Anda di halaman 1dari 40

PENGAMAN PADA GTT

DAN PERLENGKAPAN
PADA PHB TR
PENGAMAN PADA GTT

SUTM 20 kV

Cut Out

Trafo 20 kV

Arester

Pengaman Grounding trafo maksimal 5


utama 80 %
x In
sekunder

Grounding LA Maksimal 5
Untuk Awal Pemilihan Penyulang, jika:

1. Mencukupi (tidak ada masalah)


2. Tidak mencukupi maka : - cari penyulang lain yang terdekat
- bila penyulang yang ada hanya satu maka harus
mengganti trafo distribusi 70 KV ke 20 KV pada
penyulang tersebut.

KOMPONEN LV PANEL :

- LV PANEL 2 GRP 630A (UML/43,43A,43B/PJ/93)


- CROSS ARM NP. 6,5-2500 mm untuk LV.PANEL
- N Y Y 3 CORE 150 mm2.
- N Y Y 1(3x150) mm2 untuk SALURAN KELUAR
- COPER TUBE / KABEL SCHOEN 150 MM2
- GEGALV GASPIJ 2" - 6 METER
- L BOUW 2" untuk SALURAN KELUARAN BAWAH
- L BOUW 3" untuk SALURAN MASUK BAWAH
- L BOUW PVC 2" untuk SALURAN KELUARAN ATAS
- L BOUW PVC 3" untuk SALURAN MASUK ATAS
- GEGALV GASPIJ 3" - 6 METER
- COPER TUBE / KABEL SCHOEN 70 MM2
- COPER TUBE / KABEL SCHOEN 50 MM2
- HS/LS SLOTEN
- BESI KANAL NP.6,5-750 MM
- KLEM BEUGEL 2" U/GASPIJ
- KLEM BEUGEL 3" U/GASPIJ
- KLEM BEUGEL 10"
- BOLT & NUT M.16X50 MM
- BC DRAAD 50 MM2
- GROUND ROD 16 MM 2,5 MT
- GASPIJP 1"-1,5 MT U/ PELINDUNG AARDE
- COPPER TUBE 50 mm + CLAMP

Pengaman GTT

Dalam perencanaan ini peralatan yang mengamankan trafo pada sisi primer dan sisi
sekunder :

1. Cut Out
2. Arrester
3. MCCB dan NHFUSE

1. Perencanaan dan pemilihan Cut Out

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebutuhan


antara waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimum clearing
time, ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva
minimum melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting
dalam penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan.

Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching
time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.

Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out


Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan
arus gangguan yang mungkin terjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah
rating cut-out, yaitu :
1) Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih
besar arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung.
Dalam menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada
kondisi normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ).

Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI di Jatim mampu


menanggung arus beban maksimum 630 A, maka arus beban sebesar 100 A.
pada cabang adalah cukup. Di Jatim rating arus tertinggi cut-out adalah 100
A.

2) Pemilihan Rating tegangan


Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :

 Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.


 System pentanahan.
 Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out
dipilih sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150.

3) Pemilihan rating Pemutusan.


Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai
proteksi arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan
kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250 % dari arus pengenal
transformator.

Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out
adalah sebagai berikut :

 Arus untuk cut-out GTT1


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,25 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini
digunakan CO dengan perhitungan 100% dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A

 Arus untuk cut-out GTT2


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,25 A

Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini


digunakan CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A

 Arus untuk cut-out GTT3


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,43 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini
digunakan CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A

 Arus untuk cut-out GTT4


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,25 A

Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini


digunakan CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A

 Arus untuk cut-out GTT5


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,25 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini
digunakan CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A

 Arus untuk cut-out GTT6


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
200 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 14,25 A

Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini


digunakan CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas
trafo sudah memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
2. Perencanaan dan perhitungan Arrester
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan
tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan
tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang
dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini
dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 KV dalam waktu
0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.

 Tegangan dasar arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan
tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama
seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV
arrester tersebut masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem
yang effektif.

 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga


tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 kV

= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.

 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk
menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan
persamaan :

Vm 22 kV
Vrms= = =15,56 kV
√2 √2
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa
dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms × √ 2 15,5 kV × √ 2
Vm( L−G )= = =12,65 kV
√3 √3

Vm ( L−G ) 12,65 kV
Koefisien pentanahan= = =0,81
Vrms 15,56 kV

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

 Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan,
tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

e 400 kV
E= = =133,33 kV
K × x 0,0006 ×5 Km

Keterangan :

E = tegangan pelepasan arester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :
e =1,2 BIL saluran

Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (kV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)

 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2e−E
I=
Z+R

Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan


sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang
GTT yang lain berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )

tegangan impuls 100 % 105 kV


R= = =42 Ω
arus pemuat 2,5

2× 400 kV −133,33
I= =15,8 kA
0+42 Ω

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :


V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R)

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse
crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5
x 40 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai
karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga
harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 125 KV

e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam
impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu
gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL
tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator
yaitu 150 KV

 Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (150 KV/ 133,3 – 1) x 100%

= 125.28 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA= tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya.


Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator .

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat
mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan
Yang dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :

2×A×x
Ep= ea + v
2×4000 KV /μs×x
125 = 133,3 KV+ 300 m/μs
8,3 = 26,6x

x = 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.


3. Pemilhan MCCB dan NH Fuse

A. Pemilihan pengaman
Alat proteksi untuk memutus arus, baik saat berbeban maupun tak berbeban.
MCCB ini dipasang pada LV panel untuk memutus koneksi dengan beban pada
beban utama (keseluruhan beban GTT tersebut). Kemampuan dari MCCB
disesuaikan dengan rating arus nominal jaringan yang akan diproteksi oleh
MCCB. Syarat dari MCCB adalah mampu memutus jaringan dengan arus yang
sangat besar tanpa mengalami kerusakan mekanis.

Pada GTT 1

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.

S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.
Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA

Pada GTT 2

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.

S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.
Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA

Pada GTT 3

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.

S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.

Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA

Pada GTT 4

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.

S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.

Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA

Pada GTT 5

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.

Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 6

Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.

S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


diketahui :
Stot = 200 kVA
200.000
In = =288,67 A
√3 . 400
KHA = 1,25 x 288,67 A
= 360,84 A
Pemilihan pengaman Utama :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH
FUSE Type 3NC2 428 Merk Siemens 300 A dengan BC 120kA dan juga
MCCB merk Schneider 300 A EZC400N3300 36 kA.

Perhitungan Pengaman Jurusan

J urusan 1

diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.

J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A

- Fuse untuk jurusan 2 (R,S,T)

100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST

33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A

Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA

B. Perhitungan breaking capacity


Jaringan sisi atas (tegangan menengah)

Psc = 500 MVA ∠81,37° untuk area Jawa Timur

400²
x 0 ,15 . 10³=0 ,048 m Ω
R1 = 500

400²
x 0, 9810³=0, 31 mΩ
X1= 500

Z= R1²+X1² = 0,048²+0,31² = 0,32 mΩ

GTT 1
S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

GTT 2

S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

GTT3

S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

GTT 4
S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

GTT 5
S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

GTT 6
S = 200 KVA

Usc= 4%

U = 400 V

Wc = 2980 W

2980 x400² . 10− ³


=1 ,9072 mΩ
R2 = 500²

4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500

Koneksi kabel dari trafo ke pemutus daya 1(3x150) mm² (NYY) L= 10


m/phase
l 10
= =0,5mΩ
R3= ρ A 22,5x 3 x 150

0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4

Koneksi busbar Cu 6 x (15,5 mm x 0.8 mm) untuk KHA 335 A

L=3 m

l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )

X4= 0,15 x 3 = 0,45

V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90

Anda mungkin juga menyukai