Kep Jiwa DX Kehilangan PDF
Kep Jiwa DX Kehilangan PDF
OLEH :
MONICA JAYA
N.19.04.016
Preceptor Institusi
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu
keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda., dapat disimpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang
sebelumya ada menjadi tidak ada).
Pengertian Berduka Cita (Grieving)
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan
baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.
Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi.
B. Etiologi
Tergantung dari :
1. Arti dari kehilangan
Misalnya Kehilangan orang yang dicintai atau dihormati.
2. Sosial budaya
Misalnya kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.
3. Kepercayaan / spiritual
Misalnya kehilangan rasa kepercayaan kepada orang lain.
4. Status social ekonomi
Misalnya kehilangan harta dikarnekan bangkrut atau yang lainnya.
5. Kondisi fisik dan psikologi individu
Misalnya kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.
C. Patopsikologi
MK 2 : Isolasi MK 1:
sosial Kehilangan
Disfungsional &
Defisit Aktifitas Pengingkaran
kehilangan
MK 3 :
Kehilangan dan duka cita
Ansietas
D. Manifestasi Klinik
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 gejala proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
a. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan
“Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
b.Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus
menerus mencari informasi tambahan.
c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak
tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan
kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada
dirinya sendiri.
c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan
, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa
ditunda maka saya akan sering berdoa”.
c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai
berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.
d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat warisan,
mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di
tolak.
b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga.
c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur,
letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
a. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
b. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan
tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang
klien ingin ditemani keluarga / perawat.
d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-
betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau
“Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya
baik”.
E. Komplikasi
Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seseorang seperti berikut ini:
1. Pada masa anak-anak
Kehilangan dapaat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul
regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian
2. Pada masa remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam keluarga atau suatu kehancuran
keharmonisan keluarga
3. Padda masa dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan
F. Penatalaksaan
1. Penatalaksanaan medis
Pada kasus kehilangan di butuhkan pendekatan pada pasien dan bina
hubungan saling percaya agar pasien bisa menceritakan masalahnya
2. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2) Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.
3) Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya.
4) Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
5) Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
2) Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
c) Cara sosial (sharing melalui self help group).
d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
e) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan saksama.
f) Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
g) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
I. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Ny.M Tanggal Pengkajian : 10-04-2020
Umur : 33 tahun
No.RM : 19.02.01
Informan : Pasien
II. AlasanMasuk
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. M mengalami stress setelah seminggu yang lalu
suami Ny. M meninggal.
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N: 90x/menit S: 36˚C P: 24x/meit
2. Ukur : TB: 168 Cm BB: 46 Kg
3. Keluhan fisik : Ada
Jelaskan : Pasien mengeluhkan nyeri kepala, sakit pada perut.
Dianosis Keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ny. M
2. Konsepdiri
a. Gambaran diri : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian
perutnya perna ada bayi buah hatinya.
b. Identitas : pasien adalah seorang ibu rumah tangga
c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya
mengharapkan penghasilan suaminya.
d. Ideal Diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan suaminya dan
klien mengingkari rasa kehilangan suaminya.
e. HargaDiri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi
anak dan suaminya
Diagnosis Keperawatan : Penginkaran kehilangan
3. Hubungansosial:
a. Orang berarti:
orang yang terdekat dengan pasien adalah Ibunya tetapi ibunya kini sakit
sakitan karena sudah tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat:
Klien sering mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang ibu
rumah
tangga
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Setelah osuami Ny. M meninggal, Ny. M tidak berminat dalam berinteraksi
dengan orang lain
Diagnosis Keperawatan : Kerusakan komunikasi sosial
4. Spritual :
a. Nilai & keyakinan : pasien menganut agama Islam.
b. Kegiatan ibadah: pasien menjalankan ibadahnya dengan tekun
Diagnosis Keperawatan : tidak ada
9. Tingkat Kesadaran
Bingung, klien menginkari kehilangan suaminya.
Terdapat gangguan orientasi orang
Diagnosis keperawatan: Perubahan proses pikir
10. Memori
Masih ingat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman suaminya namun
tidak menerima kenyataan tersebut.
Diagnosis Keperawatan : tidak ada
11. Tingkat Konsentrasi&Berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi
Diagnosis Keperawatan: perubahan proses pikir
12. Kemampuan penilaian
Klien takut atau cemas, bagaimana dia hidup tanpa suaminya
Diagnosis Keperawatan : Ansietas dengan keadaan di masa yang akan datang
setelah kehilangan suaminya
13. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang di deritanya, menanggap dirinya tidak mengalami
sakit dan hanya sedih saja
DiagnosaKeperawatan: Perubahan proses pikir
2.
3.
RENCANA KEPERAWATAN
SP 2: SP 2:
Pasien dapat melalui fase 1. Mengevaluasi kegiatan yang telah di
pengingkarannya dengan wajar tanpa lakukan (SP1)
kesulitan 2. Mendorong pasien untuk mengungkapkan
pengingkarannya tanpa memaksa untuk
menerima kenyataan.
3. Mendengarkan dengan penuh minat dan
perhatian apa yang dikatakan oleh pasien.
4. Menjelaskan kepada pasien, bahwa
perasaan tersebut wajar terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan.
5. Membantu pasien untuk memakai
mekanisme koping yang lain seperti
menangis / berbicara.
6. Mengikutsertakan orang yang berarti bagi
pasien untuk menjelaskan apa yang telah
terjadi.
7. Meningkatkan kesadaran pasien secara
bertahap tentang kenyataan kehilangan
yang harus dihadapi.
8. Memberi dukungan atas usaha pasien
untuk menerima kenyataan.
9. Membantu klien untuk mencoba
mengungkapkan rasa marahnya.
10. Menjawab semua pertanyaan pasien
dengan singkat dan jelas.
11. Memberi dukungan secara nonverbal.
SP 3: SP 3:
Pasien dapat mengurangi ansietas 1. Tunjukkan respon menerima klien
akan kehilangan di masa depan 2. Berikan respon empati dengan berfokus
pada perasaan bukan pada kenyataan yang
terjadi.
3. Bantu klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
4. Bantu klien untuk menurunkan tingkat
kecemasannya :
a. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina
hubungan yang sifatnya supportif.
b. Beri waktu untuk klien berespon.
c. Beri perawatan individu sebagai manusia
layaknya.
d. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi
klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkannya.
e. Identifikasi pemikiran yang negatif dan
Bantu untuk menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
f. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran
yang positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi klien, logika
dan kesimpulan yang dibuat klien.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
FASE KERJA
“Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”
“Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang
suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
“Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke
rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah meninggal.
Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
“Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
“Ibu sudah bisa memahaminya?”
“Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bias digunakan.
Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain
yang sayang dan peduli sama Ibu.”
“Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan. Coba
sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahanlahan.”
“Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
FASE TERMINASI
Evaluasi:
• (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami kondisi
yang sebenarnya terjadi?”
• (objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”
1. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat
mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
(SP 2)
a. Masalah: Kehilangan
b. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien : Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa
penerimaan terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya
tidak nyenyak.
2. Diagnosa : Isolasi sosial
3. Tujuan : Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik
kembali dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
4. Rencana Tindakan (SP 1)
a. Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia sukai
b. Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul sekali.
Saya suster rensi, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 09.00 sampai 11.00 nanti dan saya
yang akan merawat Ibu.”
2. Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin? Bagus kalau begitu”
3. Kontrak:
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk membicarakan
hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit seperti kemarin cukup ya, Bu.”
FASE KERJA
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
“Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu.”
“Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
“Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan sedikit
bakat menyanyi Ibu pada saya?”
“Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”
“Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya bermain voli
dalam seminggu?”
“Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih.”
“Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam bermain
voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk bermain
voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu bias melakukan
hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”
“Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-sama. Ibu M ini jago
bermain voli, lho.”
“Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli?”
“Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
“Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bias melakukan
kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat Ibu
berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.”
FASE TERMINASI
1. Evaluasi:
(subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik dibandingkan
kemarin?”
(objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu dapatkan dengan
melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
2. Tindak Lanjut : “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa
emosi. Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali dalam seminggu.”
3. Kontrak yang akan datang: “Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu. Besok jam 08.00
setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara meminum obat
dengan benar. Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 3)
a. Masalah: Kehilangan
b. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien : Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa
penerimaan terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya
tidak nyenyak.
2. Diagnosa : Ansietas
3. Tujuan : Klien Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak
melamun dan mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau
membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang
menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih terbayang
akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur
tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
4. Rencana Tindakan (SP 1)
a. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
b. Awasi klien saat minum obat
FASE ORIENTASI
FASE KERJA
“Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan yang harus Ibu
minum.”
“Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ. Fungsi dari obat ini
agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bias tidur dengan
nyenyak.”
“Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum agar perasaan Ibu
bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan.”
“Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga harus diminum setelah Ibu
makan.”
“Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”
“Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah Ibu minum obat Ibu
bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.”
“Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu bisa minum banyak air
untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”
“Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing, atau mual, Ibu bisa
panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
“Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai atau tidak. Ibu juga
jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat waktu.”
FASE TERMINASI
1. Evaluasi:
(subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum dan
(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja obat yang harus Ibu
minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”
2. Tindak Lanjut : “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat mulut
Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-gatal,
ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau perawat lain yang sedang
bertugas.”
3. Kontrak yang akan datang: “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan
datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan ini saja ya
Bu.” “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau tidak ada,
saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
ANALISIS PROSES INTERAKSI KEHILANGAN
K: Iya
P: Baiklah Ibu M, bisa P: memandang P: ingin K: klien tampak Mengeksplorasi
Ibu jelaskan kepada saya pasien dan mengetahui menerima dan permasalahan klien
bagaimana perasaan Ibu tersenyum perasaan yang terbuka dengan yang bertujuan untuk
M saat ini? dirasakan klien diskusi yang akan mengidentifikasi
K: focus kepada dilakukan dengan masalah utama klien
K: Perasaan saya tidak perawat perawat
baik saya merasa sangat
sedih atas kehilangan
suami saya, saya tidak
bisa menerima kenyataan
P: Saya mengerti Ibu K: melihat P: mencoba K: klien merasa tdk Mengeksplorasi
sangat sulit menerima perawat, terlihat memberi tahu ke bisa menerima saran permasalahan klien
kenyataan ini. Tapi sedang berfikir klien agar dapat dari perawat yang bertujuan untuk
kondisi sebenarnya kemudian menerima mengidentifikasi
memang suami Ibu telah menunduk kenyataan masalah utama klien
meninggal. Sabar ya, Bu
K: Iya
P: Saya tidak bermaksud P: memandang P: perawat K: klien Mengetahui keinginan
untuk tidak mendukung pasien mendengarkan mengungkapkann pasien
Ibu. Tapi coba Ibu pikir, ungkapan klien perasaannya
jika Ibu pulang ke rumah K: memandang
nanti, Ibu tidak akan perawat dengan
bertemu dengan suami wajah sedih
Ibu karena beliau
memang sudah
meninggal. Itu sudah
menjadi kehendak Tuhan,
Bu. Ibu harus berusaha
menerima kenyataan ini
K: iyaa
P: Bagaimana perasaan P: tersenyum P: perawat K: klien terlihat Evaluasi subjektif
Ibu sekarang? Apa Ibu mengevaluasi antusis menyimak membantu perawat
sudah mulai memahami K: memndang perasaan pasien pertanyaan perawat mengevaluasi proses
kondisi yang sebenarnya perawat dengan penyelesaian yang di
terjadi? wajah ceria ajarkan
K: iyaaa
P: Sudah 30 menit ya, P: memandang P: perawat K: pasien merasa Membuat kontrak
Bu. Saya rasa pasien senang atas senang telah waktu dengan klien
perbincangan kita kali ini respon yang mengungkapkan akan membuat klien
sudah cukup. K: diberikan klien perasaannya merasa dihargai
mendengarkan
K: iyaa perawat,
tersenyum
P:Besok sekitar jam P:memperhatikan P: perawat K: klien memahami Kemampuan klien
09.00 saya akan datang klien merasa senang perawat menentukan tempat
kembali untuk atas kemampuan dan waktu interaksi
membicarakan tentang K: klien menunjukkan
hobi Ibu. Mungkin besok mendengarkan menyepakati kemampuan klien
kita bisa berbincang- perawat kontrak dan dalam penilaian dan
bincang di taman depan menentukan pengambilan
ya Bu.” pilihan waktu keputusann sederhana
dan tempat
K: iya saya mau di taman
P: “Baiklah, saya permisi P: mengucapkan Perawat puas K: Klien nampak Terminasi adalah saat
dulu ya Bu. salam dengan inertaksi cemas karena telah di untuk mengubah
Assalamu’alaikum yang dilakukan bantu mengatasi perasaan dan memori
K: menjawab masalahnya serta untuk
K: waalaikumsalam salam meengevaluasi
kemajuan klien dan
tujuan yang telaj
dicapai
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung
Nurarif, A.AH & Kusuma, Hardhi. (2015) Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Prabowo, E .(2014) Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha medika
Bina Remaja Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi. Vol. 3, No. 1