Anda di halaman 1dari 4

Jawaban no.

Modal Dasar PT. Santosa Jaya

Rp. 1,000,000,000.-

Pemilik Saham 35% Pemilik Saham 50% Pemilik Saham 15%


Mr, Firdaus Mr. Sandy Mrs. Rena

Jajaran Direksi dan Komisaris PT. Santosa Jaya

Direktur Utama : Mr. Rendy

Komisaris : Mrs. Susi

Tahun ke 5 terjadi perselisihan antara pemegang saham

35%
Mr, Firdaus
vs 50%
Mr. Sandy
15%
Mrs. Rena

A) Dalam keputusan MK No.63/PUU-XVI/2018 bahwa pemegang saham tidak berhak


memberitahukan status nonaktif Perseroan Terbatas kepada Instansi Pajak.
Direktur dapat mengajukan pembubaran PT. Santosa Jaya kepada Instansi Pajak.

B) 1. Dalam hal perimbangan pemilikan saham dalam Perseroan demikian rupa sehingga
RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang sah, misalnya 2 (dua) kubu pemegang
saham memiliki masing-masing 50% (lima puluh persen) saham.
2. Kekayaan Perseroan telah berkurang demikian rupa sehingga dengan kekayaan yang
ada Perseroan tidak mungkin lagi melanjutkan kegiatan usahanya.
3.
4.
c)

Jawaban no.2

1.      Pasal 21 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) yang


menyatakan bahwa yang perlu mendapatkan persetujuan Menteri hanyalah untuk
perubahan-perubahan tertentu sebagai berikut:
 
a.      nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;
b.      maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c.      jangka waktu berdirinya Perseroan;
d.      besarnya modal dasar;
e.      pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
f.       status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.
 
Bagi suatu perusahaan yang akan melakukan penggabungan, peleburan dan akuisisi
(pengambilalihan) tidak perlu mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia (“Menteri”) kecuali merubah AD yang mencakup satu atau lebih perubahan
tersebut di atas. Dalam hal terjadi penggabungan, peleburan dan akuisisi dengan
perubahan AD yang demikian, penggabungan, peleburan dan akuisisi baru mulai berlaku
sejak tanggal persetujuan perubahan Anggaran Dasar oleh Menteri tersebut.
 
Ketentuan serupa dapat kita jumpai juga dalam PP No. 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
 
Khusus untuk Bank, untuk melakukan penggabungan, peleburan, dan akuisisi wajib
terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia (lihat Pasal 4 ayat [1] PP
No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank).
 
Jadi, tidak semua penggabungan, peleburan, dan akuisisi harus mendapat persetujuan
Menteri.
 
2.      Persetujuan atas peleburan dan perubahan AD mengenai hal tertentu (sebagaimana
tersebut di atas) dalam rangka penggabungan dan akuisisi diberikan dalam bentuk surat
Keputusan Menteri (SK Menteri).
 
3.      M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya “Perseroan Terbatas” (hal. 495 dan 515)
menulis bahwa untuk merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan) tidak
memerlukan persetujuan Menteri, melainkan hanya bersifat pemberitahuan saja kepada
Menteri. Oleh karena itu, tidak akan ada penolakan dari Menteri terhadap merger dan
akuisisi (lihat Pasal 129 ayat [2] dan Pasal 131 ayat [2] UUPT), kecuali ada perubahan
AD yang termasuk Pasal 21 ayat (2) UUPT.
 
Sedangkan, terhadap merger dan akuisisi yang menyebabkan perubahan AD yang
memerlukan persetujuan Menteri barulah ada kemungkinan Menteri memberi atau
menolak memberikan persetujuan atas perubahan AD tersebut. Misalnya dalam hal
perubahan nama PT, apabila ada kesamaan dengan nama PT yang telah ada (lihat Pasal
16 UUPT) maka Menteri tidak akan memberikan persetujuan.
 
Dasar hukum:
1.      Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
3.       Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Bank.

Jawaban no.3

Pasal 1320 KUHPerdata sama sekali tidak mengatur dan mewajibkan suatu kontrak atau
perjanjian dibuat secara tertulis, sehingga perjanjian lisan juga mengikat secara hukum. Namun,
tidak semua perjanjian dapat dilakukan secara lisan. Terdapat beberapa perjanjian yang harus
dibuat secara tertulis dan tidak dapat dianggap sah jika tidak dibuat secara tertulis. Salah satu
perjanjian yang harus dibuat secara tertulis menurut Pasal 1682 KUHPerdata adalah
perjanjian hibah.

Terjadinya hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen adalah pada saat pelaku
usaha memberikan janji-janji dan segala informasi yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa
yang ditawarkan kepada konsumen pada saat memberikan iklan, brosur, ataupun promosi.

Jawaban no.4

a. Tuan Joko Sentosa selaku pengelola CV. Maju Sejahtera Jaya yang timbul kerugian
akibat kesalahan pengelolaan. Sedangkan tuan abdul saqaf hanya sebatas penanam
modal.
b. Akibat timbulnya kerugian perusahaan merupakan tanggung jawab direksi perusahaan
sehingga tuan abdul saqaf sebagai penanam modal dalam memperbaiki keuangan
perusahaan harus terlibat agar perusahaan dapat berdiri kembali dan tidak terjadi pailit,
karena jika terjadi pailit maka modal yang ditanam dapat hilang dan mengalami
kerugian.
c. Karena dalam pengelolaannya CV bisa di kelola secara pribadi atau dalam hal
keuangan pemisahan antara keuangan perusahaan dengan pemilik tidak jelas dan
secara proses pendaftaran berbeda dengan PT.

Jawaban no 5

Anda mungkin juga menyukai