PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
2. Untuk mengetahui nilai – nilai yang terkandung dalam sila Pancasila.
3. Untuk mengetahui contoh nyata penyimpangan nilai – nilai Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
~ Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-
nilai yang lain. Beberapa pertimbangan dominan atau tidaknya nilai tersebut bisa
dilihat dari :
Pancasila di rumuskan bukan semata tanpa arti. Dalam setiap sila dalam
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai inilah yang jika diterapkan
secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi
pendorong untuk kemajuan bangsa.
Nilai – nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila yaitu sebagai berikut :
Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan
hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian
sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama.
Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan
Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah
sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini
hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat.
Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu
termasuk manusia adalah merupakan ciptaan Tuhan.
Hubungan manusia dengan tuhan, yang menyangkut segala sesuatu yang
berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan terkandung dalam
nilai-nilai agama. Maka menjadi suatu kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan,
untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang hakikatnya berupa nila-nilai
kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disisi lain Negara adalah suatu lembaga kemanusiaan suatu lembaga
kemasyarakatan yang anggota-anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh
manusia untuk manusia, bertujuan untuk melindungi dan mensejahterakan
manusia sebagai warganya. Maka Negara berkewajiban untuk merealisasikan
kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan perdamaian untuk seluruh warganya.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari
manusia, karena Negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri
atas manusia-manusi adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi
hubungan Negara dengan tuhan memiliki hubungan kesesuaian dalam arti sebab
akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia
dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan
bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.
Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila
ketuhanan yang mahaesa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak
langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai
agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia.
Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain
hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara
dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat
dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga
masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk
memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka
segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat
manusia Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih
sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis
yaitu manusia sebagai individu dan makhluk social.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai
dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
social. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis
yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun juga bukan Negara klass
yang hanya menekankan sifat mahluk social , yang berarti manusia hanya berarti
bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan . maka sifat dan hakikat Negara
Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk
social secara serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara
Indonesia bukan hanya menekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan
hanya menekankan segi rohani nya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan
kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan
seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat Negara harus
sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri seniri
dan makhluk tuhan.
Inti sila persatuan Indonesia yaitu hakikat dan sifat Negara dengan
hakikat dan sifat-sifat satu. Kesesuaian ini meliputi sifat-sifat dan keadaan Negara
Indonesia yang pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, setiap
bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara merupakan suatu kesatuan
yang utuh , setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara Indonesia
ini merupakan suatu kesatuan yang mutlak tidak terbagi-bagi , merupakan suatu
Negara yang mempunyai eksistensi sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan
sendiri. Mempunyai suatu sifat-sifat dan keadaan sendiri. Kesuaian Negara
dengan hakikat satu tersebut meliputi semua unsur-unsur kenegaraan baik yang
bersifat jasmaniah maupun rohania, baik yang bersifat kebendaan maupun
kejiwaan. Hal itu antara lain meliputi rakyat yang senantiasa merupakan suatu
kesatuan bangsa Indonesia, wilayah yaitu satu tumpah darah Indonesia,
pemerintah yaitu satu pemerintahan Indonesia yang tidak bergantung pada Negara
lain, satu bahasa yaitu bahasa nasional indoneisa,satu nasib dalam sejarah, satu
jiwa atau satu asas kerokhanian pancasila. Kesatuan dan persatuan Negara, bangsa
dan wilayah Indonesia tersebut, membuat Negara dan bangsa indoneisa
mempunyai keberadaan sendiri di antara Negara-negara lain di dunia ini
Dalam kaitannya dengan sila persatuan Indonesia ini segala aspek
penyelenggaraan Negara secara mutlak harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat
satu. Oleh karena itu dalam realisasi penyelenggaraan negaranya, baik bentuk
Negara, penguasa Negara, lembaga Negara, tertib hukum, rakyat dan lain
sebagainya harus sesuai dengan hakikat satu serta konsekuensinya harus
senantiasa merealisakan kesatuan dan persatuan. Dalam pelaksanaannya realisasi
persatuan dan kesatuan ini bukan hanya sekedarberkaitan dengan hal persatuannya
namun juga senantiasa bersifat dinamis yaitu harus sebagaimana telah dipahami
bahwa Negara pada hakekatnya berkembang secara dinamis sejalan dengan
perkembangan zaman, waktu dan keadaan.
Inti sila keempat adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan
sifat-sifat dan hakikat rakyat. Dalam kaitannya dengan sila keempat ini, maka
segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakekat
rakyat, yang merupakan suatu keseluruhan penjumlahan semua warga Negara
yaitu Negara Indonesia. Maka dalam penyelenggaraan Negara bukanlah terletak
pada suatu orang dan semua golongan satu buat semua, semua buat satu. Dalam
hal ini Negara berdasarkan atas hakikat rakyat , tidak pada golongan atau
individu. Negara berdasarkan atas permusyawaratan dan kerjasama dan
berdasarkan atas kekuasaan rakyat. Negara pada hakikatnya didukung oleh rakyat
oleh rakyat itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan. Negara dilakukan untuk
kepentingan seluruh rakyat , atau dengan lain perkataan kebahagian seluruh rakyat
dijamain oleh Negara.
Dalam praktek pelaksanaannya pengertian kerakyatan bukan hanya
sekedar berkaitan dengan pengertian rakyata secara kongkrit saja namun
mengandung suatu asas kerokhanian , mengandung cita-cita kefilsafatan. Maka
pengertian kesesuaian dengan hakikat rakyat tersebut, juga menentukan sifat dan
keadaan Negara, yaitu untuk keperluan seluruh rakyat . maka bentuk dan sifat-
sifat Negara mengandung pengertian suatu cita-cita kefilsafatan yang demokrasi
yang didalam pelaksanaannya meliputi demokrasi politik dan demokrasi politik
dan demokrasi sosial ekonomi.
Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok Negara adalah
manusia yang bersifat monodualis sedangkan rakyat pada hakikatnya terdiri atas
manusia-manusai. Oleh karena itu kesesuaian Negara dengan hakikat rakyat ini
berkaitan dengan sifat Negara kita, yaitu Negara demokrasi monodualis, yang
berarti demokrasi yang sesuai dengan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk social dalam suatu kesatuan dwitunggal, dalam
keseimbangan dinamis yang selalu sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan
zaman. Dalam pelaksanaannya demokrasi monodualis ini juga bersifat
kekeluargaan yaitu prinsip hidup bersama yang bersifat kekeluargaan.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan
keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak
dan wajib pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup
manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam
hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia
dengan dirinya sendiri. Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam
pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya
hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam
sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi
haknya oleh karena itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara
terhadap Negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib
memenuhi keadilan terhadap negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan
yang lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.
Kasus yang menyimpang dari nilai sila ketiga ini adalah :
Menurut saya, moral, adat, dan nilai-nilai yang ada di daerah saya telah
berjalan sesuai dengan pancasila. Apabila ada, maka itu di luar dari yang saya
lihat dan saya ketahui selama ini.
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945.
Di dalam Pancasila terkandung nilai – nilai disetiap silanya yaitu (1) Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara
Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu
nila-nilai agama. (2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,dalam sila ini sangat
menjunjung tinggi tinggi nilai kemanusiaan, melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. (3) Persatuan
Indonesia, inti sila yang ketiga ini adalah hakikat dan sifat Negara dengan hakikat
dan sifat-sifat satu. (4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, yang berarti manusia
Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama untuk melakukan apapun. (5) Sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ini merupakan sila yang terakhir
dari Pancasila. Dalam sila ini mengandung nilai Dalam rangka ini dikembangkan
perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Penyimpangan pancasila tentu hal yang salah dan perlu ada perhatian
khusus dari pemerintah.
3.2 Saran
Masyarakat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
tentunya diharapkan mampu meresapi dan melaksanakan nilai-nilai luhur
pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai
luhur pancasila bukanlah kesalahan satu puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait
dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut bertanggung jawab.
Sehingga sangat diperlukan peranan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait
untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, sehingga
penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai Pancasila menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Tamburaka,Rustam.1995.Pendidikan Pancasila.Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya.
Buku Kewarganegaraan.2005. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi
Negara.Jakarta:Yudhistira.
Ita,D.2011.”Prilaku Yang Bertentangan Dengan Nilai Nilai Pancasila.”
http://rumahsehatkiita.wordpress.com/2011/12/09/prilaku-yang-bertentangan-
dengan-nilai-nilai-pancasila/(diakses pada 3 Okteber 2013)
http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/30/pancasila-penjelasan-sila-sila (diakses
pada 3 Oktober 2013).
www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-pancasila-sebagai-dasar.html
/(diakses pada 3 Okteber 2013).
http://sithi.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam.html
/(diakses pada 3 Okteber 2013).
MAKALAH
TERHADAP PANCASILA
OLEH:
Nim: M011191010
Kelas: Kehutanan A
PENDIDIKAN PANCASILA
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019