KELUARGABPK.DENGAN MASALAH
TB PARU DI DESA SEMBUAN KECAMATAN
NYUATAN KABUPATEN KUTAIBARAT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan TBC
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep tahap perkembangan
2) Mengetahui tinjauan medis katarak meliputi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan, dan prognosis
3) Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian keperawatan
4) Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
5) Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan pada klien TBC
6) Mengetahui konsep proses keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KELUARGA
2.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
(Friedman 1998).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga. (Sayekti 1994).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Effendy, 1998)
2.2 Bentuk atau Type Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi atau
keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-
nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single
adult living alone). Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexsual cobabiting family)
f. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
g. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat Indonesia
terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
(Depkes RI. 2002)
D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan
reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga
basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut
dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakankompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam
percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-
rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai
menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan
suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler
dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi
pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain
menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan
menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas.
Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1) Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari
G. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit TB Paru :
1. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
a) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+).
1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
b) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto rontgan
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
H. Jenis-jenis Penyakit TBC
Penyakit tuberkulosis (TBC) terdiri atas 2 golongan besar, yaitu :
I. Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis
tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua.Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif.
3) Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum)
Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
4) Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
Indurasi lebih dari 16 mm (diameternya) : hasil mantouk positif kuat
Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa indurasi kemerahan yang
terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
5) Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan
tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
6) Pemeriksaan histology / kultur jaringan
Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
7) Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
8) Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
9) Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
10) Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara pada
kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa,
hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
K. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC Paru
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan dianjurkan juga
oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/
2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat (milier) dan TB Ekstra Paru, therapi
tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH. Departemen Kesehatan RI selama ini
menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE / 5R2H2.
Bila pasien alergi / hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang
12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.
Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
Evaluasi Pengobatan.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir
bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam
evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan
sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti timbul kasus kambuh.
Ada 3 Dampak masalah dari TB Paru :
1) Terhadap individu.
Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang
tinggi.
Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk yang terus menerus
sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.
Sosial.
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya sehingga klien
selalu mengisolasi dirinya.
Spiritual.
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang tidak sembuh-
sembuh juga menganggap penyakitnya yang manakutkan
Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
2) Terhadap keluarga.
Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang pengetahuan dari
keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan
upaya pencegahan penularan penyakit.
Produktifitas menurun.
Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga,
maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.
Psikologis.
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain.
Sosial.
Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar masyarakat belum tahu pasti
tentang penyakit TB Paru .
3) Terhadap masyarakat.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan Penderita TB
Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko penularan pada masyarakat luas
akan terjadi oleh karena cara penularan penyakit TB Paru.
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang yang batuk
dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah,
pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada system
pencatatan / pelaporan.
Prioritas Keperawatan
1) Meningkatakan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat
2) Mencegah penyebaran infeksi.
3) Mendukung prilaku / tugas untuk mempertahankan kesehatan.
4) Meningkatkan strategi koping efektif.
5) Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1) Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
2) Komplikasi dicegah
3) Pola hidup / prilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi.
4) Proses penyakit / prognosis dan program pengobatan dipahami.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas pasien
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan
otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum,
adanya emoptisis
c. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
Rasionalisasi :
a. Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
b. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan
oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
c. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
d. Mencegah obstruksi / aspirasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.
Kriteria hasil :
BB meningkat
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien
b. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali
kontra indikasi
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi :
a. Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
b. Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
c. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
d. Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
c. Berikan instruksi dan informasi tertulis
d. Anjurkan klien untuk tidak merokok
e. Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasionalisasi :
a. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
b. Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
evaluasi lanjut
c. Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
d. Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi
pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit
b. Identifikasi orang lain yang berisiko
c. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
d. Kaji tindakan kontrol infeksi
e. Awasi suhu sesuai indikasi
f. Kolaborasi dengan tim medis
Rasionalisasi :
a. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
b. Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran /
terjadinya infeksi
c. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
d. Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
e. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. T
2) Alamat : RT 02 Sembuan
3) Pekerjaan Kepala Keluarga : Petani
4) Pendidikan Kepala Keluarga : SD
5) Komposisi Keluarga
No NAMA J Hub Umur Pend Status Imunisasi Ket
K Dng BCG Polio DPT Hepatitis Campak
KK 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. T P Istri 57 SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Ulinuha L Ana 27 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
k
3 Wildan L Ana SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
k
4 Alif L Ana 20 SMP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Riyanto k
5 Anisofyan L Ana 11 SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
k
6 M.Silmi L Ana 9 SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kahfa k
6) Tipe Keluarga
Keluarga Tn. T merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari Ayah, Ibu dan
anak yang tinggal dalam satu rumah. Jenis perkawinan adalah monogami.
7) Suku Bangsa
Tn. T dan Ny. T berasal dari Sembuan bahasa yang di gunakan adalah bahasa daerah.
8) Agama
Seluruh keluarga Tn.T beragama Kristen, keluarga Tn.T menjalani ibadah sesuai dengan agama
yang dianutnya. Menurut Tn.T, Ny.T selalu mengikuti kegiatan kebaktian yang di adakan rutin
tiap minggu di lingkungan rumahnya.
9) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Pendapatan keluarga perbulan tidak tentu karena tidak memiliki pekerjaaan yang tetap.
Penghasilan Tn.T Rp. 500.000,- per bulannya. Pendapatan tidak mencukupi untuk biaya hidup
sehari-hari. Tn. Thidup terpisah dari keluarganya sejak tahun 1995, istri Tn.T dan anak-anaknya
tinggal di Barong Tongkok sementara Tn.T tinggal di Sembuan. Istri Tn.T adalah seorang IRT.
Tn.T tidak mampu untuk menyisihkan sedikit uang untuk di tabung.
III. Lingkungan
15) Karakteristik Rumah
Tn.T saat ini tinggal di rumahnya ukuran 2x3 m³, ventilasi kamar kurang, cahaya matahari tidak
dapat masuk ke dalam kamar.
16) Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW
Hubungan Tn. T dengan warga komplek cukup baik, setiap hari mengikuti Ibadah yang diadakan
di Gereja.
17) Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.T setelah menikah tinggal di Sembuan, dan tidak pernah pindah rumah sampai saat
ini.
18) Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi dengan Masyarakat
. Tn.T selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan di daerah tempat tinggalnya seperti kebaktian di
lingkungan sekitarnya.
19) Sistem Pendukung Keluarga
Secara umum seluruh anggota keluarga Tn. Tsehat, tapi secara khusus pada Tn.T terkadang
mengeluhkan penyakit TBC yang dideritanya. Menurut Tn.T dada masih suka sesak tetapi batuk
sudah berkurang, dahak tidak ada, berat badan pun sudah mulai bertambah sedikit. Bila Tn.
Tsakit beliau selalu pergi sendiri ke Pustu yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Tn. T
menggunakan Kartu Indonesia Sehat.
IV. Struktur Keluarga
20) Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga selalu berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain menggunakan pola dua arah
walaupun hanya melalui telpon untuk mendukung Tn.T menjalani program penyembuhan
penyakit TBC yang dideritanya, dan yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah kepala
keluarga dengan meminta pendapat pada anggota keluarga yang lain. Setiap anggota keluarga
berhak mengeluarkan pendapat, dan jika ada permasalahan keluarga selalu membicarakan dan
mencari solusinya dengan cara melakukan musyawarah didalam keluarga, walaupun tidak
tinggal serumah.
21) Struktur Kekuatan Keluarga
Yang berperan dalam keluarga adalah Tn.T sebagai kepala keluarga. Dalam menyelesaikan
masalah keluarga tetap berdasarkan atas musyawarah, dan dalam musyawarah tersebut yang
berperan sebagai pembuat keputusan adalah Tn.T
22) Struktur Peran (Formal & Informal)
Tn.T sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dalam
keluarganya, istri berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya serta
membantu ekonomi keluarga dengan cara membuka warung dirumah, kemudian anak-anaknya
berperan membantu ibunya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.
23) Nilai Dan Norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga tersebut sesuai dengan nilai agama yang dianutnya
dan norma yang berlaku dilingkugannya. Jika ada anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan (sakit) keluarga tersebut tetap percaya bahwa masalah yang dialaminya akan ada jalan
keluarnya. Tn. T mendukung apapun yang dilakukan untuk keluarga dan selalu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkunganya. Keluarga mempercayai pengobatan medis tetapi
juga mempercayai pengobatan non medis seperti ke alternatif.
V. Fungsi Keluarga
24) Fungsi Afektif
Keluarga Tn.T yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit khususnya Tn.T yang menderita TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena
adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
25) Fungsi Sosial
Tn.T selalu mengajarkan dan menekankan pada keluarganya bagaimana berperilaku sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan lingkungan
tempat tinggalnya.
26) Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Tn.T dalam hal kesehatan kurang mampu mengenal masalah-masalah kesehatan, terbukti dengan
ketidaktahuan keluarga khususny Tn.T tentang apa yang menyebabkan dirinya menderita TBC.
Tn.T hanya sedikit mengetahui tentang penyakitnya, pantanganya dan tindakan untuk membawa
ke pelayanan kesehatan.
b. Mengambil keputusan yang tepat
Keluarga Tn.T mampu mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat, hal ini
terlihat dari Tn.T selalu kontrol ke puskesmas bila obat RHZEnya sudah habis.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.T selalu memberikan motivasi pada diri sendiri agar terus rutin berobat ke puskesmas.
d. Memelihara lingkungan yang sehat
Tn.T mampu memelihara lingkungan yang sehat dan rapih.
e. Menggunakan pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga mampu menggunakan yankes yang ada, ini bisa di lihat dari Tn. T yang selalu rajin
kontrol penyakitnya ke puskesmas untuk mengambil obat-abatan yang wajib diminumnya.
27) Fungsi Reproduksi
Tn. T memiliki 5 orang anak, satu istri. Seluruh anaknya laki-laki, yang pertama berusia 27 th
saat ini sudah berkeluarga dam memiliki 2 orang anak saat ini masih melanjutkan pendidikan ke
s1, anak kedua laki-laki sudah bekerja dan telah menikah serta sudah memiliki satu orang anak,
sedangkan anak yang ketiga berusia 20 th dan sudah bekerja dan belum menikah. Anak ke empat
dan kelima masih bersekolah di SD, Ny. S saat ini masih mengikuti program KB dengan
menggunakan IUD (spiral).
28) Fungsi Ekonomi
Menurut Tn.T penghasilannya kurang mencukupi akan kebutuhan keluarganya.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan hanya dilakukan pada Tn.T menderita TB Paru sudah 2 bulan, saat ini klien
sedang menjalani proses pengobatan TB paru dengan meminum RHZE (4FDC) yang berisi
Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pyrazinamide 400 mg, dan ethambutol 275 mg.
2 Leher :
Tonsil Tonsil kanan kiri normal tidak ada pembesaran dan
peradangan
Kelenjar Tyroid Tidak ada pembesaran
3 Thorax :
Jantung Gallop (-), mur2 (-)
Paru-paru Ronchi (+) di inter costa 4 – 5 dextra, whezing (-), batuk (-),
dada simetris, pernafasan dada dan perut, frek 24 x/mnt
4 Abdomen Acites (-), bising usus N 15-20 x/mnt, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hepar
5 Kulit Warna sawo matang, turgor kulit baik, bersih, tidak ada
penyakit kulit, hyperpigmentasi (-)
6 Extermitas Oedem (-), tidak ada kelainan pada extermitas atas dan
bawah
5 5
5 5
VIII. Harapan Keluarga
Keluarga Tn.T khususnya Tn.T selalu berharap untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan
jika ada dirinya ataupun anggota keluarganya mengalami sakit dengan bantuan petugas
kesehatan. Tn.T juga senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantunya untuk
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga saat ini yaitu TB Paru yg diderita oleh Tn.T sendiri.
IX. DATA TAMBAHAN
Keluarga Tn.T khususnya Tn.T, setiap hari makan sebanyak 2x sehari. Pola eliminasi Tn. Tuntuk
BAB 1-2 x/hr, BAK 5-6 x/ hr, aktifitas sehari-hari Tn.Z adalah sebagai petani. Untuk istirahat
dan tidur, Waktu tidur malam hari biasanya dilakukan pada pukul 23.00 WIB sampai dengan
pukul 04.30 WIB.
ANALISA DATA
No DATA MASALAH PENYEBAB
.
1 DS :
- Tn.T bertanya tentang cara Resiko penularan Ketidak mampuan keluarga Tn.T
penularan dan pencegahan penyakit TB Paru khususnya Tn.T dalam mengenal
penyakit TB paru masalah resiko terjadinya
- Menurut Tn. T ia tinggal penularan TB Paru
sekamar dengan temanya
- Tn.T mengatakan
batuknya sudah jarang dan
tidak berdahak
DO :
- Tn.T kurang mengetahui
tentang cara penularan,
pencegahan penyakit TB
Paru.
- Tn.T tidur satu kamar
dengan temannya.
- Tidak ada pengkhususan
alat tenun dan alat makan
2 DS :
- Tn.T selalu bertanya Kurang pengetahuan Kurang informasi dan
tentang pengertian, tanda dan tentang pengertian keterbatasankemampuankeluarga
gejala yang ditimbulkan, cara TB Paru, tanda dan Tn.T khususnya Tn.T
penularan dan pencegahan, gejala yang dalam menerimainformasi
komplikasi dan pengobatan ditimbulkan, cara
dari penyakit TB paru. penularan dan
- Menurut klien sudah pencegahan,
menderita TB sejak 2 bln komplikasi dan
yang lalu dan sedang pengobatan dari
menjalani pengobatan. penyakit TB paru.
- Tn.T mengatakan tidak
tahu akibat yang ditimbulkan
oleh penyakit TB Paru bila
tidak diobati secara teratur.
DO :
- Klien tampak selalu
bertanya tentang penyakitnya
- Klien sedang menjalani
pengobatan di puskesmas
dan mengkonsumsi obat
RHZE
- Klien bertanya tentang
akibat dari pengobatan yang
tidak rutin dan tuntas
- Klien tidak dapat menjawab
ketika ditanya oleh perawat
tentang penyakit TB paru
yang dideritanya
PRIORITAS MASALAH
Masalah : Resiko penularan penyakit TB Paru b/d Ketidak mampuan keluarga Tn.T khususnya Tn.T dalam
mengenal masalah resiko terjadinya penularan TB Paru
Masalah : Kurang pengetahuan tentang pengertian TB Paru, tanda dan gejala yang ditimbulkan, cara
penularan dan pencegahan, komplikasi dan pengobatan dari penyakit TB paru b/d kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan keluarga Tn.T khususnya Tn.T
dalam menerima informasi
1) Resiko penularan penyakit TB Paru b/d Ketidak mampuan keluarga Tn.T khususnya Tn.T
dalam mengenal masalah resiko terjadinya penularan TB Paru
2) Kurang pengetahuan tentang pengertian TB Paru, tanda dan gejala yang ditimbulkan, cara
penularan dan pencegahan, komplikasi dan pengobatan dari penyakit TB paru b/d kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan keluarga Tn. T khususnya Tn. T
dalam menerima informasi
FORMAT PERENCANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Awasi
penderita
minum obat
2. Mengetahui
adanya gejala
efek samping
obat
3. Mencukupi
kebutuhan
gizi seimbang
penderita
4. Istirahat
teratur
minimal 8 jam
/ hr
5. Mengingatkan
penderita
untuk periksa
ulang dahak
pada bulan ke
2, ke 5 dan 6
6. Menciptakan
lingkungan
rumah dengan
ventilasi dan
pencahayaan
yang baik
Mampu menyebutkan
cara pengobatan
tradisional TB Paru,
yaitu : dengan tidak
minum susu, tetapi
menggantikannya
dengan wortel atau
sari kacang kedelai.
e. Berikan pujian
atas usaha keluarga
khususnya Tn.T
1. Awasi
penderita
minum obat
2. Mengetahui
adanya gejala
efek samping
obat
3. Mencukupi
kebutuhan
gizi seimbang
penderita
4. Istirahat
teratur
minimal 8 jam
/ hr
5. Mengingatkan
penderita
untuk periksa
ulang dahak
pada bulan ke
2, ke 5 dan 6
6. Menciptakan
lingkungan
rumah dengan
ventilasi dan
pencahayaan
yang baik
Mampu menyebutkan
cara pengobatan
tradisional TB Paru,
yaitu : dengan tidak
minum susu, tetapi
menggantikannya
dengan wortel atau
sari kacang kedelai.
Resep Jus:
• Pagi: Wortel 1
gelas, bayam ½ gelas
• Siang: Wortel 1
gelas, dandelion ¼
gelas
• Malam: Wortel 1
gelas, celery ½ gelas,
bayam 1/3 gelas
• Sebelum tidur:
Wortel 1 gelas
P : Lanjutkan
tindakan
keperawatan
untuk TUK 3
P : Pertahankan
kemampuan
keluarga untuk
merawat
kesehatan
anggota
keluarganya.
2 Kurang pengetahuan Setelah 16/04/11a. Diskusikan S : Tn. T
tentang pengertian TB dilakukan bersama mengatakan
Paru, tanda dan gejala kunjungan keluarga pengertian TB
yang ditimbulkan, cara keluarga khususnya Paru adalah
penularan dan pencegahan, selama 1 x Tn.T tentang penyakit infeksi
komplikasi dan 30 menit pengertian, menahun
pengobatan dari penyakit diharapkan tanda dan menular yang
TB paru b/d kurang keluarga gejala, disebabkan oleh
informasi dan terutama penyebab, kuman TB
keterbatasankemampuan k Tn.T komplikasi (Mycobacteriu
eluarga Tn.T khususnya mampu: serta m
Tn. T dalam menerima 1. Mengenal pencegahan dan Tuberculosis),y
informasi masalah perawatan TB ang tanda dan
kesehatan Paru dengan gejalanya
keluarga menggunakan adalah demam,
dengan TB power point batuk disertai
Paru dan leaflet dahak selama 2
1.1 tentang TB minggu / lebih,
Menyebutka Paru dahak kadang
n pengertian b. Berikan disertai darah,
TB Paru kesempatan sesak nafas
1.2 bertanya dengan rasa
Menyebutka kepada nyeri
n tanda dan keluarga dada,nafsu
gejala TB khususnya Tn. makan kurang,
Paru T BB turundan
1.3 c. Motivasi berkeringat
Menyebutka keluarga waktu malam
n penyebab khususnya hari, sedangkan
TB paru Tn.T untuk penyebabnya
mengulang adalah
kembali apa kumanMycobac
yang telah terium
dijelaskan Tuberkulosis
d. Motivasi O : Tn. T dapat
keluarga menyebutkanpe
khususnya ngertian TB
Tn.T untuk Paru adalah
mengidentifika penyakit infeksi
si penyebab menahun
dan tanda menular yang
gejala TB Paru disebabkan oleh
yang dialami kuman TB
Tn. T (Mycobacteriu
e. Berikan m
pujian atas Tuberculosis),y
usaha keluarga ang tanda dan
khususnya gejalanya
Tn.T adalah demam,
batuk disertai
dahak selama
2minggu /
lebih, dahak
kadang disertai
darah, sesak
nafas dengan
rasa nyeri
dada,nafsu
makan kurang,
BB turundan
berkeringat
waktu malam
hari, sedangka
penyebabnya
adalah
kumanMycobac
terium
Tuberkulosis
A : TUK 1 tercapai
: Lanjutkan
tindakan
keperawatan
untuk TUK 2
2 Mengamb 16/04/11a. Diskusikan S : Tn . T
il keputusan bersama mengatakan 3
untuk keluarga dari 5 akibat
mengatasi khususnya lanjut dari TB
kelanjutan Tn.T tentang Paru
dari TB paru akibat lanjut yaitu:pembesara
dengan cara dari TB Paru n kelenjar
menjelaskan b. Motivasi sevikalis yg
2.2 Akibat dari keluarga untuk superfisial,Pleur
TB paru mengulang itis
kembali apa tuberkulosa,Efu
yang telah si pleura(cairan
dijelaskan. yang keluar ke
c. Berikan dalam rongga
pujian atas pleura)
usaha keluargaO : Tn.T hanya
khususnya Tn. dapat
T menyebutkan 3
dari 5 akibat
dari TB Paru,
yaitu:pembesara
n kelenjar
sevikalis yg
superfisial,Pleur
itis
tuberkulosa,Efu
si pleura(cairan
yang keluar ke
dalam rongga
pleura)
A : TUK 2
tercapai.
P : Lanjutkan
tindakan
keperawatan
untuk TUK 3
Nama Kegiatan
Penyuluhan kesehatan (penkes)
Judul Penyuluhan
TB PARU
Waktu
30 menit
Tempat
Pustu Sembuan
TIU:
Klien mampu mengenal Penyakit TB Paru mencegah resiko penularan TB Paru di keluarganya
TIK:
Setelah diberi penyuluhan klien dapat mengerti tentang
a. Pengetian TB Paru
b. Tanda dan gejala penyakit TB Paru
c. Penularan TB Paru
d. Pencegahan TB Paru
e. Perilaku sehat dalam mencegah penularan TB Paru
Sasaran
Klien yang mempunyai penyakit Tuberculosis Paru
Deskripsi Singkat
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
,penularan tuberculosis paling banyak melalui udara (airborne desease ) sifat dari
mycobacterium tuberculosis ini adalah tahan asam ,sanggup hidup dalam udara bebas tanpa sinar
matahari dalam beberapa jam ,tapi kuman ini cepat mati pabila terkena sinar matahari .
Pokok Bahasan
Pengetian TB Paru
Tanda dan gejala penyakit TB Paru
Penularan TB Paru
Komplikasi
Pencegahan dan pengobatan TB Paru
Metode
Ceramah dan Tanya jawab
Kegiatan
No KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN
1 Pembukaan 5 menit salam Membalas salam
Perkenalan memperkenalkan diri dan
Penjelasan topik beri penjelsan topik mendengarkan
Tujuan penyuluhan penyuluhan
Evaluasi Memberi
3 Tanya jawab 5 menit kesempatan untuk Mengutarakan
kesimpulan dan penutup bertanya pertanyaan
Mengambil Mendengarkan
kesimpulan kesimpulan
Evaluasi
Setelah tatap muka klien diharapkan dapat menjelaskan :
a) Pengetian TB Paru
b) Tanda dan gejala penyakit TB Paru
c) Cara Penularan TB Paru
d) Cara Pencegahan dan pengobatan TB Paru
e) Perilaku sehat dalam mencegah penularan TB Paru
TB PARU
1. Pengertian TB Paru
Penyakit TBC adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosa.
3. CARA PENULARAN TBC
a. Langsung
Percikan ludah atau cairan hidungnya berpindah sewaktu berbicara berhadapan atau bersin.
b. Tidak langsung
Bila penderita meludah ditempat yang sembarang kemudian kering dan kuman diterbangkan oleh
angin bersama debu yang dihirup oleh orang yang sehat.