DAN PERLENGKAPAN
PADA PHB TR
PENGAMAN PADA GTT
SUTM 20 kV
Cut Out
Trafo 20 kV
Arester
Grounding LA Maksimal 5
Untuk Awal Pemilihan Penyulang, jika:
KOMPONEN LV PANEL :
Pengaman GTT
Dalam perencanaan ini peralatan yang mengamankan trafo pada sisi primer dan sisi
sekunder :
1. Cut Out
2. Arrester
3. MCCB dan NHFUSE
Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching
time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.
Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out
adalah sebagai berikut :
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO
dengan arus sebesar 100 A dan Fuse Link dengan arus pengenal sebesar 10 A
2. Perencanaan dan perhitungan Arrester
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan
tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan
tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang
dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini
dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 KV dalam waktu
0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk
menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan
persamaan :
Vm 22 kV
Vrms= = =15,56 kV
√2 √2
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa
dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms × √ 2 15,5 kV × √ 2
Vm( L−G )= = =12,65 kV
√3 √3
Vm ( L−G ) 12,65 kV
Koefisien pentanahan= = =0,81
Vrms 15,56 kV
Keterangan :
e 400 kV
E= = =133,33 kV
K × x 0,0006 ×5 Km
Keterangan :
x = jarak perambatan
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
2× 400 kV −133,33
I= =15,8 kA
0+42 Ω
Keterangan :
ea = Eo + (I x R)
Keterangan :
e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam
impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu
gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL
tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator
yaitu 150 KV
= 125.28 %
Keterangan :
2×A×x
Ep= ea + v
2×4000 KV /μs×x
125 = 133,3 KV+ 300 m/μs
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
A. Pemilihan pengaman
Alat proteksi untuk memutus arus, baik saat berbeban maupun tak berbeban.
MCCB ini dipasang pada LV panel untuk memutus koneksi dengan beban pada
beban utama (keseluruhan beban GTT tersebut). Kemampuan dari MCCB
disesuaikan dengan rating arus nominal jaringan yang akan diproteksi oleh
MCCB. Syarat dari MCCB adalah mampu memutus jaringan dengan arus yang
sangat besar tanpa mengalami kerusakan mekanis.
Pada GTT 1
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 2
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 3
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 4
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 5
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
- Fuse untuk jurusan 1 (R,S,T)
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
Pada GTT 6
Karena pembebanan trafo 80% maka daya trafo yg dapat digunakan 160 kVA
merk Trafindo.
S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
200 kVA
I N pada sisi sekunder= =288,67 A
√3 × 400
J urusan 1
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33,333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S = =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A dengan BC 120kA.
J urusan 2
diketahui :
Stot = 100 KVA
100
I = =144,34 A
√ 3 . 400
KHA = 1,25 x 144,34 A
= 180,42 A
100 kV A
Pengaman NH Fuse : =33.333V A
3
Menggunakan NH Fuse Type
Beban menggunakan sistem 1 fasa, maka pengaman dibagi menjadi RST
33,333
Fuse R= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse S= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
33,333
Fuse T= =150,51 A
220
KHA = 1,25 x 150,51
= 188,14 A
Jadi, untuk fasa R menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1Merk Siemens 160 A
dengan BC 120kA.
Fasa S menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA.
Fasa T menggunakan NH FUSE Type 3NE8 724-1 Merk Siemens 160 A dengan BC
120kA
400²
x 0 ,15 . 10³=0 ,048 m Ω
R1 = 500
400²
x 0, 9810³=0, 31 mΩ
X1= 500
GTT 1
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90
GTT 2
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90
GTT3
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90
GTT 4
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90
GTT 5
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90
GTT 6
S = 200 KVA
Usc= 4%
U = 400 V
Wc = 2980 W
4 400²
( x )²−(1 ,9072)²=12, 65 mΩ
X² = 100 500
0,12
x 10=0,3 mΩ
X3= 4
L=3 m
l 3
= =0,9 mΩ
R4= ρ A 22,5x 6 x (15,5 x 0.8 )
V0 400 400
I SC= = = =16 , 73 kA
√ 3 . √ R2 + X 2
√ 3 . √3 , 30722+13 , 4 2 23 , 90