Anda di halaman 1dari 7

Indeks Keanekaragaman (H’)

H’ = -∑[(ni/N) X ln (ni/N)]
Keterangan :
H’ : Indeks Diversitas Shannon Wiener
ni : Jumlah individu dalam satu spesies
N : Jumlah total individu spesies yang ditemukan

Keanekaragaman mencakup 2 hal pokok yaitu variasi jumlah


spesies dan jumlah individu tiap spesies pada suatu kawasan. Apabila
jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies relatif kecil berarti
terjadi ketidakseimbangan ekosistem yang disebabkan akibat adanya
gangguan atau tekanan. Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas
dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu
disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau
hampir sama.
Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit
jenis dan jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman
jenisnya rendah. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas itu terjadi
interaksi jenis yang tinggi pula. Sehingga dalam suatu komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi interaksi jenis
yang melibatkan transfer energi (jaring-jaring makanan), predasi,
kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks.
Stabilitas suatu komunitas berhubungan dengan
jumlah dan tingkat kompleksitas jalur energi dan nutrisi
(jaring-jaring makanan). Makin baik tingkat kompleksitas dari
jaring-jaring makanan, maka komunitas makin stabil.
Komunitas yang stabil memiliki keanekaragaman spesies
yang tinggi.
Indeks keseragaman (E)
Indeks keseragaman dapat dikatakan sebagai
keseimbangan yaitu dengan menunjukan pola sebaran biota atau
komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas. Jika nilai indeks keseragaman relative tinggi maka
keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi sama
(Ferianita, 2005).

Keterangan :
Hmaks = (ln S) : Jumlah Spesies
E : Indeks Keseragaman
H` : Indeks Keanekaragaman

Dengan Kriteria :
E ~ 0 : Terdapat dominasi spesies
E ~ 1 : Jumlah individu tiap spesies sama
Indeks Dominasi
Untuk mengetauhi ada tidaknya dominasi dari spesies tertentu.
Untuk melihat dominansi makrozoobenthos pada setiap stasiun yang
berbeda,

Keterangan :
C : Nilai indeks dominasi
ni : Jumlah individu dalam satu spesies
N : Jumlah total individu spesies yang ditemukan

Odum (1993) menyatakan bahwa kriteria dominansi sebagai berikut:


• Jika nilai C mendekati 0 (< 0.5), maka tidak ada spesies yang
mendominasi.
• Jika nilai C mendekati 1 (≥ 0.5), maka ada spesies yang mendominasi.
Indeks Morisita Horn
Menurut Magurran, (1987), Untuk mengetahui kesamaan
komunitas makrozoobenthos di habitat stasiun satu (rumah susun), stasiun
dua (debit air) dan stasiun tiga (pemukiman) digunakan analisis kesamaan
komunitas menggunakan Morisita – Horn :

CMH = 2∑(ani x bni) / (da + db)aN x bN

Keterangan :
CMH : Koefisien Morisita – Horn
ani : Jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di komunitas a
bni : Jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di komunitas b
aN : Jumlah individu di komunitas a
bN : Jumlah individu di komunitas b
da : ∑ ani 2 / aN2 dan db = ∑ bni2 / bN2

Dengan Kriteria sebagai berikut :

Id = 0 : Kesamaan Komunitas rendah


Id = 1 : Kesamaan Komunitas tinggi / sama
3. Pengambilan sedimen

Sedimen

 Ambil sampel sedimen dengan menggunakan bottom grab.


 Masukkan sampel sediman ± 0.2kg ke dalam kantong plastik berlebel
masing – masing stasiun.
 Masukan ke dalam oven dengan suhu 800C ± 3 – 4 hari lalu timbang
(Berat Awal).
 Saring sedimen dengan menggunakan saringan bertingkat dengan
ukuran 2 mm (gravel) dan 0.063 mm (sand) dengan menggunakan wadah
(bak).
 Pisahkan hasil masing – masing sedimen dengan ukurannya, beserta
sedimen yang mengendap di dalam bak (silt) lalu oven dengan suhu 800C
± 3 – 4 hari lalu timbang [(Berat kedua) = (gravel+sand+silt) = (total)].
 untuk mendapatkan berat clay = berat awal – total.
 Cocok kan dengan menggunakan segita seppard.
Hasil

Anda mungkin juga menyukai