Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya makalah berjudul “DESTRUKSI SEL PADA SEL DARAH MERAH” ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman,
sahabat, kerabat, maupun dosen yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
baik dalam proses pengetikan maupun proses pencetakannya. Semoga makalah yang
telah kami susun ini dapat berguna bagi sesama, baik sebagai penambah wawasan
maupun sebagai referensi untuk masyarakat luas.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................2

C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Darah dan Fungsinya ................................................................4

B. Eritrosit (Sel Darah Merah) ................................................................5

C. Jumlah,Fungsi dan Lama Hidup Eritrosit ...................................................7

D. Destruksi Eritrosit .............................................................................8

E. Proses Perombakan Eritrosit ...............................................................10

F. Penghancuran Sel Darah Merah ...............................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................12

B. Saran ............ .........................................................................................12

Daftar Pustaka ...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting dalam


mempertahankan kehidupan. Sebab, ia berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Darah berbentuk cairan, sehingga dapat didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah. Volume dalam tubuh bervariasi, pada orang dewasa
volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-8 % dari berat badan. Darah terdiri dari
komponen berbentuk dan komponen plasma. Komponen berbentuk kurang lebih 45%
(eritrosit, lekosit dan trombosit). Angka (45 %) ini dinyatakan dalam nilai
hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47 (Erna dan Supriyadi, 2015).

Sekitar 44% darah terdiri dari unsur-unsur sel yang membentuk bagian terbesar
adalah eritrosit (sel darah merah). Eritrosit adalah sel yang tidak memiliki nukleus
dan hidup sekitar 120 hari dan merupakan sel paling banyak dalam darah. Berfungsi
untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida melalui aliran darah. Sel darah merah
normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer.
Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler.
Eritrosit yang bersikulasi mempunyai masa paruh sekitar 120 hari. Pada pria, jumlah
sel darah merah normal (RBC) adalah 5.500.000 per mm3, sedang RBC normal pada
wanita adalah 4.800.000 per mm3 (Erna dan Supriyadi, 2015).

Kekurangan eritrosit secara garis besar mampu memicu keberadaan anemia dengan
beragam penyebab seperti gejala khas anemia yakni pucatnya warna tubuh disertai
mata yang cekung, gampang lelah serta mudah sakit, sistem imun semakin melemah
dan terjadi kerontokan rambut akibat kurang nutrisi, berkurangnya pasokan oksigen
dapat menjadi penyebab pusing serta susah bernafas pada beberapa kondisi tertentu.

1
2

Sedangkan apabila kelebihan eritrosit bisa menyebabkan penggumpalan darah dan


kerusakan organ (Hidayat dkk, 2016).

Piliang dan Djojosoebagio (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi


pembentukan eritrosit adalah kecukupan nutrisi. Pada penelitian Trubus Tri
Ihwantoro yang berjudul gambaran darah dan performa produksi ayam kampung serta
ayam ras petelur pada kandang terbuka diduga bahwa ayam kampung dan ayam ras
petelur mendapatkan nutrisi yang mengandung unsur-unsur pendukung dalam
pembentukan sel darah merah. Nutrisi tersebut di antaranya protein,zat besi, vitamin
B9 dan vitamin B12. Protein dan zat besi terlibat dalam pembentukan hemoglobin,
sedangkan vitamin B9 dan vitamin B12 berperan dalam pematangan eritosit
(Ihwantoro, 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definsi darah? Dan apa fungsinya?

2. Apa itu eritrosit?

3. Berapakah jumlah dan fungsi serta lama hidup eritrosit?

4. Apa itu destruksi eritrosit?

5. Bagaimana proses perombakan sel darah merah?

6. Bagaimana proses penghancuran sel darah merah?

C. Tujuan

1. Tujuan umum :

Untuk mengetahui bagaimana proses destruksi yang terjadi pada sel darah merah

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui definsi darah beserta fungsinya?


3

b. Untuk mengetahui apa itu eritrosit atau sel darah merah?

c. Untuk mengetahui jumlah dan fungsi serta lama hidup eritrosit?

d. Untuk mengetahui apa itu destruksi eritrosit?

e. Untuk mengetahui proses perombakan sel darah merah?

f. Untuk mengetahui proses penghancuran sel darah merah?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Darah dan Fungsinya

Darah berasal dari kata “haima”, yang berasal dari akar kata hemo atau
hemato. Merupakan suatu cairan yang berada didalam tubuh, berfungsi mengalirkan
oksigen ke seluruh jaringan tubuh, mengirimkan nutrisi yang dibutuhkan sel-sel dan
menjadi benteng pertahanan terhaap virus dan infeksi (Haryani, 2014).

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia
keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau
sitras natrikus (Darda, 2016).

Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting dalam


mempertahankan kehidupan. Sebab, ia berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Darah berbentuk cairan, sehingga dapat didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah. Volume dalam tubuh bervariasi, pada orang dewasa
volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-8 % dari berat badan. Misalnya berat badan
50 kilogram, berarti volume darah berkisar antara 3,5, liter sampai 4 liter.9 Darah
terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma. Komponen berbentuk (yaitu
beberapa jenis korpuskula) kurang lebih 45% (yang terdiri dari sel darah merah atau
disebut eritrosit, sel darah putih atau disebut lekosit dan sel pembekuan atau disebut
trombosit).10 Angka (45 %) ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel
darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47 (Menkes RI, 2011).

Menurut buku “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Hematologi” dari Ners. Wiwiik Handayani S.Kep dan dr. Andi Sulistyo Hariwibowo

4
5

mengatakan bahwa keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama
bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah
terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut:

1. Plasma Darah, bagian cair darah yang sebagia besar terdiri atas air,
elektrolit dan protein darah.

2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen


berikut ini :

a. Eritrosit yaitu sel darah merah (SDM-red blood cell)

b. Leukosit yaitu sel darah putih (SDP-white blood cell)

c. Trombosit yaitu butir pembeku darah-platelet

B. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit Normal

Sel darah merah adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi
mengikat oksigen yang diperlukan oleh oksidasi jaringan-jaringan tubuh.
6

1. Nilai normal :

Pria : 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit : 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L

Wanita : 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit : 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L

2. Struktur Eritrosit

Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk


bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga
dapat melewati pembuluh darah yang sangat kecil dengan baik. Bentuk
eritrosit pada mikroskop biasanya tampak bulat berwarna merah dan dibagian
tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut (central pallor) diameter 1/3 dari
keseluruhan diameter eritrosit (Menkes RI, 2011).

Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom,
serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, foforilasi
oksidatif sel, atau pembentukan protein (Wiwik dan Sulistyo, 2008).

Komponen eritrosit yaitu :

a. Membran eritrosit

b. Sistem enzim : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphatedehydrgogynase)

c. Hemoglobin, komponennya terdiri atas :

1) Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi

2) Globin: bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan beta.

Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah


merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin
akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Oksi hemoglobin merupakan
hemoglobin yang berkombinasi/berikatan dengan oksigen. Tugas akhir
7

hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta


membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.

C. Jumlah, Fungsi Dan Lama Hidup Eritrosit

1. Jumlah Eritrosit

Eritrosit berjumlah paling banyak diantara sel-sel darah lainnya. Dalam satu
milliliter darah terdapat kira-kira 4,5 – 6 juta eritrosit, oleh sebab itu darah berwarna
merah. Eritrosit normal berukuran 6 – 8 Nm atau 80 – 100 fL (femloliter). Bila MCV
kurang dari 80 fL disebut (mikrositik) dan jika lebih dari 100fL disebut (makrositik).
(Menkes RI, 2011).

2. Fungsi Eritrosit

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang
berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah
oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga
memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil.
Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit
(Menkes RI, 2011).

3. Lama Hidup Eritrosit

Menurut buku “Dinamika Obat” dari Ernst Mutschler umur eritrosit yang yang
bersirkulasi dalam system peredaran darah rata-rata 110-120 hari. Bila kebutuhan
eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir
masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di
limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikulo-endotelial).
8

4. Implikasi klinik :

a. Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta
respon terhadap terapi anemia

b. Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan
fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus.sistemik. Dapat juga
terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya : sitostatika, antiretroviral.

Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,


diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.

D. Destruksi Eritrosit

Jika eritrosit telah berada dalam sistem sirkulasi, maka dalam keadaan normal
umumnya rata-rata 120 hari. Eritrosit yang lebih tua menjadi lebih rapuh. Jika
dinding selnya sangat rapuh, maka eritrosit dapat pecah dalam perjalanannya melalui
pembuluh darah yang sempit. Sebagian besar eritrosit pecah didalam limpa karena
terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa. Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit
difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang terdapat dalam
limpa, hati (sel-sel Kupffer) dan sumsum tulang. Besi yang lepas diangkut kedalam
sumsum tulang untuk membentuk eritrosit baru, atau disimpan dihati dan dijaringan
lain dalam bentuk ferritin. Bagian hem-nya diubah sel-sel retikuloendoterium menjai
bilirubin.

Destruksi eritrosit dibagi menjadi :

1. Hemolisis Intravaskular, adalah proses penghancuran eritrosit yang terjadi


langsung didalam sirkulasi darah.

a. Eritrosit mengalami destruksi dalam sirkulasi darah.Lalu Hb terlepas


ke dalam plasma
9

b. Hb di plasma akan dibersihkan oleh haptoglobin

c. Haptoglobin habis terpakai – Hb bebas berdesosiasi menjadi dimer –


αβ (molekul kecil) – filtrate glomerulus

d. Di tubulus proksimal direabsorbsi oleeh sel tubulus – mengalami


degradasi (protein dihancurkan,heme diubah menjadi bilirubin dan
keluar bersama urin,Fe menjadi hemosiderin

e. Hemoglobin bebas didarah juga mengalami oksidasi menjadi


hemoglobin teroksidasi(methemoglobin)

2. Hemolisis Ekstravaskular, adalah proses penghancuran eritrosit diluar


sirkulasi darah .

a. Eritrosit dikeluarkan dari pembuluh darah oleh makrofag sistem


retikuluendotelial yang terdapat di sumsum tulang belakang,hati dan
limfa

b. Sel menjadi tidak viable karena eritrosit tidak berinti sehingga


metabolisme eritrosit memburuk secara perlahan dan juga karena
enzim didegradasi dan tidak diganti

c. Terjadi pemecahan heme dari ertrosit yang membebaskan Fe ke


sirkulasi melalui transferin plasma

d. Protoporfirin dipecah menjadi bilirubin,Bilirubin bersirkulasi ke hati


dan mengalami konjugasi menjadi glukoronida yang diekskresikan
kedalam usus melalui empedu dan diubah menjadi sterkobilinogen

e. Sebagian diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi


diekskresikan sebagai urin dalam bentuk urobilinogen dan urobilin

f. Rantai globin dipecah menjadi asam amino yang akan digunakan


kembali untuk sintesis protein umum dalam tubuh
10

E. Proses Perombakan Eritrosit

Skema Proses Perombakan Eritrosit

Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang terkandung di


dalamnya dipecah menjadi zat besi (Fe), globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur
ulang, Zat besi diambil dan disimpan di hati, sedangkan globin dimanfaatkan untuk
pembentukan hemoglobin baru. Heme dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin
yang berwarna hijau kebiruan. Bilirubin dioksidasi menjadi urobilin yang mewarnai
feses dan urine kekuningan, sedangkan biliverdin sebagai pembentuk zat warna
empedu yang kemudian disalurkan ke kantong empedu.

F. Penghancuran Sel Darah Merah

Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence)


dan proses patologis (hemmolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen
sebagai beikut :

1. Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan pool protein dan
dapat digunakan kembali
11

2. Komponen heme akan dipecah menjadi dua yaitu :

1. Besi yang akan dikembalikan ke pool besi yang digunakan ulang.

2. Billirubin yang akan diekresikan melalui hati dan empedu.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Darah berasal dari kata “haima”, yang berasal dari akar kata hemo atau
hemato.Darah berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh,
mengirimkan nutrisi yang dibutuhkan sel-sel dan menjadi benteng pertahanan terhaap
virus dan infeksi (Haryani, 2014).

Sel darah merah adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi
mengikat oksigen yang diperlukan untuk oksidasi jaringan-jaringan tubuh.Fungsi
utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.Eritrosit yang
berbentuk cakram bikonkaf berumur rata-rata 110-120 hari.

Destruksi eritrosit dibagi menjadi hemolisis intravaskular yang terjadi


langsung didalam sirkulasi darah dan hemolisis ekstravaskula yang terjadi di sumsum
tulang belakang,hati dan limfa.Proses penghancuran eritrosit terjadi karena
penuaan(senescence) dan proses patologis (hemolisis).Hemolisis yang terjadi pada
eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi
dua komponen yaitu komponen protein dan komponen heme.

B. Saran

Untuk kelompok lain yang akan membuat makalah selanjutnya diharapkan


bisa memperbanyak referensi agar dapat membahas lebih detain dan mendalam
mengenai destruksi yang terjadi pada sel darah merah.

12
13

Daftar Pustaka

Erna,N.K,Supriyadi.2015.Penurunan Jumlah Eritrosit Darah Tepi Akibat Paparan


Radiasi Sinar X Dosis Radiografi Periapikal.Praktisi Dokter Gigi.Laboratorium
Radiologi KG Fakultas Kedokteran Gigi.Universitas Jember.Indonesia.

Di akses pada tanggal 31 maret 2017

http://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/viewFile/2135/1738

Handayani, Wiwik dan Sulistyo, Andi, Wibowo.2008.Asuhan Keperawatan Pada


Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi.Hal 1-6.Salemba
Medika.Jagakarsa.Indonesia.

Di akses pada tanggal 2 april 2017 :

https://books.google.co.id/books?
id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT16&lpg=PT16&dq=skema+eritrosit&source=bl&ots=-
BaE3FjQO3&sig=APxJkOxhcL0llqRATNjdKGc6BWo&hl=id&sa=X&redir_esc=y#
v=onepage&q=skema%20eritrosit&f=false

Haryani,Siti.2014. Total Sel Darah Merah (Erythrocyte)Kadar Hemoglobin Dan Nilai


Hematokrit Sapi Bali Di Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten
Kampar.Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.Pekanbaru.Indonesia.

Di akses pada tanggal 1 april 2017 :

http://repository.uin-suska.ac.id/5248/1/FM.pdf

Anda mungkin juga menyukai