya itu pisang raja ini juga memilki uku-
Tingkat pH air menjadi pengaruh pada perkem- ran yang sempurna. Ukuran batang pohon pisang
banganbiakan nyamuk. Hal ini pH air perindukan raja besar, memiliki ukuran daun yang lebar serta
berpengaruh pada pertumbuhan dan juga perkem- bentuk pelepah daun pisang lebar. Pisang raja bisa
bangan Aedes aegypti pra dewasa, dan pada keadaan tumbuh mencapai ketinggian 4 meter dengan rata-
pH asam dilihat lebih rendah daripada pH basa rata pohon pisangnya bergerombol. Kedua Pisang
yakni penurunan pH berarti bisa menghambatnya kapok ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu
pertumbuhan larva menjadi nyamuk dewasa, ini pisang berwarna hijau disaat muda dan matang-
berarti penurunan pH air pada perindukan terkait nya sehingga tidak terdapat perbedaan seperti pi-
dengan pembentukannya enzim sitokrom oksidase sang yag lainnya. Kulit pisang kapok ini cukup tebal
dimana pada tubuh larva memiliki fungsi untuk dan ketika sudah mulai matang warna daging pada
proses metabolisme. Tinggi rendahnya proses pem- buah pisang kapok ini berubah menjadi warna krem

273
Susanti & Suharyo / Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

yang pada asalnya berwarna putih. Biasanya pisang getahui keasaman atau kebasaan pada suatu larutan,
kapok ini bisa direbus atau digoreng selain itu juga dan data volume yaitu dengan mengambil air yang
bisa diolah menjadi bahan dalam pembuatan kue terdapat pada pelepah dengan menggunakan pipet
atau bolu. Pisang kapok memiliki pelepah pisang dan diukur dengan gelas ukur untuk diketahui jum-
kecil dan daun yang tidak besar seperti pisang raja. lah volume air.
Bagian batang semu dari pisang kepok ini memiliki Analisis data yang digunakan dalam peneli-
lapisan-lapisan yang tidak terlalu tebal sehingga ba- tian ini yaitu metode observasional analitik kuanti-
tang semu dari pisang kapok ini kecil. Pisang mas ini tatif dengan pendekatan cross sectional, data primer
sudah dikenal banyak orang pada umumnya. Selain dan data sekunder diolah dan dianalisis menggu-
namanya yang unik, pisang ini juga mempunyai ciri nakan uji statistik Chi Square.
warna yaitu kuning keemasan. Kulit pisang mas ini
tipis dan mempunyai tekstur buah yang padat dan HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak terlalu besar. Sehingga biasanya pisang mas ini
dijadikan sebagai pencuci mulut atau makanan pe- Hubungan Antara Tingkat pH Dengan Ke-
nutup. Bentuk pelepah pisang mas kecil, lebih kecil beradaan Jentik Aedes aegypti
dari pada pisang kapok. Memiliki bentuk daun yang Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bah-
ukurannya tidak sebesar ukuran daun dari pisang wa secara statistic tidak ada hubungan antara ting-
kapok. Pisang mas memiliki batang semu yang tidak kat pH dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
begitu kuat sehingga ketika pisang mas ini berbuah wilayah kerja puskesmas Halmahera kota semarang
harus diberikan penyangga supaya batang semunya dengan p value 0,153 (p value > 0,05). Berdasarkan
tidak patah sebelum buahnya masak. hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pH
optimal (pH 7-8) berpotensi menjadi tempat per-
METODE kembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yaitu pada
bahwa persentase yang optimal tingkat pH yang
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian terdapat jentik sebesar 28,8% lebih besar dari pada
observasional (survei) dengan pendekatan cross sec- yang tidak optimal yaitu 14,8% . Sedangkan pada
tional. Dimana variabel bebasnya adalah tingkat pH, penelitian lain diketahui bahwa dari semua sumur
volume air, kelembaban, dan jenis perindukan po- gali menyatakan bahwa tingkat keasaman air pada
hon pisang, sedangkan variabel terikat yaitu kebe- kondisi netral sehingga pH air sumur gali yang net-
radaan jentik. Populasi penelitian ini adalah semua ral berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
jenis perindukan pohon pisang pada pelepah yang nyamuk. Pengaruh pH air perindukan 7, lebih ba-
terdapat air yang ada di wilayah kerja puskesmas nyak terdapat jentik nyamuk daripada pH asam atau
Halmahera semarang. Sampel dalam penelitian ber- basa (Fauziah, 2012). Tingkat pH dalam penelitian
jumlah 100 pelepah yang terdapat air menggunakan ini tidak berhubungan karena secara statistik bukti
teknik tidak acak dengan menggunakan kuota sam- belum mencukupi padahal padahal pada pH opti-
pel. mal berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
Instrumen dan cara pengambilan data yaitu nyamuk. Rata-rata kandugan air yang terdapat di
untuk mendapatkan data kelembaban dilakukan pelepah pisang berasal dari air hujan atau tetesan
dengan menggunakan alat hygrometer dengan cara embun. Rata-rata air hujan memiliki pH normal.
menyalakan alatnya maka secara otomatis akan Adanya kandungan pH yang tidak optimal bisa di-
muncul nilai atau indikasi perubahan kelemba- pengaruhi dari lingkungan yang memberikan sifat
ban udara dan suhu pada lingkungan tersebut, un- asam atau basa pada air yang berada di pisang ter-
tuk mendapatkan data pH dilakukan dengan cara sebut.
menggunakan indikator universal dengan mence- Kecil atau besarnya pH bisa menjadi penga-
lupkan pada pelepah yang terdapat air untuk men- ruh kuat tidaknya jentik nyamuk untuk bisa berta-

Tabel 1. Hubungan Antara Tingkat pH Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti


Distribusi Frekuensi

Tingkat pH Ada Jentik Tidak Ada Jentik Total


f (%) f (%) f (%)

Optimal 21 28.8 52 71,2 73 100


Tidak Optimal
4 14,8 23 85.2 27 100

274
Susanti & Suharyo / Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

han hidup, karena jentik nyamuk bisa hidup pada Hubungan Antara Kelembaban Udara
pH yang optimal dengan rentang 7–8. Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bah-
Hubungan Antara Volume Air Dengan Ke- wa secara statistik terdapat hubungan antara ke-
beradaan Jentik Aedes aegypti lembaban udara dengan keberadann jentik nyamuk
Hasil uji yang dilakukan menunjukan bahwa Aedes aegypti di wilayah kerja puskesmas Halmahe-
secara statistik terdapat hubungan antara volume ra kota semarang. Pada umumnya jentik nyamuk
air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di wi- Aedes aegypti bisa bertahan hidup pada kelemba-
layah kerja Puskesmas Halmahera kota Semarang. ban udara yang tidak terlalu kering dan juga terla-
Diketahui bahwa persentase volume air yang ter- lu lembab. Jentik nyamuk bisa bertahan hidup di
dapat jentik pada volume air yang tidak potensial tingkat kelembaban yang sesuai dengan suhu uda-
(82,5%) lebih besar dari pada volume air yang po- ra yang tidak terlalu dingin dan teralu panas. Da-
tensial (62,2%). Volume yang potensial untuk jentik pat diketahui bahwa persentase kelembaban udara
nyamuk Aedes aegypti bisa bertahan hidup berkisar yang terdapat jentik pada kategori potesnsial yaitu
3 mm atau lebih (Santi, et al; 2015). Sedangkan pada 45,5% lebih besar dari pada kategori tidak potensial
volume air pelepah yang kurang dari 3 mm menja- yaitu 8,9%. Nilai rentang kategori tidak baik adalah
di tempat sarang yang kurang potensial untuk per- < 75%. Sedangkan dari hasil tersebut dan dihitung
kembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, banyak se- berdasarkan hasil uji statistik Chi Square di peroleh
dikitnya volume dipengaruhi oleh bentuk dan lebar p value = 0.0001 berarti bahwa ada hubungan antara
dari pelepah pisang. Pelepah pisang yang menjadi kelembaban udara dengan keberadaan jentik di Wi-
obyek penelitian ada 3 jenis. Yang mana 3 jenis ini layah kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
memiliki lebar dan panjang pelepah yang berbeda- Sedangkan pada penelitian lain diketahui bahwa ke-
beda. Dari 100 pohon pisang yang diamati terdapat lembaban rumah menunjukkan kategori baik bagi
beberapa pohon pisang yang hanya memilki sedikit perkembangbiakan jentik nyamuk (70-90%) sebesar
airnnya. Rata-rata pelepah pohon pisang yang me- 56,3% dibandingkan dengan rumah yang kurang
miliki volume air untuk dijadikan sarang nyamuk baik bagi perkembangbiakan nyamuk yakni 43,7%
Aedes aegypti adalah pisang kepok. Pisang kepok (Novitasari & Sugiyanto, 2014; Alma, 2014; Winar-
disamping memiliki pelepah besar dan cekungan- sih, 2013).
nya dalam juga terdapat daun yang lebar sehingga Hubungan Antara Jenis Perindukan Pohon
pada saat hujan air tersebut dapat mengenai daun, Pisang Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
sehingga air secara otomatis akan mengucur ke ce- Hasil penelitian dengan menggunakan uji
kungan yang dalam. Sedangkan pada hasil peneli- statistik Chi Square antara jenis perindukan pohon
tian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pisang dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
yang bermakna antara kontainer yang volume air- wilayah kerja puskesmas Halmahera kota semarang
nya sedikit dan kontainer yang volume airnya bany- dengan p value 0,493 (p value > 0,05) yang berarti
ak untuk dapat bertelur dan berkembang biak pada tidak ada hubungan antara jenis perindukan pohon
genangan air yang tertampung. pisang dengan keberadaan jentik. Dalam peneliti-
Tabel 2. Hubungan Antara Volume Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Distribusi Frekuensi
Volume Ada Jentik Tidak Ada Jentik Total
f (%) f (%) f (%)
Potensial
14 37,8 23 62,2 37 100
Tidak Potensial
11 17,5 52 82,5 63 100

Tabel 3. Hubungan Antara Kelembaban Udara Dengan Keberadaan Jentik


Distribusi Frekuensi
Ada Jentik Tidak Ada Jentik Total
Kelembaban Udara
f (%) f (%) f (%)
Potensial 20 45,5 24 54,5 44 100

Tidak Potensial 5 8,9 51 91,1 56 100

275
Susanti & Suharyo / Unnes Journal of Public Health 6 (4) (2017)

Tabel 4. Hubungan Antara Jenis Perindukan Pohon Pisang Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Distribusi Frekuensi
Jenis Pisang Ada Jentik Tidak Ada Jentik Total
f (%) f (%) f (%)
Pisang Mas
15 27,3 40 72,7 55 100
Pisang Kepok 5 31,2 11 68,8 16 100
Pisang Raja
5 17,5 24 82,8 29 100

an ini disebutkan bahwa jenis perindukan pohon Badrah & Hidayah. 2011. Hubungan Antara Tempat Perin-
pisang yang terdapat jentik terbesar yaitu pisang dukan Nyamuk Aedes Aegypti Degan Kasus De-
mam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajan Keca-
mas yakni dengan persentase 27,3% sedangkan matan Penajan Pasar Kabupaten Pasar Utara. J. Trop.
pada pisang raja (17,5%) dan pisang kepok (31,2%). Pharm. Chim. (Indonesia), 1 (2).
Hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian
lain bahwa tempat perindukan nyamuk seperti bak Fauziyah, N. F. 2012. Karakteristik Sumur Gali dan Ke-
beradaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kes-
mandi, ember, dispenser, kulkas, botol/kaleng bekas ehatan Masyarakat (KEMAS), 8 (1): 81-87.
dan ban bekas yang menjadi tempat berpotensi un-
tuk bertelur dan perkembangbiakan nyamuk yaitu Kusuma, A. P., Sukendra, D. M. 2016. Analisis Spasial Ke-
sebesar (87,5%) berarti bahwa yang menjadi tem- jadian Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Ke-
padatan Penduduk. Unnes Journal of Public Health, 5
pat berpotensi untuk perkembangbiakan nyamuk (1): 48-56.
adalah pada tempat perindukan artificial (buatan).
Akan tetapi pada penelitian ini tempat perindukan Mubarokah, R., Indarjo, S. 2013. Upaya Peningkatan Angka
artificial yang paling banyak ditemukan jentik ada- Bebas Jentik (ABJ) DBD melalui Penggerakan Ju-
mantik. Unnes Journal of Public Health, 2 (3).
lah dispenser yaitu sebesar 57,14% dan penelitian-
penelitian terdahulu membuktikan hal tersebut me- Novitasari, I. dan Sugiyanto, Z. 2014. Hubungan Suhu,
mang berkorelasi dengan keberadaan jentik (Putri, Kelembaban Rumah dan Perilaku Masyarakat tentang
2015; Winarsih, 2013; Yudastuti, 2005). PSN dan Larvasidasi dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Penular Demam Berdarah Dengue di RW 01 Kelurahan
Sendangguwo Semarang. Semarang: Universitas Dian
SIMPULAN Nuswantoro.

Sebagian besar jenis pisang yang dteliti ma- Putri, I. A. 2015. Hubungan Tempat Perindukan dan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keberadaan Jen-
suk kedalam kategori jenis pisang yang paling ba- tik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tang-
nyak ditemukan yaitu pisang mas sebanyak (55%), gerang Selatan Tahun 2015. Jakarta: Universitas Islam
besar kategori pH dengan pH optimal (73%), besar Negeri Jakarta.
data yang didapat dalam kategori volume dengan
Santi, D., Budiyono, I., Wahyono, B. 2015. Faktor yang Ber-
hasil volue tidak baik (61%), besar kategori kelem- hubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti
baban dengan kelembaban tidak baik (56%). (Studi Kasus Di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan
Tidak ada hubungan antara tingkat pH den- Gunungpati, Kota Semarang Tahun 2014). Unnes
gan keberadaan jentik (p=0,153), terdapat hubungan Journal of Public Health, 4 (1).
antara volume dengan keberadaan jentik (p=0,029). Silalahi, L. 2014. Demam Berdarah--Penyebaran dan Penanggu-
Ada hubungan antara kelembaban udara dengan langan. Jakarta: Litbang Departemen Kesehatan RI.
keberadaan jentik (p=0,0001) Tidak ada hubungan
antara jenis perindukan pohon pisang dengan kebe- WHO. 2009. Dengue: guidelines, diagnosis, treatmen, prevention
and control. New edition. France: WHO Press.
radaan jentik (p=0,493).
Winarsih, S. 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah
DAFTAR PUSTAKA dan Perilaku PSN Dengan Kejadian DBD. Unnes
Journal of Public Health, 2(1).
Alma, L. R. 2014. Pengaruh Status Penguasaan Tempat Ting-
gal dan Perilaku PSN DBD terhadap Keberadaan Yudastuti, R dan Anny, V. 2005. Hubungan Kondisi Lingkun-
Jentik di Kelurahan Sekaran Kota Semarang. Unnes gan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat Dengan
Journal of Public Health, 3 (3). Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 1 (2).

276

Anda mungkin juga menyukai