Madrasah
A. Layanan Orientasi
1. Makana layanan orientasi
Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah
dan tentang sesutu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi
bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun
di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan
tentang sesuatu yang baru.[1]
Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan
sesuatu yang “ asing”. Dalam kondisi keterasingan individu akan
mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain
individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan. Ketidak mampuan bersosialisasi juga menimbulkan
perilaku mal adaptif (perilku menyimpang) bagi individu. Layanan
orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan
suasana atupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan
mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru
agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek
yang baru tersebut.
2. Tujuan layanan orientasi
Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi baru. Dengan
perkataan lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-
besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau
lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan
individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.
Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan
fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat
dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu
individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting
dari suasana yang dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai di olah
oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.
Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk
membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat
timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungan yang
baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu
menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara
konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka
individu akan dapat mengembangkan dan memlihara potensi dirinya.
Pemahaman tentang situasi yang baru dan kemampuan konstruktif
memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam
membela hak-hak pribadi sendiri (Fungsi Advokasi). Lihat Priyatno
(2004).
3. Isi Layanan Orientasi [2]
Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan
suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-
hal tersebut melingkupi bidang-bidang: (a) pengembangan pribadi, (b)
pengembangan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar,
(d) pengembangan karier, (e) pengembangan kehidupan berkeluarga,
dan (f) pengembangan kehidupan beragama.
4. Teknik Layanan Orientasi
Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir
bisa dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan,
klasikal, kelompok, individual, dan politik.
Pertama, format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta
layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam
rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan.
Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi objek-objek yang
dimaksud. Bagi siswa baru di sekolah dan madrasah, format ini
biasanya dilakukan dimana siswa mengunjungi objek-objek tertentu
seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.
Kedua, format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan
orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang
menjadi isi layanan di bawa ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk
contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video, dan
lain sebagainya. Isi layanan disajikan, dispersepsi, dicermati,
didiskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.
Ketiga, format kelompok. Secara umum polanya sama dengan
format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas
sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang.
Melalui format ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang
lebih intensif terhadap objek layanan. Selain itu, layanan ini juga
dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan
dapat lebih optimal.[3]
Keempat, format individual. Berbeda dengan format kelompok,
format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-
individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan
kebutuhan individu yang bersangkutan.
Kelima,format politik. Dengan format ini, konselor atau
pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-
pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan
fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan
peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait
dengan isi layanan.
Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadapi individu
beragam, maka layanan orientasi bisa mengombinasikan format-
format di atas. Misalnya format politik dilaksanakan dalam
perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga selama
pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinnasikan dengan
format klasikal bahkan format kelompok. Selain itu, format individual
dapat merupakan tindak lanjut dari format layanan klasikal atau
format kelompok.
Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan
dengan teknik-teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah,
tanya jawab, dan diskusi. Kedua, pengamatan yaitu melihat langsung
objek-objek yang terkait dengan isi layanan. Ketiga, partisipasi, yaitu
dengan melibatkan diri secara langsung dalam susana dan kegiatan,
mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi, yaitu
dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang
terkait. Kelima, kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan
merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi
layanan. Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor,
penyaji, nara sumber, dan peserta layanan sesuai dengan peran
masing-masing.
5. Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi[4]
Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama,
aplikasi instrumental dan himpunan data. Pengungkapan masalah
individu melalui instrumen tertentu, misalnya tes dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk layanan orientasi terutama untuk menetapkan isi
layanan dan sekaligus individu yang akan menajdi peserta layanan;
begitu juga halnya himpunan data. Kedua, konferensi kasus.
Konferensi kasus harus dapat diarahkan untuk mengidentifikasi hal-
hal apa saja yang perlu dijadikan fokus atau isi layanan. Dalam
konferensi kasus dapat juga langsung dibicarakan siapa peserta
layanan dan aspek-aspek teknisnya. konferensi kasus dapat
melibatkan pihak-pihak seperti konselor, kepala sekolah dan
wakilnya, wali kelas, guru-guru tertentu, bahkan orang tua siswa juga
bisa dilibatkan. Ketiga, kunjungan rumah. Untuk hal-hal tertentu
apabila memang apabila memang diperlukan, konselor (pembimbing)
bisa melakukan kunjungan rumah untuk lebih mendalami data siswa
atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan
layanan. Keempat, alih tangan kasus. Kegiatan ini dilaksanakan
apabila keadaan kurang terpenuhinya kebutuhan peserta layanan
(siswa) oleh konselor, terutama kebutuhan di luar kewenangan
konselor.
6. Pelaksanaan Layanan Orientasi
Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai
berikut,pertama,perencanaa. Pada tahap ini ,hal-hal yang dilakukan
adalah; (a) menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi
layanan, (b) menetapkan peserta layanan, (c) menetapkan jenis
kegiatan, termasuk format kegiatan, (d) menyiapkan fasilitas termasuk
penyaji, nara sumber, dan media (e) menyiapkan kelengkapan
administrasi.
Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan
adalah: (a) mengorganisasikan kegiatan layanan, (b)
mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi
format layanan dan penggunaan media.
Ketiga,evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan
materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun
instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.
Keempat, analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada
tahap ini adalah: (a) menetapkan standar analisis, (b) melakukan
analisis, (c) menafsirkan hasil analisis.
Kelima,tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini
adalah: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b)
mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak
yang terkait, (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.[5]
Keenam, laporan. Meliputi : penyusun laporan layanan
orientasi, (b) mmenyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait
(kepala sekolah atau madrasah), (c) mendokumentasikan laporan
layanan.
[1] Ibid., hal. 148
[2] Ibid., hal. 149
[3] Ibid., hal. 150
[4] Ibid., hal. 152
[5] Ibid., hal. 153
[6] Ibid., hal 154
[7] Ibid., hal. 155
[8] Ibid., hal. 156
[9] Ibid., hal. 158
[10] Ibid., hal 160
[11] Ibid., hal. 161