Anda di halaman 1dari 4

RM 9 LO 09

RM 9

Diagnosis kerja

- Diabetes tipe 2 dengan hipoglikemia

Diagnosis Banding

 Diabetes melitus Tipe 1


Diabetes Melitus tipe-1 (DMT1) adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.Biasanya DM 1 terjadi sejak masa kanak-
kanak, namun dapat juga baru timbul saat dewasa. Sebagian besar orang dengan DM
menderita DM tipe 2, sementara itu hanya sekitar 5% yang menderita DM tipe 1.
Gejala Klinis :

- Sering buang air kecil, terutama pada malam hari (polyuria).

- Sering haus (polydipsia).

- Sering merasa lapar (polyphagia).

- Berat badan turun.

- Pandangan kabur.

- Kelelahan.

- Mudah diserang penyakit infeksi.

- Luka yang lama sembuh.

- Merasa kaku atau kesemutan pada kaki.

- Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria

Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus ke dalam ketoasidosis diabetik yang disertai
atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik. Oleh
karena itu, pada dugaan DM tipe 1, penderita harus segera dirawat inap.

 Diabetes insipidus
Diabetes insipidus merupakan suatu kelainan yang menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, sehingga membuat pengidapnya jadi sering ingin
buang air kecil dan memiliki rasa haus yang berlebihan. Kondisi ini dapat mengakibatkan
waktu tidur malam pengidap menjadi terganggu, bahkan pengidap dapat mengompol.

Diabetes insipidus memiliki gejala yang mirip dengan gejala diabetes melitus, tapi
penyebab kedua jenis penyakit tersebut berbeda. Diabetes mellitus disebabkan oleh
masalah hormon tertentu dan kadar gula darah yang tinggi. Sedangkan diabetes insipidus
disebabkan oleh masalah dipengaruhi kerja hormon dan ginjal terhadap urine.
Gejala Klinis :

- Rasa haus yang berlebihan.


- Pengeluaran urine yang sangat banyak, dapat mencapai 15 liter jika pengidap mengonsumsi
cairan dalam jumlah banyak.
- Waktu tidur malam menjadi terganggu lantaran harus sering bangun untuk buang air kecil.
- Sering mengompol.

Pada pengidap anak-anak, gejala dapat berupa :


- Tangisan yang tidak dapat ditenangkan.
- Sulit tidur.
- Demam.
- Muntah.
- Diare.
- Pertumbuhan terhambat.
- Berat badan turun.
- Mengompol.
- Napsu makan turun.
- Rasa lelah terus-menerus.

LO Nomer 9

KIE pada pasien DM dan disertai Hipoglikemia

Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang orang yang termasuk kelompok risiko
tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :

a. Kelompok usia tua (>45tahun)

b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))

c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)

d. Riwayat keiuarga DM

e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.

f. Disiipidemia (HvL)Trigliserida>250mg/dl).

g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk
kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa.Untuk pencegahan
primer antara lain :

 Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.

 Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.

 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.

 Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.


 Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.

 Menghindari atau berhenti merokok.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien
yang telah terdiagnosis DM. Tindakan ini dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM. Program
penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan.Pilar utama pengelolaan DM
meliputi:

a. penyuluhan

b. perencanaan makanan

c. latihan jasmani

d. obat berkhasiat hipoglikemik.

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit
dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pencegahan tersier
memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin (jantung,
ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan
lain-lain.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.

Pencegahan DM tipe 2 dengan Hipoglikemia

1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi, penanganan sementara, dan hal lain harus
dilakukan :

a) Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)


b) Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi glukosa
juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
c) Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan glukosa darah

2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna
insulin atau obat oral golongan insulin sekretagog.

3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tentang: dosis, waktu
megkonsumsi, efek samping

4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian hipoglikemi perlu melalukan:

- Evaluasi secara menyeluruh tentang status kesehatan pasien

- Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan bila diperlukan melalukan program ulang
dengan memperhatikan berbagai aspek seperti: jadwal makan, kegiatan oleh raga, atau adanya
penyakit penyerta yang memerlukan obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah.

- Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih kecil kemungkinan menimbulkan hipoglikemi.
Daftar Pustaka

Ernita Ilyas.2006.Konsensus Pengelolaan Diabetes Militus di Indonesia.Jakarta : PERKENI.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.2011.Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes


Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB.Jakarta : PERKENI.

Anda mungkin juga menyukai