RM 9
Diagnosis kerja
Diagnosis Banding
- Pandangan kabur.
- Kelelahan.
Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus ke dalam ketoasidosis diabetik yang disertai
atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik. Oleh
karena itu, pada dugaan DM tipe 1, penderita harus segera dirawat inap.
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus merupakan suatu kelainan yang menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, sehingga membuat pengidapnya jadi sering ingin
buang air kecil dan memiliki rasa haus yang berlebihan. Kondisi ini dapat mengakibatkan
waktu tidur malam pengidap menjadi terganggu, bahkan pengidap dapat mengompol.
Diabetes insipidus memiliki gejala yang mirip dengan gejala diabetes melitus, tapi
penyebab kedua jenis penyakit tersebut berbeda. Diabetes mellitus disebabkan oleh
masalah hormon tertentu dan kadar gula darah yang tinggi. Sedangkan diabetes insipidus
disebabkan oleh masalah dipengaruhi kerja hormon dan ginjal terhadap urine.
Gejala Klinis :
LO Nomer 9
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang orang yang termasuk kelompok risiko
tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
d. Riwayat keiuarga DM
f. Disiipidemia (HvL)Trigliserida>250mg/dl).
Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk
kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa.Untuk pencegahan
primer antara lain :
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien
yang telah terdiagnosis DM. Tindakan ini dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM. Program
penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan.Pilar utama pengelolaan DM
meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit
dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pencegahan tersier
memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin (jantung,
ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan
lain-lain.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi, penanganan sementara, dan hal lain harus
dilakukan :
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna
insulin atau obat oral golongan insulin sekretagog.
3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tentang: dosis, waktu
megkonsumsi, efek samping
4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian hipoglikemi perlu melalukan:
- Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan bila diperlukan melalukan program ulang
dengan memperhatikan berbagai aspek seperti: jadwal makan, kegiatan oleh raga, atau adanya
penyakit penyerta yang memerlukan obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah.
- Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih kecil kemungkinan menimbulkan hipoglikemi.
Daftar Pustaka