Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

PENATALAKSANAAN PASIEN LANSIA DENGAN TRAUMA


Abdul Qodir
abdulqodir@gmail.com

ABSTRACT

Trauma is the fifth leading cause of death in patients over the age of 65. Physiologic and
anatomical changes due to the aging process lead to the increasing of orbidity and mortality in the
elderly; approximately 28% of elderly patients died of a trauma. The elderly patients might suffer
fromcomplex disease and have decreasing sensitivity towards certain medication that indirectly
influences the process of resuscitation.
This study aimsat examining the management of elderly patients with trauma.The method
used in is the analysis of the literature relevant to the management of trauma in the elderly.The
management of elderly patients with trauma basically is the same as the one which is done to adult
patients that include airway, breathing, circulation. However, there are things that must be considered
by the nurses associated with the aging process. The aging process affects the decreasing organs’
functions, so that treating the elderly patients need more intensive management than the one we do to
the younger patients with the same trauma. Immediate and appropriate resuscitation can result better
outcomes and reduce mortality and morbidity in elderly patients with trauma.
Keywords : Management, Elderly , and Trauma

1
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG

Abstrak
Trauma adalah penyebab utama kelima kematian pada pasien yang berusia lebih
dari 65 tahun. Perubahan anatomi dan fisologi akibat proses menua mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas pada lansia, kurang lebih 28 % pasien lansia
meningal akibat trauma. Pasien lansia mungkin mempunyai penyakit pemberat dan
penurunan sensitifitas terhadap obat-obat tertentu sehingga akan mempersulit resusitasi.
Analisis literatur ini bertujuan untuk menganalisis penatalaksanaan pasien lansia
dengan trauma.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis literatur yang
relevan dengan penatalaksanaan trauma pada lansia.Penatalaksanaan pasien lansia dengan
trauma pada prinsipnya adalah sama dengan dewasa yang meliputi airway, breathing,
circulasion. Akan tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat terkait dengan
proses penuan. Proses penuan mengakibatkan penurunan berbagai fungsi organ sehingga
penaganannya harus lebih intensif dari pada pasien yang lebih muda pada trauma yang
sama. Segera melakukan resusitasi secara cepat dan tepat dapat menghasilkan outcome yang
lebih baik dan menurunkan mortalitas dan morbiditas pada pasien lansian dengan trauma.

PENDAHULUAN mulai meningkat pada usia 40 tahun.


Jumlah penduduk lansia dari tahun Untuk setiap kenaikan 1 tahun di usia
ketahun semakin meningkat.Pada tahun lebih dari 65, kemungkinan meninggal
2009, Indonesia memiliki jumlah setelah trauma meningkat lebih dari 6%
penduduk lansia 20.547, jumlah ini (McMahon DJ. at al, 2006)
termasuk terbesar keempat setelah Pasien lansia dengan trauma memiliki
China, India dan Jepang. Badan perbedaan pola cidera yang berbeda
kesehatan dunia WHO memperkirakan sehingga perlu pertimbangan khusus
bahwa penduduk lansia di Indonesia dalam penatalaksanaannya. Pasien
pada tahun 2020 mendatang sudah lansia mungkin dengan penyakit
mencapai angka 11,34% atau tercatat pemberat (komorbit) dan penurunan
28,8 juta orang. Sehingga perlu sensitif terhadap obat-obat tertentu
perhatian khusus penaganan pasien sehingga akan mempersulit resusitasi.
lansia termasuk penaganan pasien lansia Begitu juga dengan keadaan klinis
dengan trauma pasien tidak sepenuhnya memberikan
Trauma merupakan penyebab utama gambaran yang tepat tentang kondisi
kematian yang menepati urutan kelima pasien sehingga memerlukan
pada pasien di atas usia 65. Pada lansia pemeriksaan laboratorium untuk
sengat mudah mengalami fraktur tulang memastikan kondisi pasien lansia
meskipun hanya mengalami trauma dengan trauma (Aschkenasy &
ringan. Perubahan anatomi dan fisologi Rothenous, 2006).
akibat proses menua mengakibatkan Lansia dengan trauma membutuhkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas pengananan yang berbeda/lebih intensif
pada lansia, kurang lebih 28 % pasien dari pada pasien muda yang mengalami
lansia meningal akibat trauma. trauma yang serupa.Perawatan yang
Meskipun efek akibat proses penuaan intensive dan segera resusitasi
tidak tiba-tiba pada usia 65 tahun. merupakan hal yang penting untuk
Dalam studi menunjukan bahwa hampir memperoleh outcome yang maksimal
200.000 pasien trauma, ditetapkan pada lansia.
bahwa kematian akibat trauma berat
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

Pada analisis literatur ini akan dibahas penurunan respon terhadap


penatalaksanaan pasien lansia dengan peningkatan heart rate untuk
trauma dan hal-hal yang harus mengkompensi apabila terjadi
diperhatikan selama penaganan pasien hipovolemia dan shock.Selain itu pasien
lansia dengan trauma. lansia juga memiliki inotropik dan
kronotropik yang kurang sensitif untuk
Rumusan Masalah mengkompensasi apabila terjadi
Bagaimana penetalaksanaan pasien trauma.Pada pasien muda hampir
lansia dengan trauma? semua menujukan gejala takikardia
untuk mengkompensasi apabila terjadi
Tujuan hipovolemia atau shock, tetapi pada
Menganalis penatalaksanaan pasien pasien lansia bisa tidak terjadi
lansia dengan trauma. mekanisme kompensi dengan menaikan
heart rate.
ANALISIS LITERATUR Perubahan paru akibat dari proses
Fisiologi Proses Penuaan penuaan mengakibatkan hilangnya
Aging dapat didefinisikan sebagai elastisitas dinding dada dan paru-paru.
perubahan normal yang dapat Penurunan alveolar dapat menyebabkan
diprediksi, dan ireversibel dari berbagai penurunan difusi sehingga sangat
sistem organ selama perjalanan waktu tergantung pada tergantung pada
yang pada akhirnya mengarah pada tekanan oksigen arteri.Penurunan
kematian. Perubahan fisiologis yang kapasitas vital, volume ekspirasi paksa,
terjadi mengakibatkan hilangnya dan cadangan fungsional sehingga perlu
cadangan fungsional sistem organ. pertimbangan khusus dalam
Perawat harus bisa membedakan antara pengelolaan ventilasi pada pasien lansia
penyakit yang ada pada pasien dengan dengan trauma (Aschkenasy &
akibat dari proses penuaan. Rothenous, 2006).
Terdapatnya penyakit pemberat pada
lansia berhubungan erat dengan Mekanisme Trauma
morbiditas dan mortalitas pada pasien Jatuh (Falls)
lansia dengan trauma. Misalnya tulang Dalam sebuah studi data pre-hospital
dari pasien lanjut usia kurang mampu pasien trauma atas usia 70 tahun yang
menahan kekuatan mekanik dari datang ke instalasi gawat daruarat,
trauma, dan cedera dapat terjadi dengan mayoritas trauma adalah karena jatuh
transmisi energi kinetik kurang dari (60,7%), diikuti oleh kecelakaan
pada pasien yang lebih muda (Milzman kendaraan bermotor (21,5%). Bagian
DP, et al, 2006). tubuh yang paling sering mengalami
Cadangan fungsional jantung berkurang trauma adalah kepala dan wajah diikuti
seiring dengan bertambahnya usia. oleh ekstremitas.Alkohol dan obat-
Pasien lansia memiliki curah jantung obatan lainnya sebenarnya dapat
yang lebih rendah sehingga kecil mengakibatkan terhadap trauma pada
kemungkinannya untuk dapat lansia, terutama jatuh dan tabrakan
mengkopensasi apabila terjadi kendaraan bermotor (Aschkenasy &
perubahan hemodinamik.Pasien lansia Rothenous, 2006).
mengalami penurunan aktivitas listrik Faktor risiko yang paling sering untuk
jantung atau kurang sensitif terhadap jatuh meliputi; usia yang lebih tua, jenis
obat-obatan, seperti beta-blocker atau kelamin perempuan, riwayat jatuh
kalsium blockers mengakibatkan sebelumnya, kelemahan ekstremitas

3
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG

bawah, penurunan keseimbangan, adalah hal yang sangat penting pada


psikotropika, dan arthritis. Hal-hal yang pasien lanjut usia dengan trauma.
harus diperhatikan oleh perawat Mesikipun terdapat tanda-tanda vital
gangguan penglihatan, obat-obatan, yang abnormal harus diklarifikasi
medis kronis kondisi seperti penyakit kembali terutama tekanan darah pasien
Parkinson atau osteoarthritis, bahaya sehingga tenaga kesehatan/perawat
lingkungan, akut kondisi medis seperti gawat darurat harus memastikan
sinkop, serangan iskemik, neoplastik apakah pasien mempunyai riwayat
keganasan, derangements metabolik, penyakit hipertensi.Selama perjalanan
infeksi, dan anemia.Berbagai faktor menuju instalasi gawat darurat perawat
risiko untuk jatuh secara signifikan harus terus mengobservasi tanda-tanda
meningkatkan resiko untuk jatuh vital dan perubahan kondisi pasien.
berulang (Aschkenasy & Rothenous, Setelah pasien sampai instalasi gawat
2006). darurat segera pasang Intravena,
berikan oksigen dan pasien ditempatkan
Hipotermia pada kardiac monitor (Demaria EJ at al,
Pasien lansia dengan trauma memiliki dalam Callaway & Wolfe, 2007).
resiko yang tinggi terhadap
hipotermia.Kondisi akibat trauma Airway
meningkatkan pasien lansia mengalami Penatalaksanaan jalan napas pada
hipotermia ketika suhu lingkungan pasien lansia dan pasien dewasa dengan
yang dingin.Demensia dapat trauma pada prinsipnya adalah sama.
mengakibatkan pasien lupa untuk Semua pasien trauma harus dikaji jalan
melindungi dirinya dari cuaca yang napasnya dan memastikan jalan napas
dingin.Pasien yang lebih tua memiliki tersebut paten. Akan tetapi pada pasien
tingkat basal metabolisme yang lebih lansia ada beberapa hal yang harus
rendah dan sulit mempertahankan suhu diperhatian terkait dengan proses aging.
inti tubuh ketika suhu lingkungan Setiap pasien lansia dengan trauma
sangat dingin.Kondisi medis yang harus diberikan oksigen tambahan.
mempengaruhi untuk hipotermia Segera memberikan alat bantu
meliputi hipoglikemia, hipotiroidisme, pernapasan seperti nasopharyngeal tube
hypopituitarism, hypoaldosteronism, dan oropharyngeal tube, akan sangat
sepsis, dan penyalahgunaan zat. Pasien berguna pada pasien trauma yang tidak
lansia dengan trauma yang mengalami sadar. Pasien lansia memiliki mukosa
hipotemia akan sulit untuk dievaluasi hidung yang sudah rapuh sehingga
yang mengakibatkan sulit untuk ketika mengunakan nasopharyngeal
melakukan penaganannya. tube dan gastric decompression perawat
Pengkajian harus mengobservasi perdaharan pada
Selama primary survey dan secondary mukosa pasien. Perdarahan akibat dari
survey ada beberapa hal khusus yang pemasangan nasopharyngeal tube akan
harus dipertimbangkan pada pasien sangat sulit dikontrol dan juga
lanjut usia dengan trauma. Tenaga mempersulit managemen jalan napas
kesehatan/perawat gawat darurat harus lebih lanjut. Ventilasi dengan
memperhatikan perubahan anatomi dan menggunakan bag-valve mask dapat
fisiologi yang berhubungan dengan sulit oleh karena edentulous airway.
proses menua dan potensial komplikasi Rongga mulut harus selalu diperiksa
akibat dari medikasi maupun alat-alat apakah terdapat gigi yang goyang atau
prosthetic. Obeservasi tanda-tanda vital gigi palsu. Ketika mengunakan bag-
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

valve mask gigi goyang dan gigi palsu luka dada tampaknya kecil sering
tetap dibiarkan, akan tetapi ketika mengakibatkan komplikasi dan
intubasi gigi goyang dan palsu harus morbiditas pasien.
diambil (Callaway & Wolfe, 2007). Fraktur costae dan flail chest
Intubasi endotrakeal harus segera menyebakan angka mortalitalitas dan
dipertimbangkan pada pasien yang morbitas yang tinggi pada pasien lansia
memiliki tanda-tanda syok, trauma dada dengan trauma. Luka tumpul pada
signifikan, atau perubahan status dinding dada rentan terhadap patah
mental.Pembebasan jalan napas pada tulang sternal.Temuan dari pemeriksaan
pasien lansia membutuhkan keahlihan fisik seperti gerakan dinding dada
khusus karena pada lansia terdapat paradoks, nyeri dinding dada, krepitus,
perubahan-perubahan seperti atau ecchymosis, harus segera
kehilangan kyphotic curve, mendapatkan penanganan. Pada lansia
spondylolysis, arthritis, dan stenosis terjadi penurunan respon terhadap
spinal canal menurunkan mobilitas hipoksia, hipercarbia (penurunan
cervical spine. Sehingga pemasangan respon terhadap hipoksia dan
alat bantu pernapasan harus hati-hati hiperkarbia 50% dan 40%, pada lansia),
agar tidak terjadi komplikasi (Callaway tanda dan gejala klinis asidosis tidak
& Wolfe, 2007). akan tampak atau tertunda.
Permerikasaan analisa gas darah sangat
Breathing diperlukan pada pasien lansia (Callaway
Pada lansia terjadi penurunan fungsi & Wolfe, 2007).
paru.Perubahan fungsi paru dapat
diklasifikasikan sebagai perubahan Circulation
antomi yang meningkatkan kerentanan Pasien lanjut usia dengan trauma sangat
terhadap trauma dan perubahan retan terhadap shock. ketidakpekaan
fisiologis yang mengurangi respon katekolamin, aterosklerosis, fibrosis
protektif terhadap cedera.Osteoporis miosit, dan kelainan konduksi
mengurangi ketahanan tulang costae melemahkan respon chronotropik
sehingga meningkatkan fraktur tulang terhadap hipovolemia. Umumnya
costae, fraktur tulang sternum bahkan pasien lansia membutuhkan obat seperti
energi yang rendah dapat menyebabkan beta blockers dan calcium channel
fraktur pada tulang tersebut. blockers dapat menurunkan kejadian
Melemahnya otot-otot pernapasan, shock pada pasien lansia. Hipertensi
penurunan dinding dada akan lebih sering pada pasien lanjut usia,
mengurangi inspirasi maksimal dan dengan demikian tekanan darah yang
kekukatan ekspirasi hingga 50 % normal sebenarnya dapat menunjukkan
(Narang AT & Sikka R, 2006). hipovolemia signifikan pada pasien
Lansia mengalami penurunan kapasitas lanjut usia. Resusitasi dengan cairan
vital paru, kapasitas residu fungsional intravena atau darah segera diberikan
dan volume ekspirasi sehingga terjadi apabila kondisi pasien tidak stabil.
penurunan kemampuan untuk Tindakan yang harus segera dilakukan
mengkompensasi apabila terjadi trauma adalah mengidentifikasi dan
sehingga meningkatkan angka kematian mengendalikan perdarahan yang
pada lansia dibandingkan dengan mengancam nyawa. Perdarahan internal
pasien yang lebih muda.Peningkatan harus cepat diidentifikasi pada pasien
splinting menyebabkan hipoventilasi, lanjut usia dengan trauma. Pada trauma
atelektasis, dan pneumonia.Akbibatnya, tumpul abdomen sering menyebabkan

5
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG

shock hemoragik. Indikasi tersebut meliputi GCS, respon pupil,


pemerikasaan dengan mengunakan dan pemeriksaan motorik kasar.GCS
Focused Assessment with Sonography memprediksi prognosis pasien dan
for Trauma (FAST) and diagnostic dapat mempengaruhi pengobatan atau
peritoneal lavage (DPL) adalah sama keputusan disposisi (Rozzelle CJ, 1995
pada semua pasien. Pada kondisi pasien dalam Callaway & Wolfe, 2007).
yang tidak stabil/ hemodinamik tidak
stabil FAST memiliki sensitivitas 90% PEMBAHASAN
sampai 98% dan spesifisitas 99,7% untuk Managemen trauma pada pasien lansia
mendeteksi hemoperitoneum (McGahan Angka kematian pasien lansia dengan
JP, Richards J, Fogata ML, 2004). Pada trauma meningkat pada setiap fase
pasien trauma dengan hemodinamik (trimodal death curve): immediate (pada
yang stabil, USG mungkin kurang tempat kejadian), early (24-48 jam
sensitivitas untuk mendeteksi jumlah setalah kejadian trauma), dan delayed
kecil (kurang dari 400 ml) cairan (setealah 48-72 jam). Segera tidakan
intraperitoneal. resusitasi, pemeriksaan radiographi, dan
Pasien trauma dengan hipotensi dan segera monitoring intensive atau
positif FAST membutuhkan tindakan tindakan operasi merupakan hal yang
laparotomi. Pada pasien trauma dengan penting untuk menurunkan mortalitas
hipotensi dan menunjukan negatif pada pasien trauma lansia.Mencegah
FAST, pasien harus dievaluasi dengan komplikasi dari trauma, seperti
DPL atau pemerikasaan ulang dengan compromise kardiovaskuler, sepsis,
FAST (Blackbourne LH, 2004). pneumonia, kegagalan multi organ
adalah hal yang sangat penting.Angka
Disability dan Exposure kejadian komplikasi dirumah sakit
Pasien lansia sering mengalami gizi pasien lansia dengan trauma adalah 33%
buruk, kehilangan massa otot, dibandingkan pasien yang dewasa
perubahan mikrovaskuler, dan sebesar 19 % (Knudson MM, at al, 2007).
penurunan fungsi hipotalamus sehingga
meningkatkan risiko pasien lansia Prehospital Care
dengan trauma mengalami hipotermia. Penatalaksanaan pasien trauma
Hipotermia akan meningkatkan angka prehospital pada prinsipnya adalah
kematian pada pasien trauma sama yang meliputi airway, breathing,
pendarahan. Suhu rektal harus circulation, disability, exposure dan
diperoleh pada pasien trauma mayor. environmental control. Akan tetapi pada
Pasien lansia dengan trauma perlu pasien trauma lansia ada beberpa hal
penanganan untuk menghangatkan yang harus dipertimbangkan terkait
tubuh pasien dengan cara memberikan dengan tempat tinggal pasien
selimut hangat, udara yang hangat. tersebut.Hal ini penting jika pasien
Selain itu, cairan intravena dan produk sudah pulih dari trauma dan pasien
darah harus dihangatkan oleh standar kembali ke lingkungan atau rumah dari
protokol. pasien tersebut.Perawat harus
Di instalasi gawat darurat status mengakaji/menanyakan kepasien
hemodinamik pasien harus dikaji secara menganai keadaan
mendalam.Pasien yang tidak stabil, lingkungan/rumah.Sejumlah pertanyaan
perawat gawat darurat harus survei harus ditanyakan oleh perawat.Apakah
sekunder cepat yang berfokus pada pasien hidup sendiri?Apakah tampak
pemeriksaan neurologis.Pemerikasaan bahwa pasien tidak dapat merawat
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

dirinya sendiri?Apakah ada bukti resusitasi awal untuk menganti cairan


penyalahgunaan zat?Apakah ada pada pasien trauma yang mengalami
tongkat atau kursi roda bahwa pasien shock. Tidak ada eviden yang
menggunakan?Apakah rumah bahaya merekomendasikan antara cairan
jatuh (karpet, tangga, pencahayaan yang Normal Salin (NS) dan ringer laktat (RL)
kurang) atau tempat yang aman untuk untuk pasien lansia trauma lebih baik
orang tua pasien untuk hidup? dari yang lainnya.Resusitasi dalam
volume besar, terutama pada pasien
Initial resuscitation yang memiliki gangguan fungsi ginjal,
Initial resusitasi korban trauma lansia NS secara teoritis dapat menyebabkan
harus dipandu oleh protokol standar, asidosis metabolik, memburuknya
perawat harus selalu ingat bahwa keadaan shock. Sebaliknya, kalsium di
standar parameter hemodinamik, LR dapat mengalahkan sitrat yang
terutama nadi, tidak sepenuhnya disimpan packed red blood cells (PRBC)
mencerminkan gambaran klinis dari dan mengakibatkan pembekuan selama
pasien trauma lansia.Pasien yang stabil transfusi. Sebuah meta-analisis ini
harus menjalani pemeriksaan menunjukkan bahwa koloid tidak
laboratorium labih lanjut untuk memiliki signifikan efek yang
mendapatkan gambaran klinis pasien menguntungkan dalam resusitasi
akibat trauma.Analisa gas darah arteri trauma.Sebagian besar penulis
harus dianggap wajib karena dapat merekomendasikan 1 sampai 2 L
menilai keseimbangan asam basa, kristaloid diberikan awalnya.Perawat
peningkatan konsentrasi serum laktat dapat memberikan via bolus 500 ml
yang merupakan tanda dari (tergantung status klinis pasien)
hipovolemia. kemudian dikaji ulang respon pasien.
Shock dan hipoperfusi sangat reliabel Usia sangat mempengaruhi respon
untuk memprediksi martalitas pada terhadap tindakan resusitasi. tenaga
pasien trauma lansia. Dua studi kesehatan/perawat harus mengunakan
retrospective menunjukan bahwa pasien kondisi klinis pasien dan dan
lansia yang mengalami trauma tumpul laboratorium untuk menilai efektivitas
dan tekanan darah sistolik kurang dari resusitasi tersebut. Pasien harus segara
90 mmHg dikaitkan dengan tingkat dipasang kateter pada semua pasien
kematian 82 % sampai dengan 100%. yang mengalami trauma jika tidak ada
Sayangnya, kondisi yang sudah ada kontra indikasi. Urine output, meskipun
sebelumnya dapat mengaburkan kurang bisa mengambarkan status
diagnosis dan menyulitkan upaya cairan pada orang tua, akan tetapi masih
resusitasi.Gagal jantung kongestif, dapat memberikan informasi klinis yang
penyakit arteri koroner (CAD), dan relevan dan harus dipantau di instalasi
insufisiensi ginjal biasanya gawat darurat. Direkomendasikan
menghasilkan dasar cairan yang untuk melakukan pemeriksaan gas
berlebihan, lebih rumit gambaran klinis darah arteri dan vena laktat.Defisit basa
(Knudson MM, at al, 2007). dan serum laktat memberikan informasi
Pasien dalam kondisi shock florida yang penting dalam resusitasi pasien
harus mendapatkan resusistasi secara trauma lansia. Tingkat laktat dan defisit
agresif dengan menggunakan cairan basa berhungan dengan hipoperfusi
atau darah dan penyebab dari shock sistemik dan shock (Husain FA, Martin
harus segera diidentifikasi. Pemeberian MJ, Mullenix PS, et al (2003).
cairan kristaloid lebih disarankan pada

7
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG

Pemantauan invasif dengan kateter Callaway & Wolfe (2007). Geriatric


arteri pulmonalis (PAC) lebih baik Trauma. Emerg Med Clin N Am 25
daripada dengan kateter vena sentral, (2007) 837–860
sebagai pedoman resusitasi pada pasien Demaria EJ, Kenney PR, Merriam MA, et
trauma lansia. Studi menunjukan bahwa al. (2007) Aggressive trauma care
dari 67 pasien lanjut usia yang benefits the elderly. J Trauma
mengalami patah tulang pinggul, ;27(11):1200–6.
Schultz dan colleagues menujukan Husain FA, Martin MJ, Mullenix PS, et al
bahwa dengan PAC sebagai panduan (2003). Serum lactate and base deficit
resusitasi dapat menurunkan kematian as predictors of mortality and
29% sampai 29% (Callaway & Wolfe, morbidity. Am J Surg;185(5):485–91
2007). McGahan JP, Richards J, Fogata ML (2004)
Emergency ultrasound in trauma
Kesimpulan patients. Radiol Clin North
Penatalaksanaan pasien lansia dengan Am;42(2):417–25,
trauma pada prinsipnya dalah sama Narang AT & Sikka R (2006) Resuscitation
dengan dewasa yang meliputi airway, of the elderly. Emerg Med Clin North
breating, circulasi. Akan tetapi ada hal- Am 2006;24(2): 261–72.
hal yang harus diperhatikan oleh Knudson MM, Lieberman J, Morris J, et al
perawat terkait dengan proses penuan. (2007) Mortality factors in geriatric
Proses penuan mengakibatkan blunt trauma patients. Arch
penurunan berbagai fungsi organ Surg;129(4):448–53.
sehingga penaganannya harus lebih Rozzelle CJ, Wofford JL, Branch CL (1995).
intensif dari pada pasien yang lebih Predictors of hospital mortality in
muda pada trauma yang sama. Segera older patients with subdural
melakukan resusitasi secara cepat dan hematoma. J Am Geriatr Soc
tepat dapat menghasilkan outcome yang 1995;43:240–4.
lebih baik dan menurunkan mortalitas McMahon DJ, Schwab CW, Kauder D
dan morbiditas pada pasien lansian (2006) Comorbidity and the elderly
dengan trauma. trauma patient.World J Surg 20:1113–
20.
Daftar pustaka Milzman DP, Boulanger BR, Rodriguez A,
et al. (2006) Pre-existing disease in
American College of Surgeons (2004).
trauma patients a predictor of fate
Advanced trauma life support for
independent of age and injury
doctors. American College of
severity score. J Trauma. 32:236–43.
Surgeons Committee on Trauma. 7th
edition. Chicago (IL): American
College of Surgeons
Aschkenasy & Rothenous (2006). Trauma
and Falls in the Elderly. Emerg Med
Clin N Am 24 (2006) 413–432
Blackbourne LH, Soffer D, McKenney M, et
al (2006) Secondary ultrasound
examination increases the sensitivity
of the FAST exam in blunt trauma. J
Trauma 2004;57(5):934–8.

Anda mungkin juga menyukai