Anda di halaman 1dari 20

Mahram karena keturunan[sunting | sunting sumber]

1. Ibu, nenek dan seterusnya ke atas, baik jalur laki-laki maupun wanita
2. Anak perempuan (putri), cucu perempuan, dan seterusnya, ke bawah
baik dari jalur laki-laki-laki maupun perempuan
3. Saudara perempuan (kakak atau adik), seayah atau seibu
Mahram karena pernikahan[sunting | sunting sumber]

1. Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas


2. Istri anak (menantu), istri cucu dan seterusnya ke bawah
3. Ibu mertua, ibunya (nenek) dan seterusnya ke atas
Mahram karena sepersusuan[sunting | sunting sumber]

1. Wanita yang menyusui dan ibunya


2. Anak perempuan dari wanita yang menyusui (saudara persusuan)
3. Saudara perempuan dari wanita yang menyusui (bibi persusuan)
Mahram muaqqot[sunting | sunting sumber]

1. Kakak atau adik ipar (saudara perempuan dari istri)


2. Bibi (ayah atau ibu mertua) dari istri
3. Istri yang telah bersuami dan istri orang kafir jika ia masuk Islam
1. Calon Pengantin Laki-laki
2. Calon Pengantin Perempuan
3. Wali Nikah
4. Dua orang Saksi
5. Ijab dan Qabul
Syarat menerima warisan ada tiga:
1. Orang yang mewariskan hartanya telah meninggal baik secara hakiki maupun
secara hukum.
2. Ahli waris masih hidup ketika orang yang mewariskan hartanya meniggal
walaupun hanya sekejap, baik secara hakiki maupun secara hukum.
3. Mengetahui sebab menerima harta warisan. Seperti bertalian sebagai anak, orang
tua, saudara, suami isteri, wala, dsb.

Sebab Menerima Waris


Sebab menerima warisan ada tiga:
1. Pernikahan, yaitu akad yang dilaksanakan oleh suami isteri secara sah.
2. Keturunan, memiliki tali persaudaraan, yakni hubungan tali
persaudaraan antara dua orang manusia melalui hasil keturunan baik yang
dekat maupun yang jauh.
3. Wala’, artinya memerdekakan, yakni bagian ashabah yang ditetapkan
bagi yang memerdekakan si mayit dan keluarga yang memerdekakan
mendapat ashabah binafsihi, baik ia memerdekakan sebagai santunan
ataupun disebabkan kewajiban, seperti zakat, nadzar atau kafarat.
ORANG YANG TIDAK BERHAK MENDAPAT
HARTA WARIS

Oleh
Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron

1. Ar-Riqqu Atau Hamba Sahaya


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
berkata : “Budak adalah manusia yang tidak
memiliki wewenang sendiri, tetapi dia
dimiliki, boleh dijual, boleh dihibahkan dan
diwaris. Dia dikuasai dan tidak memiliki
kekuasaan. Adapun (yang menjadi) sebab dia
tidak mendapatkan warisan, karena Allah
membagikan harta waris kepada orang yang
berwenang memiliki sesuatu, sedangkan dia
(budak) tidak memiliki wewenang.

Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu


berkata. Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ُ ‫ َما ٌل فَ َمالُهُ لِلَّ ِذي بَا َعهُ إِالَّ أَ ْن يَ ْشتَ ِر طَ ْال ُم ْبتَا‬Jُ‫َو َم ِن ا ْبتَا َع َع ْبدًا َولَه‬
‫ع‬

“Dan barangsiapa membeli budak sedangkan


budak itu memiliki harta, maka hartanya milik
si penjual, kecuali bila pembeli membuat
syarat” [Hadits Riwayat Bukhari 2/838 dan
Muslim 3/1173]

Selanjutnya beliau berkata : Jika dia tidak


berhak memiliki, maka tidak berhak
mewarisi, sebab bila dia mewarisi, maka akan
beralih kepemilikannya kepada pemiliknya.
[Lihat Tashilul Fara’id : 21]

2. Al-Qatil Atau Membunuh Orang Yang Akan


Mewariskan
Bila ada orang yang berhak menerima waris,
tetapi orang itu membunuh orang yang akan
mewariskan, misalnya ada anak yang tidak
sabar menanti warisan ayahnya, sehingga ia
membunuh ayahnya, maka anak tersebut
tidak berhak mengambil pusaka ayahnya.
Untuk lebih jelasnya, lihat Muhtashar Al-
Fiqhul Islami, hal. 774 oleh Muhammad bin
Ibrahim At-Tuwajiri.

Dalilnya, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu


berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.

ُ ‫ْالقَاتِ ُل الَيَ ِر‬


‫ث‬

“Pembunuh tidaklah memperoleh harta waris”


[Hadits Riwayat Tirmidzi 3/288, Ibnu Majah
2/883, Hadits Shahih Lihat Al-Irwa’, hal. 1672]

Adapun pembunuh secara tidak sengaja,


maka menurut Imam Malik, dia tetap
mendapat harta waris. Lihat Sunan Tirmidzi
(3/288). Sedangkan jumhur ulama
berpendapat, pembunuh tidak mendapat
harta waris, baik dengan sengaja atau tidak .
Lihat Sunan Tirmidzi (3/288).

Jalan tengah dari dua pendapat yang berbeda


ini, Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin berkata : “Pembunuhan yang
disengaja tidak berdosa apabila pembunuhan
itu seperti membunuh perampok (walaupun
itu ahli waris), maka membunuh perampok
(walaupun itu ahli waris), maka tidaklah
menghalangi pembunuhnya mendapatkan
harta waris dari yang dibunuh., karena
tujuannya untuk membela diri. Demikian juga,
misalnya pembunuhan yang disebabkan
karena mengobati atau semisalnya, maka
tidaklah menghalangi orang itu untuk
mendapatkan harta waris, selagi dia diizinkan
untuk mengobati dan berhati-hati”. Lihat
Tashilul Fara’id, hal. 21-22

3. Ikhtilaffud Din Atau Berlainan Agama Dan


Murtad
Ahli waris lain agama, misalnya yang
meninggal dunia orang Yahudi, sedangkan
ahli warisnya Muslim, maka ahli waris yang
Muslim tersebut tidak boleh mewarisi
hartanya. Dan demikian juga sebaliknya.

Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu berkata


sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda.

‫ث ْال ُمسلِ ُم ْال َكافِ ِر َوالَ ْال َكافِ ُر ْال ُم ْسلِ َم‬
ُ ‫الَيَ ِر‬

“Tidak boleh orang Muslim mewarisi harta


orang kafir, dan tidak boleh orang kafir
mewarisi harta orang Muslim” [Hadits
Riwayat Bukhari 6/2484]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


berkata : “Mereka tidak mendapatkan harta
waris karena antara keduanya putus
hubungan secara syar’i. Oleh karena itu, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada nabi
Nuh ‘Alahis Salam menjelaskan anaknya yang
kafir dengan firmanNya.

‫ح‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ِ‫ْس ِم ْن أَ ْهل‬
َ ‫ك ۖ إِنَّهُ َع َم ٌل َغ ْي ُر‬ َ ‫قَا َل يَا نُو ُح إِنَّهُ لَي‬
“Allah berfirman : “Hai Nuh, sesungguhnya dia
bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya
(perbuatannya) perbuatan yang tidak baik”
[Hud : 46]

Selanjutnya Syaikh menjelaskan : Ada dua


perkara, bolehnya lain agama mewarisinya.
Pertama : Al-Wala. Yaitu orang yang
memerdekakan budak, dia mendapatkan
warisan budak yang telah dimerdekakannya,
walaupun lain agama. Kedua : Kerabat yang
kafir lalu masuk Islam sebelum pembagian
harta. Lihat Tashilul Fara’id, hal.22. Tiga
macam diatas dinamakan hajib washaf.
Artinya, keberadaannya seperti tidak adanya,
karena mereka tidak mendapat harta waris.

4. Al-Muthallaqah Raj’iah Atau Talak Raj’i


Yang Telah Habis Masa Iddahnya
Wanita yang sudah habis masa iddahnya,
tidak mendapatkan warisan dari suaminya
yang meninggal dunia. Demikian pula
sebaliknya. Tetapi bila meninggal dunia
sebelum habis masa iddahnya, jika salah
satunya meninggal dunia, maka mendapat
harta waris. Lihat Muhtashar Al-Fihul Islam
oleh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwajiri, hal.
775. Dalilnya ialah.

َ ِ‫َوأَحْ صُوا ْال ِع َّدةَ ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ َربَّ ُك ْم ۖ اَل تُ ْخ ِرجُوهُ َّن ِم ْن بُيُوتِ ِه َّن َواَل يَ ْخرُجْ َن إِاَّل أَ ْن يَأْت‬
‫ين‬
ِ َ‫بِف‬
‫اح َش ٍة ُمبَيِّنَ ٍة‬

“Dan hitunglah waktu iddah itu serta


bertakwalah kepada Allah Rabb-mu.
Janganlah kamu keluarkan mereka dari
rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar, kecuali kalau mereka
mengerjakan perbuatan keji yang terang”. [At-
Thalaq : 1]

Yang dapat diambil pelajaran dari ayat ini,


jika isteri dalam masa iddah, maka statusnya
masih isteri sampai keluar masa iddah.
Karena itu si isteri harus tinggal di rumah
suami, tidak boleh diusir atau keluar dari
rumah suami, selama masa iddah.

5. Al-Muthallaqah Al-Bainah Atau Talak Tiga


Wanita yang dicerai tiga kali dinamakan
thalaq ba’in. Bila suami menceraikannya
dalam keadaan sehat, lalu meninggal dunia,
maka si isteri tidak mendapat warisan.
Demikian pula sebaliknya. Atau suami dalam
keadaan sakit keras dan tidak ada dugaan
menceraikannya karena takut isteri
mengambil warisannya, maka si isteri tidak
mendapat warisan pula. Tetapi bila suami
menceraikannya karena bermaksud agar
isteri tidak mendapatkan warisan, maka isteri
mendapatkan warisan. Lihat Mukhtashar Al-
Fiqhul Islami, Muhammad bin Ibrahim At-
Tuwaijiri, hal. 775

Apa yang difatwakan oleh Syaikh Muhammad


bin Ibrahim At-Tuwaijiri bagian akhir ini
benar, karena termasuk hailah atau rekayasa
untuk menghalangi hak orang lain. Seperti
halnya lima orang yang berserikat memiliki
kambing dan jumlah kambingnya telah
mencapai 40 ekor. Tiba waktu mengeluarkan
zakat, mereka membaginya agar terlepas dari
kewajiban mengeluarkan zakat. Jika mereka
melakukan hailah (rekayasa) seperti ini, maka
mereka tetap diwajibkan mengeluarkan
zakat.
6. Al-Laqit Atau Anak Angkat
Dalam hal ini termasuk juga orang tua angkat.
Keduanya tidak medapat warisan bila salah
satunya meninggal dunia, sekalipun sama
agamanya dan diakui sebagai anaknya
sendiri, atau bapaknya sendiri, sudah
memiliki akte kelahiran dan di catat sebagai
anak atau bapak kandung, karena istilah
orang tua dan anak ialah yang satu darah
yang disebabkan pernikahan menurut syar’i.
Dalilnya ialah firman Allah.

ٌ ‫ْس لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أُ ْخ‬


‫ت‬ َ ‫ك لَي‬
َ َ‫إِ ِن ا ْم ُر ٌؤ هَل‬

“ … Jika seorang meninggal dunia, dan ia


tidak mempunyai anak dan mempunyai
saudara perempuan” [An-Nisa :176]

7. Ibu Tiri Atau Bapak Tiri


Anak tiri tidak mendapatkan warisan bila
bapak tiri atau ibu tirinya meninggal dunia.

‫ان لَهُ َولَ ٌد‬


َ ‫ك إِ ْن َك‬ ِ ‫َوأِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َو‬
َ ‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬
“Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-
masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak” [An-Nisa : 11]

Read more https://almanhaj.or.id/2020-orang-
yang-tidak-berhak-mendapat-harta-waris.html
Masuknya islam ke Negara Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur Utara dan jalur
selatan, meliputi:

Rute jalur utara yaitu: Arab (Mekah dan Madina) – Damaskus – Bagdad – Gujarat
(Pantai barat India) – Srilanka – Indonesia.

Rute jalur selatan yaitu: Arab (Mekah da Madinah) – Yaman – Gujarat – Srilanka
– Indonesia

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id -


https://brainly.co.id/tugas/13450717#readmore
Kerajaan Samudera Pasai.

Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan kembar.


Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh Kabupaten
Lhok Seumawe atau Aceh Utara kini. Kemunculannya
sebagai kerajaan Islam diperkirakan awal atau pertengahan
abad ke-13 M,  pendiri dan raja pertama  kerajaan ini adalah
Malik al-Saleh, sebagai hasil dari proses islamisasi daerah
pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Daerah yang
diperkirakan masyarakatnya sudah banyak yang memeluk
agama Islam adalah Perlak, sepeti yang kita ketahui berita
dari Marco Polo yang singgah di daerah itu pada tahun
1292.

Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M,


itu didukung dengan adanya nisan yang terbuat dari granit
asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa
raja pertama itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun
696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
[3] Nisan kuburan itu didapatkan di Gampong Samudera
bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut. Keberadaan
kerajaan ini dibuktikan dengan sumber sejarah berupa
penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh
dengan angka tahun 1297 yang juga merupakan raja
pertama. Menurut sumber sejarah, kerajaan ini pernah
didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama
Ibnu Batutah.

Kerajaan Aceh Darussalam.

Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514. Sultan Ibrahim atau


Ali Mugayat Syah adalah raja pertama kerajaan ini. Kerajaan
Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada
tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang
mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M
dianekasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya
kerajaan Samudera Pasai di bawah pengaruh kesultanan
Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.

Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarng dikenal


dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak
ibu kotanya. Dan belum diketahui pasti kapan kerajaan ini
berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri
pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri,
oleh Mujaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun
kota Aceh Darussalm. Puncak kejayaan Kerajaan Aceh terjadi
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat
itu wilayah kekuasaan Aceh sangat luas. Kerajaan Aceh juga
telah menjalin hubungan dengan para pemimpin Islam di
kawasan Arab sehingga dikenal dengan sebutan Serambi
Mekah. Puncak hubungan tersebut terjadi pada masa
kekhalifahan Usmaniyah.

Kerajaan Demak.

Perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan


melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi
peluang kepada pengusaha-pengusaha islam di pesisir
untuk membangun pusat kekuasaan yang independen.
Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, wali songo
bersepakat mengangkat Raaden Patah menjadi raja pertama
kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan
gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan
Palembang Sayidina Panatagama. Sebelumnya Demak yang
masih bernama Bintoro merupakan daerah vasal Majapahit
yang diberikan Raja Majapahit kepada Radeen Patah.

Maka berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yaitu


Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah
pada tahun 1478. Pada saat itu ulama memegang peranan
yang penting dalam pemerintahan misalnya dengan
diangkatnya Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai
penasihat kerajaan. Kerajaan Demak mengalami masa
keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada
tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk
mendirikan benteng di Sunda Kelapa, Kerajaan Demak
berhasil memukul mundur. Pada masa kekuasaan dipegang
oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari
Demak menuju Pajang.

Kesultanan Banten (1524 – 1813)

Kerajaan Islam di Indonesia untuk wilayah Jawa selanjutnya


berkuasa di atas Tatar Pasundan. Kerajaan ini bernama
Kesultanan Banten. Berdirinya kerajaan ini setelah kerajaan
Demak mempeluas kekuasaannya sampai pesisir barat Jawa.

Maulana Hasanuddin yaitu putra Sunan Gunung Jati


merupakan orang yang sangat berjasa dalam penaklukan
tersebut. Karena adanya pengaruh kedatangan dan
penyeranan Belanda terhadap nusantara, kemudian
kerajaan ini hanya mampuh bertahan sampai tahun 1813.
Kesultanan Cirebon (1552 – 1677)

Pada abad ke-15 dan 16 Masehi, kesultanan Cirebon


merupakan kerajaan Islam yang sangat terkenal di jagat
Asia. Melalui jalur perdagangan juga pelayaran antar pulau
pada waktu itu, kesultanan ini memiiki posisi yang sangat
strategis.

Selain menjadi jembatan dan juga tempat persinggahan


para pelayar dan pedagang yang hendak berlayar ke Barat
dan ke Timur, kerajaan Islam yang satu ini juga menjadi
sebuah pusat pertemuan kebudayaan dari berbagai macam
daerah.

Kesultanan Pajang (1568 – 1618)

Kerajaan Pajang ialah kerajaan Islam yang beretak di Jawa


Tengah yang menjadi lanjutan dari Kerajaan Demak. Selepas
meningganya Sultan Trenggana, Kemudian  kerajaan Demak
runtuh. Seluruh daerah kekuasannya memisahkan diri dan
membangun kerajaannya masing-masing, termasuk juga
kesultanan Pajang ini.

Sekarang, kita masih bisa mendapati bukti keberadaan Islam


di Indonesia yaitu kesultanan Pajang pada zaman dulu.
Pondasi dan reruntuhan keratonnya masih tersisa dan masih
bisa kita lihat di kelurahan Pajang, Kota Surakarta.
Kesultanan Mataram (1586 – 1755)

Kesultanan Mataram merupakan kerajaan Islam yang berdiri


pada abad ke-15 akhir. Raja pertama dari Kesutanan
Mataram adalah Sutawijaya, putra dari Ki Ageng
Pemanahan. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Mataram
pernah berjasa dalam menyatukan tanah Jawa. Kerajaan
Mataram juga pernah berperang melawan VOC di Batavia.

Beberapa peninggalan yang dapat kita jumpai hingga saat


ini diantaranya adalah  adanya kampung Matraman di
Jakarta, sistem persawahan di Pantai Utara Jawa,
penggunaan hanacaraka dalam bahasa Sunda, politik feodal,
dan beberapa batas daerah administrasi yang dari sekarang
masih berlaku.

Kerajaan Banjar

Akibat dari pengaruh adanya pergerakan kerajaan Islam di


Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, kerajaan Islam lain
muncul di Pulau Kalimantan. Namanya Kerajaan Banjar yang
berdiri pada tahun 1520 Masehi. Pada tahun 11 Juni 1860,
Belanda menghapus kerajaan itu dari catatan sejarah.
Namun untungnya, rakyat Banjar tetap kokoh memegang
sejarah.

Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Khairul Saleh ini


mengalami puncak kejayaannya pada abad ke-17. Saat itu,
rempah-rempah, terutama lada yang menjadi komoditas
utama dari kerajaan ini. Lewat jalur perdagangan, kerajaan
ini tumbuh besar hingga ke wilayah barat, timur, dan
tenggara pulau Kalimantan.

Pada masa kerajaan Banjar, pengaruh kolonial Belanda telah


meluas ke berbagai daerah. Lewat politik divide et
impera alias politik adu domba, kekacauan banyak terjadi di
sendi-sendiri Kerajaan Banjar. Akibat hal itu, menyulut pula
perseteruan di kalangan istana. Proses keruntuhannya
ditandai setelah meletus perang dengan kolonial Belanda.

Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa-Tallo ini dikenal juga dengan nama Kerajaan


Makassar. Mulainya, kerajaan ini terdiri dari dua daerah:
Gowa dan Tallo. Namun, akibat dari kedigdayaan dan sikap
pemimpin dari Sultan Hasanuddin (tahun 1653-1669), dua
wilayah ini bersatu dan menjadi kerajaan yang baru dan
besar. Sampai-sampai ditakuti oleh kolonial Belanda.

Pengaruh dari Sultan Hasanuddin ini sangat luas. Dari


kepemimpinannyalah Kerajaan Gowa-Tallo berkembang luas
hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara,
Butan, Luwu, Sumbawa, Lombok, hingga Selayar. Tidak
hanya itu, beliau juga berhasil mengembangkan hingga ke
Indonesia bagian timur.

Berkat kesuksesan dan keberaniannya, Sultan Hasanuddin


pun dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Namun kabar bahagia
itu kandas ketika lagi-lagi politik adu domba memporak-
porandakan wilayah kekuasaan Sultan Hasanuddin.
Runtuhnya kerajaan Islam di Indonesia ini ditandai oleh
penandatanganan Perjanjian Bongaya

1. Nahdlatul Ulama (NU)


NU atau Nadhatul Ulama merupakan organisasi islam sosial
keagamaan(jam’iyah diniyah islamiah) yang didirikan pada
tanggal 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1334 H.

Organisasi ini berhaluan Aswaja atau Ahlu Sunnah wal-jamaah.


Nadhatul Ulama didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari beserta para
ulama dan pengusaha dari Jawa Timur.

2. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi islam pembaharuan di
Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan.

Organisasi ini sebenarnya merupakan rantai yang panjang dari


berbagai gerakan pembaruan islam yang sudah ada
sebelumnya.

1. . AL-IRSYAD • Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah


organisasi Islam nasional. Perhimpunan Al-Irsyad
Al- Islamiyyah mempunyai sifat khusus, yaitu
Perhimpunan yang berakidah Islamiyyah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, di
bidang pendidikan, pengajaran, serta social dan
dakwah bertingkat nasional.
2. 9. SEJARAH • Perhimpunan Al-Irsyad Al-
Islamiyyah (Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-
Islamiyyah) berdiri pada 6 September 1914 (15
Syawwal 1332 H). Tanggal itu mengacu pada
pendirian Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang
pertama, di Jakarta. • Tokoh sentral pendirian Al-
Irsyad adalah Al-’Alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-
Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang
berasal dari Sudan.
3. 5. JAMIAT KHAIR • Jamiat Khair adalah lembaga
swasta yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan berperan penting dalam sejarah perjuangan
Indonesia. Berpusat di jalan KH Mas Mansyur 17,
Tanah Abang, Jakarta Pusat.
4. 6. SEJARAH • Organisasi ini didirikan di Jakarta
oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17
Juli 1905. • Di antara pendirinya adalah Sayid
Muhammad Al-Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin
Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. •
Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum
ningrat atau bangsawan Ara
5. kaum muslimin memperjuangkan kepentingan
golongan Islam melalui saluran politik yang diakui
pemerintah penjajah. Partai politik yang tumbuh
sebelum zaman kemerdekaan adalah
Persaudaraan Muslim Indonesia (Permi), Sarikat
Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII).
6. 22. SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November
1911 dengan kelanjutan dari Sarekat Dagang
Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada
tanggal 16 oktober 1905, SI kemudian berubah
menjadi PSII. Partai Islam Masyumi pada awal
berdirinya merupakan satu-satunya partai politik
Islam yang diharapkan dapat memperjuangkan
kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam
negara modern yang diproklamasikan pada
tanggal 17 agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai