Ikanmasrevised PDF
Ikanmasrevised PDF
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
BANK INDONESIA i
terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.
Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi
kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini
dapat menghubungi:
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.
BANK INDONESIA v
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Jumlah ikan mas per kilogram berdasarkan pengelompokan ukuran.....17
Tabel 4.1. Kebutuhan bahan petak jaring apung ................................................. 25
Tabel 4.2. Siklus Masa Tanam ............................................................................. 31
Tabel 4.3. Perbandingan Benih dan Panen Ikan ................................................... 32
Tabel 5.1. Asumsi Produksi ..................................................................................38
Tabel 5.2. Asumsi Keuangan ............................................................................... 39
Tabel 5.3. Kebutuhan Bahan Petak Jaring Apung................................................. 40
Tabel 5.4. Biaya Investasi .................................................................................... 41
Tabel 5.5. Biaya Perijinan ................................................................................... 42
Tabel 5.6. Biaya Benih dan Pakan ....................................................................... 43
Tabel 5.7. Biaya Gaji ........................................................................................... 43
Tabel 5.8. Biaya Overhead ................................................................................... 43
Tabel 5.9. Biaya Sewa ......................................................................................... 44
Tabel 5.10. Biaya Depresiasi ................................................................................. 44
Tabel 5.11. Proporsi Permodalan ........................................................................... 45
Tabel 5.12. Skema Angsuran ................................................................................ 46
Tabel 5.13. Kapasitas Produksi ............................................................................. 46
Tabel 5.14. Produksi dan Nilai Penjualan ................................................................47
Tabel 5.15. Harga Pokok Penjualan ....................................................................... 47
Tabel 5.16. Proyeksi Laba Rugi .............................................................................. 48
Tabel 5.17. Proyeksi Cash Flow ............................................................................. 51
Tabel 5.18. Analisa Kelayakan Proyek .................................................................... 52
Tabel 5.19. Uji Sensitivitas ..................................................................................... 53
Hal
DAFTAR FOTO
Hal
Item Uraian
Nama usaha Budidaya ikan mas di jaring terapung
Pembesaran ikan mas menggunakan media
Deskripsi usaha
jaring terapung di waduk Jatiluhur Jawa Barat
Produk ikan mas dijual per kilogram, dengan
Bentuk produk isi ikan mas tergantung dengan ukuran yang
diinginkan
Pemasaran
• Harga Rp. 14.000.000
Pemasaran meliputi kota-kota di pulau Jawa
• Area pemasaran
dan beberapa kota di pulau Sumatra
Distributor datang langsung ke lokasi
• Metode pemasaran budidaya. Distributor kemudian akan
memasarkan ikan mas ke berbagai daerah.
Skala usaha Skala usaha kecil
Bentuk kredit Kredit untuk usaha kecil
Aspek produksi
• Masa tanam 4 bulan
• Jumlah panen Panen 3 kali per tahun.
Satu unit budidaya terdiri dari 4 petak. Satu
• Skala produksi
petak berukuran 7 x7 meter persegi.
Satu petak membutuhkan 100 kg benih/ masa
• Benih tanam. Harga benih berkisar antara Rp. 15.000
s.d 25.000 per kilogram.
BANK INDONESIA ix
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
• Laba rugi per tahun
Rp. 18.129.456
Rp. 19.252.842
Rp. 20.555.971
• Break event quantity 17.237 kilogram
• Break event sales Rp. 241. 307.843
• NPV proyek Rp. 72.204.984
• IRR proyek 93 % selama 3 tahun, atau 31% per tahun.
• Payback period proyek 1,5 tahun
• Status kelayakan
LAYAK
proyek
Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup berkembang
di Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas segar cukup besar dan
menjadikan ikan mas sebagai salah satu ikan favorit masyarakat Indonesia.
Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam genus Cyprynidae. Ikan ini memiliki
beberapa nama daerah, antara lain ikan tambra, raya, atau ameh. Secara fisiologi,
ikan mas memiliki badan memanjang dan sedikit pipih ke samping. Mulut ikan
terletak ditengah, dan ikan ini memiliki sungut sebagai ciri pokok yang membedakan
ikan mas dengan kerabat dekatnya, yaitu ikan mas koki.
BANK INDONESIA 1
PENDAHULUAN
Punten : Warna sisiknya hijau kehitaman, punggung tinggi, dan terlihat lebih
pendek dibandingkan ras-ras lainnya. Mata agak menonjol dengan
gerakan yang tenang, lambat, dan jinak. Perbandingan panjang
total badan terhadap tinggi badan paling kecil 2,4:1.
Si nyonya : Warna sisik kuning muda. Bila dibandingkan dengan punten,
punggung Si nyonya lebih rendah dengan badan lebih panjang.
Mata kurang menonjol. Pada ikan yang tua mata akan cenderung
sipit.
Majalaya : Warna sisik hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap. Ke
arah punggung warnanya semakin gelap. Badan lebih pendek
serta punggung tinggi. Penampang badan semakin lancip ke arah
punggung, lebih lancip dari ras lainnya. Dinding perut lebih tebal
dari varietas ikan mas lainnya. Moncong lebih memipih.
Merah : Warna sisik merah kekuningan. Badan panjang dan penampang
badan punggung tidak lancip. Mata agak menonjol. Gerakan lebih
gesit, aktif, dan terlihat kurang jinak.
Taiwan : Warna sisik hijau kekuning-kuningan. Badan lebih panjang dari
punten dengan penampakan punggung agak terlihat membulat.
Bagian tepi sirip anal dan bagian bawah sirip ekor berwarna kuning
kemerahan. Mata agak menonjol. Gerakan aktif, kurang jinak, dan
bila diberi pakan memilih yang berada di bawah permukaan air.
Kumpay : Warna sisik kekuning-kuningan. Badan yang panjang seperti halnya
ikan mas merah atau si nyonya. Ada juga yang berwarna kuning
emas atau kemerah-merahan. Siripnya berbentuk panjang dengan
warna kemerah-merahan, kekuning-kuningan atau kuning emas.
Gerakannya lambat.
Karper kaca : Sisiknya tidak seragam, berwarna putih mengilap, dan berukuran
lebih besar dari sisik strain ikan mas lainnya. Badan sebagian tertutup
sisik, yaitu sepanjang garis rusuk atau yang berada di dekat sirip.
Gerakannya aktif dan kurang jinak.
BANK INDONESIA 3
PENDAHULUAN
Kancra domas : Sisik kecil, tidak teratur, dan berwarna kemerah-merahan tua di
tengah badan terdapat garis membujur berwarna keperak-perakan,
atau keemas-emasan. Bagian punggung berwarna gelap. Badan
panjang dengan gerakan kurang jinak atau aktif.
angin untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Cara ini umum
digunakan oleh peternak tradisional yang tidak terlalu mengharapkan hasil
yang banyak. Kekurangan dari sistem ini adalah kurangnya kadar oksigen
dan tingginya kadar pencemaran amonia.
4. Jaring terapung : Pada metode ini, petani pembudidaya memanfaatkan
waduk atau danau yang berombak kecil sebagai tempat budidaya. Petani
membangun petak-petak lahan budidaya. Tiap petak umumnya berukuran
segi empat dan diberi jaring untuk melokalisasi ikan agar tidak lari. Pemberian
pakan diberikan di petak dan sisa pakan dibiarkan mengendap di dasar waduk.
Kelebihan dari sistem ini adalah praktis dan memberikan ikan mas habitat yang
nyaman sesuai dengan habitat aslinya. Kekurangannnya adalah minimnya
kadar oksigen dan resiko pencemaran waduk yang akan mempengaruhi ikan
mas.
5. Kolam air deras : Kolam air deras merupakan kolam tempat pembesaran
ikan yang airnya mengalir terus-menerus dalam jumlah tertentu. Teknologi
pembuatan kolam air deras pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun
70-an dan kemudian diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 80-an. Walaupun
demikian, sebenarnya penggunaan media air deras untuk tempat budidaya
ikan mas sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebelum
metode kolam air deras dari Jepang diperkenalkan, yaitu dengan membuat
kolam karamba yang memanfaatkan aliran air sungai. Pembudidayaan
dengan menggunakan kolam air deras ini termasuk metode yang dianggap
paling berhasil untuk membudidayakan ikan mas, karena metode ini dapat
menghasilkan jumlah dan mutu panen yang paling baik. Kekurangannya
adalah mahalnya biaya investasi untuk membangun kolam air deras, sehingga
tidak semua petani pembudidaya dapat menggunakan metode ini.
Belum ada data yang spesifik menyebutkan berapa kontribusi dari masing-masing
metode budidaya diatas terhadap total produksi ikan mas nasional, namun semakin
lama semakin terjadi kecenderungan bahwa penggunaan metode pembudidayaan
yang lebih modern seperti kolam air deras semakin diminati oleh petani dibandingkan
BANK INDONESIA 5
PENDAHULUAN
metode pembudidayaan tradisional seperti mina padi, dikarenakan metode yang lebih
modern umumnya memberikan hasil panen yang lebih baik secara kuantitas dan
kualitas. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa semakin banyak petani pembudidaya
yang memahami teknik budidaya dan perawatan ikan mas yang baik dan benar.
Saat ini, nilai konsumsi ikan nasional baru mencapai kisaran 30 kg/kapita/
tahun. Angka tersebut jelas kalah jauh jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi
ikan di beberapa negara Asia lainnya, misalnya Jepang yang tingkat konsumsi ikannya
mencapai 110 kg/kapita/tahun, Korea Selatan yang mencapai 85 kg/kapita/tahun,
Malaysia yang mencapai 45 kg/kapita/tahun dan Thailand yang mencapai 35 kg/
kapita/tahun.
produksi perikanan budidaya sebanyak 6.552.724 ton, dan angka ini naik pada tahun
2006 menjadi sebesar 6.788.870 ton. Diperkirakan angka ini akan terus naik, seiring
dengan semakin baiknya permintaan konsumsi ikan dalam negeri.
Salah satu jenis ikan yang merupakan favorit masyarakat adalah ikan mas.
Teknik pembudidayaan ikan mas yang relatif mudah, kandungan gizinya, serta
cita rasanya yang enak, menjadikan ikan mas sebagai salah satu ikan yang tingkat
konsumsinya paling tinggi di Indonesia. Diharapkan, seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan ikan dalam negeri, permintaan terhadap ikan mas juga
akan semakin naik di tahun-tahun mendatang.
BANK INDONESIA 7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 9
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Bagi penduduk yang tinggal di sekitar waduk Jatiluhur, budidaya ikan mas telah
merupakan usaha favorit untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini dikarenakan
permintaan terhadap ikan mas hampir tidak pernah sepi dan tingkat harga ikan mas
yang relatif stabil di pasaran.
Skala usaha budidaya ikan mas di jaring terapung di waduk Jatiluhur berbeda-
beda, tergantung dari besaran modal yang dimiliki petani pembudidaya. Secara
rata-rata petani pembudidaya ikan mas di waduk Jatiluhur termasuk petani dengan
skala usaha kecil. Petani pembudidaya membiakkan ikan mas dalam keramba jaring
terapung yang terdiri dari minimal 1 unit budidaya yang terdiri dari 4-6 petak jaring
terapung. Skala usaha minimal sebuah unit usaha budidaya adalah terdiri dari 1 unit
budidaya yang memiliki 4 petak jaring terapung. Semakin besar skala usahanya, maka
akan semakin banyak jumlah unti budidayanya dan semakin banyak juga jumlah petak
jaring apungnya. Sebuah usaha pembudidayaan yang besar dapat memiliki hingga
lebih dari seratus petak jaring terapung.
BANK INDONESIA 11
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
BANK INDONESIA 13
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
3.1.1 Permintaan
Dari sisi permintaan, budidaya ikan mas memiliki prospek yang menjanjikan.
Permintaan ikan mas dalam negeri cenderung meningkat. Dalam kurun 5 tahun
terakhir, konsumsi ikan nasional telah melonjak hingga lebih dari 1,3 juta ton seiring
pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,34% per tahun. Diperkirakan
pola konsumsi ikan nasional akan merambat naik pada tahun-tahun mendatang.
BANK INDONESIA 15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.2 Penawaran
Upaya peningkatan kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan pemerintah
telah menaikkan kapasitas produksi ikan nasional. Pada tahun 2005 tercatat produksi
perikanan budidaya sebanyak 6.552.724 ton, dan angka ini naik pada tahun 2006
menjadi sebesar 6.788.870 ton.
Pulau Jawa merupakan tempat yang memiliki lokasi budidaya ikan mas yang
paling banyak, antara lain di Jawa Barat (Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor,
Garut, Bandung, Cianjur, dan Purwakarta), Jawa Tengah (Semarang, Jokjakarta), Jawa
Timur (Situbondo, Pasuruan, Malang). Sentra ikan mas juga terdapat di beberapa
kota di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Saat ini produksi ikan mas baru sanggup
memenuhi permintaan dalam negeri saja.
Rumah tangga merupakan konsumen utama dari produk ikan mas. Oleh
karena itu , dari sisi permintaan, ikan mas ukuran kecil dan ikan mas ukuran sedang
memiliki tingkat permintaan yang lebih tinggi dibandingkan ikan mas ukuran besar.
Hal ini dikarenakan jumlah konsumen rumah tangga lebih banyak dibandingkan
jumlah konsumen hotel dan restoran.
Harga ikan mas sama per kilo adalah sama untuk setiap ukuran ikan mas. Harga
ikan mas bervariasi dari hari per hari, tergantung dari banyaknya pasokan produk
dan banyaknya permintaan konsumen. Per pertengahan tahun 2008, harga ikan mas
hidup per kilo adalah berkisar antara Rp. 12.000 s.d 14.000 per kilo , tergantung
banyak sedikitnya pasokan yang ada. Pada saat musim kemarau, dimana iklim cocok
BANK INDONESIA 17
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
untuk perkembangan tumbuh ikan mas, biasanya jumlah panen meningkat, dan
harga ikan mas akan turun. Sedangkan pada bulan-bulan musim penghujan, dimana
pasokan ikan mas berkurang, maka harga akan naik.
Dari sisi peluang pasar, peluang pasar ikan mas masih terbuka lebar, seiring
dengan semakin meningkatnya permintaan dalam negeri dan semakin baiknya jalur
distribusi pemasaran di pulau Jawa dan Sumatra
Jalur pemasaran ikan mas dari waduk Jatiluhur sudah meliputi berbagai kota
besar di pulau Jawa dan Sumatra. Di wilayah Jawa barat area pemasaran ikan mas
dari waduk Jatiluhur hampir meliputi semua kota. Pemasaran juga meliputi kota-
kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk wilayah Sumatra distribusi ikan mas
dari waduk Jatiluhur mencapai kota-kota di propinsi Lampung dan Sumatra Selatan.
Waduk jatiluhur merupakan salah satu penyuplai ikan mas terbesar di wilayah Jawa
dan Sumatra.
Konsumen
Pasar rumah
makan
tradisional
Konsumen
Hotel dan
restaurant
BANK INDONESIA 19
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
BANK INDONESIA 21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
BAB I PENDAHULUAN
Ikan mas merupakan ikan konsumsi yang meemiliki data pembudidayaan yang paling
lengkap, mulai dari tahap pembenihan, pendederan, pembesaran, hingga panen.
Perkembangan teknik pembudidayaan dan data-data pembudidayaan yang cukup pesat
ini, disebabkan karena banyaknya pihak yang melihat bahwa ikan ini memiliki peluang
yang sangat besar untuk dikembangkan.
BANK INDONESIA 23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Ukuran lebar kontruksi pembatas ini adalah sekitar 0,5 meter. Satu unit
budidaya minimal terdiri dari 4 petak jaring apung.
Kontruksi utama petak dapat dibuat dari bambu atau dari besi. Penggunaan
kontruksi besi lebih disarankan karena lebih kuat dan menambah umur
pemakaian aset. Gambar dari kontruksi besi dapat dilihat dibawah :
Kontruksi besi petak terbuat dari besi tipis dan dibuat dengan lebar sekitar
0,5 meter dan cukup dilewati oleh orang dewasa. Diantara dua besi utama
dipasang besi-besi pendek yang kerapatannya tergantung pada selera petani
1 unit
Jenis Satuan 1 petak
(4 petak)
Besi panjang Meter 4x2=8 12 x 2 =48
Besi pendek Meter 4 x 5 = 20 12 x 5 =60
Jaring Unit 1 4
Pemberat sudut Unit 4x1=4 9 x 1 =9
Pemberat bandul Unit 4x2=8 12 x 2 = 24
Tong pengambang Unit 12 33
Bambu gembong Unit 4 x 5 = 20 12 x 5 = 60
Bambu atas Unit 4 x 8 = 32 12 x 8 = 72
Tambang meter 50 200
Ongkos jahit jarring Paket 1 4
Ongkos kontruksi Paket 1 4
Total
Ilustrasi kontruksi besi dengan kombinasi kayu pendek dan bambu diatasnya
dapat dilihat berikut ini :
BANK INDONESIA 25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
c. Tong pengambang
Petak diapungkan dengan menggunakan drum kosong yang diisi oleh udara.
Untuk satu petak digunakan drum 12 drum kosong untuk membuat petak
dapat tetap mengapung, yaitu 4 drum diletakan di pojokan petak, dan 2
drum diletakkan di antara dua pojokan. Sedangkan, untuk membuat satu unit
budidaya dibutuhkan 33 tong. Di bagian bawah tong pengambang dipasang
bambu gembong untuk menguatkan posisi tong pengambang. Posisi tong
pengambang untuk satu unit budidaya dapat dilihat dibawah :
d. Jaring
Di dalam petak dikaitkan jaring untuk melokalisasi ikan mas dengan kedalaman
4 meter. Di tiap-tiap sudut jaring dipasangkan pemberat untuk menjaga agar
jaring tetap berukuran kotak. Ukuran jaring ikan mas rata-rata adalah 7 x 7
x 8 meter kubik. Apabila petani melakukan tumpang sari budidaya dengan
memelihara ikan nila juga., maka di bawah jaring ikan mas akan dipasang
jaring ikan nila. Ukuran jaring ikan nila umumnya adalah 7 x 7 x 16 meter
kubik dan diletakkan dibawah jaring ikan mas. Ketebalan jaring ikan nila lebih
tebal dari ketebalan jaring ikan mas. Di masing-masing sudut jaring, juga di
ikatkan pemberat untuk menjaga agar jaring tetap berukuran kotak. Jaring
ini biasanya tidak dijual dalam bentuk bujur sangkar sehingga petani
pembudidaya harus menjahit dulu jaring baru ini sehingga sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang dibutuhkan.
e. Pemberat/ jangkar
Di masing-masing sudut petak diberikan pemberat/ jangkar. Untuk setiap
sudut petak dipasang pemberat yang terdiri dari batu kali seberat 200 kg
yang dimasukkan ke dalam karung dan diikat ke sudut petak. Diantara dua
sudut, dipasang juga pemberat yang lebih kecil yang dibuat dari adukan
semen yang dimasukkan ke dalam bola plastik.
2. Peralatan Produksi
Peralatan produksi budidaya ikan mas tidak terlalu banyak. Peralatan produksi
terdiri dari tong tempat menyimpan pakan, jaring untuk menyebar pakan,
dan jaring untuk panen. Untuk satu petak biasanya disediakan 1 buah tong
tempat menyimpan pakan.
3. Rumah Tunggu
Rumah tunggu digunakan oleh petani pembudidaya sebagai tempat tinggal
selama masa tanam. Rumah tunggu ini umumnya dibangun secara semi
permanen dan terbuat dari dinding dan lantai kayu, serta atap genting.
Luas rumah tunggu ini tidak terlalu besar dan hanya cukup menampung 2
s.d 3 orang. Isi dari rumah penunggu tergantung dari kenyamanan petani
pembudidaya, umumnya terdiri dari perabotan tidur, perabotan makan, telivisi,
dan kamar mandi. Sebagai sumber listrik digunakan dinamo yang digerakkan
oleh bahan bakar diesel.
BANK INDONESIA 27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
1. Pembenihan
a. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk ikan yang sehat dan siap dipijah dipelihara di kolam khusus
secara terpisah antara jantan dan betina. Ikan betina yang diseleksi sudah
dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 - 2 tahun dengan bobot >2 kg.
Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg.
b. Pemijahan
Pada proses pemijahan, ikan dirangsang dengan cara membuat
lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana
ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Tempat
pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam
pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam
empat persegi panjang. Jumlah induk betina yang dipijahkan tergantung
pada kebutuhan benih. Selanjutnya betina yang telah memijah diangkat dan
dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
c. Perawatan Larva
d. Pendederan
2. Pemeliharaan
3. Panen
Panen ikan mas biasanya dapat dilakukan selama beberapa kali dalam setahun.
Umumnya dapat dilakukan 3 sampai 4 kali panen dalam setahun, tergantung dari
besar ikan hasil panen yang diinginkan.
Proses panen harus dilakukan secara hati-hati. Ikan konsumsi akan lebih mahal
harganya bila dijual dalam keadaan hidup dan segar. Penangkapan harus dilakukan
hati-hati agar ikan-ikan tidak luka. Panen biasaya dilakukan di pagi hari antara pukul
07.00 s.d 10.00 wib. Dikarenakan ikan hasil panen ini akan diangkut ke konsumen,
harus dipastikan bahwa air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat,
bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya.
BANK INDONESIA 29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Petani budidaya dapat melakukan sendiri semua tahapan ini, atau hanya
melakukan beberapa tahapan saja. Contohnya ada petani yang hanya melakukan
tahapan pembenihan saja dan menjual benih ikan yang dihasilkan. Contoh lain adalah
ada petani yang hanya melakukan tahap pemeliharaan. Petani pembudidaya di waduk
Jatiluhur umumnya tidak melakukan proses pembenihan. Benih ikan dibeli dari petani
pembenih yang ada di purwakarta hingga Subang. Petani hanya melakukan proses
pemeliharaan hingga panen.
Penebaran benih
Pemeliharan
Panen
-Pemeliharaan X X X X
-Panen X
Masa Tanam 2
-Tebar X
-Pemeliharaan X X X X
-Panen X
Masa Tanam 3
-Tebar X
-Pemeliharaan X X X X
-Panen X
4.4 Benih
Umumnya, petani pembudidaya di waduk Jatiluhur tidak melakukan
pembenihan sendiri, melainkan membeli benih ikan dari lokasi lain. Wilayah-wilayah
yang merupakan sentra pembenihan ikan di Jawa Barat adalah Cianjur, Bandung,
Garut, Purwakarta, dan Subang. Petani waduk Jatiluhur umumnya mengambil benih
dari kota Subang. Benih ikan dari Subang dianggap memiliki kualitas yang lebih baik
dari lokasi lain dikarenakan tingkat mortilitas nya yang paling rendah.
Harga benih ikan mas berkisar antara Rp18.000 per kg hingga Rp.25.000 per
kg. Satu kilo benih ikan mas asal Subang berisi 100 ekor. Benih ikan mas dari Subang
lebih besar dari benih yang berasal dari kota lain, seperti Bandung, yang rata-rata
berisi 200 ekor per kilogram. Dikarenakan ukuran benihnya lebih besar, petani yang
menggunakan benih asal subang dapat memanen ikan lebih cepat dibandingkan
petani yang menggunakan benih dari lokasi lain.
BANK INDONESIA 31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Untuk 1 petak dibutuhkan 100 kilogram benih ikan mas. Satu kilogram benih
ikan mas asal Subang berisi sekitar 100 ekor ikan. Pada saat panen, satu petak akan
menghasilkan sekitar 1.250 kilogram ikan mas ukuran sedang yang berukuran rata-
rata 3 s.d 4 ekor ikan per kilogram.
Proses tebar benih biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari sewaktu
intensitas sinar matahari rendah. Sebelum benih dilepas dilakukan aklimatisasi
dengan cara melakukan adaptasi suhu selama sekitar 5 menit. Caranya dengan
membiarkan kantong benih mengapung di kolam, selanjutnya kantong di buka sambil
memasukkan air waduk ke dalam kantong. Setelah ikan terlihat diam gerakannya
tidak liar (stress) perlahan–lahan mulut kantong ditenggelamkan ke dalam air. Proses
ini dapat mengurangi resiko ikan yang mati karena stress.
4.5 Pakan
Pemberian pakan merupakan unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan
ikan mas. Pakan ikan mas dapat berupa pakan alami yang berasal dari perairan dan
pakan buatan. Pakan buatan umunnya lebih lengkap dalam kandungan gizi sesuai
kebutuhan ikan mas. Pakan buatan dapat diperoleh petani dari berbagai sumber, antara
lain distributor dan kopeasi. Merek-merek pakan yang beredar di Jawa Barat berjumlah
lebih dari 15 merk diproduksi lima pemain utama, yaitu Sinta, STP (Comfeed), CPP
(Charoen), Cargill, dan Wonokoyo, dengan omzet lebih dari Rp 400 miliar per tahun.
Harga pakan berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp.400 ribu per 50 kg.
Frekuensi pemberian pakan minimal dua kali per hari, yaitu pagi dan sore.
Pakan disebar di atas gerombolan ikan mas. Pemberian pakan ini harus dilakukan
dengan hati-hati dan tidak berlebihan. Hal ini agar tidak ada pakan yang terbuang.
Pakan yang terbuang, selain mahal, juga akan mengendap ke dasar perairan. Endapan
pakan ini apabila terkena arus bawah akan kembali naik atas permukaan danau dan
dapat menyebabkan keracunan pada ikan mas.
Tenaga kerja dapat diambil dari penduduk sekitar lokasi. Tingkat pendidikan
untuk tenaga kerja tidak terlalu berpengaruh, dan tenaga kerja yang merupakan lulusan
Sekolah Dasar juga dapat mempelajari keahlian untuk menjadi pekerja penunggu
petak jaring apung yang baik. Umumnya yang tenaga kerja yang digunakan adalah
tenaga kerja tetap yang bertugas untuk menjaga unit budidaya mulai dari tahapan
penebaran benih ikan hingga masa pane. Pada saat panen, apabila dibutuhkan baru
akan digunakan tenaga kerja tambahan untuk membantu kegiatan panen. Tenaga
kerja tambahan ini dapat berupa keluarga atau orang lain.
BANK INDONESIA 33
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.7 Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam pembudidayaan ikan mas relatif sederhana
dan tidak memerlukan mesin apapun. Semua proses dikerjakan oleh petani secara
manual.
2. Kondisi air
Ikan dapat mengalami stress akibat perubahan gerakan air yang terlalu drastis.
Perubahan riak dan ombak dapat disebabkan oleh hujan deras dan angin
kencang. Umumnya, apabila hujan ini telah berlangsung beberapa hari, ikan
akan dapat kembali menyesuaikan diri dan tidak stress.
Selain ombak, suhu air hujan yang lebih rendah dari suhu perairan juga
dapat menyebabkan terjadinya pergerakan massa air dari dasar perairan ke
permukaan (up-welling). Umumnya up-welling terjadi secara alamiah dan
tidak selalu merugikan. Namun, apabila massa air dari lapisan bawah perairan
memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah dan kadar polutan (seperti
amonia) yang tinggi, maka hal ini dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh
karena itu tingkat polusi perairan harus selalu dikontrol.
3. Penyakit ikan
Terdapat beberapa penyakit ikan yang dapat membuat produksi menjadi
menurun dan terganggu. Petani pembudidaya harus mengetahui jenis-jenis
penyakit ikan ini agar dapat melakukan upaya pencegahan. Beberapa jenis
hama dan penyakit ikan yang dapat menyerang adalah :
a. Bintik merah (White spot) : Pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip)
tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat terlihat jelas lapisan
putih, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada
disekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul di
permukaan air.
b. Bengkak insang dan badan (Myxosporesis) : Tutup insang selalu terbuka
oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi pendarahan.
c. Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus).Ikan
tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan
menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya,
terjadi pendarahan dan menebal pada insang.
BANK INDONESIA 35
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
d. Kutu ikan (argulosis) : benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap
darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak
merah (hemorrtage).
e. Jamur (Saprolegniasis) : menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip
dan bagian yang lainnya. Tubuh yang diserang tampak seperti kapas.
Telur yang terserang jamur, terlihat benang halus seperti kapas.
f. Koi Herves Virus (KHV) : Badan ikan mas merah memar, kemudian
mati serentak. Dalam satu malam bisa mati satu kolam.
Beberapa petani memanfaatkan lahan untuk memelihara ikan mas dan ikan
nila sekaligus. Ikan mas dipelihara di jaring bagian atas, dan ikan nila dipelihara di
jaring bagian bawah. Pola pemeliharaan seperti ini lebih menguntungkan petani
karena mereka bisa mendapatkan hasil panen dari 2 komoditas sekaligus. Biaya
pemeliharaan ikan nila tidak mahal, dan tidak memerlukan pakan tambahan. Ikan
nila memakan sisa-sisa pakan ikan mas yang berada di atasnya. Namun, dikarenakan
dalam buku ini hanya akan dibahas mengenai analisa kelayakan usaha ikan mas,
maka diasumsikan bahwa petani hanya memelihara ikan mas saja.
BANK INDONESIA 37
ASPEK KEUANGAN
Asumsi Keuangan
Asumsi keuangan berkaitan dengan asumsi-asumsi yang berhubungan
dengan aspek keuangan dan perbankan. Asumsi keuangan yang digunakan pada
analisa ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2. Asumsi Keuangan
Asumsi Satuan Jumlah
Tingkat suku bunga % 16
Masa investasi Tahun 3
Perbandingan modal sendiri terhadap
% 30 :70
lembaga keuangan
Metode depresiasi Garis lurus
Masa depresiasi Tahun 5
BANK INDONESIA 39
ASPEK KEUANGAN
1 unit
Jenis Satuan 1 petak biaya satuan biaya total
(4 petak)
Besi panjang Meter 4x2=8 12 x 2 =48 Rp. 75.000 Rp. 3.600.000
Besi pendek Meter 4 x 5 = 20 12 x 5 =60 Rp. 27. 000 Rp. 1.620.000
Jaring Unit 1 4 Rp. 1.400.000 Rp. 5.600.000
Pemberat sudut Unit 4x1=4 9 x 1 =9 Rp. 250.000 Rp. 2.250.000
Pemberat bandul Unit 4x2=8 12 x 2 = 24 RP. 25.000 Rp. 600.000
Tong
Unit 12 33 Rp. 120.000 Rp. 3.960.000
pengambang
Bambu gembong Unit 4 x 5 = 20 12 x 5 = 60 Rp. 15.000 Rp. 900.000
Bambu atas Unit 4 x 8 = 32 12 x 8 = 72 Rp. 3.500 Rp. 252.000
Tambang meter 50 200 Rp.10.000 Rp. 2.000.000
Ongkos jahit jaring Paket 1 4 Rp. 75.000 Rp.300.000
Ongkos kontruksi Paket 1 4 Rp.250.000 Rp.1.000.000
Total Rp. 22.082.000
Peralatan produksi terdiri dari tong untuk menyimpan pakan dan jaring ikan.
Untuk 1 unit lahan budidaya (4 petak) dibutuhkan 4 tong pakan dan 4 jaring ikan.
Rumah tunggu dibuat dari bahan semi permanen, dengan bahan lantai dan
tembok terbuat dari kayu, dan atap terbuat dari genting. Biaya pembuatan rumah
tunggu ini bila diserahkan kepada buruh kontrak diperkirakan akan menghabiskan
biaya Rp. 500.000 per meter.
Rincian biaya investasi awal untuk memulai budidaya ikan mas di jaring
terapung adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Biaya Investasi
No. Nama Satuan Jumlah Biaya Satuan Total Biaya Total
1 Tanah meter 0 Rp 0 Rp 0 Rp 0
Bangunan
2
semi permanen meter 20 Rp 500,000 Rp 10,000,000 Rp 10,000,000
Mesin-mesin dan
3
peralatan
Besi panjang batang 48 Rp 75,000 Rp 3,600,000
Besi pendek batang 60 Rp 27,000 Rp 1,620,000
Jaring unit 4 Rp 1,400,000 Rp 5,600,000
Pemberat sudut unit 9 Rp 250,000 Rp 2,250,000
Pemberat bandul unit 24 Rp 25,000 Rp 600,000
Tong pengambang unit 33 Rp 120,000 Rp 3,960,000
Bambu gembong batang 60 Rp 15,000 Rp 900,000
Bambu atas batang 72 Rp 3,500 Rp 252,000
Tambang meter 200 Rp 10,000 Rp 2,000,000
Ongkos jahit jaring paket 4 Rp 75,000 Rp 300,000
Ongkos kontruksi paket 4 Rp 250,000 Rp 1,000,000 Rp 22,082,000
4 Peralatan produksi
Tong pakan unit 6 Rp 75,000 Rp 450,000
Jaring pakan unit 6 Rp 55,000 Rp 330,000 Rp 780,000
Furniture rumah
5
tangga
Meja unit 2 Rp 200,000 Rp 400,000
Kursi unit 2 Rp 150,000 Rp 300,000
Tempat tidur unit 1 Rp 300,000 Rp 300,000
Lemari unit 1 Rp 400,000 Rp 400,000
Dinamo unit 1 Rp 900,000 Rp 900,000 Rp 2,300,000
6 Lain-lain 0 Rp 0 Rp 0 Rp 0
Total Rp 35,162,000
BANK INDONESIA 41
ASPEK KEUANGAN
Biaya benih, biaya pakan, biaya upah, dan biaya overhead merupakan biaya
operasional langsung karena berkaitan dengan kegiatan produksi, sedangkan biaya
sewa dan biaya depresiasi merupakan biaya operasional tidak langsung.
Untuk 1 petak dibutuhkan 100 kilogram benih ikan mas. Satu kilogram
benih ikan mas asal Subang berisi sekitar 100 ekor ikan. Pada saat panen, satu petak
akan menghasilkan sekitar 1.250 kilogram ikan mas ukuran sedang yang berukuran
rata-rata 3 s.d 4 ekor ikan per kilogram. Harga benih berkisar antara Rp. 15.000 s.d
Rp.25.000 per kilogram.
Untuk menghasilkan 1250 kg berat panen ikan per petak, dibutuhkan sekitar
2500 kg pakan ikan. Harga pakan kualitas baik berkisar Rp. 200.000 s.d Rp. 400.000
per 50 kg. atau Rp. 4.000 s.d Rp. 8.000 per kilogram.
Biaya benih dan pakan untuk satu kali masa tanam per unit (4 petak) adalah
sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga kerja budidaya ikan mas tidak banyak. Untuk menjaga
satu unit budidaya yang terdiri dari 6 petak, cukup disediakan 1 orang tenaga kerja
langsung yang bertugas untuk memberi makan ikan mas, membersihkan petak, dan
merawat lahan. Usaha ini tidak membutuhkan tenaga administrasi.
Tabel 5.7. Biaya Gaji
BiayaBiaya
Upah langsung/ tahun Rp9,600,000
Total Upah/Gaji Rp9,600,000
BANK INDONESIA 43
ASPEK KEUANGAN
Biaya depresiasi muncul akibat pemakaian asset tetap. Biaya depresiasi per
tahun yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya depresiasi per
tahun dihitung dengan membagi nilai perolehan barang dengan umur ekonomis
barang modal. Biaya depresiasi dimasukan kedalam biaya operasional. Biaya depresiasi
dapat dilihat dibawah :
Biaya sewa dan biaya depresiasi selanjutnya akan dimasukkan ke dalam biaya
operasional untuk menghitung laba rugi.
BANK INDONESIA 45
ASPEK KEUANGAN
masa pinjaman, tergantung pada kemampuan petani untuk membayar cicilan per
bulan. Cicilan per bulan terdiri dari ciciilan pokok dan cicilan bunga. Untuk contoh
analisa, diasumsikan petani meminjam uang untuk jangka waktu 3 tahun sesuai
dengan masa proyek, dengan tingkat suku bunga berlaku diasumsikan 16%. Perincian
pokok pinjaman dan bunga per tahunnya secara sederhada dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Tabel 5.12. Skema Angsuran
BANK INDONESIA 47
ASPEK KEUANGAN
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa HPP dari satu kilogram ikan mas adalah Rp.
11.960. Agar bisa mendapatkan untung, petani pembudidaya harus menjual ikan
mas diatas nilai ini.
Proyeksi laba rugi diperoleh dengan mengurangkan pendapatan dengan biaya
operasional langsung dan biaya lainnya. Untuk usaha budi daya ikan mas sebesar 4
petak selama 3 tahun adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel proyeksi rugi laba diatas, terlihat bahwa petani dapat memperoleh
laba bersih berkisar antara 18 juta s.d 20 juta untuk satu tahun. Pendapatan per
tahun adalah Rp. 210.000.00. Pendapatan per tahun setelah dikurangi harga
pokok penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 30.600.000. Laba
kotor ini kemudian dikurangi biaya operasional tidak langsung. Biaya operasional
tidak langsung yang umumnya muncul adalah biaya upah/ gaji operasional, biaya
administrasi dan umum, biaya asuransi, biaya sewa, biaya penyusutan, dan biaya
pemasaran. Pada usaha budidaya ikan mas di jaring terapung ini, petani budidaya
hanya perlu mengeluarkan biaya sewa dan biaya penyusutan, sedangkan biaya-biaya
lainnya dianggap nol karena tidak perlu dikeluarkan. Hasil pengurangan laba kotor
dengan biaya operasional tidak langsung menghasilkan laba operasi. Laba operasi
setelah dikurangi biaya bunga dan biaya pajak akan menghasilkan laba bersih, yaitu
Rp. 18. 129.456 pada tahun pertama, Rp. 19.252.842 pada tahun kedua, dan Rp.
20.555.971 pada tahun ketiga.
Ketika melakukan analisa break event point, yang dicari adalah break event
quantity yaitu jumlah produksi minimal sehingga petani budidaya berada pada titik
impas, dan break event sales yaitu nilai penjualan minimal sehingga petani budidaya
berada pada titik impas.
Berdasarkan perhitungan, break event point dari usaha ini tercapai ketika
petani telah meproduksi 17.237 kilogram ikan mas. Sedangkan break event sales dari
usaha ini adalah sebesar Rp. 241. 307.843. Kondisi titik impas ini akan tercapai pada
panen keempat, atau setelah usaha berjalan 1 tahun 4 bulan.
BANK INDONESIA 49
ASPEK KEUANGAN
Nilai uang kas pada tahun ketiga pada dasarnya adalah akumulasi dari tahun-
tahun sebelumnya. Dengan asumsi bahwa uang hasil usaha tetap disimpan oleh
petani pembudidaya maka dapat kita lihat bahwa kas akhir akan semakin besar.
BANK INDONESIA 51
ASPEK KEUANGAN
CASH OUTFLOW
Harga Tetap Rp35,162,000
Incremental Working Capital Rp1,500,000 Rp0 Rp0 Rp0
Total Cash Outflow Rp36,662,000 Rp0 Rp0 Rp0
Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak dijalankan, hal ini dapat
dilihat dari :
1. NPV : Nilai NPV dari usaha ini adalah positif, dan bernilai sebesari Rp. 72,204,984.
Nilai ini menunjukkan bahwa petani pembudidaya akan mendapatkan
keuntungan dari usaha budi daya ini, yang bila angkanya dikonversi ke nilai
saat ini (present value) sebesar Rp. 72.204.984.
2. IRR : Nilai IRR dari usaha ini adalah sebesar 93% dengan tingkat suku
bunga bank yang diasumsikan sebesar 16%, artinya petani pembudidaya
akan mendapatkan tingkat pengembalian sebesar 93 %, atau jauh lebih
menguntungkan dibandingkan menyimpan uang di bank.
3. Payback period : Payback period usaha ini adalah selama 1.55 tahun, artinya
petani pembudidaya dapat memperoleh pengembalian dari uang yang
diinvestasikan pada masa awal tanam setelah beropeasi selama 1.55 tahun.
Dari perhitunga uji sensitifitas, terlihat bahwa harga produk dan harga bahan
baku merupakan faktor yang paling dapat mempengaruhi besaran perubahan NPV dan
laba rugi. Penurunan 15% pada harga produksi akan menurunkan NPV menjadi nol
dan kenaikan harga bahan baku sebesar 14% akan menyebabkan NPV menjadi nol.
Usaha ini sensitif terhadap perubahan harga jual dan perubahan harga bahan baku.
Tingginya tingkat sensitivitas ini disebabkan kecilnya margin produk yang berkisar
antara 20% dari harga produksi. Untuk mengatasi hal ini, maka petani pembudidaya
harus dapat secara fleksibel menyesuaikan harga jual ikan mas dengan harga bahan
baku. Kenaikan harga bahan baku harus diikuti dengan menaikkan harga ikan mas
agar petani pembudidaya tetap mendapatkan keuntungan.
BANK INDONESIA 53
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Secara sosial, keberadaan usaha budidaya ikan mas memiliki peran mengurangi
efek negatif dari pengangguran dan kemiskinan. Usaha budidaya ikan mas ini juga
telah membantu dan menggairahkan petani untuk membentuk berbagai kelompok
tani. Keberadaan kelompok tani ini sebagian telah meningkatkan fungsinya menjadi
koperasi tani. Keterlibatan masyarakata dalam kelompok tani dan koperasi, akan
mendukung usaha pemberdayaan masyarakat desa, meningkatkan ketahanan sosial
masyarakat desa, dan membantu pengembangan wilayah.
BANK INDONESIA 55
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Tingkat pencemaran yang sangat minim dapat terjadi pada air, yaitu pada
saat petani memberikan pakan ikan yang berlebihan sehingga tidak termakan
habis oleh ikan. Pakan ikan yang berlebihan ini dapat mengendap di dasar waduk
dan menyebabkan air menjadi keruh. Walaupun begitu, tingkat pencemaran yang
disebabkan oleh jatuhnya pakan pada dasar waduk bukan hal yang mengkhawatirkan
karena pakan merupakan bahan organik yang selanjutnya akan terurai dengan
sendirinya di dalam air. Secara umum usaha pembudidayaan ikan merupakan jenis
usaha yang tergolong ramah lingkungan.
7.1. Kesimpulan
Ikan mas merupakan komoditas budidaya yang menguntungkan, karena ikan
ini merupakan ikan yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara
rutin. Data permintaan ikan mas nasional menunjukkan bahwa potensi pemasaran
dari produk in masih terbuka lebar.
BANK INDONESIA 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BANK INDONESIA 59
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN
RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN
n CFn
NPV = ∑ ------------------ - I0
t=1 (1+WACC)n
Keterangan:
CFn = arus kas pada periode ke n
WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)
I0 = investasi pada awal periode.
Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua
arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas
bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present
value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Investasi awal
tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan menghasilkan
nilai bersih arus kas (net present value).
Jika NPV positif berarti usaha layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif
berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti
imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis dengan biaya modalnya. Investasi
di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar daripada deposito misalnya. Untuk
mengkompensasi resiko yang besar tersebut, investor meminta imbal hasil yang
besar pula. Jika imbal hasil usaha yang akan dianalisis ini tidak lebih baik daripada
investasi lain yang resikonya lebih kecil, investor tidak akan menjalankan usaha ini.
Cara menghitung NPV adalah seperti pada Tabel L1.1.
BANK INDONESIA 61
LAMPIRAN
Tabel L1.1
Contoh Perhitungan NPV
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
ARUS KAS MASUK
Laba Operasi x (1 - Tarif Pajak) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
Biaya Penyusutan 200 200 200 200 200
Nilai Sisa Harta Tetap 500
Nilai Sisa Modal Kerja Bersih 750
Total Arus Kas Masuk 2.700 2.700 2.700 2.700 3.950
Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L1.1 di atas adalah sebagai berikut:
1. Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi.
2. Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta
tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa
harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya
pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima).
3. Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada
akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima.
4. Harta tetap pada awal periode adalah total kebutuhan harta tetap yang
dibutuhkan.
5. Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut:
• Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri
dari kas untuk berjaga-jaga, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang
dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah
dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan
baku dan biaya pengolahannya.
E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D
Keterangan:
E = modal sendiri
D = pinjaman
BANK INDONESIA 63
LAMPIRAN
Tabel L1.2
Perhitungan Modal Kerja
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Kas 20 20 20 20 20 20
Piutang Usaha 0 250 250 250 250 250
Persediaan Bahan Baku 200 200 200 200 200 200
Persediaan Barang Dalam Proses 300 300 300 300 300 300
Persesiaan Barang Jadi 0 50 50 50 50 50
Biaya Sewa 150 150 150 150 150 150
Total 670 970 970 970 970 970
Utang Usaha 300 300 300 300 300 300
Modal Kerja Bersih 370 670 670 670 670 670
Perubahan Modal Kerja Bersih 370 300 0 0 0 0
Pendanaan
Modal Sendiri 30% 111 90 0 0 0 0
Pinjaman Bank 70% 259 210 0 0 0 0
Total 100% 370 300 0 0 0 0
Keterangan:
NI = laba bersih (net income = NI)
EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT)
T = Pajak, t = tarif pajak
EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest and
taxes = EBIT)
b. Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai
berikut:
NI = EBT – T
NI = EBT–EBT x t
NI = EBT (1–t)
Sementara EBT = EBIT – I
Substitusikan (EBIT–I) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:
NI = (EBIT – I)(1–t)
NI = EBIT(1–t) – I(1–t)
EBIT (1–t)=I(1–t)+NI
Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang
besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya
(kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang
besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan
dengan biaya modalnya (Ke), shingga diperoleh: EBIT (1-t) = D kd (1–t) + E ke
BANK INDONESIA 65
LAMPIRAN
E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D
EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut
harus menghasilkan return minimum sebesar WACC, Jika tidak NPV akan
negatif.
d. Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil
perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC).
Dalam contoh ini adalah 15,5%.
Tabel L1.3
Menghitung Biaya Modal Usaha
Sumber Porsi Biaya Biaya Modal
Sumber Pendanaan Pendanaan
Pendanaan Modal Setelah Pajak Perkalian
(1) (2) (3) (4) = (1)x(3)
Modal Sendiri 30% 20% 20,0% 6,0%
Pinjaman 70% 16% 13,6% 9,5%
Total 100% WACC = 15,5%
Tabel L1.4
Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula Excel
A B C D E F G H
0 1 2 3 4 5
41 Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
42 IRR 32,4%
43
B. Cara Manual
Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi
sebagai berikut:
NPV1
IRR = r1 + (r2-r1) x ---------------------
NPV1 – NPV2
Keterangan:
r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif.
r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif.
Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu
bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif
seperti pada Tabel L1.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount
rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk
mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer
tersebut. Contoh perhitungan dapat adalah seperti pada Tabel L1.5.
BANK INDONESIA 67
LAMPIRAN
Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai
negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya,
seperti pada Tabel L1.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1
– NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR
manual akan sama dengan hasil perhitungan dengan formula Excel. Semakin besar
perbedaan r1 dan r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel
akan semakin besar pula. Oleh rena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan
formula Excel lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual.
Tabel L1.5
Contoh Perhitungan IRR Cara Manual
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No.
No.
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
1 NPV POSITIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (1) 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
NPV (1) 2.918
2 NPV NEGATIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (2) 35,0% 1,0000 0,7407 0,5487 0,4064 0,3011 0,2230
PV -6.370 1.778 1.481 1.097 813 881
NPV (2) -320
r1 0,16
r2 0,35
NPV1 2.918
NPV2 -320
IRR 33,1%
c. Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak
termasuk tahun 0).
d. Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun
untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif.
e. Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut
sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas sama besarnya tiap bulan. Jika
arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata arus kas sebulan
adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar Rp1.270 pada akhir
tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225) atau 0,47 tahun.
Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah 2,47 tahun.
Tabel L1.6
Contoh Menghitung Payback Period
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Akumulasi Arus Kas Bersih -6.370 -3.970 -1.270 1.430 4.130 8.080
Tahun 2 1 1 0 0 0
Bulan 0,47 0,00 0,00 0,47 0,00 0,00
BANK INDONESIA 69
LAMPIRAN
Tabel L1.7
Contoh Menghitung Benefit-Cost Ratio
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
PV Positif 9.288 0 2078 2023 1751 1516 1920
PV Negatif -6.370 -6370 0 0 0 0 0
B-C Ratio 1,46
Biaya-biaya dapat dikelompokan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi
perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misanya biaya penyusutan, biaya sewa,
biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biaya-biaya
yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan baku,
biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran.
Penjualan – Biaya-biaya = 0
Qp = F + V
Qp = F + Qv
Qp - Qv = F
Q(p-v) = F
Q = F/(p-v)
Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan
Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p)
Kalikan kedua ruas persamaan di atas dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika
biaya variabel per unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan
dengan volume penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok
(break even sales =BES) sebagai berikut:
F
BES = ------------------
V
1 – ----------
S
BANK INDONESIA 71