Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MENYERTAI

PROSES KELAHIRAN DAN NIFAS

Oleh :

INDAH PERMATASARI
NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji  dan  syukur  saya  panjatkan  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa,
karena  atas keberkahan-Nya kepada penulis sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah “Faktor-Faktor Psikologis Yang Menyertai Proses
Kelahiran Dan Hifas”. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis
selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian masa kelahiran............................................................2
B. pengertian nifas.............................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yangmembahayakan
ibu maupun janinya sehingga memerlukan pengawasan,pertolongan dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 1998, dikutip dalam buku
prawirohardjo Psikologi Kehamilan, 2001).Beberapa penyesuaian dibutuhkan
oleh perempuan dalam menghadapiaktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik
maupun segi psikologis.
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah kematian
perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan
tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan. Bisa juga karena komplikasi
persalinan atau nifas, penyakit bawaan sejak hamil, dan manajemen kehamilan
yang salah tetapi bukan karena kecelakaan (Kadour, 2008).
Menurut Mochtar (dalam Prawiro-hardjo, 2007) menyebutkan ada empat
faktor utama yang berpengaruh terhadap proses persalinan pada wanita, yaitu
faktor jalan lahir (passage), faktor janin (passanger), faktor tenaga atau kekuatan
(power), dan faktor psikologis. Wanita yang hamil dan akan melahirkan perlu
memiliki kondisi-kondisi psikologis yang stabil untuk membantunya dalam persa-
linan. Sebaliknya perasaan cemas, takut, tegang, dan khawatir akan menyebabkan
stress pada ibu yang akan melahirkan sehingga proses persalinan tidak berjalan
lancar.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau setelah persalinan sampai 42 hari
persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir
(Zainur and Loh, 2006).
Faktor yang hampir selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan yaitu
kurangnya dukungan sosial (Aprillia, 2010). Namun masa transisi ini sering
dianggap sementara atau tidak penting (Symon et al., 2003) sehingga perawatan
postpartum menjadi aspek yang diabaikan dari perawatan kesehatan wanita
(Depkes, 2010). Tidak ada kejadian hidup yang memiliki efek luar biasa terhadap
kondisi fisik, fungsional dan emosional seperti masa postpartum (Webb et al.,
2008).
B. Rumusan Masalah

1. Reaksi Ibu Yang Toal Pasif


2. Reaksi Ibu Yang Hiperpasif
3. Reaksi Ibu Yang Pasif Dan Menyerah
4. Reaksi Ibu Yang Total Aktif Dan Hiper Total Aktif
5. Reaksi Ibu Yang Hiper Maskulin

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Kelahiran
Periode prakelahiran adalah periode yang pertama dilalui oleh
setiap individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode
ini mulai pada saat pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung
antara 270 sampai 280 hari atau 9 bulan. Pembuahan terjadi ketika satu sel sperma
tunggal dari laki- laki bergabung dengan satu ovum (sel telur) di dalam saluran
indung telur ke dalam kandungan perempuan dalam proses yang disebut
”pembuahan” (fertilization). Sel telur yang dibuahi disebut ”zigot” (zygote). Pada
saat zigot mengakhiri perjalanannya yang 3 hingga 4 hari melalui saluran indung
telur ke dalam kandungan dan mencapai kandungan, sel telur pecah menjadi
sekitar 12 hingga 16 sel.
B. Pengertian Masa Nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah


kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara
4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu
ibu baru, walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi.

1. Reaksi Ibu Yang Total Pasif 

Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan
mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan
tidak menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada
keadaan dirinya dan apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa di dalam
perutnya kebetulan ada janin dan kabetulan perutnya yang ditempati janin itu
untuk akhirnya nanti dilahirkan.
Dia menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas semua ini karena
yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah para dokter
atau tenaga kesehatan yang menolongnya. Pada wanita total pasif, dia merasa
tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak tahu harus bagaimana dan harus
bersikap seperti apa. Semua hal tentang kehamilannya dianggap tidak ada
gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus semua ini karena batinnya
dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya. Reaksi yang terjadi
adalah dia akan mengikuti semua nasehat orang lain. Semua hal yang disarankan
orang lain akan selau dilakukan. Fokus wanita total pasif adalah pada usaha
mengenyahkan segala kekuatannya dan dia tidak tau mau ada kesaitan di
jasmaniah pada dirinya.
Reaksi wanita total pasif menghadap kehamilan dan perssalinannya :
1. Sikapnya pasif
2. Selalu tergantung pada ibunya
3. Tingkah lakunya seperti anak kecil dan cenderung kekanak-kanakan
4. Kehamilan ini dianggap seperti permainan sehingga walau perutnya
membesar dia tetap lincah dan gembira seperti anak kecil yang punya
mainan baru dan menganggap sesuatu yang menakjubkan
5. Sering menyuruh-nyuruh suaminya untuk melakukan tugas-tugasnya
6. Seiring membesarnya perut dan kehamian makin tua dia makin tidak
sabaran dan makin pasif
7. Merasa tidak punya tanggung jawab pada kehamilannya dan cenderung
menyerahkan pada ibunya
8. Selalu mengharapkan ibunya akan terus mendampinginya saat kehamilan
maupun persalinan
2. Reaksi Ibu Yang Hiperpasif
Gejala umum tipe ibu hiper pasif adalah tidak menyadari bahwa
kehamilannya sudah matang dan menjelang proses persalinan, sikap tak peduli,
tak mau bertanggung jawab segala perubahan kehamilannya, janin yang terdapat
dalam rahimnya hanya ketepatan belaka, tidak perlu mengetahui secara mendetail
mengenai tumbuh kembangnya janin, perilaku kekanak-kanakan, sangat
tergantung penuh kepada ibu atau penggaanti ibu, senang menyuruh suami
melakukan tugasnya, banyak mengeluh dan jika masa kehamilannya telah matang
dia tidak sabaran, karena kelahiran dianggap sebangai peristiwa yang
menakjubkan (magis), selalu mengharapkan kehadiran-kehadiran temannya, dan
tidak takut mati.
3. Reaksi Ibu Yang Pasif Dan Menyerah
Gejala umum tipe ibu pasif menyerah ialah malas bekerja sama dengan
bidan ( dokter) menjelang proses persalinan sehingga memperlambat
pengembangan (pelebaran) cerviks dan saluran vagina. kondisi ini menyebabkan
kotraksi-kontraksi menjdi lemah bahkan dapat berhenti secara total pada proses
persalinan dan macet total sehingga harus dibantu dengan persalinan ceasar.

4. Reaksi Wanita Hipermaskulin dalam Menghadapi Persalinan


a. Pengertian Wanita Hipermaskulian
Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan
kejantanan. Pada wanita ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada
perasaan enggan untuk melahirkan tetapi dia ingin memiliki anak. Dia
menganggap bahwa anak dapat menghambat pekerjaan dan karirnya.
b. Reaksi Wanita Hipermaskulin
Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti
perasaan bahwa dia sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada
konflik batin bahwa dia juga tidak suka mendapatkan keturunan akibatnya
dapat timbul ketidakpercayaan diri pada wanita tersebut, bahkan dapat
mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala hebat pada satu sisi saja
atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil,
pertama kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi.
Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa
khawatir dan kecemasan yang berlebihan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua perempuan di dunia ini tumbuh dengan pengetahuan bahwa
melahirkan itu sangat menyakitkan. Sayangnya, banyak perempuan yang merasa
sakit lebih parah lebih dari yang seharusnya karena terpengaruh oleh rasa panik
dan stres. Hal ini lazim dikenal sebagai konsep rasa takut-tegang-nyeri (fear-
tension-pain concept), yakni rasa takut yang memicu ketegangan/kepanikan yang
membuat otot-otot kaku, dan akhirnya menyebabkan rasa sakit..
Pengaruh-pengaruh psikologis ibu ikut memainkan peranan dalam fungsi
reproduksi anak perempuannya misalnya biasanya proses melahirkan itu banyak
dipengaruhi oleh proses identifikasi wanita yang bersangkutan dengan ibunya.
Jika ibunya mudah melahirkan anak-anaknya maka pada umumnya anak-anak
gadisnya kelak juga mudah melahirkan bayinya..
Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas
melahirkan bayi, dengan memperbandingkan prosesnya dengan berbagai suku
bangsa yang mempunyai bermacam-macam budaya. Proses kelahiran yang sulit
inilah yang mendorong orang untuk mengembangkan ilmu kebidanan dan
kedokteran, guna memperingan penderitaan para ibu yang tengah melahirkan
bayinya.
B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca untuk membaca beberapa buku referensi
lainnya, agar lebih mengetahui dan memahami tentang adat kebiasaan masa
kelahiran.
Penulis juga menyadari bahwa makalan ini belumlah sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalan-
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTKA

Ambarwati,2008.AsuhanKebidananNifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia. (hlm: 87-


96).
Saleha,2009.AsuhanKebidananPadaMasaNifas.Jakarta:Salemba Medika (hlm: 63-
69).

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).

Saifudin.2002.BukuPanduanPraktisPelayananMaternaldanNeonatal.Jakarta :
YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai