Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sani Annisa Ramadhani

NIM : 24030117130086

TUGAS KIMIA ANALITIK I


HASIL KALI KELARUTAN

A. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Jika suatu zat padat secara terus menerus ditambahkan ke dalam air, maka pada suatu
saat kita akan mendapati zat tersebut tidak akan larut lagi. Ini berarti pada saat itu,
konsentrasi zat terlarut sudah mencapai harga yang maksimum (tidak dapat diperbesar lagi).
Larutan yang sudah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang maksimum itu,
disebut larutan jenuh. Dan harga konsentrasi yang maksimum itu dinamakan kelarutan
(s) dari zat terlarut.
Misalnya zat A memiliki kelarutan sebesar 0,5 M. Artinya, konsentrasi maksimum
yang dapat di capai oleh zat A dalam suatu larutan adalah 0,5 M.
Jika konsentrasi zat A adalah 0,5 M, berarti larutan tersebut tepat jenuh dan jika
terhadap  larutan  jenuh  ini  kita  terus  menerus  menambahkan  zat  A,  maka  zat  A  pasti
mengendap atau tidak dapat larut lagi.
Setiap elektrolit mempunyai suatu besaran yang disebut hasil kali kelarutan
(Ksp). Jadi Ksp dapat didefinisikan sebagai hasil kali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit
dalam larutan yang tepat jenuh.

B. HUBUNGAN KELARUTAN (S) DAN TETAPAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)


C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN DAN HASIL
KELARUTAN
1. Temperatur 
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada
pada larutannya.
2. Sifat alami pelarut 
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis 
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung
ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH) 3 akan
menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH 4OHdibanding dengan kita
melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH 4OH sudah terdapat ion
sejenis yaitu OH– sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut.
Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
4. Pengaruh pH 
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh
pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya.
Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan
H+ akan bergabung dengan I– membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis 
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh
AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH 3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.

D. AKTIVITAS DAN KOEFISIEN AKTIVITAS


Sifat-sifat fisis dari larutan garam, seperti konduktivitas dan titik beku memberi kesan
bahwa ion-ionnya mungkin terklaster bersama dengan ion-ion positif yang memiliki lebih
banyak ion negative daripada ion positive dalam lingkungan sekitar mereka, dan ion-ion
negative pada gilirannya memiliki kelebihan ion positive di sekitar ion-ion negative. Dalam
kondisi seperti ini, efektivitas dari ion dalam menentukan laju reaksi kimia, dan juga dalam
mengubah sifat-sifat fisik dari zat pelarutnya, akan lebih  rendah dibandingkan efektivitas
seandainya setiap ion mampu bertindak sendiri-sendiri. Hanya dalam larutan yang encer
sajalah ion-ion bisa cukup bebas dari pengaruh ion-ion sekitarnnya sehingga dapat bertindak
sebagai partikel-partikel yang indipenden.
Untuk mencapai kesepakatan antara perhitungan kesetimbangan eksperimental
dengan hitungan yang teoritis, seorang kimiawan mengalikan konsentrasi actual (molaritas,
sebagai contoh) dengan bilangan tertentu disebut “koefiensi aktivitas” dan untuk
mendapatkan konsentrasi efektif disebut “aktivitas”.
Aktivitas dari spesies A dapat didefinisikan sebagai berikut :
ⱭA = fA [A]

dimana ⱭA adalah aktivitas, fA koefisien aktivitas, dan [A] molaritas dari spesies. Sebagai
contoh, aktivitas dari ion hidronium adalah
ⱭH3O+ = f H3O+ - [H3O+]
Dan aktivitas ion hidroksinya adalah
ⱭOH-= fOH- [OH-]
Tetapan sebenarnya untuk disosiasi air, Kw adalah
Kw = ⱭH3O+ x ⱭOH-
Semakin ideal suatu larutan berarti semakin dekat aktivitas dengan konsentrasi,
koefisien aktivitas akan semakin mendekati satu. Pada pengenceran tak terhingga,  fA = 1
dan ⱭA = [A].
Persamaan Debye-Huckel :
-log⁡〖fx= (0,51Zx² √μ)/(1+0,33αx√μ)〗
αx = diameter ion x (Å)
μ = 1/2 ∑〖C Z²〗
Z = muatan
C = konsentrasi
K’a = (f  H+  . fA  )/  fHA  . Ka , dimana K’a = K aktivitas.

E. APLIKASI HASIL KALI KELARUTAN DALAM ANALISIS KUALITATIF


Prinsip analisis gravimetrik merupakan prinsip untuk mengukur banyaknya suatu ion
dalam suatu sampel. Di sini akan dibahas secara singkat mengenai analisis kualitatif, yaitu
penetapan jenis ion yang ada dalam larutan yang akan difokuskan pada kation
Dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan mudah dalam larutan berair.
Kation-kation ini dapat dibagi ke dalam lima golongan berdasarkan hasil kali kelarutan
(Ksp) garam tak larutnya. Karena suatu larutan tak diketahui bisa saja mengandung satu atau
semua dari 20 ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari golongan satu
sampai golongan 5. Mari kita lihat prosedur umum untuk memisahkan ion-ion ini dengan
menambahkan reagen pengendap pada larutan tak diketahui.
1. Kation golongan 1. Bila HCl encer ditambahkan pada larutan tak diketahui, hanya
ion Ag+, Hg2 2+, dan Pb 2+ yang mengendap sebagai klorida tak larut. Ion-ion lain,
yang kloridanya dapat larut, tetap berada dalam larutan.
2. Kation golongan 2. Sesudah endapan klorida disingkirkan dengan penyaringan,
hidrogen sulfida direaksikan dengan larutan asam tak diketahui tersebut. Pada
keadaan ini, konsentrasi ion S2- dalam larutan dapat diabaikan. Jadi, pengendapan
logam sulfida sebaiknya dinyatakan sebagai :
M2+(aq)+H2S(aq)→MS(s)+2H+(aq)
Penambahan asam padalrutan akan menggeser kesetimbangan ini ke kiri sehingga
hanya logam sulfida yang paling kurang larut, yaitu yang nilai Ksp-nya paling kecil,
akan mengendap dari larutan. Endapan ini ialah Bi2S3, CdS, CuS dan SnS
3. Kation golongan 3. Padatahap ini, natrium hidroksida ditambahkan pada larutan
untuk membuatnya basa. Dalam larutan basa, kesetimbangan di atas bergeser ke
kanan. Jadi, sulfida yang lebih larut (CoS, FeS, MnS, NiS, ZnS) sekarang mengendap
dari larutan. Perhatikan bahwa ion Al 3+ dan Cr 3+ sebenarnya mengendap sebagai
hidroksida Al(OH)3 dan Cr(OH)3, bukannya sebagai sulfida, sebab hidroksidanya
kurang larut. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan sulfida dan hidroksida
yang tidak larut.
4. Kation golongan 4. Sesudah semua kation golongan 1, 2 dan 3 telah disingkirkan
dari larutan, natrium karbonat ditambahkan ke larutan basa untuk mengendapkan ion
Ba 2+, Ca 2+, dan Sr 2+ sebagai BaCO3, CaCO3, dan SrCO3. Endapan ini juga
dipisahkan dari larutan lewat penyaringan.
5. Kation golongan 5. Pada tahap ini, kation yang mungkin tersisa dalam larutan ialah
Na+, K+, dan NH4+. Keberadaan NH4+ dapat ditentukan dengan menambahkan
natrium hidroksida :
NaOH(aq)+NH4(aq)→Na(aq)+H2O(l)+NH3(g)
Gas amonia dideteksi bisa dengan memperhatikan karakter baunya bisa juga dengan
mengamati apakah kertas lakmus merah yang dibasahi berubah menjadi biru apabila
diletakkan di atas (tidak bersentuhan) larutan. Untuk memastikan keberadaan ion Na+
dan K+, kita biasanya menggunakan uji nyala sebagai berikut : sepotong kawat
platina (platina dipilih karena lemban) dibasahi dengan larutan dan kemudian
diletakkan di atas nyala pembakar Bunsen. Setiap jenis ion logam memberikan warna
khas bila dipanaskan dengan cara ini. Contohnya, warna yang ditimbulkan oleh ion
Na+ adalah kuning, ion K+ ungu, dan ion Cu2+ hijau.
Ada dua hal dalam analisis kualitatif yang perlu dikemukakan. Pertama, pemisahan kation
ke dalam golongan dibuat seselektif mungkin; artinya, anion yang ditambahkan sebagai
reagen harus yang akan mengendapka jenis kation yang paling sedikit. Contohnya, semua
kation dalam golongan 1 juga membentuk sulfida yang tak larut. Jadi, jika H2S direaksikan
dengan larutan pada awalnya, tujuh jenis sulfida mungkin mengendap dari larutan (sulfida
golongan 1 dan golongan 2), yaitu hasil yang tidak diharapkan. Kedua, penyingkiran kation
pada setiap tahap harus dilakukan selengkap-lengkapnya. Contohnya, jika kita tidak
menambahkan cukup HCl pada larutan tak diketahui untuk menyingkirkan semua kation
golongan 1, kation-kation ini akan mengendap bersama dengan kation golongan 2 sebagai
sulfida yang tak larut; ini juga akan mengganggu analisis kimia selanjutnya dan membuat
kita menarik kesimpulan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Arief. “Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. 19 Mei 2009.


https://edukasidiklat07.wordpress.com/2009/05/19/kelarutan-hasilkali-kelarutan-bab-ii/

Wijayanti, Fitria. “Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Februari 2016.


https://fitriawijayantiblog.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-2/kelarutan-dan-hasil-
kali-kelarutan/

Zakiyah, Imroatuz. “Aktivitas dan Koefisien Aktivitas”. 15 April 2016.


https://dokumen.tips/documents/aktivitas-dan-koefisien-aktivitas.html

Anda mungkin juga menyukai