Kanker Darah
Kanker Darah
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel
mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani,
2001), yaitu :
a. Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
b. Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia
timbul bertahun – tahun kemudian.
c. Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.
d. Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
e. Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti
diethylstilbestrol
f. Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel
yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan
sum – sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya
polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia plastik.
g. Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan
transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.
F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi
Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia
lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis
selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita
leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri
tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita
leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi.
Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran
dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat
normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus
terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri
tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung
darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.
3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
Manajemen energy
Tingkat kegelisahan
Intervensi yang dilakukan
Klien diharapkan mampu
Tentukan pembatasan
untuk menormalkan:
aktivitas fisik pasien
Nyeri
Jelaskan tanda yang
Cemas
Mengerang menyebabkan kelemahan
Stress Jelaskan penyebab kelemahan
Takut Jelaskan apa dan bagaimana
Kegelisahan aktivitas yang dibutuhkan
4. Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:
biologis (efek Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari untuk : Tenangkan klien dan
leukemia) Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah. Kaji perspektif situasi stress
Menghindari serangan panik klien.
Berikan informasi faktual
Menghindari Rasa cemas
yang berlebihan. mengenai diagnosis, terapi, dan
Mengontrol tekanan darah. prognosis.
Mengontrol Bantu pasien untuk untuk
peningkatan
denyut nadi. meminimalisir rasa cemas yang
Mengontrol peningkatan timbul.
jumlah pernafasan. Kaji tanda-tanda kecemasan
Menghindari hal-hal yang baik secara verbal maupun non
bisa mengganggu tidur. verbal.
Tingkatan nyeri Menajemen nyeri
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
untuk: Ajarkan klien tentang
Mengendalikan rasa nyeri. bagaimana cara mengontrol
Mengontrol diri dari rasa nyeri.
kehilangan nafsu makan. Ajarkan klien teknik-teknik
relaksasi.
Ajarkan klien bagaimana cara
menghindari diri dari rasa
cemas.
5. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan: Anjurkan asupan kalori yang
faktor Pemasukan nutrisi
biologi sesuai dengan kebutuhan dan
(anoreksia) Pemasukan makanan gaya hidup.
Pemasukan cairan Kontrol asupan nutrisi dan
Energy kalori.
Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah
beberapa saat , sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD
Payakumbuh. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit
11.000 /mm3 , leukosit 8.000 / mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan
trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3
hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M. Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi
dan rawatan lebih lanjut.
Memilih sebuah target Ajarkan pasien dan kelurga tentang
sehat berat badan. memilih makanan
Mengidentifikasi
pemasukan kalori
Memilihara suplai
nutrisi makanan dan
minuman yg adekuat
Meningkatkan nafsu
makan
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013
dengan keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh nafsu makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab,
ternyata Hb klien 8 gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah
mendapat transfusi PRC 2 kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien
menderita anemia sehingga untuk mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC.
Trombosit klien juga rendah atau dikenal dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan
terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi
trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas normal, yaitu 8.000/mm 3. Dari ketiga gejala
tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia mieogenus. Secara teori pada penyakit ini,
hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah
leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
yang pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien
mengalami anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya,
kionjungtiva klien anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering
merasa lelah, lemas, pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena
jumlah trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 – 450.000/mm 3).
Trombosit berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah
akan sulit membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga
rendah yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg
selama 1 bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis
sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang kemungkinan
berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi,
zat kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian
yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang
memperburuk perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)
5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani
hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk
yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan.
Perawat juga harus memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak
bertambah parahnya penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah mahkota
dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.
Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol, alkaloid,
dan saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa pahit, adstringent,
antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika dikonsumsi sesuai dengan dosis dan
anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa
mnegobati sakit rematik, asam urat, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit
paru-paru, sirosis hati, aneka penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol,
dan menambah stamina.
Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan banyak di
cari orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia, L), di tatar
Parahyangan dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut Mangkudu, di Madura
disebut kodhuk, dan orang Dayak menyebutnya rewong. Setelah melalui berbagai penelitian,
ternyata buah mengkudu mengandung zat xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi
kesehatan tubuh -meningkatkan aktivitas enzim dan struktur protein, polisakarida (asam
glukonat, glikosida) sebagai imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi
memperlebar pembuluh darah. Di dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai
antiseptik, senyawa morindin dan morindan sebagai antibakteri dan zat pewarna.
Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang
merupakan sumber vitamin A.