Anda di halaman 1dari 14

KEWIRAUSAHAAN

“ MENGENAI KONSEP RESIKO “

Nama : Maulana

NIM : 1834021143

Kelas : SRK-E

Jurusan : Management

Dosen : Prodi

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesikan makalah ini. Solawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada
Rosulullah SAW, yang dengan perantara-Nya-lah kita semua dapat merasakan nikmat
kehidupan.

Penulisan makalah yang berjudul “Konsep Risiko” ini, bertujuan untuk mengetahui
bagian dan jenis-jenis, prinsip, dan esensi serta konsep lain yang berkaitan dengan risiko.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kelompok kami telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami akan
terima dengan senang hati.

Kami harap dengan penulisan karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
sendiri dan bagi para pembaca umumnya dapat serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengmbangkan dan meningkatnya prestasi di masa yang akan
datang.
BAB I

PENDAHULAN

I.I LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko  merupakan bagian
dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.  Berbagai macam resiko, seperti
resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan
dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko
tersebut tidak kita antisipasi dari awal.  Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian
atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan berwirausaha adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy,
Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko
lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.  Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).  Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja.  Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.

Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan.  Bagaimana jika
kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali.  Misalnya membeli lotere.  Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung
uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil.  Apakah ini juga tergolong resiko? 
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko.  Selama mengalami kerugian walau
sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

Mengapa resiko harus dikelola?  Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit.  Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran.  Kerugian langsung dari peristiwa
tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material,
sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual).  Namun juga dilihat
kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa
bulan sehingga menghentikan arus kas.  Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran
hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan
menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko.  Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a.       Apa saja jenis-jenis risiko?

b.      Bagaimana prinsip-prinsip manajemen risiko?

c.       Apa saja klasifikasi manajemen risiko?

d.      Bagaimana esensi konsep manajemen risiko?

e.       Apa saja konsep lain yang berkaitan dengan manajemen risiko?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

a.       Mengetahui jenis-jenis risiko

b.      Mengetahui prinsip-prinsip manjemen risiko

c.       Mengetahui klasifikasi manjemen risiko

d.      Mengetahui esensi konsep manajemen risiko

e.       Mengetahui konsep lain yang berkaitan dengan manjemen risiko


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RESIKO

Pengertian risiko dalam kaitan dengan asuransi, dapat dirumuskan sebagai


berikut: “Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidakpastian yang dominan
adalah ketidakpastian akan selalu dihadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas
kehidupannya, baik kehidupan pribadi (personal)  maupun kegiatan usaha (Business)”.
Ketidakpastian yang dominan adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa dan
ketidakpastian akan dialaminya kerugian (Uncertainlty of Occurrence& Uncertainty of
Loss) dari konsep inilah kita bertitik tolak mempelajari asuransi. Gambaran lebih jelas
dapat kita proyeksikan dengan berita-berita atau catatan tentang peristiwa kecelakaan lalu
lintas, bencana alam, kejahatan manusia, dan kejadian – kejadian lain, yang sering kita
baca di surat kabar , majalah dan hampir setiap hari kita lihat melalui layar kaca televisi.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.  Istilah resiko memiliki
beberapa definisi.  Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisas

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan


kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari kemungkinan
tentang hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko
tergantung pada kerja sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam
perusahaan. Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses
mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan manajemen
resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka membatasi proses hanya
pada resiko yang diasuransikan saja.  Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk
menentukan metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi

2.2 JENIS-JENIS RESIKO

Jenis-jenis risiko pada dasarnya dikelompokkan dalam beberapa jenis bergantung pada
sudut pandang pelaku industri keuangan sesuai dengan kegiatan usaha pada lembaga
keuangan.

a.       Risiko berdasarkan sifat


1. Risiko spekulatif (speculative risk) yaitu risiko yang memang sengaja diadakan
untuk mengharapkan hal-hal yang menguntungkan.
Contoh risiko yang disebabkan dalam utang piutang, membangun proyek,
perjudian, dan menjual produk.

2. Risiko murni (pure risk) yaitu risiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh: perampokan dan pencurian

b.      Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan

1. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai
objek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar
sejumlah premi. Dengan demikian, kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban)
perusahaaan asuransi.

2. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko
spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

c.       Risiko berdasarkan asal timbulnya

1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan. Misalnya, risiko
kerusakan peralatan kerja pada proyek karena

2. kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja dan risiko mismanagement

3. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan
perusahaan. Misalnya, risiko pencurian, penipuan, fluktasi harga, dan perubahan
politik.

2.3 PRINSIP-PRINSIP RISIKO

Prinsip-prinsip Manajemen Risiko

a.       Transparasi

Seluruh potensi resiko yang ada dalam aktivitas harus dipaparkan secara terbuka karena
risiko yang tersembunyi dapat menjadi sumber permasalahan terbesar.

b.      Pengukuran yang akurat

Investasi harus berkesinambungan dengan berbagai teknik dan alat yang akan digunakan
sebagai syarat dari manajemen resiko yang kuat.

c.       Informasi berkualitas yang tepat waktu


Prinsip ini menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan yang diambil.

d.      Diversifikasi

Sistem manajemen risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi sebaga sesuatu
yang penting dicermati, hal ini menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten.

e.       Independensi

Membahas tentang kewenengan dan tanggung jawab dari kelompok manajemen risiko
dan kelompok/unit lainnya dalam perusahaan,visi perusahaan dan kualitas interaksi
antara kelompok manajemen risiko dan kelompok/unit lainnya, serta antar kelompok/unit
yang melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

f.       Pola keputusan yang disiplin

Pola keputusan yang diambil harus bergantung pada upaya manajemen dalam
memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami
keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik tersebut.

g.      Kebijakan

Mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi manajemen risiko suatu perusahaan harus
dirumuskan dalam sebuah policy, manual and procedure yang jelas. Tujuan utama hal
tersebut adalah memberikan kejelasan mengenai proses manajemen risiko, baik untuk
pihak internal maupunpihak eksternal.

2.4 KLASIFIKASI MANAJEMEN RESIKO

Dalam dunia asuransi yang dimaksud risiko adalah, apabila risiko tersebut
diartikan
sebagai ketidak pastian yang menimbulkan kerugian (Uncertainty of loss), yang
dimaksud disini kerugian daIam arti financial (financial risk), dimana kerugian
tersebut dapat dinilai secara financial atau dinilai dengan uang.
Risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

         Resiko Operasional

Yaitu jenis resiko yang muncul akibat tidak berfungsinya bagian internal
perusahaan dan beberapa penyebab lainnya seperti human error dan sistem yang gagal.
Penyebab timbulnya resiko operasional ini diklaim sebagai penyebab yang paling luas
bila dibandingkan dengan jenis resiko lainnya. Selain disebabkan oleh beberapa hal yang
telah disebutkan di atas, ada penyebab lain timbulnya resiko operasional, seperti
akuntansi, kegiatan operasional (baik kegiatan operasional untuk barang dan jasa), sistem
informasi manajemen, sistem teknologi informasi, dan sistem manajemen sumber daya
manusia (HRM).

         Resiko Hazard/ Resiko Bahaya

Yaitu sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi berbagai akibat yang timbul
akibat suatu peristiwa. Kerugian yang dialami oleh sebuah perusahaan merupakan contoh
penyimpangan yang tentunya tidak diinginkan oleh semua perusahaan. Adapun beberapa
faktor yang diklaim sebagai sumber alias kerugian yang dialami oleh suatu perusahaan,
antara lain resiko sosial, resiko ekonomi, dan resiko fisik. Sangat penting bagi manajer
resiko untuk mengidentifikasi sumber resiko yang ada pada sebuah perusahaan agars
manajer dapat langsung mengambil langkah tepat untuk menanganinya.

         Resiko Finansial,

Yaitu suatu resiko yang umumnya dialami oleh investor. Resiko ini muncul
sebaagi akibat saham dan obligasi  emiten yang tidak mampu  mampu membayar deviden
atau bunga, atau pokok pinjaman beserta bunganya.

         Resiko Strategic

Yaitu resiko yang biasanya muncul akibat terjadi suatu rangkaian peristiwa atau
kondisi yang tak diduga  di mana kejadian atau peristiwa tersebut dapat menurunkan
kemampuan seorang manajer untuk mengaplikasikan ide atau strateginya.

2.5 ESENSI KONSEP MANAJEMEN RISIKO

Esensi Konsep Manajemen Risiko

a.       Manajemen Risiko menurut Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)

Saat ini acuan ketetntuan yang digunakan oleh seluruh bank di dunia dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya adalah mengacu pada Basel II (yang sebelumnya adalah Basel I).
Basel I merupakan output dari The Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)
dalam menciptakan metodologi standart dalam penerapan maanajemen risiko, khususnya
dalam melakukan perhitungan penyediaan modal yang berdasarkan risiko yang dimiliki
oleh bank (risk-based capital).

Tujuan BCBS mengembangkan Basel I ini adalah sebagai berikut :


1. Memperkuat stabilitas dan kendala dari sistem perbankan internasional.
2. Menciptakan kerangka yang adil dalam mengukur kecukupan modal bank
internasional.
3. Mengembangkan kerangka yang dapat diimplementasikan secara konsisten
dengan tujuan untuk mengurangi persaingan yang tidak seimbang di antara bank
internasional.

Akan tetapi, Basel I ini dinilai belum cukup mengatur manajemen risiko di perbankan
karena memiliki kelemahan, antara lain menggunakan pendekatan “one-size-fits-all”
yang tidak relevan lagi, yaitu tidak membedakan kualitas aset atau kualitas pengelolaan
aset yang dimiliki oleh bank. Selain itu, pengelolaan risikonya belum mencakup seluruh
risiko yang dihadapi bank (misalnya risiko operasional, reputasi, strategi, likuiditas, dan
lain-lain), melainkan hanya pasar dan risiko kredit.

Hal ini mempengaruhi ruang gerak ekspansi bank-bank yang telah menerapkan
manajemen risiko dengan lebih baik dan dapat menimbulkan moral hazard bagi bank-
bank yang menjadi risikonya buruk.

Dengan adanya pengenbangan dan telah disadarinya kelemahan-kelemahan pada Basel I,


dikeluarkannya Basel II. Pada intinya penyediaan modal minimum dengan Basel II ini
lebih menyelaraskan antara prosfil risiko yang dimiliki oleh bank dalam membentuk
economic capital dan minimum capital requirement yang ditetapkan oleh regulator.

Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan


menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervision review
process, dan market discipline.

b.      Manajemen Risiko Menurut Ketentuan Bank Indonesia

Menurut Peraturan bank Indonesia No. 1 1/25/PBI/2010 mengenai Perubahan atas PBI
No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko, terdapat 8
jenis risiko yang wajib dikelola atau dipertimbangkan oleh Bank Umum, yaitu sebagai
berikut:

1.      Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah risiko kerugian pada posisi On Ballance Sheet maupun Off
Balance Sheet akibat perubahan faktor pasar yang meliputi risiko suku bangsa, risiko
nilai tukar, risiko ekuitas dan komoditas, sedangkan risiko suku bangsa dan ekuitas hanya
untuk trading book, sedangkan risiko nilai tukar dan komoditas hanya untuk trading
book dan banking book.

Ada lima pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur risiko pasar, yaitu:
a.       Sensitivity Analysis
b.      Stress Testing
c.       Scenario Testing
d.      Capital Aset Pricing Model (CAPM)
e.       Value at Risk (VaR)

Pada BIS sendiri dalam Pilar 1 menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat
dilakukan oleh bank untuk mengukur risiko pasar, yaitu:

(a)    Standardized Model Approach, dalam pendekatan ini biaya modal dihitung secara
terpisah untuk setiap risiko dan dihitung sebagai tambahan modal untuk menutupi resiko
pasar.

(b)   Internal Model Approach, dalam pendekatan ini bank menghitung seluruh resiko
dengan menggunakan metode yang telah divalidasi oelh pengawas (misal VaR).

2.      Risiko Kredit

Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian karena kelalaian dari


peminjam atau dalam kejadian adanya penurunan kualitas kredit dari peminjam. Ada dua
pendekatan dalam mengukur resiko kredit, yaitu:

a.       Standardized Approach, yaitu menggunakan external credit rating untuk menetapkan
bobot risiko.

b.      Internal Rating Based (IRB), yaitu menghitung probabilty of default untuk tiap-tiap
kelompok debitur atau dapat juga bank menghitung seluruh parameter risiko kredit.

3.      Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang yang disebabkan bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a.       Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan
offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak
memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption)

b.      Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu
mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

4.      Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang disebabkan
adanya tuntuntan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung,
atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikat
agunan yang tidak sempurna.

5.      Risiko Reputasi

Risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

6.      Risiko Strategik

Risiko yang disebabkan adanya penetapan dan perlaksanaan strategi bank yang
tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank
terhadap perubahan internal.

7.      Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pada praktiknya, risiko kepatuhan
melekat pada risiko bank yang terkait pada peraturan perundangan-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku.

8.      Risiko Operasional

Risiko kerugian dari kegagalan operasional, mencakup berbagai peristiwa dan


tindakan serta kelambanan, misalnya kegagalan untuk mengambil tindakan yang tepat
pada waktu yang tepat. Kegagalan operasional menyebabkan kerugian disebut kerugian
operasional.

2.6 KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN RISIKO

Pada umumnya orang sering mempersamakan pengertian risiko, hazard, dan peril.
Namun ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud-maksud kajian, maka istilah-
istilah tersebut harus di bedakan dengan tegas. kedua istilah tersebut peril dan hazard
lebih erat hubungannya pada kemungkinan dari pada risiko.

a.       Peril ( Bencana, Musibah )

Peril dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang-orang dapat terkena
kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau bencana. Bencana yang umum adalah
kebakaran, topan, ledakan, tubrukan, mati muda, penyakit, kecerobohan dan ketidak
jujuran. Bencana-bencana yang dapat menimpa harta dan penghasila haruslah dipelajari
oleh pengelola risiko sehingga perlindungan yang tepat dapat di atur untuk
mengendalikannya.

b.      Hazard ( Bahaya )

Hazard atau bahaya dapat di definisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau
meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi, hal-hal seperti
kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya jelek, mesin yang tidak
terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard, karena ini dalah keadaan yang
meningkatkan kemungkinan kerugian.

Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:

1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik


secara fisik dari objek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian.

2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan
dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya peril.

3. Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah
memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan
timbulnya peril.

4. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga
memperbesar terjadinya peril.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan sehinga kita perlu tau
mengenai konsep risiko agar dapat mempekirakan kemungkinan yang disebabkan
oleh resiko.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu proses
mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia.

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua wirausaha.
Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang
terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari
semua aktivitas.  Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara
mengatasi resiko
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Sumani. 2009, Manajemen Resiko, Mojokerto : Insan Global.

Mulyawar Setia, 2015, Manajemen Resiko, Bandung : CV Pustaka Setia.

http://pengertianmanajemen.net/pengertian-manajemen-resiko/

http://www.darakonsultanasuransi.com/index.php/risk-management-
and-risiko/48-manajemen

Anda mungkin juga menyukai