Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Pemerintah Republik Indonesia khususnya Pemerintah Provinsi Mars


dalam mewujudkan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat terus
berupaya meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pembangunan sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah berbagai macam
bangunan, serta masih banyak lagi jenis sarana dan prasarana yang telah atau
sedang dan akan terus diupayakan pembangunannya
Sebagai salah satu langkah dalam menyingkapi peningkatan mutu sarana
dan prasarana tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui Pemerintah
Namex merencanakan proyek pembangunan Pembangunan Gedung ruang bedah
operasi di Jl. Gajah Duduk Namex merupakan proyek pembangunan gedung
ruang operasi untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan, keselamatan,
kemudahan dan kenyamanan. Ruangan yang aman dan nyaman merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi proses pelayanan bedah, oleh karena itu dalam
merancang gedung ruang operasi harus memenuhi persyaratan tertentu yang
mendukung terciptanya ruang operasi standar kamar spesialis bedah.

1.2 Lokasi Proyek

Lokasi proyek Pembangunan Gedung ruang bedah operasi JL. T. Gajah


Duduk No. 3 Namex barat bagian utara 4°09'21,1"N Lintang Utara 96˚07’48,7”
Bujur Timur, dengan batasan batasan wilayah pada proyek Ruang bedah ini
yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Sekolah Man 1 Namex.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Gajah Duduk.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Oskar.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa.

1
1.3 Keadaan Alam dan Lingkungan

Lokasi pembangunan gedung ini masih di lingkungan rumah sakit umum


cut nyak dien Namex, Lokasi nya diantara perkantoran dan sekolahan, dengan
keadaan tanah yang relatif datar dan jika diamati secara visual keadaan tanah
tersebut bewarana kekuning-kuningan dan dapat digolongkan sebagai tanah Pasir.

1.4 Tujuan Proyek

Tujuan Pembangunan Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit Umum


Namex yaitu untuk mengganti ruang operasi yang lama, akibat Sudah termakan
usia dan adanya penambahan teknologi terbaru. Dengan dibangunnya gedung ini,
segala kegiatan untuk kepentingan ruang bedah operasi  diharapkan dapat
terpenuhi secara optimal, jauh lebih memadai. Selain itu juga bertujuan untuk
memudah kan kelangsungan proses bedah dapat dilaksanakan dengan dengan
rasa aman dan nyaman.

1.5 Sumber Dana

Gedung ini terdiri dari 2(dua) lantai dan mempunyai luas 384 m2 dengan
total biaya pelaksanaan Rp 3.916.640.000, (Tiga Milyar Sembilan Ratus Enam
Belas Juta Enam Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah ). Dana pembangunannya
berasal dari Dana Otonomi khusus daerah (OTSUS) 2017, pekerjaannya
dilaksanakan oleh PT. Grasak Grusu sebagai kontraktor pelaksana
sedangkan perencanaan (konsultan perencana) dilakukan oleh CV. Kita Bersama.
Dan pengawasan pekerjaan (konsultan pengawas) dilakukan oleh CV. Suka Suka.

1.6 Tujuan Kerja Praktek

Kerja Praktek adalah mata kuliah yang memperpadukan ilmu teoritits dan
pengaplikasian di lapangan. Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk

2
memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengaplikasian ilmu yang
telah didapatnya di bangku kuliah ke lapangan (Profesi) karena ilmu profesi
sangat berbeda dengan teori yang di jelaskan atau di pelajari pada masa kuliah.

1.7 Penempatan Penulis

Sesuai dengan kurikulum pada Fakultas Teknik Universitas


Muhammadiyah Aceh, maksud dan tujuan kerja praktek ini adalah untuk melihat,
mengamati dan menganalisa secara nyata serangkaian kegiatan pada pelaksanaan
sebuah konstruksi di lapangan serta membandingkan dengan teori yang diterima
di bangku kuliah. Berdasarkan surat pengantar dari Fakultas Teknik
Muhammadiyah Aceh (UNMUHA) dengan Nomor : 496/UM.M5.FT-
TS/VI/2017. Tentang perihal surat: Permohonan Kerja Praktek (KP) pada tanggal
18 Desember 2017 Mars Barat selama 2 (Dua) bulan, yang ditujukan kepada
kontraktor Pelaksana PT. Grasak Grusu.

3
BAB II
ORGANISASI KEGIATAN

Pembangunan suatu kegiatan perlu pengorganisasian yang terkoordinasi


secara efektif dan sistematis. Dalam pelaksanaan kegiatan perlu adanya suatu
pengaturan struktur organisasi. Organisasi kegiatan ini dibutuhkan untuk
mempelancar pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan sehingga hasil yang
diperlukan lebih maksimal dan sesuai dengan rencana. Untuk tercapainya sasaran
pelaksanaan sebagai mana diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat harus dapat
berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing.
Suksesnya suatu proyek dalam mencapai hasil yang maksimal sangat
tergantung pada sistem manajemen pelaksanaannya. Kelancaran sustu pekerjaan
ditunjang oleh adanya unsur-unsur organisasi, di mana masing-masing unsur
tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga
selesainya proyek. Kerjasama yang baik antar pihak-pihak tersebut sangat
dibutuhkan untuk mempertahankan irama kerja proyek sehingga proyek dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, diperlukan keterlibatan berbagai
unsur badan hukum yang saling menunjang dan terkait antara satu dengan yang
lainnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2.1. Struktur organisasi

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala


ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah badan-
badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan, di mana unsur-unsur
yang terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :
1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner);
2. Konsultan perencana (consultant/designer);

4
3. Pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana (contractor);
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-
masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait satu
sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan memperoleh hasil
yang sebaik-baiknya.

2.1.1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner)


Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner) disebut juga pemberi tugas, ini
merupakan suatu badan pemerintahan Indonesia yang diwakili oleh pemimpin
bagian pelaksana kegiatan yang mempunyai gagasan untuk membangun, baik
secara perorangan, wakil-wakil suatu perusahaan, atau organisasi swasta maupun
wakil dinas yang bertindak selaku pengatur jalannya pekerjaan sesuai dengan
kontrak yang disepakati.
Dalam menjalankan kewajiban, Pelaksana kegiatan mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengadakan ikatan perjanjian atas pemilik bangunan dengan perencana,
pengawas dan pelaksana proyek,
b. Membentuk panitia penunjukan langsung yang bertugas membantu
Pemimpin Pelaksana Kegiatan dalam menentukan pelaksana proyek,
c. Menentukan pemenang yang diusulkan panitia penunjukan langsung,
d. Menyetujui dan menetapkan peraturan serta biaya untuk kontrak,
e. Menerima pekerjaan yang telah selesai menurut peraturan dan ketetapan
yang telah ditentukan.
f. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
Yang menjadi Pemimpin Pelaksana Kegiatan pada Pembangunan
Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit Namex  ini adalah Dinas Kesehatan Namex
barat, yang diwakili oleh PPTK (Pejabat Penanggung Jawab Teknis Kegiatan) di
Gedung rumah sakit tersebut. Untuk mempermudah administrasi dan kelancaran
pekerjaan pengawas ditunjuk seorang penanggung jawab proyek.

5
2.1.2. Konsultan perencana (consultant/designer)
Konsultan perencana (consultant/designer) adalah badan hukum yang
menerima tugas dari pelaksana kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan
pelaksana/perancangan (design) dan memberikan saran-saran yang perlu dalam
perencanaan/pelaksanaan kegiatan. Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan
perencana adalah sebagai berikut :
1. Membuat uraian-uraian tentang maksud dan tujuan dari perencanaan.
2. Mengumpulkan data-data lapangan dari hasil penyelidikan dan survey
lapangan untuk perencanaan.
3. Merencanakan arsitektur konstruksi.
4. Membuat gambar perencanaan.
5. Menghitung konstruksi agar diperoleh suatu konstruksi yang aman dan
ekonomis.
6. Membuat syarat-syarat pelaksanaan kerja (RKS), perhitungan volume dan
perkiraan rencana anggaran biaya.
7. Mempersiapkan seluruh dokumen tender yang berisikan syarat-syarat khusus
(bestek dan gambar bestek), petunjuk pelelangan, daftar alat dan bahan serta
perkiraan waktu pelaksanaan kegiatan.
8. Memberikan penjelasan tentang gambar konstruksi pada waktu memberikan
penjelasan pekerjaan (aanwijzing).
9. Menyediakan dokumen kegiatan dan menyerahkan kepada pemimpin kegiatan
yang nantinya akan dijadikan dokumen tender.

2.1.3. Pengawas (direksi/supervisor)


Konsultan pengawas adalah perorangan atau badan hukum yang diberi
kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ada
atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam aanwijzing. Adanya pengawasan dari
direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan yang diharapkan.Dalam
pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pelaksana kegiatan.

6
Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana
(pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Pelaksana pengawasan
pada kegiatan ini dilakukan oleh CV. Suka Suka.
Adapun tugas dan tanggung jawab pengawas dalam mengawasi
pelaksanaan proyek meliputi hal–hal sebagai berikut :
a. mengawasi dan mengarahkan pekerjaan pada pembangunan serta kegiatan
kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
b. memeriksa dan menyetujui perubahan–perubahan atau penyesuaian desain
yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan atas persetujuan Pelaksana
kegiatan.
c. membuat laporan harian, mingguan dan bulanan atas kemajuan pekerjaan
proyek.
d. mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan time
schedule.

2.1.4 Pelaksana (Kontraktor)


Pelaksana adalah badan usaha perorangan, atau badan hukum yang
dipercaya untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek dan memiliki usaha
yang bergerak di bidang konstruksi, serta mempunyai tenaga ahli teknik dan
sarana peralatan yang cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang
bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai dengan surat perintah kerja dari
pengendali proyek setelah dinyatakan sebagai pemenang tender/pelelangan.
Berdasarkan hasil pelelangan, pelaksana pada kegiatan ini dilakukan oleh
Kontraktor PT. Grasak Grusu. Kontraktor juga harus memiliki usaha yang
bergerak dibidang jasa kontruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuannya serta
mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang cukup.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan dan mempersiapkan peralatan dan seluruh perlengkapan,
bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
persyaratan dan kebutuhan.

7
b. mengerjakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan memenuhi
peraturan–peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat–
syaratnya serta memenuhi ketentuan–ketentuan administrasi.
c. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat waktunya sebagaimana
yang ditetapkan di dalam kontrak kerja.
d. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung
jawab pelaksana.
e. Mempersiapkan seluruh sarana dan penunjang untuk kelancaran kerja
seperti tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek.

2.2. Hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi kegiatan

Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan, hubungan kerja antara unsur-unsur


dari organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
secara teknis dan secara hukum.

2.2.1. Hubungan kerja secara teknis


Hubungan kerja secara teknis merupakan suatu hubungan tanggung jawab
antara pihak–pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek. Secara umum
masing–masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat dengan
kontrak, sehingga masing–masing pihak menjalankan tugas sesuai dengan yang
telah disepakati.
Secara teknis, hubungan kerja merupakan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan suatu proyek antara pemilik proyek, yaitu konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana/kontraktor terjadi suatu hubungan
vertical. Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh pemilik
proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada konsultan pengawas.
Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut peraturan umum
milik proyek tidak dapat berhubung langsung dengan pelaksana/kontraktor tetapi
harus melalui konsultan pengawas. Jadi pengawas bertanggung jawab secara

8
penuh untuk menegur pelaksana apabila ada pekerjaan yang bertentangan dari
bestek yang ada. Apabila teguran yang disampaikan oleh pengawas direksi tidak
disetujui oleh kontraktor pelaksana, maka pengawas dapat menghentikan
pekerjaan yang sedang dilaksanakan baik sementara maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan konsultan perencana ia tidak dapat menegur atau
memerintahkan pelaksana/kontraktor secara langsung di lapangan tanpa melalui
konsultan pengawas. Hal ini disebabkan di antara konsultan perencana dan
konsultan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi, Untuk lebih jelas
hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.1 di bawah ini :

PIMPINAN PELAKSANA
KEGIATAN

KONSULTAN
KONSULTAN PENGAWAS PERENCANA

PENYEDIA JASA

Keterangan : Garis Perintah


: Garis Konsultasi

Gambar 2.1 skema hubungan secara teknis


Sumber : Ervianto (2002)

9
2.2.2. Hubungan kerja secara hukum
Secara hukum masing–masing pihak mempunyai kedudukan yang sama
dan terikat dengan kontrak sehingga masing–masing pihak dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Untuk lebih jelas kedudukan masing-masing pihak secara hukum dapat
dilihat digambarkan sebagai berikut :

PIMPINAN PELAKSANA KONSULTAN


KEGIATAN PERENCANA

KONSULTAN PENYEDIA JASA


PENGAWAS

Keterangan : = Jalur Konsultasi

= Jalur Perintah
= Kontrak
Gambar 2.2 skema hubungan secara hukum
Sumber : Ervianto (2002)

2.3. Proses Pelelangan

Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan


kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan
yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang

10
benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis dan financial
(keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Penentuan pelaksanaan
kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara :
1. Pelelangan umum, yaitu metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat.
2. Pelelangan Sederhana, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya
untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp
200.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret
2012 nilainya paling tinggi Rp 5.000.000.000).
3. Pelelangan Terbatas. yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk
Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan
diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang
Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai
risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan
yang bernilai diatas Rp 100.000.000.000,00 (Seratus Miliar Rupiah).
4. Pemilihan Langsung. Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan
penyedia barang, yaitu dilakukan dengan membandingkan sebanyak-
banyaknya penawaran, sekurang¬kurangnya 3 penawaran dari penyedia
barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumunan
resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet
(pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai
paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun
2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi (Rp 5.000.000.000).
5. Penunjukan Langsung. yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan
cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam keadaan
tertentu dan keadaan khusus pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan
dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dengan cara melakukan negosiasi secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

11
6. Pengadaan Langsung. Yaitu pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia
barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung dan dapat
dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
bernilai paling tinggi Rp100.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54
Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp200.000.000).
7. Kontes/Sayembara. Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri kreatif, inovatif
dan budaya dalam negeri.
Jenis pelelangan yang digunakan pada proyek ini ialah pelelangan terbatas,
yang mana proses pelelangan terbatas ini dilakukan dengan sistem e-
procurement. Pada sistem ini peserta harus login terdahulu menggunakan
email, kemudian para peserta melengkapi dokumen maupun syarat-syarat yang
ada untuk pra-kualifikasi, peserta yang tidak memenuhi syarat dan kelengkapan
dokumen akan gugur. Setelah pengumuman pra-kualifikasi, maka akan
dilaksanakan evaluasi pra-kualifikasi oleh penyedia barang/jasa dan hasil dari
evaluasi ini menentukan lolos tidaknya perusahaan peserta lelang. Lanjutan
dari tahap ini akan lanjut ke undangan pelelangan dan pengambilan dokumen
lelang, pemasukkan dokumen lelang, sanggahan dan hasil pemenang lelang
berdasarkan peringkat dari pemeriksaan evaluasi.
Berdasarkan hasil tersebut maka perusahaan peserta lelang dimenangkan
oleh PT. Grasak Grusu Pada Pembangunan Gedung Ruang Operasi Rumah
Sakit Namex. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia
usaha yang berminat dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang
dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong/rekanan
yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang
usaha ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya. Pemilihan langsung
adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan maupun pengadaan barang/jasa
oleh rekanan tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang

12
dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar yang
tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan dilakukan negosiasi
penawaran secara teknis dan administratif serta perhitungan harga yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya
mengundang satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan
penawaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut :
a. Menetapkan syarat-syarat pelelangan,
b. Mengadakan pengumuman yang akan diadakan,
c. Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara,
d. Menetapkan tata cara penilaian pelelangan,
e. Melaksanakan pelelangan,
f. Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang,dimana calon
pemenang diusulkan kepada Ka.Satker (satuan kerja) untuk diputuskan
sebagai pemenang,
g. Membuat laporan dan pertanggung jawaban kepada kegiatan.
Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui
pelelangan. Sebagai tahap awal, Ka.Satker (satuan kerja) membentuk panitia
pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk melaksanakan segala proses
pelelangan.

2.4. Tenaga kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja
lokal yang berasal dari daerah Aceh dan tenaga kerja yang didatangkan dari
Medan  yang disediakan oleh kontraktor sejumlah 30. Dalam melaksanakan
pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut bidang keahlian masing-masing
dan dikepalai oleh seorang kepala tukang/mandor, kontraktor juga menyediakan
tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek.

13
Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah
berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kepala tukang membayar upah harian
kepada pekerja yang masing-masing berbeda menurut keahlian, kemampuan dan
kerja per harinya. Sehingga jam kerja efektif adalah 8 jam. Jika keadaan tidak
memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan karna disebabkan suatu hal maka
dapat ditambah jam kerja pada hari lain atau jam lembur. Waktu kerja ditentukan
pada Tabel 2.1 yaitu:
Tabel 2.1 Susunan jadwal pekerjaan
No Susunan Waktu Mulai(WIB) Selesai(WIB)

1 Pagi 08.00 12.00

2 Siang (Istirahat) 12.00 13.30

3 Sore 13.30 17.00

4 Lembur 17.00 21.00

2.5. Penjadwalan Kerja

Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule, yaitu


waktu pelaksanaan penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi oleh kontraktor dan tidak dapat
mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka akan dikenakan denda 1/1000
(satu per mil) dari harga kontrak untuk tiap-tiap hari kalender keterlambatan.
Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai kualitas standar selama masa
pelaksanaan merupakan tanggung jawab pelaksana dan tidak dapat meminta
perpanjangan waktu dari jadwal kontrak.

14
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja


setiap pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk
menentukan rencana kerja, tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan, sehingga
menghasilkan mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak yang
telah ditetapkan. Pelaksana perlu mengatur volume pekerjaan untuk mengarahkan
tenaga kerja dalam menggunakan peralatan yang diperlukan sehingga pemakaian
waktu, bahan dan mutu sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), ruang lingkup pekerjaan
pada Pembangunan Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit umum di Namex ini
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Umum.
2. Pekerjaan struktur.
3. Pekerjaan struktur atap.
4. Pekerjaan arsitektur.
5. Pekerjaan pengecatan.
6. Pekerjaan sanitasi air/plumbing.
7. Pekerjaan intalasi listrik.
8. Pekerjaan pintu dan aksesoris.
9. Pekerjaan finishing dan lain –lain.

3.1 Pekerjaan Umum

Pekerjaan umum pada Pembangunan Ruang Operasi Rumah Namex ini


adalah sebagai berikui :

3.1.1 Pekerjaan persiapan


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan penunjang lapangan sebelum
pekerjaan konstruksi dilakukan, yang terdiri dari pekerjaan pembersihan,

15
pengukuran dan pemasangan bouwplank, pagar pengaman kegiatan, serta fasilitas
penunjang lainnya

3.1.2 Pekerjaan pembersihan lapangan


Sebelum pekerjaan di lokasi proyek dilaksanakan, maka lapangan kerja
harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran, bangunan bekas, pohon-
pohon besar, pohon perdu, semak belukar dan tunggul-tunggul kayu beserta
akarnya. Semua bahan-bahan tersebut harus dibuang keluar dari lokasi
pelaksanaan proyek yang direncanakan.

3.1.3 Pengukuran dan pemasangan bouwplank


Pada saat pelaksanaan pengukuran sekaligus dilakukan juga pemasangan
bouwplank dengan jarak 1,5 – 2,0 m dari as poer pondasi bangunan sehingga
tidak mengganggu pekerjaan galian poer pondasi. Ketinggian lantai dasar (peil)
diambil 75 cm dari muka tanah dasar atau sesuai dengan lantai gedung yang telah
selesai dikerjakan. Semua keperluan pengukuran dan pemasangan bouwplank
harus sudah disediakan oleh kontraktor sebelum pekerjaan itu dimulai. Patok
kayu yang digunakan berukuran 5/7 cm, panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Bagian ujung patok diruncingkan dan dipancangkan masuk kedalam
tanah lebih kurang 50 cm. Untuk papan bouwplank digunakan kayu ukuran 2/20
cm dan bagian atasnya diketam rata dan bersih, lalu di pakukan pada patok-patok
kayu yang telah dipancangkan tersebut.

3.1.4 Pemeliharaan jalan masuk proyek


Pemeliharan Jalan masuknya proyek dibuat di tempat yang memudahkan
untuk mobilisasi peralatan,bahan dan tenaga kerja, diusahakan yang tidak
mengganggu kelancaran lalulintas umum.

3.1.5 Keamanan proyek


Untuk mengamankan lokasi pekerjaan dari segala gangguan maka didalam
pagar lokasi dekat pintu masuk dibuat 1 (satu ) unit pos jaga, setiap tamu wajib
lapor ke pos penjagaan.

16
3.1.6 Penyedia air
Selama pelaksanaan proyek berlangsung, perlu disediakan air bersih guna
keperluan air kerja, air minum untuk pekerja, dan air kamar mandi. Air yang
dimaksud adalah air bersih, air berasal dari sumber air PDAM. Serta pemasang
pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
keperluan lain yang dianggap perlu.

3.1.7 Pasilitas penunjang


Fasilitas–fasilitas untuk kelancaran pekerjaan di lapangan pada proyek ini
adalah sebagai berikut :
1. Gedung penyimpanan bahan yang digunakan untuk menyimpan semen, baja
tulangan dan bahan–bahan lain yang perlu mendapat perlindungan akibat dari
cuaca, untuk itu perlu dibuat panggung setinggi 30 cm dari muka tanah, agar
semen tidak bersinggungan langsung dengan tanah.
2. Pembuatan barak atau pondok kerja sebagai tempat untuk menginap para
pekerja agar dekat dengan lokasi proyek.
3. Penyiapan fasilitas listrik untuk penerangan pada malam hari dan keperluan
peralatan kerja yang menggunakan tenaga listrik.
4. Penyediaan fasilitas air bersih untuk digunakan pada campuran mortal
5. Keperluan minum dan mandi para pekerja yang menginap di pondok kerja.

3.2 Pekerjaan struktur

Pekerjaan Struktur dapat dimulai setelah selesainya pekerjaan pembersihan


lapangan kerja dan pemasangan bouwplank. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan
galian tanah, urugan kembali dan urugan pasir di bawah lantai.

3.2.1 Pekerjaan galian tanah


Galian tanah merupakan galian tanah untuk keperluan pondasi sumuran
dan sloof. Tanah bekas galian harus ditempatkan di tempat yang tidak
mengganggu bouwplank maupun pekerjaan berikutnya.

17
3.2.2 Pekerjaan urug bekas galian
Lubang bekas galian untuk pondasi harus diurug kembali dengan tanah
bekas galian, setelah pengecoran pondasi pore dan pondasi sumuran selesai
dikerjakan.Urugan harus dilakukan lapis demi lapis, maksimum tiap lapisan 20
cm. tiap lapisan disiram dengan air serta ditumbuk untuk pemadatan.

3.2.3 Pekerjaan beton bertulang


Pekerjaan beton bertulang terdiri dari lingkup pekerjaan, syarat-syarat
bahan untuk beton, cetakan, pelaksanaan pengecoran, perawatan dan
pembongkaran.

3.2.4 Persyaratan Bahan


 Untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan yang diinginkan akan
digunakan perbandingan atau komposisi bahan beton dengan takaran tertentu.
Tetapi untuk memastikan mutu beton yang baik, bahan-bahan beton tadi harus
memenuhi persyaratan tertentu seperti :
1. Semen
Untuk jenis jenis semen yang digunakan yaitu :
a. Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI – I tahun 1972 dan
memenuhi S-400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
b. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
c. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang
lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen
harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m atau sekitar 10
zak semen. Setiap semen baru yang baru masuk harus dipisahkan dari
semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut
urutan Pengiriman karena semakin lama penyimpanan semen akan
mengeras dan tidak dapat digunaan sebagaimana mestinya
d. Penggunaan semen sesuai mutu beton yang telah direncanakan

18
2. Pasir
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras lumpur dan sejenisnya
serta memenuhi komposisi.
3. Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK SNI T-15.1991.03.
Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material
tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi
material yang tepat.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
5. Cetakan dan acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga
hasil akhir kontruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai
dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan di dalam
SK SNI T-15.1991.03.

3.2.5 Pekerjaan pondasi sumuran


Pondasi utama yang dipakai pada pembangunan ini khususnya di area
struktur tanga adalah pondasi sumuran yang berukuran diameternya 120 cm
dengan kedalaman -3,25 m dari permukaan lantai dengan jumlah pondasi 45 unit.
Penggalian tanah dasar pondasi pada struktur area tangga dilakukan secara manual
dengan menggunakan skop, kereta dorong dan bahan-bahan yang lainnya yang di
perlukan dalam pekerjaan ini. Kontraktor harus membuang semua air tanah yang
ada dalam galian pondasi dengan menggunakan pompa air sebelum memulai
pekerjaan pondasi :

1. Pengecoran pondasi dengan menggunakan cor beton K-250.

19
2. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, maka digunakan juga
pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan
hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 (dua
puluh delapan) hari.
3. Setelah pekerjaan pondasi sumuran selesai 100 % (sesuai dengan Gambar
Bestek)

3.2.6 Pekerjaan lantai kerja


Pekerjaan lantai kerja dilakukan setelah pekerjaan pondasi selesai dicor
atau dipasang, tebal plat lantai adalah 15 cm dengan menggunakan besi Ǿ10-100

3.2.7 Pekerjaan kolom


Pekerjaan kolom lantai 1 dilaksanakan setelah selesainya pekerjaan Sloof.
Kolom yang dipakai pada pembangunan ini adalah kolom dengan penampang
persegi. Pekerjaan terdiri dari kolom induk dan kolom praktis. Kolom induk
digunakan ukuran 25 x 40 cm sedangkan kolom praktis ukurannya 17 x 10 cm.
Tulangan pokok yang digunakan untuk kolom induk adalah 9 tulangan dengan
D16 mm. Beugel yang dipakai Ø10 mm, dengan jarak antar beugel 100 mm.

3.2.8 Pekerjaan balok


Balok adalah bagian dari salah satu pekerjaan beton bertulang (structural)
sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer
beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Balok adalah bagian dari struktur
bangunan yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya
Selain itu balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila
terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan
bentuk dan posisinya semula. Ukuran balok utama yaitu 20 x 40 cm dan Balok
anak 18 x 25 cm.

3.2.9 Pekerjaan plat bordes, plat dan trap tangga lantai 1 dan 2
Plat bordes berfungsi sebagai tempat singgahan, dengan ukuran 1,75x2 m
dan tinggi plat bordes 2,16 dengan jumlah anak tangga 13 unit untuk lantai 1,

20
sedangkan plat bordes lantai 2 dengan ukuran 4,40 dan tinggi plat 3,95 dengan
jumlah anak tangga 13 unit, dan trap setinggi 15 cm.

3.2.10 Pedoman pelaksanaan beton bertulang


Berdasarkan dokumen perencanaan dan RKS tentang pelaksanaan Ruang
Operasi Rumah Sakit umum Namex, telah ditetapkan pedoman pelaksanaan
pekerjaan beton bertulang yang harus dilaksanakan oleh kontraktor, yaitu :
a. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada
perbedaan yang didapat di dalam gambar kontruksi dan gambar
arsitektur.
b. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi,
yaitu :
c. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikat yang menyolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai untuk berbagai pekerjaan
beton.
d. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan direksi.
Selama pengecoran berlangsung, pekerja dilarang berdiri dan jalan-jalan
di atas tulangan. Untuk dapat sampai ke tempat-tempat yang sulit dicapai
harus digunakan papan-papan yang berkaki yang tidak membebani
tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dicabut pada saat beton dicor.
e. Apabila pengecoran beton harus dihentikan maka tempat penghentiannya
harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang
diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan
dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh
dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m

3.2.11 Perawatan beton


Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembapan
paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan
cara sebagai berikut :

21
a. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap
beton yang telah selesai dituang dalam bekisting dengan berbagai kperluan
tertentu seperti menyiram beton agar meminalisir terjadinya retakan.

b. Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup


beton.

Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan
tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan
beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali
sebagian atau seluruhnya menurut perintah direksi. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki segera atas resiko pemborong

3.3 Pekerjaan Arsitektur

Pekerjaan arsitektur meliputi beberapa pekerjaan diantaranya :

3.3.1 Pekerjaan dinding dan plesteran


Pekerjaan dinding dan plasteran terdiri dari:
1. Pekerjaan pasangan batu bata ringan
Pemasangan dinding bata ringan atau setara hebel dilakukan untuk seluruh
pembatas ruangan yang telah ditetapkan pedoman pelaksanaan pekerjaan dinding
yang harus dilaksanakan oleh kontraktor, yaitu :
a. Persyaratan adukan
Semen yang digunakan adalah semen instan khusus untuk bata ringan, adukan
pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang
memenuhi syarat. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
b. Pengukuran harus dilakukan oleh kontraktor secara teliti dan sesuai gambar,
dengan syarat:
 pasangan dinding harus rata dan pengukuran dilakukan dengan
benang. Sehingga lurus sesuai garis as yang telah ditentukan, dan menjadi
acuan pada pasangan batu selanjutnya.

22
 Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang
tidak boleh melebihi 30 cm.
 Tidak boleh melebihi batas yang teah ditentukan oleh RKS.
 Setiap adukan harus memakai semen portar khusus untuk batu bata
ringan
c. Lapisan bata ringan yang satu dengan lapisan di atasnya harus berbeda
setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan di tengah
pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
d. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang
ukurannya disesuaikan dengan tebal dinding.
e. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam dinding, harus
dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan
tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh bidang tembok.
f. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan sesuatu penutup yang sesuai (plastik).
Dinding yang telah terpasang harus diberi perawatan dengan cara membasahi
secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah pemasangannya.

2. Pekerjaan plesteran
Berdasarkan dokumen perencanaan dan RKS tentang pelaksanaan
Pembangunan Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit umum Namex, telah
ditetapkan pedoman pelaksanaan pekerjaan plesteran yang dilakukan oleh
kontraktor, yaitu :

a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :


 Dinding dibersihkan dari semua kotoran.
 Dinding dibasahi dengan air.
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran
dapat merekat dengan baik.

23
b. Adukan plesteran pasangan bata dengan menggunakan semen instan khusus
untuk bata ringan setara hebel.
c. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya,
berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. untuk mencapai tebal plesteran yang
rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan
mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
d. Bila mana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat)
dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
e. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
sejak permulaan plesteran.
f. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.

3. Pekerjaan lantai
Pada pekerjaan lantai seluruh ruangan gedung lantai I dan lantai II maupun
lainnya serta tangga dipasang keramik berwarna ukuran 60 x 60 cm dengan spesi
beton cor campuran 1 Pc : 4 Ps, setebal 5 cm. Keramik untuk lantai dipasang
dengan menggunakan pasta semen, apabila ada pemotongan lembaran keramik,
maka harus dilakukan dengan mesin potong.

3.4 Pekerjaan pengecatan

bangunan ini dilaksanakan beberapa jenis pengecetan. Pada tembok


dilakukan 3 (kali) pengecetan yaitu 1 (satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat
tembok. Sebelum permukaan tembok dicat permukaan di bidang tersebut
didempul dengan plamur tembok dipoles sampai rata. Setelah betul–betul kering
digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang bersih. Jenis cat
yang digunakan untuk cat tembok adalah cat jenis Super Vinilex. Dan pada
pengerjaan lain ada menggunakan jenis cat merk lainnya.

24
3.5 Pekerjaan Sanitasi Air/Plumbing
Pekerjaan yang dilakukan meliputi pemasangan pemipaan air dan dan
Persiapan material kerja antara lain : monoblock, washtafel,
cove ligth washtafel, kaca cermin, hand drayer, jet washer, tisue holder, hand
shower, soap dish, urinoir, penyekat urinoir, floor drain, kran dinding, kichen
zink,  seal tape, sealant, dll. perlengkapan dan bahan-bahan serta alat–alat yang
diperlukan untuk memasang agar seluruh instalasi dapat terpasang dengan
sempurna dan siap digunakan dengan kualitas pekerjaan/ pemasangan yang baik
dan sesuai dengan gambar bestek.

3.6 Pekerjaan Instalasi Listrik

Penerangan gedung menggunakan energi listrik yang bersumber dari


instalasi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Instalasi listrik dikerjakan oleh
instalator yang telah mempunyai sertifikat dari PLN dan mendapat persetujuan
pengawas.Pada pelaksanaannya pipa - pipa PVC untuk penempatan kabel listrik
yang terletak dalam dinding masing-masing dipasang sebelum pekerjaan plesteran
dimulai. Stop kontak jenis armatur lampu yang dipakai dilakukan saat finishing.
Stop kontak dan saklar dipasang 1,50 meter diatas lantai dengan luas persegi
putih. Stop kontak dan saklar digunakan dari bahan ebonit berkualitas baik, dan
jenis almatur lampu adalah produksi Nasional atau yang sekualitas.

3.7 Pekerjaan pintu, jendela dan Aksesoris

Untuk pekerjaan pintu, jendela dan Aksesoris ini sebagai berikut:

3.7.1 Pekerjaan Plafond

Cara pemasangan harus mengikuti denah rangka plafond yang ada dalam
gambar bestek. Plafond yang di gunakan dalam pekerjaan ini adalah plafond jenis
Kalsiboard yang dipakai.

25
3.7.2 Pekerjaan Penggantung dan Kunci
Pekerjaan pada bagian ini adalah meliputi pengadaan dan pemasangan semua alat
penggantung dan pengunci untuk pintu-pintu dan jendela. Peralatannya mencakup
engsel, kunci, handle, grandel, gembok dan sebagainya.

3.8 Pekerjaan Finishing dan lain-lain

Pada pekerjaan finishing lingkup pekerjaannya meliputi pengaturan dan


pembersihan halaman disekitar halaman disekitar bangunan dari sisa-sisa bahan
bangunan dan bahan-bahan lain yang masih tertinggal disekitar bangunan
tersebut, pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan perlindungan terhadap kebocoran
serta finishing beton dan pekerjaan lain yang terdiri dari pemasangan relling
tangga, finishing ornamen talang dan pembersihan lainnya.

26
BAB IV

PEKERJAAN YANG DIIKUTI

Pekerjaan yang dapat diikuti pada Pembangunan Gedung Ruang Operasi


Rumah Sakit umum Namex selama masa kerja praktek 2 (dua) bulan terhitung
sejak tanggal 19 Juni sampai dengan 19 Agustus 2017 adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Soof
2. Pekerjaan Kolom Lantai 1
3. Pekerjaan Plat Lantai
Sebelum menguraikan seluruh pekerjaan yang diikuti terlebih dahulu
diuraikan tentang bahan dan alat yang digunakan pada Proyek Pembanguan
Ruang Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit umum Namex

4.1 Bahan Dan Alat Yang Digunakan

4.1.1 Bahan yang digunakan


Adapun bahan-bahan utama yang digunakan pada sebagian item
pekerjaan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1. Semen
Pada pembangunan Gedung Ruang Operasi Rumah Sakit umum Namex ini,
pengecoran sloof, kolom, balok dan plat lantai menggunakan semen yang di
produksi oleh PT. Semen Padang Sumatera Barat. Semen tersebut dipesan
langsung dari penyalur resmi di Banda Aceh dan diletakkan digudang di
lokasi proyek.
2. Besi
Besi didatangkan melalui distributor bahan bangunan dan ada yang langsung
didatangkan deri took bangunan setempat, pengadaan besi sampai ke lokasi
pekerjaan dilakukan dengan menggunakan truck. Di lokasi pekerjaan, besi
diletakkan di alam terbuka. Penempatan besi tulangan yang demikian sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI-1971, pasal 3.9 ayat 7 dan 8).

27
3. Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air
yang diperoleh langsung di lokasi proyek, yang mana air berasal dari
Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Hal ini sesuai dengan peraturan
PBBI-1971 pasal 3.6 ayat 1 halaman 28, yang menyatakan bahwa air untuk
pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan organik lainnya yang dapat merusak ikatan beton
bertulang.
4. Kayu
Kayu didatangkan dari panglong penjualan kayu yang ada di Aceh Besar,
pengadaan kayu hingga ke lokasi menggunakan alat angkut truck. Di lokasi
kegiatan kayu tersebut ditempatkan ditempat yang terhindar dari air agar
tidak terjadi pelapukan pada kayu. Pengadaan material tersebut dilakukan
secara berangsur-angsur. Pengadaan bahan dilakukan jika bahan yang tersedia
di lokasi proyek diperkirakan tidak mencukupi untuk pelaksanaan pekerjaan
berikutnya.
5. Agregat halus (pasir)
Pasir yang digunakan didatangkan dengan menggunakan alat angkut truk
yang berkapasitas 4 m3. Di lokasi proyek, pasir tersebut digunakan untuk
pekerjaan non-struktural yaitu pada lantai kerja dan pekerjaan minor. Pasir
tempatkan di atas tanah dan lapangan terbuka tanpa diberi alas.
6. Agregat kasar (kerikil/batu pecah)
Agregat kasar yang digunakan pada proyek ini berupa kerikil dan batu pecah,
yang didatangkan dengan menggunakan alat angkut truk yang berkapasitas 4
m3. Di lokasi proyek, agregat kasar di tempatkan di atas tanah dan lapangan
terbuka tanpa diberi alas.

4.1.2 Alat-alat
Peralatan adalah alat bantu yang digunakan dalam pekerjaan structure.
Dalam pelaksanaan pekerjaan digunakan peralatan manual dan juga peralatan
dengan tenaga mesin. Peralatan yang digunakan dalam proyek ini antara lain :

28
1. Pemotong Tulangan (Steel Bar Cutter)
Merupakan alat khusus yang digunakan untuk memotong tulangan baja agar
sesuai dengan panjang yang dibutuhkan. Pada proyek ini pemotongan besi
tulangan dengan menggunakan mesin Steel Bar Cutter, selain lebih cepat
mesin ini juga baik untuk pemotongan besi tulangan yang berdiameter besar
maupun untuk tulangan yang berdiameter kecil.
2. Pembengkokan Tulangan (Steel Bar Bender)
Dalam proyek ini pekerjaan pembengkokan besi dilakukan menggunakan
mesin Steel Bar Bender. Dengan adanya mesin ini, maka pekerjaan untuk
pembengkokan tulangan akan lebih cepat.
3. Pengadukan Beton (Concrete Mixer)
Concrete mixer adalah alat yang digunakan untuk mengaduk campuran beton.
Alat ini memiliki kapasitas yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya.
Pada proyek pembangunan ini yang digunakan untuk pengecoran adalah
molen dan ready mix truck
4. Pemadat Beton (Concrete Vibrator)
Concrete vibrator digunakan untuk memadatkan adukan beton segar pada
saat dimasukkan ke dalam bekisting. Dengan alat ini, seluruh bagian yang
sulit dijangkau seperti antara tulangan dapat terisi beton dengan baik dan
rapat, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan beton
keropos.
5. Penyemprot Beton (Concrete Pump)
Concrete pump adalah alat berupa pompa yang dilengkapi dengan pipa
penyemprot yang dapat menggapai lokasi pengecoran pada ketinggian
tertentu. Alat ini beroperasi setelah adukan beton disalurkan dari concrete
mixer ke dalam wadah penampungan pada truk. Dari tempat penampungan,
beton disedot dan disemprotkan ke tempat yang akan dicor dengan
menggunakan pipa besi berdiameter 20 cm yang dapat disambung sesuai
dengan kebutuhan.
6. Alat-alat bantu lainnya
Peralatan lain yang digunakan pada proyek ini diantaranya adalah :

29
Peralatan pertukangan, diantaranya : cangkul, sekop, sendok semen, meteran,
gergaji, ember, palu, paku, kereta sorong dan lain-lain;

4.2 Pekerjaan Sloof

Berdasarkan pengamatan pekerjaan sloof dikerjakan setelah selesainya


pekerjaan pondasi. Sloof yang digunakan adalah sesuai dengan rencana kerja dan
syarat (RKS). Pada pekerjaan sloof, bahan dan peralatan yang digunakan antara
lain:
a. Bahan
1. Semen.
2. Agregat Halus (Pasir).
3. Agregat Kasar (Kerikil/Batu Pecah).
4. Air.
5. Besi Tulangan.
6. Kayu.
b. Peralatan
1. Pemotong Tulangan (Steel Bar Cutter).
2. Pembengkokan Tulangan (Steel Bar Bender).
3. Pengadukan Beton (Concrete Mixer).
Tahapan-tahapan pada pekerjaan sloof adalah sebagai berikut :
1. Pembesian Sloof.
2. Pemasangan Bekisting Sloof.
3. Pengecoran Sloof.
4. Pembukaan Bekisting Sloof.
5. Perawatan.

c. Tahapan Pengerjaan Sloof


1. Pekerjaan pembesian sloof 25 x 40 cm
Pekerjaan pembesian sloof dilakukan langsung di tempat kerja,
berupa pelurusan besi tulangan dan pembengkokan besi serta pembentukan
kait-kait pada ujung tulangan. Tulangan yang digunakan harus sesuai

30
dengan gambar yang ada baik diameternya, jumlah tulangan dan jarak
antar tulangan.

Pada bangunan ini, ukuran sloof yang digunakan adalah ukuran 25 cm


x 40 cm, dengan menggunakan besi D16 mm dan untuk begel yang
ditumpuan digunakan besi Ø 10-100 mm sedangkan untuk begel yang di
lapangan digunakan besi Ø 10-150 mm. Beugel dan tulangan tersebut
kemudian diikat, pengikatan tulangan harus kuat, agar dalam pengecoran
tidak mengalami pergeseran tempat. Pengikatan dilakukan dengan
menggunakan kawat baja dan kedua ujung tumpuan dikaitkan pada stik
tulangan kolom agar menyatu. Adapun total volume pembesian pada sloof
25 cm x 40 cm adalah 189 kg/m3.

2. Pekerjaan pemasangan bekisting sloof 25 x 40 cm


Untuk bekisting sloof ini dibuat dari multiplek 7 mm dan balok
penyokongnya merupakan kayu ukuran 5/5, cetakan harus kokoh dan rapat
agar tidak bocor. Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus
bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk yang
baik.
Bekisting ini membatasi sisi bawah, sisi kiri, sisi kanan, dan bagian
atasnya terbuka. Ukuran bekisting disesuaikan dengan ukuran sloof yang
akan dibentuk (sesuai dengan gambar kerja) agar dapat menjaga kestabilan
dan kekakuan bekisting sloof, maka pada sisi kiri dan sisi kanan sloof
diberi penyokong.

3. Pekerjaan pengecoran sloof 25 x 40 cm


Berdasarkan pengamatan sebelum pengecoran dilaksanakan
terlebih dahulu bekisting harus dibersihkan dengan cara disiram dari
kotoran-kotoran seperti potongan-potongan papan dan serbuk gergaji yang
dapat mengurangi mutu beton. Selanjutnya bekisting disiram dengan air
hingga jenuh agar pada saat pengecoran kandungan air pada campuran
beton tidak terserap oleh bekisting.

31
Setelah pemasangan bekisting selesai dikerjakan, pekerjaan
dilanjutkan dengan pengecoran sloof. Sebelum pengecoran dimulai, pihak
direksi mengontrol pembesian yang telah dipasang. Setelah semua keadaan
disetujui oleh direksi, baru dilaksanakan pekerjaan pengecoran. Mutu
beton yang digunakan pada pengecoran ini adalah mutu Beton K-250
dengan proses pengecoran menggunakan beton mesin Molen dan
pemadatan dilakukan dengan menggunakan mesin Vibrator. Adapun
volume pengecoran pada sloof adalah 35,9 m3.

4. Pembukaan bekisting sloof 25 x 40 cm


Menurut pengamatan di lapangan, pekerjaan pembukaan bekisting
sloof dilakukan satu hari setelah pengecoran dilakukan dengan
menggunakan alat tukang yang sederhana seperi linggis dan palu.
Pembukaan bekisting ini dilakukan oleh 5 pekerja.

5. Perawatan
Pekerjaan perawatan beton sloof dilakukan setelah beton mengeras,
yaitu kira-kira pada saat umur beton mencapai 1 hari setelah proses
pengecoran berlangsung. Perawatan beton ini dilakukan dengan cara
melakukan penyiraman air ke permukaan kulit beton. Hal ini dilakukan
untuk mencegah keretakan pada beton.

6. Pekerjaan pembesian sloof 18 x 25 cm


Pekerjaan pembesian sloof dilakukan langsung di tempat kerja,
berupa pelurusan besi tulangan dan pembengkokan besi serta
pembentukan kait-kait pada ujung tulangan. Tulangan yang digunakan
harus sesuai dengan gambar yang ada baik diameternya, jumlah tulangan
dan jarak antar tulangan.
Pada bangunan ini, ukuran sloof yang digunakan adalah ukuran 18
cm x 25 cm, dengan menggunakan besi tulangan pokok D 14 mm,
tulangan bagi Ø 8 mm dan untuk begel yang ditumpuan digunakan besi Ø
10-100 mm sedangkan untuk begel yang di lapangan digunakan besi Ø 10-

32
150 mm. Begel dan tulangan tersebut kemudian diikat, pengikatan
tulangan harus kuat, agar dalam pengecoran tidak mengalami pergeseran
tempat. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan kawat baja dan kedua
ujung tumpuan dikaitkan pada stik tulangan kolom agar menyatu. Adapun
total volume pembesian pada sloof 18 cm x 25 cm adalah 275,65 kg/m3.

7. Pekerjaan pemasangan bekisting sloof 18 x 25 cm


Untuk bekisting sloof menggunakaan dari multiplek 7 mm dan
balok penyokongnya kayu ukuran 5/5, cetakan harus kokoh dan rapat agar
tidak bocor. Bekisting ini membatasi sisi bawah, sisi kiri, sisi kanan, dan
bagian atasnya terbuka. Ukuran bekisting disesuaikan dengan ukuran sloof
yang akan dibentuk (sesuai dengan gambar kerja) agar dapat menjaga
kestabilan dan kekakuan bekisting sloof, maka pada sisi kiri dan sisi kanan
sloof diberi penyokong.

8. Pekerjaan pengecoran sloof 18 x 25 cm


Berdasarkan pengamatan sebelum pengecoran dilaksanakan
terlebih dahulu bekisting harus dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti
potongan-potongan papan dan serbuk gergaji yang dapat mengurangi mutu
beton. Selanjutnya bekisting disiram dengan air hingga jenuh agar pada
saat pengecoran kandungan air pada campuran beton tidak terserap oleh
bekisting.
Setelah pemasangan bekisting selesai dikerjakan, pekerjaan
dilanjutkan dengan pengecoran sloof. Sebelum pengecoran dimulai, pihak
direksi mengontrol pembesian yang telah dipasang. Setelah semua keadaan
disetujui oleh direksi, baru dilaksanakan pekerjaan pengecoran. Mutu
beton yang digunakan pada pengecoran ini adalah mutu Beton K-250
dengan proses pengecoran menggunakan beton mesin Molen. Adapun
volume pengecoran pada sloof adalah 1,15 m3.

9. Pembukaan bekisting sloof 18 x 25 cm

33
Menurut pengamatan di lapangan, pekerjaan pembukaan bekisting
sloof dilakukan satu hari setelah pengecoran, dilakukan dengan
menggunakan alat seperti linggis dan palu. Pembukaan bekisting ini
dilakukan oleh 5 pekerja.
10. Perawatan
Pekerjaan perawatan beton sloof dilakukan setelah beton mengeras, yaitu
kira-kira pada saat umur beton mencapai 1 hari setelah proses pengecoran
berlangsung. Perawatan beton ini dilakukan dengan cara melakukan
penyiraman air ke permukaan kulit beton. Hal ini dilakukan untuk
mencegah keretakan pada beton.

4.3 Pekerjaan Kolom

Pekerjaan kolom lantai I ini dapat dilakukan setelah pekerjaan sloof


selesai. Pada pekerjaan kolom lantai I bahan dan peralatan yang digunakan antara
lain :
a. Bahan :
1. Semen.
2. Agregat Halus (Pasir).
3. Agregat Kasar (Kerikil/Batu Pecah).
4. Air.
5. Besi Tulangan.
6. Kayu.
7. Papan.
b. Peralatan :
1. Pemotong Tulangan (Bar Cutter).
2. Pembengkok Tulangan (Bar Bender).
3. Pencampur Beton (Concrete Mixer).
Ukuran penampang pada kolom utama adalah 25 cm x 40 cm dan ukuran
kolom praktis denga ukuran 10 x 17 cm dengan tinggi 4 m.Tahapan
pekerjaan Kolom adalah :

34
1. Pembesian kolom.
2. Pemasangan bekisting kolom.
3. Pengecoran kolom.
4. Pembukaan bekisting kolom.
5. Perawatan beton kolom.

c. Pembesian kolom 25 x 40 cm
Pekerjaan pembesian dilakukan langsung di lantai I tempat kerja,
berupa pelurusan besi tulangan, pembengkokan besi tulangan,
pembentukan kait-kait pada ujung tulangan, serta dengan mengaitkan
kembali stik tulangan kolom lantai I dengan tulangan besi sloof agar
menjadi satu kesatuan (senyawa). Tulangan yang digunakan harus sesuai
dengan gambar . Pada proses perakitan besi kolom lantai I, susunan
antara besi tulangan harus sejajar satu sama lain setiap tulangannya, dan
diletakkan beugel atau sengkang dengan jarak tertentu baik secara
tumpuan maupun lapangan. Beugel dan tulangan tersebut kemudian
diikat, pengikatan tulangan harus kuat, agar dalam pengecoran tidak
mengalami pergeseran tempat. Pengikatan dilakukan dengan
menggunakan kawat baja. Adapun volume total pembesian kolom adalah
5152 kg/m3

d. Pemasangan bekisting kolom 25 x 40 cm


Cetakan (bekisting) terbuat dari multiplek setebal 7 mm, yang
diperkuat dengan kayu 5/5 cm dengan setiap jarak 60 cm. Untuk
memperkuat kedudukan bekisting kolom dan untuk mencegah terjadinya
pergeseran bekisting pada saat pekerjaan pengecoran, maka sisi bekisting
disokong dengan sabuk pengaku yang terbuat dari balok kayu atau papan.
Sabuk pengaku dipasang dengan jarak tertentu dari dasar elevasi
kolom. Di lapangan, jarak sabuk pengokoh bekisting kolom dipasang pada
2/3 tinggi kolom dan dipasang sesuai dengan kebutuhan agar kedudukan
bekisting tetap lurus, sejajar dan tidak melengkung pada saat
mendapatkan tekanan ke samping pada saat pengecoran.

35
e. Pengecoran kolom 25 x 40 cm
Pengecoran kolom dilakukan setelah bekisting kolom selesai
dipasang. Sebelum pengecoran dimulai, kotoran-kotoran yang melekat
pada besi tulangan pembesian kolom dibersihkan dan dilakukan
pemeriksaan letak tulangan maupun posisi bekisting. Pengecoran
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi atau Pengawas.
Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran Kolom Lantai I
adalah mutu beton K-250. Pengadukan campuran dilakukan dengan
menggunakan molen. Hasil pengadukan dituangkan kedalam wadah
penampungan, kemudian diangkat untuk selanjutnya dilakukan
pengecoran kolom. Selama pengecoran dilakukan pemadatan dengan cara
mengetuk bekisting kolom tersebut menggunakan palu, agar mortar dapat
mengisi ruang-ruang yang kosong dan setelah mortar padat, bagian atasnya
diratakan. Adapun volume pengecoran pada kolom adalah 18 m3.

f. Pembukaan bekisting kolom 25 x 40 cm


Menurut pengamatan di lapangan, bekisting kolom di buka setelah
1 hari setelah pengecoran. Alat yang digunakan adalah palu dan linggis.
Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati, selain untuk menjaga kolom
tidak rusak, juga agar papan bekisting tidak rusak untuk dapat
dipergunakan pada pengecoran berikutnya.

g. Perawatan Kolom 35 x 40 cm
Perawatan beton kolom lantai I dilakukan setelah beton mengeras, kira-
kira 1 hari setelah pengecoran berlangsung. Perawatan kolom ini
dilakukan dengan cara menyiram air ke permukaan beton yang terlebih
dahulu telah dibalut dengan kertas semen. Penyiraman dilakukan pada
waktu pagi dan sore.
Perawatan beton dilakukan selama 5 hari saja, Dan apabila
permukaan kolom terjadi keropos diakibatkan pemadatan yang kurang
sempura, dilakukan Penyisipan di permukkan kolom yang mengalami

36
keropos dengan membuat beton, lalu diinject kan ke kolom tersebut. Hal
dalam kondisi lembab sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran.

h. Pembesian kolom 10 x 17 cm
Pekerjaan pembesian dilakukan langsung di lantai I tempat kerja,
berupa pelurusan besi tulangan, pembengkokan besi tulangan,
pembentukan kait-kait pada ujung tulangan, serta dengan mengaitkan
kembali stick tulangan kolom lantai I dengan tulangan besi sloof agar
menjadi satu kesatuan (senyawa). Tulangan yang digunakan harus sesuai
dengan gambar yang ada baik diameternya, jumlah tulangan dan jarak
antar tulangan.
Pada proses perakitan besi kolom lantai I, susunan antara besi
tulangan harus sejajar satu sama lain setiap tulangannya, dan diletakkan
beugel atau sengkang dengan jarak tertentu baik secara tumpuan maupun
lapangan. Beugel dan tulangan tersebut kemudian diikat, pengikatan
tulangan harus kuat, agar dalam pengecoran tidak mengalami pergeseran
tempat. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan kawat baja. Adapun
volume total pembesian kolom adalah 609 kg

i. Pemasangan bekisting kolom 10 x 17 cm


Cetakan (bekisting) terbuat dari multiplek setebal 7 mm,yang diperkuat
dengan kayu 5/5 cm dengan setiap jarak 60 cm. Untuk memperkuat
kedudukan bekisting kolom dan untuk mencegah terjadinya pergeseran
bekisting pada saat pekerjaan pengecoran, maka sisi bekisting disokong
dengan sabuk pengaku yang terbuat dari balok kayu atau papan.
Sabuk pengaku dipasang dengan jarak tertentu dari dasar elevasi
kolom. Di lapangan, jarak sabuk pengokoh bekisting kolom dipasang pada
2/3 tinggi kolom dan dipasang sesuai dengan kebutuhan agar kedudukan
bekisting tetap lurus, sejajar, dan tidak melengkung pada saat
mendapatkan tekanan ke samping pada saat pengecoran. Adapun volume
bekisting pada kolom adalah 0,80 m2.

37
j. Pengecoran kolom 10 x 17 cm
Pengecoran kolom dilakukan setelah bekisting kolom selesai
dipasang. Sebelum pengecoran dimulai, kotoran-kotoran yang melekat
pada besi tulangan dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan letak tulangan
maupun posisi bekisting.
Pengecoran dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi
atau Pengawas. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran Kolom
Lantai I adalah mutu beton K-250. Pengadukan campuran dilakukan
dengan menggunakan molen. Hasil pengadukan dituangkan kedalam
wadah penampungan, kemudian diangkat untuk selanjutnya dilakukan
pengecoran kolom. Selama pengecoran dilakukan pemadatan dengan cara
mengetuk bekisting kolom tersebut menggunakan palu, agar mortar dapat
mengisi ruang-ruang yang kosong dan setelah mortar padat, bagian
atasnya diratakan. Adapun volume pengecoran pada kolom adalah 1,17
m3.

k. Pembukaan bekisting kolom 10 x 17 cm


Menurut pengamatan di lapangan, bekisting kolom di buka setelah
1 hari pengecoran. Alat yang digunakan adalah palu dan linggis.
Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati, selain untuk menjaga kolom
tidak rusak, juga agar papan bekisting tidak rusak untuk dapat
dipergunakan pada pengecoran berikutnya.

l. Perawatan Kolom 10 x 17 cm
Perawatan beton kolom lantai I dilakukan setelah beton mengeras,
kira-kira 1 hari setelah pengecoran berlangsung. Perawatan kolom ini
dilakukan dengan cara menyiram air ke permukaan beton yang terlebih
dahulu telah dibalut dengan kertas semen. Penyiraman dilakukan pada
waktu pagi dan sore. Perawatan beton dilakukan selama 5 hari saja, hal
dalam kondisi lembab sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran.

38
4.4 Pekerjaan Kostruksi Plat Lantai Dan Balok

Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai


dikerjakan. Pada proyek Gedung Pengadilan Negeri Lhoksukon ini sistem balok
yang dipakai adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang
berbeda-beda. Balok terdiri dari 2(dua) macam, yaitu : balok utama (balok
induk) dan balok anak. Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di
lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting,
pengecoran sampai perawatan.
1. Tahap Persiapan
Untuk melakukan persiapan ada beberapa tahap pekerjaan, diantaranya :
a. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan
ketinggian balok dan pelat.
b. Pembuatan Bekisting
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan,
kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok
harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus
cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau
balok yang akan dibuat.
c. Merangkai Besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai
kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada
dilakukan dengan sistem yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi.
Begitu juga degngan pembesian plat dilakukan dilakukan juga di atas
bekisting yang sudah jadi.
2. Tahap Pekerjaan Balok Dan Plat
Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara bersamaan pada dasar nya
dan untuk proyek pembangunan Ruang Operasi Rumah Sakit Cut Nyak Dien
Namex juga dilakukan dengan dasar yaitu balok dan pelat lantai dilakukan
secara bersamaan.

39
3. Pembeskitingan Balok
Tahap tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :
a. Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar yang
sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun
pelat.
b. Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7)
dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood
sebagai alas balok.
c. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku
yang dipasang di atas suri-suri.
4. Pembekistingan Plat Lantai
Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk
pelat lebih tinggi daripada balok.
b. Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
c. Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding
untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood dipasang
serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran
d. Semua bekisting rapat terpasang, dan diolesi dengan solar sebagai
pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat
mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih
dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
e. Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai
selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat
dengan waterpass.
5. Pembesian

40
Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan langsung diatas
bekisting balok yang sudah siap dan di pasang beton decking untuk jarak
selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat. Pembesian pelat
dilakukan setelah tulangan balok terpasang,
tahap tahap pembesian pelat antara lain:
a. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah
siap, dan dipasang diatas bekisting pelat. Rakit pembesian dengan
tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang tulangan ukuran
tulangan Ǿ10-150, selanjutnya secara menyilang dan diikat
menggunakan kawat ikat.
b. Di letakan beton deking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas
pelat, kemudian dipasang tulangan kaki ayam untuk tulangan atas dan
bawah pelat.
c. Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan
checklist/ pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk
pembesian balok adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter,
jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk
pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian
pelat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra.
6. Tahap Pengecoran Pelat dan Balok
Sebelum dilakukan pengecoran pelaksana proyek melakukan
administrasi pengecoran, dan stelah pembesian siap pelaksana mengecek ke
lokasi atau zona yang akan dicor. Dan setelah semua siap pelaksana membuat
atau mengajukan surat izin cor ke konsultan pengawas yaitu CV. Karya Puga
Consultant, dengan volume 68,400 m3 untuk Balok utama yan berukuran
30/60 21,496 m3 untuk balok anak dengan ukuran 20/30 dan 101,04 m 3 untuk
Plat lantai tebal 12 cm.
7. Proses Pengecoran Pelat lantai dan Balok
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.
Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu :

41
bucket, Lift concrete , lampu kerja, papan perata. Adapun proses pengecoran
pelat adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor sampai benar – benar bersih
b. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan mesin
molen(mixer concrete) yang disaalurkan melaui lift concrete ke lokasi
pengecoran,
c. Beton dialirkan sampai ke zona pengecoran, lalu padatkan dengan
menggunakan vibrator.
d. Setelah beton dipadatkan, dilakukan perataan permukaan coran dengan
menggunakan alat-alat manual.
e. Setelah proses pengecoran selesai sampai batas pengecoran, dilakukan
finishing.
f. Waktu Pengecoran sampai dengan 12 jam Mulai pukul 08.00- 24.00
8. Pembongkaran Bekisting
Untuk pelat pembongkaran bekisting dilakukan setelah 28 hari
pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari
setelah pengecoran sebagai penunjang sampai pelat benar – benar mengeras.
9. Perawatan
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu
beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang
dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1
minggu

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pelaksanaan Kerja Praktek (KP) yang telah diikuti selama 2
(dua) bulan pada Proyek Pembangunan Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Namex, Penulis banyak memperoleh tambahan pengalaman dan pengetahuan
lapangan secara langsung. Hal ini dapat menjadi suatu perbandingan bagi penulis
antara pekerjaan di lapangan dengan teori–teori yang didapat di perkuliahan
maupun studi literatur. Dari beberapa pekerjaan yang penulis ikuti dan kenyataan–
kenyataan yang ada di lapangan selama melaksanakan kerja praktek, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan dan saran–saran.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengamatan penulis di lapangan dapat diuraikan


sebagai berikut :
1. Pengecoran pada pekerjaan sloof menggunakan alat vibrator concrete tidak
maksimal, Karena bekisting sloof tidak sanggup menahan getaran pemadatan
pada alat tersebut sehingga waktu pemadatan beton tidak merata keseluruh
celah permukan bekisting

43
2. Pengecoran pekerjaan kolom dicurahkan lebih dari 1,5 meter dan pemakaian
bekisting secara berulang-ulang sehingga banyak beton pada kolom menjadi
tidak rata dan bergelombang
3. Pada proes pengecoran balok lantai dan plat lantai menggunakan adukan
molen dan bantuan lift, sehingga memakan banyak waktu dan banyak adukan
tidak sesuai dengan mutu beton yang direncankan

5.2 Saran–Saran

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan analisa-analisa


beberapa literatur :
1. Diharapkan kontraktor (Pelaksana) pada pekerjaan bekisting sloof sesuai
dengan RKS yang ada. Jika tidak, dapat mengurangi kepadatan dan kurang
merata beton keseluruh permukaan
2. Diharapkan kontraktor (Pelaksana) pada pekerjaan pengecoran balok dan plat
lantai untuk menggunakan Beton ready mix, dikarnakan lebih mudah
pekerjaannya, hemat waktu dan mutu beton sesuai sesuai dengan mutu yang
direncanakan
3. Pada pengecoran kolom sebaiknya bekisting digunakan maksimal hanya dua
kali
4. Pengawas perlu melakukan pengawasan lebih ketat dan teliti agar pekerjaan
yang dilakukan tidak menyimpang dari ketentuan yang tertuang dalam
kontrak kerja atau RKS.
5. Pada saat pelaksanaan pekerjaan proyek, harus ada antisipasi terhadap cuaca
yang tidak konsisten, agar dapat tercapai efisiensi waktu kerja yang
direncanakan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI- 5 1 1961, Yayasan


LPMB Dep. PUTL, Bandung.
Dipohusodo, I, 1994,Departemen Pekerjaan Umum, Struktur Beton Bertulang;
berdasarkan SK.SN/T-15-1991-03.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI); 1971 NI-2, Direktoral Jenderal
Cipta Karya , Bandung.
Subarkah , I , 1998, Konstruksi Bangunan Gedung, Idea Dharma, Bandung.
Ervianto, kh. V, 1995, Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung.

45

Anda mungkin juga menyukai