Y. S. Setio Wigati
INTISARI
Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari
permasalahan dari dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat
dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan
kesehatan kerja dalam industri dikaitkan dengan masalah lingkungan. Tetapi posisi
keselamatan dan kesehatan pekerja berada di luar standar manajemen lingkungan ISO
14000. Seharusnya secara otomatis perancang-perancang ISO memasukkan keselamatan
dan kesehatan pekerja ke dalam masalah-masalah lingkungan. Alasan yang mungkin
mengeluarkan masalah keselamatan dan kesehatan pekerja dari masalah lingkungan karena
otoritas masalah keselamatan dan kesehatan pekerja berada di bawah Departemen Tenaga
Kerja.
1. PENDAHULUAN
UUD 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi
kemanusiaan apabila keselamatan tenaga kerjanya terjamin. Tenaga kerja sebagai
sumber daya manusia perlu terus dikembangkan, diberikan perlindungsan terhadap
pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja serta diberikan perawatan dan
rehabilitasi.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut dimaksudkan
agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas.
Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja dan depertemen-depertemen
lain serta pihak swasta sebenarnya sudah mengetur keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga diharapkan pembentukan pekerja yang sehat yang bekerja dengan nyaman
dapat terealisasi semaksimal mungkin tanpa adanya dampak negatif pada masyarakat di
sekitar perusahaan masing-masing. Tetapi adakah standar konsensus yang berlaku
secara internasional yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja ?
teknologi yang sudah maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang
yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya dan juga masyarakat pada umumnya (Su’mamur, 1981).
Kesehatan ketenagakerjaan dan kesehatan perusahaan atau lingkungan industri
pada awalnya diatur secara terpisah. Akan tetapi dengan mengingat kepentingan
peraturan yang menyengkut (1) keselamatan kerja dalam menghadapi resiko-resiko
pekerjaan yang mengandung bahaya bagi kesehatan, (2) tenaga kerja untuk memperoleh
jaminan pemeliharaan kesehatan jika menderita sakit, dan (3) pemeriharaan prevensi
kesehatan lingkungan perusahaan tempat karyawan bekerja, maka secara praktis
menurut hukum kesehatan dikembangkan peraturan hukum tentang “occupational
health and industrial hygiene” yang mengandung tiga sasaran kepentingan kesehatan
(Poernomo, 1999).
Pengontrolan terhadap bahaya-bahaya potensial atau resiko di tempat kerja
merupakan program kesehatan dan keselamatan kerja yang berkesinambungan serta
mendidik agar pekerja dapat memelihara kesehatan sebaik-baiknya.
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan dalam dua
pokok pelaksanaan, yaitu :
1. Pelayanan terhadap manusianya
2. Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.
Dalam pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
dapat dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal, mencegah adanya gangguan
kesehatan, mendiagnosis, mengobati penyakit yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi
lingkungan kerja, disamping penerapan ergonomi dilakukan pengontrolan,
membandingkan dengan standar, pemantauan, evaluasi dan koreksi (Maurits, 1999).
Rehabilitation Standard
Monitoring
Occupational & work
illness Control environment
contoh, Standard Council of Canada (CSA) adalah badan anggota yang memegang
kesekretariatan TC 207, yaitu panitia yang mengatur bagian dari panitia yang menyusun
ISO 14000 dan mengatur standar lingkungan.
Standar manajemen mutu dan lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000) yang
diciptakan oleh Brirish Standard Institute (BSI) seperti dalam BS 5750 dan BS 7750
adalah sisitem standar yang pertama di dunia. Pada perusahaan yang menerapkan ISO
9000 dan ISO 14000 produk dan proses yang dilakukan harus telah sesuai dengan
standar bagi produk tersebut. Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan pembuat beton
tidaklah berguna untuk memiliki standar manajemen mutu jika beton tersebut tidak
dibuat sesuai dengan standar untuk beton.
Sebuah kelemahan dari kedua standar ini adalah setidaknya dalam ISO 9000 dan
draft awal dari ISO 14000, walaupun mengatur kesehatan dan keselamatan pekerja,
standar di atas tidak menuntut agar kesehatan dan keselamatan pekerja dikelola sesuai
standar. Alasan untuk tidak menyatukan kesehatan dan keselamatan kerja adalah bahwa
Departemen Tenaga Kerja mempunyai kekuatan hukum atas aturan tersebut dan berhak
untuk memeriksanya, sedangkan badan standar nasional berhubungan dengan
Departemen Perisdustrian. Sebenarnya perusahaan yang berminat menangani isu
kesehatan dan keselamatan pekerja di bawah standar ISO 9000 dan ISO 14000 bukan
berarti penanganan mereka terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja jelek, setidak-
tidaknya bagi perusahaan kimia yang memang peka terhadap masalah ini.
Banyak orang / perusahaan dikejutkan oleh kurangnya perhatian baik BS 7750
maupun versi awal ISO 14000 terhadap masalah kesehatan dan keselamatan pekerja,
yaitu dengan menetapkannya sebagai hal yang bersifat sukarela, dan juga dalam
beberapa hal memberikan prioritas rendah pada proses dan keselamatan masyarakat,
dan pada keamanan produk serta pembuangannya. Tampaknya hanya industri kimia
yang memperhatikan secara penuh kebutuhan mempertimbangkan pada kesehatan dan
keamanan proses dan masyarakat.
Industri kimia memiliki pedoman praktik yang sangat baik yang dapat digunakn
oleh seluruh perusahaan pemrosesan sebagai pedoman atau kebijakan tingkat atas.
Pedoman praktik tersebut adalah Program Kepedulian yang Bertanggungjawab atau
Responsible Care Programme (RCP). Federasi asosiasi industri kimia Eropa, CEFIC,
dan badan anggotanya dari Inggris, CIA (Chemical Industry Association), telah
menggunakan ISO 9000 maupun BS 7750 guna mengelola RCP di Eropa. Program ini
nampaknya benar-benar program dari CIA. Industri kimia dari Eropa, dan terutama di
Inggris, juga telah berhasil dalam penggunaan ISO 9000 guna menjangkau mutu,
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan.
Meskipun industri kimia, dengan usaha sangat keras, telah mengembangkan
suatu perluasan dari ISO 9000 (tepatnya ISO 9001) yang mencakup mutu, perlindungan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan pekerja serta keamanan proses dan produk,
namun saat ini nampaknya pendekatan ini tidak akan digunakan. Ada beberapa alasan
utuk hal ini, yang paling utama adalah kemunculan ISO 14000 dan penerbitan aturan-
aturan baru untuk akreditasi agen-agen sertifikasi dalam hal standar lingkungan oleh
badan-badan seperti National Accreditation Council for Certification Bodies (NACCB)
di Inggris.
Industri kimia sedang mendesak masyarakat internasional untuk menggunakan
suatu sistem manajemen generik ISO tunggal yang mencakup keselamatan, kesehatan
dan lingkungan, dan sesuai dengan mutu. Industri tersebut melihat ini sebagai
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja 137
Pembahasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam ISO
5. PENUTUP
Topik masalah kesehatan dan keselamatan diangkat ke permukaan sebagai suatu
masalah dalam beberapa pertemuan dari beberapa komite teknik (TC). Keputusan yang
diambil adalah menulis saran kepada Dewan Manajemen Teknis / Technical
Management Board (TMB) ISO untuk meneliti apakah masalah kesehatan dan
keselamatan pekerja perlu distandarisasi secara internasional dan kalau perlu, TC mana
yang harus melaksanakannya.
Saran tersebut diatas tampaknya diterima, terbukti dengan munculnya ISO
18000 tentang keselamatan kerja dan kesehatan masyarakat, meskipun sekarang aturan
main dan aturan pelaksanaannya belum dimasyarakatkan secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Maurits, L. S., 1999, Manajemen Penerapan Hiperkes di Perusahaan dan Rumah Sakit,
Naskah Seminar Penerapan K3 dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Kerja
dan Menyongsong Akreditasi Rumah Sakit.
Poernomo, B., 1999, Pengembangan Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Kerja, Naskah Seminar Penerapan K3 dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Kerja dan Menyongsong Akreditasi Rumah Sakit.
Rohery, B., 1985, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000, PT Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.
Soegiarto, ___, Diktat Kuliah Keselamatan Kerja dan Higiene Perusahaan, ___.
Suma’mur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT Toko Gunung
Agung, Jakarta.