Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Shalat Jumat dan Hukumnya


Shalat jumat aalah shalat dua rakaat yang didahului dengan khotbah
sebanyak dua kali, dan dilaksanakan pada hari jumat di waktu shalat zuhur.
Hukumnya fardhu’ain bagi tiap-tiap Muslim, mukalaf, laki-laki,sehat, dan
menetap (muqim). Shalat zuhur pada hari jumat tidak perlu dikerjakan karena
sudah tergantikan oleh shalat jumat. Perempuan, anak-anak, hamba sahaya,
dan musafir tidak diwajibkan untuk mengerjakan shalat jumat.
2. Syarat Wajib Shalat Jumat
Syarat wajib Shalat Jumat adalah :
1) Islam
2) Balig (baligh/sampai usia dewasa)
3) Berakal
4) Laki-laki (bagi perempuan hukumnya sunah)
5) Sehat dan merdeka. Orang sakit dan berhalangan tidak diwajibkan shalat
Jumat
6) Muqim (orang menetap), sehingga musafir tidak diwajibkan shalat Jumat
3. Syarat Sah Mendirikan Shalat Jumat
a. Tersedianya tempat khusus yang sudah disediakan untuk melaksanakan
shalat Jumat. Jumlah jemaah shalat Jumat minimal harus 40 orang. Jika
tidak mencapai jumlah tersebut, maka bisa menggunakan pendapat lain
bahwa shalat Jumat dapat dilaksanakan dengan 3 orang jemaah (Imam
Malik), 2 orang jemaah (Imam Thabari), 4 orang jemaah (Imam Hanafi),
atau 12 orang jemaah (Imam al-Auza’i)
b. Shalat Jumat harus dilaksanakan di waktu zuhur pada hari Jumat
c. Shalat Jumat harus didahului dengan dua khotbah
4. Hukum dan Rukun Khotbah Jumat
Hukum khotbah Jumat adalah wajib. Wajib membacanya bagi khatib, dan
wajib mendengarkannya bagi Makmum.
Rukun khatbah dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Khatib naik ke mimbar dan mengucapkan salam.
b. Kemudian khatib duduk untuk mendengarkan azan

1
c. Khatib berdiri lagi dengan mengucapkan kalimat “Alhamdulillah”
d. Mengucapkan dua kalimat syahadat. Khutbah tanpa syahadat tidak sah.
e. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
f. Menukil bacaan Al-Qur’an
g. Mewasiatkan ketakwaan, perintah-perintah Allah SWT, dan sunah Nabi
Muhammad SAW.
h. Khotbah pertama diakhiri dengan permohonan ampun kepada Allah secara
singkat. Biasanya dengan ucapan, “Wa qul rabbighfir wa anta khairur-
rahimin”, atau sejenisnya
i. Khatib duduk sebentar diantara dua khotbah. Sebaiknya khotbah membaca
Surah Al-Ikhlas, dan makmum berdoa apa saja yang dikehendaki
j. Khatib berdiri menyampaikan khotbah kedua dengn rukun bacaan wajib,
yaitu : kalimat hamdalah, syahadat, shalawat, dan wasiat takwa. Kemudian
diakhiri dengan doa sebagai penutup khotbah, utamanya memohonkan
maghfirah (ampunan) bagi semua kaum Muslimin.
k. Setelah doa dibacakan, khotbah ditutup dengan salam, namu boleh juga
langsung ikamah untuk segera ditunaikan shalat Jumat
Syarat Khotbah Jumat :
a. Khotbah Jumat dilaksanakan tepat siang hari saat matahari tinggi dan
mulai bergerak condong ke arah Barat.
b. Khotbah Jumat dilaksanakan dengan berdiri jika mampu.
c. Khatib Jumat hendaklah duduk di antara dua khotbah.
d. Khotbah Jumat disampaikan dengan suara yang keras dan jelas.
e. Khotbah Jumat dilaksanakan secara berturut-turut jarak antara keduanya.
f. Khatib Jumat suci dari hadas dan najis.
g. Khatib Jumat menutup aurat.
Sunah Khotbah Jumat :
a. Khotbah Jumat dilaksanakan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
b. Khotbah Jumat disampaikan dengan kalimah yang fasih, terang, dan
mudah dipahami.
c. Khatib menghadap ke jamaah Shalat Jumat.

2
d. Khatib membaca shalawat atau yang lainnya di antara dua khotbah.
e. Khatib menertibkan tiga rukun, yaitu dimulai dengan puji-pujian, salawat
Nabi, dan berwasiat.
f. Jamaah Shalat Jumat hendaklah diam, tenang dan memperhatikan khotbah
Jumat.
g. Khatib hendaklah memberi salam.
h. Khatib hendaklah duduk di kursi mimbar sesudah memberi salam dan
mendengarkan adzan.
5. Sunah yang Berkaitan dengan Shalat Jumat
a. Mandi terlebih dahulu sebelum pergi ke masjid.
b. Memakai pakaian yang bagus dan disunahkan berwarna putih.
c. Memakai wangi-wangian.
d. Memotong kuku, menggunting kumis, dan menyisir rambut.
e. Menyegerakan pergi ke masjid untuk melaksanakan Shalat Jumat.
f. Melaksanakan Shalat tahiyatul masjid (Shalat untuk menghormati
masjid)
g. Membaca al-Qur'an atau dzikir sebelum khotbah Jumat.
h. Memperbanyak doa dan shalawat atas Nabi Muhammad saw.
6. Adab Melaksanakan Shalat Jumat
1) Meluruskan Shaf (barisan Shalat). Shaf di depan yang masih kosong
segera diisi. Salah satu kesempurnaan Shalat berjamaah adalah shaf-nya
lurus dan rapat.
2) Ketika khatib sedang berkhotbah, jamaah tidak boleh berbicara satu kata
pun. Berkata-kata saat khotbah berlangsung menjadikan Shalat Jumat sia-
sia. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah
saw. bersabda yang artinya: “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada
hari Jumat, ‘diamlah, dan khatib sedang berkhotbah! ”Sungguh engkau
telah berkata sia-sia.” (H.R. Bukhari Muslim).
7. Hikmah Shalat Jumat
1) Memuliakan hari Jumat.

3
2) Menguatkan tali silaturrahmi. Kita bisa mengetahui kondisi jamaah yang
lainnya. Misalnya, jika kita melihat ada jamaah sedang dilanda kesusahan
hidup, kita bisa membantu mereka. Atau, jika ada yang jarang ke masjid
karena sakit, kita usahakan untuk menjenguk mereka. Bahkan, jika kita
melihat ada yang bermaksiat, kita harus langsung menasihatinya. Dari
sini umat Islam bisa mewujudkan semangat tolong-menolong dalam
kebaikan dan takwa sekaligus saling menasihati dalam kebaikan dan
kesabaran dengan amar ma'ruf dan nahi munkar.
3) Berkumpulnya umat Islam dalam masjid merupakan salah satu cara
untuk mencari barakah Allah Swt.
4) Dengan sering berjamaah di masjid, bisa menambah semangat bekerja
kita karena terbiasa melihat orang-orang yang semangat beribadah di
masjid.
5) Melipatgandakan pahala kebaikan.
6) Membiasakan diri untuk disiplin terhadap waktu.
8. Halangan Shalat Jumat
Kadangkala, dalam kehidupan ini tidak semuanya dapat berjalan sesuai
dengan yang kita rencanakan. Ada kemungkinan terjadi hal-hal yang dapat
menghalangi kita saat akan melakukan shalat Jumat. Hal-hal yang dapat
dijadikan alasan untuk seseorang boleh tidak melaksanakan Shalat Jumat
adalah sebagai berikut.
1) Sakit. Orang yang sakit diperbolehkan tidak melaksanakan Shalat Jumat,
tetapi harus melaksanakan Shalat dzuhur.
2) Hujan lebat, angin kencang, dan bencana alam yang menyulitkan untuk
pergi ke masjid melaksanakan Shalat Jumat.
3) Musafir, yaitu seseorang yang sedang melaksanakan perjalanan jauh.
4) Kondisi dan situasi perjalanan menuju tempat melaksanakan Shalat
Jumat tidak aman.

4
CONTON KHOTBAH

ُ‫ْف ُره‬
ِ ‫س تَغ‬ ْ َ ‫ون‬ َ ‫ه‬ُ ُ ‫عيْن‬
ِ َ‫س ت‬ ْ َ ‫ون‬ َ ُ‫م دُه‬ َ ‫ح‬
ْ َ‫ه ن‬ِ ‫م دَِ لل‬ َ ْ ‫ن ال‬
ْ ‫ح‬ ّ ِ‫إ‬
‫ات‬ِ َ ‫َ س يّئ‬
َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫س نَا و‬ ِ ‫ف‬ ُ ْ ‫ر أَن‬ِ ‫و‬
ْ ‫ش ُر‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫وذُ بِالل‬ْ ‫ع‬ ُ َ ‫ون‬َ
‫ل‬ْ ِ‫ض ل‬ ْ ُ‫ن ي‬
ْ ‫م‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬ُ َ‫ل ل‬ ّ ‫ض‬ِ ‫م‬ ُ َ ‫فال‬ َ ‫ه‬ُ ‫ه الل‬ ِ ‫د‬ِ ‫ه‬ْ َ‫ن ي‬
ْ ‫م‬
َ ‫مالِنَا‬ َ ‫ع‬ ْ َ‫أ‬
ُ َ‫ي ل‬
‫ه‬ َ َ ‫فال‬
َ ‫ها ِد‬ َ
Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa
na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa
mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu

ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA


SYARIIKALAAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA
RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN


WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
FA-UUSHIIKUM WA NAFSII BIT TAQUULLAAH

ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنّ إِالّ َوأَ ْنتُم ُم‬


‫سلِ ُم ْو َن‬ ّ ‫يَاأَيّ َها الّ َذ ْي َن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح‬
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna
ilaa wa antum muslimuun
ُ‫أَ ّما بَ ْعد‬
ammaa ba’du..

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah


    Hendaknya seorang Muslim senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat-
nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita semua, baik nikmat keimanan,
kesehatan dan keluangan waktu sehingga kita bisa melaksanakan kewajiban kita

5
menunaikan shalat Jum’at. Dan hendaklah kita berhati-hati agar jangan sampai
menjadi orang yang kufur kepada nikmat Allah. Allah berfirman:
     “Jikalau kalian bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kalian mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya siksaku sangat pedih.”
(Ibrahim: 7).
    Demikian pula kami wasiatkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dalam
segala keadaan dan waktu. Takwa, sebuah kata yang ringan diucapkan akan tetapi
tidak mudah untuk diamalkan.
    Ketahuilah, wahai saudaraku rahimakumullah, tatkala Umar bin Khaththab
Radhiallaahu anhu  bertanya kepada shahabat Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu
tentang takwa, maka berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda berjalan di suatu tempat
yang banyak durinya?” Kemudian Umar menjawab: “Tentu” maka berkatalah Ubay:
“Apakah yang Anda lakukan”, berkatalah Umar: “Saya sangat waspada dan hati-hati
agar selamat dari duri itu”. Lalu Ubay berkata “Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu
Katsir, Juz 1, hal. 55).
    Demikianlah takwa yang diperintahkan oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita
senantiasa waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga
dalam ucapan-ucapan kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali
berdasarkan ilmu.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
    Hendaklah kita bersegera mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah
karena kita tidak tahu kapan ajal kita itu datang. Dan Allah berfirman:
     “Dan berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan
bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baraqah:197).
Ketahuilah wahai saudaraku rahimakumullah.
    Manusia setapak demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam
kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus
dijalani sampai akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita
memperhitungkan amalan-amalan yang telah kita lakukan di dunia. Maka tatkala kita
mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang

6
ahwal (keadaan) hari Akhir, hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata
kita, dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah.
    Akan tetapi bagi orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut
kata Neraka, adzab, ash-shirat dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan
oleh lisan-lisan mereka tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi min dzalik. Mari kita
perhatikan firman Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
     “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya
maka dia berkata; “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku
kitabku (ini) dan aku tidak mengetahui apakah hisab (perhitungan amal) terhadap
diriku. Duhai seandainya kematian itu adalah kematian total (tidak usah hidup
kembali). Hartaku juga sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku
pun telah lenyap dari-padaku”.(Al-Haqqah 25-29)
    Dalam ayat ini Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan
bahwa ayat tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu
manakala diberi catatan amalnya di padang pengadilan Allah dari arah tangan kirinya,
ketika itulah dia benar-benar menyesal, dia mengatakan penuh penyesalan: ‘Andai
kata saya tidak usah diberi catatan amal ini dan tidak usah tahu apakah hisab
(perhitungan) terhadap saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andaikata saya mati
terus dan tidak usah hidup kembali.
    Coba perhatikan ayat selanjutnya:
     “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah
dia ke dalam api Neraka yang menyala-nyala kemudian belitlah dia dengan rantai
yang panjangnya tujuh puluh hasta” (Al-Haqqah ayat 30-32).
    Bagi kaum beriman yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut,
menjadi tergetarlah hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka
dan keluarlah keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang
merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat
mendalam kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah agar tidak menjadi
orang-orang yang celaka seperti ayat di atas.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.

7
    Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan
dikumpulkan menjadi satu untuk mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah
berfirman:
     “Dan dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang
dekat, yaitu pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah
hari keluar (dari kubur)” (Qaf: 41-42).
    Juga Allah berfirman dalam surat Al-Muthaffifin: 4-7.
 “Tidakkah orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
pada hari yang besar, (yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta
alam”.

ْ T‫ َراةً ُغ‬T‫( ُحفَاةً ُع‬mereka tidak beralas


    Dan manusia dibangkitkan dalam keadaan ً‫رال‬T
kaki, telanjang dan tidak berkhitan), sebagaimana firman Allah:
     “Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan
mengulangnya (mengembalikannya)” (Al-Anbiya:104).
    Manusia akan dikembalikan secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun,
dikembalikan dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara laki-laki
dan perempuan. Dan tatkala Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam menceritakan hal itu
kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah antara
laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat kepada sebagian yang lain?”,
kemudian Rasulullah berkata:

ُ ‫ش ُّد ِمنْ أَنْ يَ ْنظُ َر بَ ْع‬


ٍ ‫ض ُه ْم إِلَى َب ْع‬
.‫ض‬ َ َ‫ْاألَ ْم ُر أ‬

     “Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian mereka melihat
kepada sebagian lainnya.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhari nomor 6027 dan
Muslih nomor 2859 dari hadits ‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
    Pada hari itu laki-laki tidak akan tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai
seseorang itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap
keputusan Allah pada hari itu. Sebagaimana firman Allah:

8
     “Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya,
dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai
urusan yang sangat menyibukkan”. (Q.S. Abasa: 34-37).
    Demikianlah peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti,
mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah.
.‫ إِنَّهُ ُه َو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬، َ‫سلِ ِميْن‬
ْ ‫سائِ ِر ا ْل ُم‬ ْ َ‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي َه َذا َوأ‬
َ ِ‫ستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َول‬

‫ين‬َ ‫صالِ ِح‬ َّ ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َولِ ُّي ال‬ ْ َ‫ين َوأ‬ َ ‫إِنّ ا ْل َح ْم َد ِهللِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِم‬
ْ
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ين اَللَّ ُه َّم‬ َ ‫ش َه ُد أَنّ ُم َح ّم ًدا َخاتَ ُم األَ ْْنبِيَا ِء َوا ْل ُم ْر‬
َ ِ ‫سل‬ ْ َ‫َوأ‬
ِ ‫صلَّ ْيتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ‫ إِنَّك‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫َو َعلَى‬
‫ار ْكتَ َعلَى‬ َ َ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ِ ‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬.ٌ‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيد‬
‫ أَ َّمابعد‬,.ٌ‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيد‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬,
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa
liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal
mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin
kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim.Wa barok ‘alaa
muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa
‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..
‫ َوا ْل‬،‫ت‬ ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫ت اَللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬
ْ ‫سلِ ِم ْي َن َوا ْل ُم‬ ِ ‫ُم ْؤ ِمنِ ْي َن َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬
ِ ‫ب ال ّد َع َوا‬ ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬َ َ‫ إِنَّك‬،‫ت‬ ِ ‫ ْاألَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاألَ ْم َوا‬.
‫ص ًرا‬ ْ ِ‫س ْينَا أَ ْو أَ ْخطَأْنَا َربّنَا َوالَ ت َْح ِم ْل َعلَ ْينَا إ‬ ِ َ‫اخ ْذ نَا إِنْ ن‬ ِ َ‫َربّنَا الَتُؤ‬
‫َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى اّل ِذ ْي َن ِمنْ قَ ْبلِنَا َربّنَا َوالَ ت ًَح ّم ْلنَا َماالَ طَاقَةَ لَنَا بِ ِه‬
‫ص ْرنَا َعلَى ا ْلقَ ْو ِم‬ ُ ‫ار َح ْمنَا أَ ْنتَ َم ْوالَنَا فَا ْن‬ ْ ‫َواعْفُ َعنّا َوا ْغفِ ْر لَنَا َو‬
‫ا ْل َكافِ ِر ْي َن‬.
.‫اب النّا ِر‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا َع َذ‬ َ ‫سنَةً َوفِي ْاألَ ِخ َر ِة َح‬ َ ‫َربَنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح‬
‫والحمد هلل رب العالمين‬.
Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil
ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil
‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa
tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war
hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.

9
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa
‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

‘IBAADALLAH
INNALLAAHA YA-MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN
WA IITAA-I DZIL QURBAA
WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI WAL BAGHYI
YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM TADZAKKARUUN
FADZKURULLAAHA ‘AZHIIMI WA YADZKURKUM
FASTAGHFIRULLAAHA YASTAJIB LAKUM
WASYKURUUHU ‘ALAA NI’MATIL LATII
WA LADZIKRULLAAHU AKBARU
WA AQIIMISH SHALAH

10

Anda mungkin juga menyukai