Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEBUTUHAN ISOLASI SOSIAL DAN ISOLASI SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Jiwa


Dosen :

Disusun Oleh Kelopok 2 :

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Isolasi Sosial” dengan tepat waktu, tanpa
halangan apapun.
Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan makalah
ini terutama ibu Yeni Suryaningsih S. Kp., M. Kep. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
Kami menyadari Makalah “Isolasi Sosial” ini masih banyak sekali kekurangan. Tetapi kami
berusaha untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritikan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua.

Jember, 22 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A . Latar Belakang 4
B . Tujuan 4
1 . Tujuan Umum 4
2 . Tujuan Khusus 4
3. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN TEORI 6
A.Definisi Isolasi Sosial 6
B.Manifestasi Klinis 7
C. Patofisiologi 8
D..Faktor predisposisi 9
E. Faktor Presippitasi 10
F. Stategi Pelaksanaan 11
G.Terapi kelompok 11

BAB III TINJAUAN KASUS 23


BAB IV PEMBAHASAN KASUS 34
Kesimpulan 36
Daftar Pustaka37

3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah pola psikologis yang diperlihatkan oleh individu berupa distress, gangguan
fungsi dan penurunan kualitas hidup Stuart (2013). RISKESDAS tahun 2013 menunjukan data
gangguan jiwa berat sebesar 0,17%, atau sekitar 1,1 juta orang atau 5,2% dari jumlah penderita
Skizofrenia di seluruh dunia. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat ditunjukkan dengan
penurunan dan ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek
tumpul atau tidak wajar,gangguan kognitif (ketidakmampuan berfikir abstrak) serta kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari (Kirana, SAC, Keliat, BA, Mustikasari, 2015)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu membuat
kontak (Carpenito, 2007).
Sedangkan menurut Doenges, Townsend dan Moorhouse (2007), isolasi sosial adalah kondisi ketika
individu atau kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah keadaan ketika
individu atau kelompok mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain dan lingkungan sekitarnya secara wajar, sehingga menimbulkan kecemasan pada diri sendiri
dengan cara menarik diri secara fisik maupun psikis.
Gejala skizofrenia dapat digolongkan menjadi 2 gejala yaitu gejala positif dan gejala negatif
(Videback, 2014).Sebagian besar dari gejala negative pasien dengan skizofrenia dapat berupa isolasi
sosial.

Tujuan
a). Tujuan umum
Untuk memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa
dengan masalah utama isolasi social dengan metode komunikasi terapeutik.
4
b) Tujuan khusus
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah pada klien dengan gangguan jiwa dengan isolasi social :
menarik diri
Menerapkan diagnose keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan isolasi social
menarik diri.

Manfaat penulisan
Bagi penulis
Sebagai ilmu pengetahuan tentang masalah isolasi social : menarik diri dan bagaimana untuk
melakukan asuhan keperawatan
Sebagai tambahan pengalaman bagi penulis dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama
pendidikan.
Bagi institusi pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan yang akan datang di bidang keperawatan.
Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya, dan juga dapat
memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas asuhan keperawatan yang dilakukan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien merasa ditolak, diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang orang lain.
Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan orang orang lain,
menghingdari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998).
Gejala yang muncul pada klien isolasi sosial meliputi gejala kognitif antara lain, perasaan
kesepian, merasa ditolak orang lain atau lingkungan, merasa tidak dimengerti oleh orang lain,
merasa tidak berguna, putus asa, tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak aman berada diantara
orang lain, menghindar, tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan (Fortinash, 1999; Keliat,
2010); Townsend, 2009; NANDA, 2012). Gejala afektif yang muncul adalah lebih banyak memiliki
gejala negatif seperti sedih,tertekan, depresi, marah, kesepian, ditolak orang lain, apatis, malu.
(Stuart & Laraia, 2005). Perilaku yang sering ditunjukkan oleh klien isolasi sosiail lebih banyak
menarik diri, menjauh dari orang lain, jarang berkomunikasi, tidak ada kontak mata, malas, tidak
beraktifitas, menolak hubungan dengan orang lain (Townsend, 2009).
Stuart, (2013) menjelaskan bahwa dampak dari perilaku klien isolasi sosial sering tidak dijadikan
prioritas karena tidak mengganggu secara nyata. Apabila isolasi sosial tidak ditangani, maka akibat
yang ditimbulkan dapat berupa risiko perubahan sensori persepsi : halusinasi sebagai bentuk gejala
negative pasien dengan skizofrenia dapat berupa isolasi sosial. .
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia yang satu
dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarkat tidak dapat dipisahkan dengan
manusia, karena hanya manusia saja yang dapat hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama
dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung jawab hak dan kewajiban.
Sebaliknya manusia juga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat sebab seorang manusia tidak akan
dapat melakukan segala aktivitansnya dengan sendiri tanpa adanya masyarakat. Berikut beberapa
kebutuhan isosial yang bisa dilakukan:
(1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu interaksi dan tujuan.

6
(2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukan penghargaan yang
tulus.
(3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada
orang lain yang tidak berkepentingan.
b) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
(1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana.
(2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
(3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
(4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

c) Kenal dan dukung kelebihan klien


Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara menceritakan
perasaannya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
(1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
(2) Dukung koping klien yang konstruktif.
(3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
(2) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
(3) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
(4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
(5) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.

2) Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata seperti menulis,
menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
b)   Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
d) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di masyarakat.
7
3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan secara mandiri.
b) Bimbing klien berpakaian yang rapi.
c) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat
kabar, radio dan televisi.
d) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
4) Lingkungan terapeutik
a) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain di lingkungan.
b) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka waktu yang lama.
c) Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di ruangan.

Menurut Struart Sundeen rentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosila
merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dan maladaptif :
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan (Stuart, 2007). Respon adaptif adalah respon yang
diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal. Adapun respon adaptif tersebut adalah:
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
merupakan suatu cara untuk mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
Otonomi : suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ideide pikiran.
Kebersamaan : suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
memberi dan menerima.
Saling ketergantungan :Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.
Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku
maladaptif tersebut adalah:
Menarik diri : Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan
dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
Manipulasi :Menganggap orang lain sebagai obyek dan berorientasi pada diri sendiri.
Ketergantungan : Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
8
Impulsif : Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
Narkisisme : Harga diri yang rapuh, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang
lain tidak mendukung.
Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul pada klien isolasi sosial meliputi gejala kognitif antara lain, perasaan kesepian,
merasa ditolak orang lain atau lingkungan, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak
berguna, putus asa, tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak aman berada diantara orang lain,
menghindar, tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan (Fortinash, 1999; Keliat, 2010);
Townsend, 2009; NANDA, 2012).
Data Subjektif
klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
respon verbal kurang dan sangat singkat
klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengn orang lain
klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
klien merasa tidak berguna
klien merasa ditolak

Data Objektif
klien banyak diam dan tidak mau bicara
klien mengikuti kegiatan
banyak berdiam diri dikamar
klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
klien tampak sedih, ekspresi datar atau dangkal
kontak mata kurang
apatis (acuh)
ekspresi wajah kurang berseri
tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9
mengisolasi diri
masukan makanan dan minuman terganggu
aktivitas menuru

C. Patofisiologi
Pattern of parenting Inefective coping Lock of Development Stressor internal and
(pola asuh keluarga) (koping individu tidak task external (stress
efektif) (gangguan tugas internal dan eksternal
perkembangan)
Misal : pada anak yang Misal : saat individu Misal : kegagalan Misal : stress menjadi
kelahirannya tidak mengalami kegagalan menjamin hubungan akibat ansietas yang
dikehendaki menyalahkan orang lain, intim dengan sesama berkepanjangan dan
(unwanted child) akibat ketidakberdayaan, jenis atau lawan terjadi bersamaan
kegagalan kb,hamil menyangkal tidak jenis,tidak mampu dengan keterbatasan
diluar nikah, jenis mampu menghadapi mandiri dan kemampuan individu
kelamin yang tidak kenyataan dan menarik menyelesaikan tugas, untuk mengatasinya,
diinginkan, bentuk fisik diri dari lingkungan, bekerja, bergaul, ansietas terjadi
kurang menawan terlalu tingginya self sekolah, menyebabkan berpisah dengan orang
menyebabkan keluarga ideal dan tidak mampu ketergantungan pada terdekat, hilangnya
mengeluarkan komentar- menerima realitas dengan orang tua, rendahnya pekerjaan atau orang
komentar negatif rasa syukur. ketahanan terhadap yang dicintai
merendahkan, berbagai kegagalan
menyalahkan anak

Harga Diri
Rendah Kronis

10
Isolasi Sosial

D. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor yang menyebabkan isolasi sosial antara lain sebagai berikut (Suliswati, Payapo,
Maruhawa et.al, 2005):
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Penyebab isolasi
sosial berdasarkan faktor predisposisi antara lain sebagai berikut:
Faktor perkembangan : Dalam pencapaian tugas perkembangan dapat mempengaruhi respon sosial
maladaptif pada setiap individu.
Faktor biologis : Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif, keterlibatan
neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini.
Faktor sosiokultural : Norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis dapat menyebabkan terjadinya isolasi sosial.
Faktor keluarga : Komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif akan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah.
E. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor pencetus terjadinya suatu masalah. Penyebab isolasi sosial
berdasarkan faktor presipitasi antara lain sebagai berikut:
Stres sosiokultural : Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
Stressor psikologis : Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.
Faktor Prespitasi
Stresor Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
11
Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebututuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

Standar Pelaksanaan

Pasien Keluarga

SP 1 SP 1
a. Identifikasi penyebab: a. Identifikasi masalah yang dihadapi ke
Siapa yang satu rumah dengan pasien? dalam merawat pasien
Siapa yang dekat dengan pasien? Apa b. penjelasan Isos
sebabnya? c. Cara merawat Isos
Siapa yang tidak dengan dengan pasien? d. Latih (simulasi)
Apa sebabnya? e. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
b. keuntungan dan kerugian berinteraksi merawat pasien
dengan orang lain
c. latih berkenalan
d. masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2 SP 2
a. Evaluasi SP 1 a. Evaluasi SP 1
b. Latih berhubungan sosial secara b. Latih (langsung ke pasien)
bertahap (pasien dan keluarga) c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
c. Masukan jadwal kegiatan pasien merawat pasien

Terapi kelompok (TIK1-TIK4)


Terapi Kelompok 1 (TIK 1) Isolasi sosial
12
Proses Keperawatan.
Kondisi Klien
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
Klien tampak menyendiri.
Klien terlihat mengurung diri.
Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.


Tujuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain.
Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
  4. Tindakan Keperawatan.
a.  Membina hubungan saling percaya.
b.  Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c.  Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d.  Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e.  Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f.   Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.

b) Proses Pelaksanaan
1.      Fase Orentasi.
13
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu…… perkenalkan nama saya Khairil Anwar, biasa dipanggil
Anwar. Saya mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal yang akan dinas di ruangan Dewa Ruci ini
selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan
merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan kemampuan yang
Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
2.  Fase kerja.
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A
pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang
menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan
beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
14
Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu. Begini ibu,
untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama Bapak siapa ?
senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan dengan
saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang menyenangkan.
Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi pasien
bercakap-cakap).

3.   Terminasi.
a.    Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b.    RTL
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan teman? Dua kali ya
ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00
kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri
makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman
maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu
ulangi? Naah bagus ibu.
c.   Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu bercakap-
cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu
bersedia?
15
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?? Baiklah bu besok
saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.

Terapi kelmpok 2 (TIK 2)


a) Proses Keperawatan.
1.  Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Data objektif :
Klien menyendiri di kamar.
Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
2.  Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a.  Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.
b.  Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain.
4.  Tindakan Keperawatan.
a.  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b.  Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
c.  Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian.

b) Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a.   Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b.   Evaluasi/ Validasi :

16
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian, bagaimana
semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan
orang lain? Bagai mana perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
c.  Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai mana berkenalan dan
bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2.  Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di ruangan Dewa Ruci,
ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika
pasien masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan
ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu, selain
nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat C dan D? (bantu pasien
mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu
lakukan pada jam ini? Bagai mana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan
siang di ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain.
Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu. ooh
tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu( jika pasien diam dapat dibantu oleh
perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman ibu?
apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu melakukan menyusun
gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-cakap ibu.

3.   Terminasi.
17
a.   Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan bercakap-cakap
dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali
bagaimana caranya berkenalan?
b.  RTL
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan bercakap-cakap ketika
membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan
pagi dan makan siang.
c.  Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4 orang lain dan
latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya akan kesini jam
10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi Assalamualaikum
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

Terapi Kelompok 3 (TIK 3) Isolasi sosial


a) Proses Keperawatan.
1.  Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan masih sedikit malas ber interaksi dengan orang lain.
Data objektif :
Klien tampak sudah mau keluar kamar.
Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2.  Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3.  Tujuan.
a.       Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
18
b.      Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.  Tindakan Keperawatan.
a.    Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b.    Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c.     Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
b) Proses Pelaksanaan
1.  Fase Orentasi.
a.   Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b.   Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian? Apakah ibu sudah
bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-
cakap? Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus
ibu.
c.   Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu berkenalan atau
bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap dengan teman sekamar saat melakukan
kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2.  Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak sedang memasak dan
jurumasak disana berjumlah lima orang disana. Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah
ibu sudah siap bergabubg dengan banyak orang? Nah ibu sesampainya disana ibu langsung
bersalaman dan memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan
yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat sekarang
ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan kembali keruma).
19
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan kegiatan harian,
kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin
didampingi? Dengan Nn. E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar
tidur ya bu( perawat mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan
menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-cakap.
3.  Terminasi.
a.  Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ? kalau setelah
merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman ibu yang menyenangkan berada dalam
kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung dengan orang banyak?
b.  RTL :
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu bisa ikut kegiatan
menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap
pagi saat merapikan tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan
berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c.  Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan berbincang-
bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah B besok
saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi Assalamualaikum.
Terapi Kelompok 4 (TIK 4) Isolasi sosial
a) Proses Keperawatan.
1.  Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
20
Klien sudah mau keluar kamar.
Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2.  Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3.  Tujuan.
a.  Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b.  Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.  Tindakan Keperawatan.
a.  Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b.  Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c.  Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
b) Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a.   Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa enggan berbicara dengan
orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-
cakap kan ibu? sudah berapa orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain
bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu setelah melakukan semua
kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.
c.    Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu dalam menjemput
pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2.  Fase Kerja.

21
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya sudah disipakan
oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.(komunikasi saat di ruangan
laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu bertanya
kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti
ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan
terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat mendampingi pasien)
3.   Terminasi.
a.   Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke ruangan laundry?
Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b.  RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan melakukan kegiatan
menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c.    Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan diri. apakah ibu
bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah bu besok
saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya permisi Assalamualaikum

22
BAB III
23
KASUS

Klien bernama Tn. A umur 30 tahun dengan BB 60 kg dan TB 145 cm datang dengan
keluhan dibenci keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian perawatan awalnya ia ingin menjadi TNI
tetapi badannya pendek, klien memiliki self ideal tinggi tapi mampu menerima realitas, tidak
mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna dan tergantung dengan
orangtuanya. Data keluarga menunjukkan sejak kecil ia sering menerima komentar-komentar
negative dan juga kekerasan, merendahkan, menyalahkan anak, kadang muncul rasa curiga
berlebihan. Saat ini orang tua klien sering merasa cemas akibat PHK. Kondisi klien saat ini TD
120/89 mmHg, Nadi 80x/ menit, suhu 36oc. Tidak ada keluhan fisik tetapi tidak bisa berkomunikasi
dengan baik dan mengalami gangguan emosi, tidak mampu melaksanakan kegiatan di dalam rumah,
pembicaraan inkoheren, tidak mampu memulai pembicaraan, pengulangan pembicaraan/
persevarasi, interaksi dengan orang lain menggunakan kontak mata, tingkat kesadaran bingung,
disorientasi terhadap orang, mekanisme koping maladaptif (menciderai diri)

24
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

FORMULIR PENGKAJIANA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT : ruang isolasi TANGGAL DIRAWAT : 21 Maret 2019


I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. A (L) Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2019
Umur : 30 Tahun RM No. : 181910

II. ALASAN MASUK


Keluarga klien mengatakan bahwa klien ter obsesi ingin menjadi seorang TNI, Namun klien tidak
lolos tes dikarenakan tinggi badan tidak mencukupi. Dan klien mengurung diri dikamar kurang
lebih 3 bulan. Dan klien tidak mampu ber interaksi dengan keluarga.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil  kurang berhasil tidak berhasil


3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

 25
30 thn
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal 

Jelaskan No. 1, 2, 3 : Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalunya dan
pengobatan sebelumnya kurang berhasil dan disertai kekarasan dalam keluarga dan terjadi tindakan
kriminal didalm keluarga.

Masalah Keperawatan : risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat penolakan
(Nanda,2018-2020)


4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran


Tidak ada tidak ada tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

5.. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien tidak lolos dalam tes
Masalah Keperawatan : risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat penolakan
(Nanda,2018-2020)
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/89 mmHg N : 80 x/menit S : 36 ° C
2. Ukur : TB : 145 Cm BB : 60 kg


3. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan : Tanda – tanda vital normal, tidak ada keluhan fisik


Masalah keperawatan : tidak ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

26
36th
Keterangan :
: Perempuan meninggal : pasien dengan umur
X : Laki- laki
: serumah
Jelaskan : klien tersebut terdiri dari 2 saudara kandung, yaitu klien dan adik klien
perempuan. Didalam keluarga tidak ada penyakit turunan
Masalah Keperawatan: tidak ada

2. Konsep diri
a Gambaran diri : saya merasa malu karna tidak lolos dalam tes TNI
b. Identitas : Saya menyadari bahwa saya tidak lolos tes TNI
c. Peran : saya sudah 3bulan diam diri dirumah, dan tidak mau berinteraksi dengan
anggota keluarga
d. Ideal diri : Saya ingin menjadi anggota TNI,Tetapi dengan tinggi saya tidak memenuhi
syarat
e. Harga diri : saya sudah melakukan yang terbaik untuk lolos tes TNI

Masalah Keperawatan : risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan pola kegagalan
(Nanda,2018-2020)

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : tidak ada
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : tidak bisa berkomunikasi dengan baik

27
Masalah keperawatan:: hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan emosi

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien tidak solat 5 waktu
b. Kegiatan ibadah : tidak ada

masalah keperawatan :
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan


Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya

Jelaskan : klien tidak dapat membedakan cara penggunaan pakaian sesuaai kebutuhan,
Masalah keperawatan : devisit keperawatan diri berpakaian berhubungan dengan ketidak mampuan
melepaskan atribut pakaian

2. Pembicaraan


Cepat Keras Gagap Inkoheren


Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan

jelaskan : klien tidak mampu berfikir secara logis dan klien tidak mampu memulai pembicaraan
Masalah Keperawan : hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan memahami
komunikasi
3. Aktivitas Motorik:


Lesu Tegang Gelisah Agitasi
28
Tik Grimasen Tremor  Kompulsif

Jelaskan : klien sewaktu waktu mengalami pembrontakan dan pikiran mengganggu fikiran sehari
hari
Masalah Keperawatan : kontrol emsoi labil berhubungan dengan stresor

4. Alam perasaaan


Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : klien mengalam tangisan yang mendalam yang menyebabkan kesedihan akibat tidak
lolos tes TNI
Masalah Keperawatan : kontrol emosi labi berhubungan dengan menangis tidak terkontrol

5. Afek


Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : klien mengalami kelabilan


Masalah Keperawatan : ketidak efektifan kontrol implus berhubungan dengan perubahan mood

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak
 mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : selama wawancara klien tidak ada kontak mata


Masalah Keperawatan : hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan tidak ada kontak mata
29
7. Persepsi


Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan


 pembicaraan/persevarasi

9. Isi Pikir


Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga


nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

30
10. Tingkat kesadaran


bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang


Jelaskan : kurangnya orientasi orang


Masalah Keperawatan : hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan dis orientasi orang

11. Memori


Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : klien mengiingatnya pada saat tidak lolos tes TNI


Masalah Keperawatan : hambatan memori berhubungan dengan ketidakmampuan menyimpan
informasi baru

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : klien tidak mampu berkonsentrasi


Masalah Keperawatan : hambatan memori berhubungan dengan ketidakmampuan menyimpan
informasi baru
31
8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya  tidak


Mencuci pakaian Ya tidak

Pengaturan keuangan Ya  tidak

9. Kegiatan di luar rumah


Belanja Ya tidak

Transportasi Ya  tidak


Lain-lain Ya tidak

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih


32
Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar


Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________

Masalah Keperawatan :
_________________________________________________________________
x. Pengetahuan Kurang Tentang:


Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya : ______________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : Stress berlebihan berhubungan dengan perasaan tertekan

33
Analisa Data

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : isolasi sosial berhubungan dengan riwayat ditolak ditandai dengan ditolaknya
masuk TNI

Terapi Medik :
Menenagkan klien
Memberikan motivasi kepada klien
Menerima keadaan

Jember,21 Maret 2019

(perawat Z.)

34
Analisa Data
Data Objektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain.
Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang lain.
Tidak ada kontak mata dan sering menunduk,
Berdiam diri di kamar.
Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau pergi saat
diajak bercakap-cakap.
Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang
Data Subjektif
Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
Diagnosa keperawatan
Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Perencanaan
Tujuan Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan:
Membina hubungan saling percaya.
Menyadari penyebab isolasi sosial.
Berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan Membina hubungan saling percaya.
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama panggilan yang Anda
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi.
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

35
Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial.
Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang
lain.
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan di hadapan Anda.
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga.
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat orang, dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan
terus-menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

Pelaksanaan
Membina hubungan saling percaya.
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.

36
Melakukan perkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
Membuat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
Menjelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
Munjukkan sikap empati terhadap pasien.
Memenuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial.
Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
Mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Menjelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
Memberikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
Memberi kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan di hadapan Anda.
Membantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga.
Meningkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
Memberi pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
Mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus-
menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

Evaluasi kemampuan pasien

37
Pasien menunjukkan rasa percayanya kepada saudara sebagai perawat dengan ditandai
dengan pasien mau bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan program yang
diusulkan usulkan kepada pasien.
Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak mau bergaul dengan orang lain,
kerugian tidak mau bergaul, dan keuntungan bergaul dengan orang lain.
Pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien merasa ditolak,
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
orang lain.Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan
orang orang lain, menghingdari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan

38
orang lain (Keliat, 1998).Gejala yang muncul pada klien isolasi sosial meliputi gejala
kognitif antara lain, perasaan kesepian, merasa ditolak orang lain atau lingkungan, merasa
tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, putus asa, tidak memiliki tujuan
hidup, merasa tidak aman berada diantara orang lain, menghindar, tidak mampu
konsentrasi dan membuat keputusan (Fortinash, 1999; Keliat, 2010); Townsend, 2009;
NANDA, 2012). Gejala afektif yang muncul adalah lebih banyak memiliki gejala negatif
seperti sedih,tertekan, depresi, marah, kesepian, ditolak orang lain, apatis, malu. (Stuart
& Laraia, 2005). Perilaku yang sering ditunjukkan oleh klien isolasi sosiail lebih banyak
menarik diri, menjauh dari orang lain, jarang berkomunikasi, tidak ada kontak mata,
malas, tidak beraktifitas, menolak hubungan dengan orang lain (Townsend, 2009).

Saran
Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluargatetap melakukan
kontrol ke RSJ.
Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya
guna memperlancar proses keperawatan.
Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapat
membantu proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, M.L. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG.


Dakami, E., Sulistiawatai, Rochimah, Suryati, K.R, Lestari, W. (2009). Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Jiwa.Ed. Jakarta: EGC.
Iyus Yosep, S.KP., M.Si. (2011). Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT.Refika Aditama.
Suliswati, Payapo, T.A., Maruhawa, J., Sianturi, Y., Sumijatum . (2009). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

39
Ah.Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. (2015). Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

40

Anda mungkin juga menyukai