Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wa Ode Haja Aminah

NIM :P00313019058

Prodi :DIV 1B

1. Menurut saya profesi kesehatan dan profesi hukum memang kedua hal yang berbeda. Mengapa
demikian, karena dikatakan melanggar hukum apabila seseorang petugas medis atau seorang
dokter tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur standar profesi. Namun , sebaliknya
apabila seorang petugas medis atau dokter sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan standart
profesi namun ternyata ada hasil yang kurang memuaskan bagi pasien maka belum tentu hal
tersebut dikatakan sebagai tindakan melanggar hukum .disamping itu didalam prosedur standart
profesi mereka tidak pernah menjanjikan kesembuhan kepada sipasien tetapi mereka
memaksimalkan pelayanan dengan mengikuti prosedur standar profesi yang telah ditentukan.

Jadi, Solusinnya memberikan pemahaman, baik kepada profesi hukum, profesi kesehatan
maupun kepada masyarakat umum terkait hal tersebut bahwa tidak semua tindakan medis
merupakan hal yang melanggar hukum, tetapi yang menjadi tolak ukur dalam hal tindakan medis
baik itu dokter maupun petugas medis adalah standar profesi,ketelitian, kemampuan rata-rata serta
kemampuan pengetahuan/keahlian sebanding dengan sarana yang digunakan dalam rangka
menuju pada tujuan komkrit pada semua tindakan medis. Selain itu adannya kesadaran dari pihak
pasien dan memberikan kepercayaan dan meyakinkan bahwa seluruh tindakan medis merupakan
langkah yang terbaik sehingga mengurangi munculnya penafsiran penafsiran yang berbeda.

2. Kode etik profesi gizi

Ahli Gizi, yang melaksanakan profesi gizi, mengabdikan diri dalam upaya meningkatkan
keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan bangsa. Pengabdian profesi gizi
dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan gizi, pengembangan IPTEK gizi serta ilmu terkait,
dan pendidikan gizi. Ahli Gizi harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berlandaskan pada pancasila, UUD 1945, AD-ART, dan kode etik profesi Gizi. Kode etik
PERSAGI terdiri dari 7 Bab, yaitu:

BAB I. PRINSIP-PRINSIP UMUM


1. Ahli gizi berkewajiban untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan
kesejahteraan rakyat.
2. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan menunjukkan sikap,
perilaku dan budi luhur, serta tidak mementingkan kepentingan pribadi.
3. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya menurut ukuran yang
tertinggi.
4. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya dengan bersikap jujur,
tulus, dll.
5. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk senantiasa berdasarkan
prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi, hendaknya
secara objektif tanpa bias individu dan mampu menunjukan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa berusaha menjadi pendidik rakyat yang
sebenarnya.
8. Ahli gizi dalam bekerjasama dengan para profesional lain, baik di bidang kesehatan
maupun lainnya, berkewajiban untuk senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.

BAB II. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN

1. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu untuk senatiasa berusaha memelihara dan
meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau dalam
masyarakat umum.
2. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang
dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah tidak berada dalam pelayanannya, bahkan
juga setelah klien meninggal dunia.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, serta tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia,
dan tidak melakukan pelecehan seksual.
4. Ahli gizi berkewajiban sentiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, akurat terutama
kepada klien yang menunjukkan tanda-tanda ada masalah gizi/gizi kurang.
5. Ahli gizi berkewajiban untuk memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien agar mengerti dan bersedia mengambil keputusan sendiri
berdasarkan informasi tersebut. Dan apabila dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau
ketidakmampuan dalam memberikan pelayanan, maupun informasi yang tepat kepada
klien, ia berkewajiban untuk senantiasa mengatakan tidak tahu dan berusaha berkonsultasi
atau membuat rujukan dengan ahli gizi lain maupun ahli lain yang mempunyai kemampuan
dalam masalah tersebut.

BAB III. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

1. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum, khususnya tentang


penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru, dan praktik yang tidak etis berkaitan
dengan gizi dan pangan, termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya
senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi yang faktual, akurat, dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli gizi berkewajiban untuk senatiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi,
melakukan pemantaun atau pengukuran status gizi dalam masyarakt secara teratur dan
berkesinambungan, sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi dalam masyarakt
serta dapat merehabilitasi secara cepat pada masyarakat yang menderita masalah gizi.

BAB IV. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA

1. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan dan memelihara
status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban untuk senantiasa bekerjasama,
melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja dalam masyarakat.
2. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang
harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu/profesional sejenis, yang terkait dengan
upaya peningkatan status gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
3. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa loyal dan taat asa di organisasi tempat di mana
ahli gizi dipekerjakan.

BAB V. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI


1. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang
dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan
dan keahlian yang dibutuhkan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta mengaku salah bila memang salah, dan senantiasa
menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia menerima pendapat orang lain jika
memang pendapat tersebut benar atau memiliki manfaat yang luas.
4. Ahli gizi berkewajiban untuk bisa mengukur kemampuan dan keterbatasab diri
sendiri, serta mengenal kebutuhan diri sendiri untuk selalu memperbaharui
pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan.selain itu, ahli gizi harus mampu melakukan prediksi kejadian di masa yang
akan datang.
5. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan sepengetahuan klien/masyarakat.
6. Ahli gizi berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri
sendiri dan memaksa orang lain melanggar hukum.
7. Ahli gizi berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar mampu
bekerja dengan baik.
8. Ahli gizi berkewajiban untuk melayani masyarakat umumtanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
9. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, boleh mencantumkan namanya untuk
sertifikasi bagi institusi yang akan memberikan pelayanan gizi, selama ahli gizi yang
bersangkutan memang betul-betul memberikan pelayanan gizi.

BAB VI. PENETAPAN PELANGGARAN

1. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk menunjukkan secara akurat
kualifikasi dan kepercayaan profesionalismenya, dengan mengacu bahwa sertifikasi
praktik pelayanan gizi tersebut asli dan masih berlaku serta didapat melalui komisi
registrasi yang ditunjuk oleh organisasi profesi. Bila ahli gizi tidak bisa menunjukkan
seperti yang dimaksud di atas, ahli gizi tersebut tidak diperbolehkan melakukan praktik
profesinya dan dicabut sertifikasinya.
2. Ahli gizi dalam melakukan praktik profesi gizi dapat dicabut sertifikasinya jika:
 Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada kegiatan
praktiknya.Diputuskan oleh pengadilan terlibat dalam tindak pidana, atau secara
mental dinyatakan sudah tidak mampu.
 Mendapat gangguan emosi dan mental yang mempengaruhi praktik pelayanannya,
yang dapat membahayakan klien atau orang lain.
3. Ahli gizi dalam menjalankan praktik profesinya harus mengikuti dan melengkapi semua
persyaratan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan profesionalismenya, dan
menunjukkan sikap disiplin dalam kondisi sebagia berikut:
 Tidak terlibat tindakan kriminal menurut undang-undang yang berlaku.
 Mematuhi semua disiplin dan peraturan yang berlaku.
 Patuh pada semua aturan organisasi, hukum dan pemerintah.
4. Ahli gizi berkewajiban untuk mendukung dan menunjukkan standar kualitas yang tinggi
dalam menjalankan praktik profesinya, dan tidak diperbolehkan melecehkan tanggung
jawabnya dalam melindungi klien, masyarakat dan profesinya dalam menerapkan kode
etik, serta selalu melaporkan jika menemui hal-hal yang bertentangan dengan kode etik
melalui organisasi profesi.

BAB VII .KEKUATAN KODE ETIK

1. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas dasar prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab
terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya.
2. Kode etik ini berlaku setelah disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai
dengan ketentuan yang tetuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi
gizi.
3. Untuk memudakan para ahli gizi dalam memahami tentang kode etik profesi gizi, dapat
ditarik esensi yang dikandung dari masing-masing kewajiban yang ada, dengan
menggunakan kata kunci sebagai berikut:
a) KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN
Ahli gizi disepanjang waktunya senantiasa berusaha untuk:
 Memelihara dan meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi
pelayanan gizi maupun dalam masyarakat umum.
 Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat.
 Menghormati, menghargai, tidak mendiskriminasikan.
 Memberikan pelayanan gizi yang prima.
 Memberikan informasi yang tepat, jelas dan apabila tidak mampu senantiasa
berkonsultasi.
b) KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Ahli gizi sepanjang waktu menjalankan profesinya, senantiasa berusaha untuk:
 Melindungi masyarakat dari informasi yang keliru, dan mengarahkan kepada
kebenaran.
 Melakukan pengawasan pangan dan gizi.
c) KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA
Ahli gizi sepanjang waktu menjalani profesinya, senantiasa berusaha untuk:
 Bekerjasama dengan berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja.
 Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis.
 Loyal dan taat asas.
d) KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI
Ahli gizi berusaha sepanjang waktu menjalani profesinya, senantiasa berusaha untuk:
 Melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan profesi.
 Mengikuti perkembangan IPTEK terkini.
 Percaya diri, menerima pendapat orang lain yang memang benar.
 Mengetahui keterbatasan diri sendiri.
 Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
 Tidak memuji diri sendiri.
 Memelihara kesehatan dan gizinya.
 Bekerja untuk masyarakt umum.
 Benar-benar melaksanakan tugas pelayanan gizi.

Anda mungkin juga menyukai