Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika kehidupan yang layaknya setiap hari merupakan ujian bagi setiap manusia
terkadang membuat manusia melupakan jati dirinya yang sebenarnya, bahkan diantaranya tidak
mengenal dirinya sendiri. Dalam berbagai literatur dan kajian tentu dari situ kita diajarkan bahwa
umat manusia ialah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa paling sempurna diantara ciptaan Tuhan
lainnya. Dalam Al Qur’an Surah At-Tin ayat 4 disebutkan, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Tanpa perlu belajar pun, kita bisa
melihat diri kita sendiri, betapa hebatnya kita bukan? Diberi akal untuk berpikir dan ada satu
kesempurnaan lagi, yaitu anugerah dari Tuhan yang paling sejati dalam setiap umat-Nya, Qalbu.
Qalbu adalah lubuk hati atau hati terdalam pada manusia. Sarana paling penting sebagai
karunia Allah kepada seluruh umat manusia. Hati ialah tempat dimana bersemayamnya sebuah
niat. Niat adalah penentu nilai perbuatan seeorang, manfaat atau mudharatkah, mulia ataukah
nista. Selanjutnya, niat akan diproses oleh akal pikiran agar bisa direalisasikan dengan efektif
dan efisien oleh jasad kemudian hasilnya berupa amal perbuatan (Abdullah Gymnastiar : 2006).
Al-Qalbu dapat dilihat dari dua perspektif, qalbu dari sisi jasmaniyah dan qalbu dari sisi
rohaniah. Dari sisi jasmaniah, sering didefinisikan gumpalan daging pada sebelah kiri tubuh
manusia yang di dalamnya terdapat rongga darah berwarna hitam. Berfungsi sebagai sumber ruh
dan bertahan hidup. Tidak hanya pada manusia, namun adapula pada hewan. Makna ini biasa
dikenal secara fisik yaitu jantung.
Secara rohaniah, sebutan Qalbu adalah Lathifah Robbaniah Ruhaniah yang memiliki hubungan
dengan daging ini. Lathifah memiliki makna bisikan inilah yang mengenal Allah Swt. dan
memahami apa yang tidak dapat dijangkau oleh khayalan dan angan-angan, dan itulah hakikat
manusia dan itulah bagian yang diseru. Sebagaimana makna Qalbu menurut Al Ghazali pada
buku Membangkitkan Energi Qalbu, Qalbu ialah wadah dan pusat dari tubuh manusia, ia yang
memerintah tubuh untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan.

1
Sejatinya, Qalbu manusia berbolak balik sehingga sering halnya manusia berperilaku
menyimpang dari ajaran yang sesungguhnya, untuk itu Qalbu atau hati manusia perlu digunakan
secara efektif dan efisien yaitu dengan adanya Manajemen Qalbu.
Kesuksesan individu perihal Manajemen Qalbu pada dirinya masing-masing dapat dilihat dari
bagaimana dirinya berkehidupan, salah satunya sebagai makhluk sosial.
Keseluruhan aspek dalam kehidupan tidak akan berhenti untuk berkembang. Berbagai
penemuan terbaru dalam segala aspek kehidupan muncul sebagai gagasan baru yang kebanyakan
bertujuan guna memudahkan berbagai macam kegiatan sehari-hari manusia. Tentu hal tersebut
menunjukkan tujuan yang positif yaitu pemenuhan sebuah kebutuhan. Tapi tak ayal, kebutuhan
disini kadang juga bersifat negatif. Ada sesuatu hal yang menjadi ciri khas dari zaman yang
modern ini, yaitu setiap individu layaknya semakin dituntut untuk selalu berlomba-lomba antar
satu sama lain. Penulis katakan 'semakin' karena sadar atau tidak sadar seluruh manusia dapat
dikatakan dari dulu kala sudah ada dalam satu perlombaan yang sama. Perlombaan ini
menginginkan hadiah yaitu berupa kebahagiaan.
Makna kebahagiaan bisa memiliki ribuan bahkan tak terhingga jumlahnya oleh masing-masing
individu. Tentu, perbedaan cara pandang, kebiasaan, adat istiadat, latar pendidikan, serta segala
hal lainnya yang melekat pada diri manusia lah yang mampu mengakibatkan perbedaan makna
bahagia pada setiap individu. Tapi, ada satu yang sama dan dapat kita lihat bersama yaitu
kebanyakan dari individu ingin menjadi pemenang. Atau dapat disebutkan dengan kata lain yang
paling terpandang atau terkenal. Banyak orang keliru kemudian mempunyai sebuah belief yang
pada akhirnya menyiksa dirinya sendiri, mendorong pada sebuah jalan yang
menenggelamkannya. Seperti halnya tentang kebahagiaan. Hidup tidak melulu mengenai
kebahagiaan, tetapi bagaimana mampu dan tangguh dalam menghadapi apapun tantangan baru
dalam setiap lembaran kehidupan (Hikmatun Balighoh Nur Fitriyati : 2020).
Fenomena kehidupan yang sedemikian adanya sebagai seorang mahasiswa atau dapat
dikatakan anak manusia yang baru saja belajar dengan rasa keingintahuan yang tinggi, penulis
merasa hal ini perlu dikaji pada kalangan mahasiswa. Benar adanya Soeharto menyebutkan, Beri
aku satu pemuda maka akan kuguncangkan dunia. Disinilah letak urgensinya, lantas bagaimana
mau mengguncangkan dunia jikalau pemuda pemudi masih terkungkung dalam naturenya untuk
selalu berkompetisi tanpa henti? Disitulah mengapa menuntut ilmu menjadi sebuah kebutuhan
penting bagi anak muda. Selain wajib belajar 9 tahun yang sudah ditetapkan pemerintah
2
Indonesia, dunia perkuliahan ialah anak tangga selanjutnya bagi seorang anak yang tidak hanya
menuntut keahlian dalam bidang akademis namun juga berbagai skill lainnya. Seorang
mahasiswa dituntut untuk mempraktekan segala teori yang sudah diserap untuk diaplikasikan
pada kehidupannya sehari-hari.
Dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan pesan moral kepada para mahasiswa
sebagai bekal menghadapi dinamika kehidupan berkompetisi antar individu yaitu pada suatu
fenomena yang kebanyakan masih dianggap hal sepele, yakni penggunaan Media Sosial.
Disampaikan oleh Fahmi Anwar (2017), Media sosial adalah berbagai macam aplikasi berbasis
internet, beralaskan pada ideologi dan teknologi Web 2.0 yang mana muncul adanya
kemungkinan terciptanya sekaligus pertukaran konten oleh penggunanya. Penggunaan media
sosial menjadi rentan di kalangan mahasiswa karena intensitas penggunaannya yang berlebihan.
Itu semua didasari karena pergeseran zaman yang mengakibatkan perlu ambil bagian dalam
media sosial agar dikenal banyak orang. Sekaligus dari kegiatan akademis dan non-akademis
menuntut mereka untuk menggunakan media sosial sebagai media pembelajaran sekaligus
hiburan di tengah padatnya kesibukan perkuliahan yang terkadang membuat mahasiswa
mengalami kejenuhan. Adapula media sosial menjadi rentan dikarenakan kesalahpahaman
mengenai apa sebenarnya manfaat adanya media sosial.
Nadirsyah Hosen (2020) pada akun twitternya @na_dirs menyebutkan makna media
sosial. Bahwa media sosial ialah media sosial bukan personal. Sehingga, permasalahan yang
termasuk kategori 'sosial' saja yang harusnya di posting pada akun media sosial. Sementara
persoalan personal seharusnya disimpan pada area privat masing-masing individu. Beliau juga
menyebutkan pemahaman media sosial seperti inilah salah satu cara menikmati hidup.
Berkebalikan dengan manfaat media sosial yang disampaikan oleh Nadirsyah, banyak dari
kalangan mahasiswa justru berbondong-bondong mengunggah berbagai ungkapan hati dan
pemikirannya yang sebaiknya tidak perlu diketahui orang banyak. Seperti rasa tidak suka kepada
seseorang, keluhan dalam mengerjakan tugas perkuliahan, dan berlomba-lomba terlihat menarik
secara fisik dengan rajin mengunggah potret diri dengan penggunaan filter kamera.
Tidak asing pada telinga kita mengenai berbagai macam kasus perundungan di sosial
media kepada seseorang, yaitu cyberbullying. Contoh kasus seperti yang dialami oleh pengguna
akun twitter @pilaaa9, beliau mengalami cyberbullying dengan kategori sexual harrasment via
media sosial instagram berupa chat yang tidak senonoh oleh dua orang tersangka sekaligus.
3
Pelaku mengirimkan beberapa video, foto vulgar serta ajakan untuk berhubungan badan kepada
korban. Selain itu, remaja kekinian kebanyakan mengetahui mengenai akun instagram
@LambeTurah yang menjadi area pembahasan isu-isu tertentu tentang tokoh masyarakat. Dan
pada kolom komentar bisa kita lihat bahwa banyak sekali pengguna akun instagram lainnya yang
juga ada dari kalangan mahasiswa memberikan penilaian buruk sehingga berujung pada
perundungan (bullying) pada dunia maya (cyber).
Penelitian sebelumnya oleh Pandie dan Weismann (2016) mengenai Pengaruh
Cyberbullying di media sosial terhadap perilaku reaktif sebagai pelaku maupun korban, dengan
objek penelitian siswa kristen SMP Nasional Makassar, disebutkan bahwa hubungan antara
perilaku korban cyberbullying dan faktor penyebab diri sendiri yang dialami memiliki nilai lebih
besar diantara faktor penyebab lainnya yaitu, keluarga, perlindungan sosial dan intensitas
penggunaan media sosial. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa perjalanan kehidupan yang
melewati banyak fase atau pergesekan dengan kondisi sekitar, perlu adanya kemampuan diri
untuk koping pada berbagai situasi dan kondisi. Salah satunya dalam menggunakan sosial media.
Adapula sebuah kasus yang terjadi pada mahasiswa Jurusan Tasawuf Psikoterapi
Fakultas Ushuludin dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Beliau
mengalami cyberbullying dengan mendapatkan caci-maki pada kolom komentar instagramnya.
Kasus ini disebabkan persoalan asmara dimana korban dianggap sebagai perebut pacar
tersangka. Hal itulah yang menyulut emosi tersangka sehingga mengajak teman-temannya untuk
memberikan komentar kebencian dan caci maki pada kolom komentar korban.
Berbagai macam aplikasi media sosial tentu tersedia pada gadget mahasiswa Tasawuf
Psikoterapi masing-masing. Seperti whatsapp, instagram, tik tok, twitter, facebook, snapgram,
line dan quora. Unggahan mahasiswa Tasawuf Psikoterapi di UIN Walisongo ini selalu ada
setiap hari dengan berbagai muatan mengenai curhatan keseharian mereka. Sadar atau tidak
sadar kebanyakan mahasiswa tak dapat melewatkan satu hari tanpa menggunakan media sosial,
inilah yang paling mengkhawatirkan yaitu munculnya kecanduan media sosial pada kalangan
mahasiswa. Pada penelitian sebelumnya oleh Aprilia, disebutkan bahwa kecanduan ialah
gangguan baik secara medis maupun psikiatris, yang memiliki gejala penggunaan berlebihan
(kompulsif) terhadap sesuatu yang mana apabila digunakan secara terus menerus mampu

4
memberikan dampak negatif pada individu yang mengalami kecanduan, contoh halnya hilangnya
hubungan baik dengan keluarga, teman bahkan beberapa diantaranya kehilangan pekerjaan.1
Para dosen pun banyak yang sudah menyebutkan bahwa mahasiswa UIN Walisongo
telah menjadi generasi merunduk. Dimanapun mereka lewat di sudut area kampus akan nampak
mahasiswa memegang gadget mereka masing-masing sembari merunduk. Beda halnya ketika
para Ibu Bapak Dosen terdahulu, area kampus akan dipadati mahasiswa yang sibuk dengan buku
bacaan mereka.2 Hal-hal yang sudah disampaikan sebelumnya, mampu menyebutkan bahwa
kecanduan media sosial pada mahasiswa Tasawuf Psikoterapi sudah cukup tinggi.
Dengan dinamika kehidupan modern salah satunya dengan media sosial sebagai bagian
penting di kehidupan manusia mampu mengakibatkan individu melupakan fitrahnya sebagai
manusia. Kehidupan manusia bukan hanya mengenai kebahagiaan di dunia yang fana, namun
juga tempat mencari bekal guna kehidupan kekal selanjutnya di akhirat. Senantiasa
mengoptimalkan Manajemen Qalbu merupakan upaya preventif dan represif yang mampu
megatasi fenomena kecanduan media sosial pada mahasiswa.
Berangkat dari hal yang sudah disebutkan sebelumnya penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul : "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT MANAJEMEN QALBU
DENGAN KECENDERUNGAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA
TASAWUF PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDIN DAN HUMANIORA UIN
WALISONGO SEMARANG"

B. Perumusan Masalah

Guna mengetahui kondisi adanya kecenderungan kecanduan media sosial pada


mahasiswa Tasawuf Psikoterapi di UIN Walisongo Semarang, penulis melakukan analisa dan
penelitian perkembangan secara langsung di lingkungan jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas
Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang. Maka rumusan masalah skripsi ini
adalah :
1
Arista Dwi Aprillia, Penelitian: Hubungan antara Kontrol diri dengan Kecanduan Media Sosial (Instagram) pada
Remaja di SMA Harapan 1 Medan, (Medan, 2019), hal. 14
2
Hasil diskusi dengan Bapak Aslam Sa’ad, M.Ag.
5
1. Bagaimana Manajemen Qalbu berpengaruh pada perilaku manusia?
2. Bagaimana fenomena ujub ada di lingkungan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :


“Untuk mengukur seberapa besar pengaruh Manajemen Qalbu terhadap adanya
kecanduan media sosial pada Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuludin dan
Humaniora UIN Walisongo Semarang.”

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN


Walisongo Semarang.
Penelitian ini dapat dijadikan upaya preventif pada mahasiswa yang belum mengalami
kecanduan media sosial sekaligus represif pada mahasiswa yang mengalami
kecenderungan kecanduan media sosial, terlebih menggunakannya untuk tujuan kurang
bermanfaat.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini dijadikan sebagai tugas akhir guna syarat kelulusan penulis sekaligus
berupa penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai aplikasi
analisa permasalahan yang ada pada lingkungan sekitr serta mencari penyelesaiannya.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, perbandingan dan acuan
untuk bidang kajian yang sama.

E. Sistematika Penulisan

6
Sistematika penulisan bertujuan guna mempermudah pemahaman dan penelaahan
penelitian. Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab, masing-masing uraian yang
secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini sebagai merupakan pendahuluan yang memuat usulan penelitian yang berisikan
tentang latar belakang masalah , perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan teori-teori yang mendasari pembahasan variabel dan hal lain yang
ada dalam penelitian. Secara terperinci memuat tentang pengertian manajemen Qalbu,
manfaat manajemen Qalbu, tingkatan manajemen qalbu, pengertian media sosial, fungsi
media sosial, pengaruh media sosial yang mengakibatkan kecanduan, peningkatan
manajemen Qalbu sebagai cara mengatasi fenomena kecanduan media sosial yang
dipergunakan sebagaimana dasar untuk meneliti dan menganalisa data yang diperoleh
dari Populasi Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuludin dan Humaniora, UIN
Walisongo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang pengembangan metodologi yang mana


terdiri dari kerangka pemikiran, sumber data dan jenis data serta metode analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA MAHASISWA TASAWUF PSIKOTERAPI UIN


WALISONGO SEMARANG DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum populasi yaitu Mahasiswa Tasawuf
Psikoterapi Fakultas Ushuludin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang seperti
7
kondisi lingkungan perkuliahan, kegiatan akademis dalam kampus dan karakteristik
mahasiswa, serta analisa data guna mengukur hubungan tingkat manajemen Qalbu
dengan kecenderungan kecanduan media sosial di kalangan mahasiswa.

BAB V PENUTUP

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari serangkaian pembahasan dan penelitian
skripsi berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta saran-saran yang mampu
disampaikan kepada obyek penelitian atau bagi penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai