File PDF
File PDF
TESIS
Tesis ini dapat kami susun tidak terlepas dari peran dari berbagai pihak yang
dengan tulus ikhlas membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
penelitian ini. Oleh karena itu kiranya dari hati yang paling dalam kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. H Amal C Sjaaf, SKM, dr. Dr.PH selaku Ketua Program Studi, yang
banyak memberi perhatian dan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik.
2. dr. Sandi Iljanto, MPH selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan
di tengah kesibukan yang luar biasa masih menyempatkan diri untuk
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga memotivasi kami untuk segera
menyelesaikan tugas penelitian ini.
3. Besral, SKM, MSc. yang juga telah membantu tugas kami dalam memberikan
wawasan dan pemahaman di bidang biostatistik, sehingga kami dapat
melakukan analisa dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan
tepat sasaran.
6. Kepada suami saya Ir. Sulistyo Adi Widodo yang banyak memberikan
dukungan dan dorongan, serta terhadap putri tercinta Amira Nabila dan putra
tercinta M Akmal Firmansyah yang dengan ikhlas mendukung Bundanya
belajar.
7. Kepada Ibu dan Bapak saya yang telah memberikan dorongan semangat dan
doa, sehingga dapat menyelesaikan tesis dan sekolah ini dengan lancar.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberi kontribusi kepada kami sejak awal pendidikan hingga
terselesaikannya tesis ini.
Kiranya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkannya. Dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan
Rahmat, Hidayah dan Kasih SayangNya kepada kita semua. Amiin.
Penulis
The background of this research is to increase health costs continue to rise while the budget is
limited. Thus require a more in-depth analysis of the factors that affect the health cost increases.
This study used cross sectional study with quantitative methods, by looking at the factors age,
sex, education, diagnosis, and the average cost of prescription drugs in accordance with
secondary data obtained through billing data providers be subscribed by PT PLN in providing
health services. And based on research results, factors that affect health care costs is age and
diagnosis of the disease. Where health-care hospital also has contributed to the increase in health
costs than doctors practice. So addressing these problems, needed policy at PT PLN to enforce
treatment system a tiered, from general practitioners to medical specialists.
viii
Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan biaya kesehatan yang terus meningkat
sedangkan anggaran yang disediakan terbatas. Sehingga memerlukan analisis yang lebih
mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan tersebut.
Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat
factor umur, jenis kelamin, pendidikan, diagnosis dan rata-rata biaya obat yang diresepkan sesuai
dengan data sekunder yang didapat melalui data tagihan provider yang menjadi langganan PT
PLN dalam memberikan layanan kesehatan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang
mempengaruhi biaya kesehatan dalah umur dan diagnosis penyakit.Disamping hal tersebut,
tempat layanan kesehatan rumah sakit juga memiliki andil dalam peningkatan biaya kesehatan
dibandingkan dokter praktek.Sehingga menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan
di PT PLN untuk memberlakukan sistem pengobatan yang berjenjang, dari dokter umum ke
pengobatan dokter spesialis.
Kata kunci : pembiayaan kesehatan rawat jalan,
vii
Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai per Tahun
Antara PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit
Jawa Bali .................................................................................... 5
Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6
Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut
Sarana Layanan ....................................................................... 7
Tabel 3.4. Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam Tahun 2009 38
Tabel 3.5. Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 sampai 2009 ..................... 38
Tabel 6.16. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit .......... 57
Tabel 6.17. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ...... 57
Tabel 6.18. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .............................................. 58
Tabel 6.20. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 60
Tabel 6.22. Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan
Biaya di Sarana Kesehatan Rawat Jalan ................................ 61
Tabel 6.28. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................... 65
Tabel 6.31. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun terhadap Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 68
Grafik 1.1. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6
Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana
Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek ............................ 8
Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 Menurut jenis
Sarana Pelayanan Yang Digunakan ………………………….. 9
Struktur Organisasi PT PLN Batam ............................................................ 33
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 1.1.
Jumlah Karyawan beserta keluarga PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan
Biaya kesehatannya
Diskripsi 2007 2008 2009
Tabel 1.2.
Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai Pertahun Antara
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali
Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Universitas Indonesia
Berikut ini tabel yang menggambarkan biaya layanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dalam
kurun waktu 2007-2009.
Tabel 1.3.
Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
Pelayanan Kesehatan yang 2007 2008 2009
Dipergunakan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya kesehatan setiap tahun
mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya jumlah pegawai. Berikut
ini grafik yang menampilkan gambaran biaya rawat jalan dan rawat inap pada
periode 2007-2009.
Grafik 1.1 Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan variasi jumlah kunjungan pada
masing-masing layanan kesehatan.
Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana
Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek
Tabel 1.5.
Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan Yang digunakan pada tahun 2009
Sarana Pelayanan Kesehatan Biaya Pelayanan Kesehatan (Rupiah)
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan besar variasi biaya layanan
kesehatan rawat jalan yang telah digunakan pada tahun 2009
Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan
Yang Digunakan
Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
Dari sumber biaya yang berasal dari masyarakat, 75% merupakan pembayaran
langsung (out of pocket), 19% biaya berasal dari perusahaan dan 6% biaya
bersumber dari asuransi kesehatan.
a. Tingkat Inflasi
Meningkatnya inflasi di masyarakat akan mempengaruhi peningkatan
biaya kesehatan, karena peningkatan harga kebutuhan di masyarakat, maka
secara otomatis biaya investasi dan biaya pelayanan kesehatanpun
meningkat juga.
b. Tingkat Permintaan
Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan di masyarakat
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pertama peningkatan jumlah penduduk,
menyebabkan kebutuhan akan layanan kesehatanpun akan meningkat.
Yang kedua meningkatnya kualitas dari penduduk tersebut, dimana dengan
pendidikan yang tinggi, maka akan membutuhkan layanan kesehatan yang
lebih baik pula.
Universitas Indonesia
Biaya pelayanan rumah sakit di Indonesia, baik rawat jalan maupun rawat
inap, merupakan biaya yang paling tinggi tingkat ketidakpastiannya. Semua
Universitas Indonesia
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta menerapkan sistem tagihan jasa
perpelayanan yang memberikan insentif kepada fasilitas kesehatan atau dokter
untuk memberikan pelayanan yang lebih banyak. Di sini sebetulnya sangat
dibutuhkan suatu pendanaan publik atau pendanaan melalui asuransi sehingga
pasien yang membutuhkan pelayanan rumah sakit tidak dibebani biaya diluar
kemampuannya.
Menurut Gani (1994), ada tiga faktor yang menjadi kecenderungan seseorang
dalam perilaku kehidupannya, yaitu:
Universitas Indonesia
a. Umur
Umur seseorang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana
saat bayi dan anak–anak, kebutuhan akan pelayanan kesehatan cenderung
naik. Kemudian saat remaja dan usia produktif kebutuhan layanan kesehatan
cenderung untuk menurun. Dan meningkat lagi saat usia pensiun.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana
pada kelompok perempuan akan lebih sering melakukan kunjungan ke sarana
kesehatan saat mengandung dan melahirkan. Hail ini dipengaruhi oleh usaha
promotif dan preventif dari pemerintah agar perempuan lebih sering
memeriksakan kandungannya ke bidan maupun puskesmas.
c. Status Perkawinan dan Jumlah Keluarga
Pada umumnya seseorang yang berstatus lajang akan sering memanfaatkan
pelayanan kesehatan dibandingkan yang sudah menikah. Dan banyaknya
anggota di dalam keluarga juga akan mempengaruhi kebutuhan akan layanan
kesehatan, dimana jumlah anggota keluarga yang semakin banyak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain hal–hal diatas, Feldstein berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi
penyebab meningkatnya biaya kesehatan, yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Kontrol Pembayaran
Ada bebeerapa cara pengendalian biaya yang dapat dilakukan melalui
kontrol pembiayaan.
1. Pemeriksaan Tagihan Rumah Sakit
Hal ini sebaiknya dilakukan oleh staf yang ahli dibidang pengontrolan
tagihan rumah sakit, atau dapat pula dikerjakan oleh perusahaan
independent auditor. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah
pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, serta
apakah harga yang dibebankan sudah sesuai dengan harga yang
berlaku. Adakah indikasi terjadinya over utilisasi terhadap pemakaian
obat maupun pemeriksaan penunjang diagnostik.
2. Tarif Yang Sesuai
Dimana tarif ditentukan sebelum layanan kesehatan diberikan. Pihak
penyelenggara layanan kesehatan tidak boleh menaikkan tarif tanpa
persetujuan dari pihak pengelola asuransi/ perusahaan yang memakai
jasa layanan kesehatan.
3. Pengawasan Biaya Administrasi
Biaya administrasi merupakan faktor yang mempengaruhi premi
asuransi kesehatan karena itu biasanya asuransi akan menetapkan
biaya administrasi serendah mungkin.
c. Kajian Utilisasi
Kajian utilisasi ini dirancang untuk mengurangi biaya administrasi
rumah sakit dan juga untuk mengontrol lama hari rawat pasien melalui
analisa prospektif maupun retrospektif dari catatan medis yang ada. Saat
ini teknik utilisasi telah banyak dipakai oleh asuransi untuk kendali biaya
kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Concurrent Review
Kajian ini dilakukan saat pelayanan kesehatan diberikan kepada
peserta. Konsep yang dipakai meliputi penentuan apakah pengobatan
dan perawatan rawat inap perlu dilanjutkan, karena dengan concurrent
review dapat mengurangi lama hari rawat, maka hal ini akan
berpotensi untuk mengurangi biaya-biaya yang akan muncul.
a. Maximum Length of Stay, batasan lama hari rawat inap.
Pendekatan kajian ini adalah berdasarkan penetapan batasan lama
hari rawat inap. Penentuan LOS maksimum berdasarkan pada
International Clasification Disease (ICD) atau Diagnosis Related
Group yang memiliki konsep serupa.
b. Discharge Planning
Rencana perawatan lanjutan setelah pasien keluar dari rumah sakit
disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Discharge planning
ini sebaiknya dilaksanakaan saat pasien masih dirawat di rumah
sakit, sehingga dapat ditentukan perawatan lanjutan yang akan
diterima pasien setelah keluar dari rumah sakit.
c. Continued Stay Review
Adalah kajian secara medis yang dilakukan diluar rumah sakit
selama paserta masih dirawat di rumah sakit. Kajian ini
berdasarkan pembicaraan melalui telepon antara coordinator
rumah sakit dengan staf yang mengurusi kajian utilisasi ini.
3. Kajian Utilisasi Retrospektif
Kajian utilisasi ini dilakukan setelah peserta mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kajian ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan klaim,
maupun pola pelayanan yang telah diberikan.
Menurut Ilyas (2003), sumber data yang dapat dipakai untuk melakukan
kajian utilisasi adalah:
Universitas Indonesia
1. Charity
Metoda ini banyak dilakukan di Eropa pada abad industri, sekitar abad 18
dan 19. Dimasa itu institusi rumah sakit banyak menolong penduduk
miskin dan yang tidak mampu melakukan pengobatan penyakitnya.
Pembiayaan kesehatannya dibantu oleh para donatur, yang dananya
Universitas Indonesia
dihimpun dan dikelola oleh gereja atau misi sosial yang memberikan
kontribusinya untuk mendanai orang miskin dan tidak mampu. Pelayanan
kesehatan yang diberikan berupa kuratif dan preventif.
2. Personal Payment/ Direct Payment
Metoda ini dilakukan dimana seseorang yang menggunakan layanan
kesehatan langsung membayar sejumlah uang kepada pemberi layanan.
Cara ini merupakan cara yang sering dipakai di Asia dan Afrika karena
sistem asuransi belum banyak digunakan. Dan cara ini merupakan cara
yang menguntungkan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan.
3. Personal Preventif
Metoda ini banyak dipakai di negara kapitalis, sosialis dan beberapa
negara berkembang. Sistem personal preventif , hygiene dan sanitasi lebih
memberikan peluang peserta menjadi lebih sehat dibandingkan dengan
program kuratif dan rehabilitatif.
4. Asuransi
Metoda ini bertujuan memberikan perlindungan bagi peserta asuransi atas
kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya. Metoda ini banyak dipakai di beberapa negara di dunia.
5. General Revenue
Metoda ini menggunakan pajak pendapatan di suatu negara untuk
membiayai beberapa komponen pelayanan kesehatan di negara tersebut.
Metoda ini paling menonjol digunakan di Chile Amerika Latin
6. External Financing
Metoda ini berupa bantuan internasional untuk program pelayanan
kesehatan di seluruh dunia, terutama untuk membantu penanggulangan
penyakit yang menimbulkan dampak epidemiologi yang luas seperti cacar
air, malaria, demam kuning dll.
Universitas Indonesia
System (PPS) adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan,
baik di rumah sakit maupun dokter praktek, dalam jumlah yang telah ditetapkan
sebelum suatu pelayanan medis dilakukan, tanpa memperhatikan tindakan atau
lamanya perawatan di rumah sakit. Pada sistem ini mendorong pemberi layanan
kesehatan untuk melakukan hal–hal yang secara medis memang diperlukan dan
akan menurunkan lamanya jumlah hari rawat di rumah sakit. Dengan demikian
adanya kemungkinan penggunaan sarana kesehatan berlebih (over utilization)
dapat dicegah.
Universitas Indonesia
c. Kapitasi
Sistem Kapitasi adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi
layanan kesehatan, yang diberikan dalam jumlah tetap, sesuai dengan
jumlah peserta/ karyawan yang menjadi kewajiban pemberi layanan
kesehatan yang bersangkutan untuk memberikan layanan kesehatan baik
sakit maupun tidak sakit. Dalam sistem kapitasi ini pembiayaan layanan
kesehatan biasanya diberikan terlebih dulu sebelum pemberi layanan
melakukan layanan kesehatan (prepaid/ pradana).
Konsep ini sesungguhnya yang paling banyak memperoleh
publikasi, oleh karena akan memberikan harapan yang sangat bermakna,
baik dari aspek penyederhanaan administrasi, efisiensi serta mutu layanan.
Juga sistem kapitasi akan mendorong upaya–upaya pencegahan dan
promotif sangat besar, sehingga akan merubah orientasi pelayanan
kesehatan dari kuratif ke preventif.
Meskipun demikian pelaksanaan sistem kapitasi ini juga harus
memperhatikan keadaan setempat, untuk dapat mencapai bentuk yang
ideal. Maka diperlukan sistem informasi yang baik agar data yang
mendukung sistem kapitasi ini benar–benar dapat memberikan peluang ke
arah efisiensi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL
BATAM
Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dimulai pada tahun 1971
sejak ditetapkannya Pulau Batam sebagai pangkalan logistik dan operasional bagi
eksplorasi minyak Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional (PN Pertamina). Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama yang
mengelola daerah industri Pulau Batam. Saat itu mesin–mesin diesel pertamina
yang memproduksi tenaga listrik hanya mampu melayani kepentingan kelistrikan
perusahaan dan perumahan karyawannya saja, sehingga masyarakat sekitar belum
bisa menikmati listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel pertamina, dan mereka
masih menggunakan petromak dalam penerangan saat malam hari.
Akibat krisis pada tahun 1976 yang dialami oleh Pertamina, maka seluruh
aktifitasnya di Pulau Batam diambil alih oleh Otorita Pembangunan Daerah
Industri Pulau Batam (OPDIPB), termasuk masalah kelistrikan. Bisnis ketenaga
listrikan ini dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.3. Visi
3.2.4. Misi
Universitas Indonesia
3.2.7. Motto
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki motto “Bright People Bright
Future”
Universitas Indonesia
Saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki kapasitas daya
mampu netto harian sekitar 225 MW dengan beban puncak 206 MW dan
cadangan daya 49MW. Seluruh pembangkit yang ada telah memiliki sertifikat
ISO 9001 tentang manajemen lingkungan.
Sebagai langkah tindak lanjut dari usaha efisiensi, PT. Pelayanan Listrik
Nasional Batam melakukan langkah konkrit dengan membangun budaya
perusahaan yang baik serta menjamin perkembangan perusahaan. Hai ini
merupakan tanggung jawab seluruh sumber daya manusia yang ada di PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk bisa memahaminya, maka PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam memberikan penjabaran mengenai langkah–
langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:
Pada tahapan ini sumber daya manusia dianggap sebagai satu diantara aset
penting bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk itulah pengelolaannya
dilakukan dengan sangat hati–hati, professional dan humanis. Pihak manajemen
menilai bahwa keberadaan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan
dan kemajuan perusahaan. Karena itulah sumber daya manusia ini perlu dikelola
dengan sebaik mungkin.
Sumber daya manusia yang bekerja di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
dibedakan menjadi dua status yaitu, pegawai tugas karya dan pegawai organik.
Pegawai tugas karya adalah pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (persero)
yang ditugaskaryakan ke PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, yang dapat
dimutasi ke seluruh cabang PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) di seluruh
Universitas Indonesia
Indonesia, dan apabila memasuki masa pensiun di PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam, maka statusnya akan kembali menjadi pegawai PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero). Sedangkan pegawai organik adalah pegawai yang direkrut
langsung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Perekrutan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam yang mulai bertambah, seiring dengan pesatnya petumbuhan
ketenagalistrikan di kota Batam. Pegawai organik ini murni pegawai PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga tidak mengalami mutasi ke luar dari
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam.
Tabel 3.1.
Tingkat Pendidikan Karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
Universitas Indonesia
Tabel 3.2.
Kinerja dibanding komposisi jumlah pelanggan
Tabel 3.3.
Tingkat Produktifitas Pegawai
Sampai saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam masih melakukan
swakelola untuk pembiayaan kesehatan para karyawannya. Sistem
pembiayaannya dengan cara bekerjasama dengan rumah sakit, klinik ataupun
dokter praktek dalam melayani kesehatan karyawannya.
Pembiayaan dengan cara fee for service yang ditagihkan tiap bulan sesuai
dengan jumlah kunjungan pada masing–masing sarana layanan kesehatan. Namun
apabila karyawan melakukan pengobatan di luar sarana layanan kesehatan yang
Universitas Indonesia
tidak dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka diberlakukan
sistem reimbursement pada tiap-tiap pengobatan yang dilakukan.
Tabel 3.4.
Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
Tahun 2009
Sarana Kesehatan Jumlah
Rumah Sakit 4
Dokter Praktek 6
Apotek 2
Dari provider layanan kesehatan yang ada dan beberapa penggantian biaya
kesehatan yang telah dibayarkan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam pada
tahun 2009, dapat dilihat gambarannya pada tabel dibawah ini. Berikut ini tabel
biaya kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam selama tiga tahun terakhir.
Tabel. 3.5.
Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 Sampai 2009
Universitas Indonesia
Tabel 3.6.
Jumlah Karyawan dan Keluarga
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Universitas Indonesia
BAB 4
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
‐Rata‐rata BiayaObat
‐Diagnosis
Biaya Pelayanan
‐Biaya Konsultasi Kesehatan Rawat Jalan
‐Biaya Tindakan dan
Penunjang Medis
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat pendidikan
Universitas Indonesia
Tabel 4.1.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Rata-rata Rata-rata biaya Membagi total obat Ratio Rupiah
biaya Obat obat yang dengan total resep yang
diresepkan dokter ada.
Universitas Indonesia
4.3. Hipotesis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
‐Rata‐rata BiayaObat
‐Diagnosis
Biaya Pelayanan
‐Biaya Konsultasi Kesehatan Rawat Jalan
‐Biaya Tindakan dan
Penunjang Medis
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat pendidikan
Universitas Indonesia
Tabel 4.1.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Rata-rata Rata-rata biaya Membagi total obat Ratio Rupiah
biaya Obat obat yang dengan total resep yang
diresepkan dokter ada.
Universitas Indonesia
4.3. Hipotesis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data 6 bulan yang diperoleh
dengan cara random sampling. Data diperoleh dari departemen sumber daya
manusia berupa data tagihan pembiayaan layanan kesehatan data kunjungan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Kerangka hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel yang dikemas
secara tekstular. Penyajian akan dimulai dengan diskripsi pada masing-masing
variabel, yaitu biaya rawat jalan, rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi,
biaya tindakan dan pemeriksaan penunjang medis, umur, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan,. Selanjutnya hasil penelitian memaparkan hubungan antara
biaya kesehatan rawat jalan dengan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya
konsultasi, biaya tindakan dan penunjang medis, umur, tingkat pendidikan dan
jenis kelamin.
Universitas Indonesia
Tabel 6.1.
Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Tahun 2009
Rata-rata Biaya Obat
Jumlah Resep Total Biaya Obat (Rupiah)
(Rupiah)
Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan yang
Digunakan
6.1.3. Diagnosis
Universitas Indonesia
Tabel.6.3.
Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan Kesehatan
Rawat Jalan 2009
Kasus
No Diagnosis n %
1 ISPA 113 31,4
2 Common Cold 69 19,5
3 Observasi Febris 34 9,4
4 Dispepsia 29 8,1
5 Diare-gastroenteritis 26 7,2
6 Carries Dentis 27 7,5
7 Hipertensi 18 5
8 Myalgia 16 4,4
9 ANC/KB/Imunisasi 14 3,9
10 Dermatitis 14 3,9
Total 360 100
Universitas Indonesia
Tabel 6.4.
Distribusi frekuensi diagnosis Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan
Yang Digunakan.
Biaya konsultasi merupakan bagian dari toatal biaya rawat jalan, dari sampel yang
diteliti, total biaya konsultasi dokter, baik dokter umum, dokter gigi maupun
dokter spesialis adalah sebesar Rp.27,933,006,- sehingga rata-rata biaya
konsultasi adalah sebesar Rp.77,897,-. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi
biaya konsultasi.
Tabel 6.5.
Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009
Universitas Indonesia
Tabel 6.6.
Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Sarana
Pelayanan Yang Digunakan.
Pada variabel ini biaya yang ditimbulkan meliputi biaya tindakan medis baik
untuk terapi maupun diagnosis, biaya laboratoruim, dan biaya pemeriksaan
radiologi. Dari jumlah 360 sampel yang ada, terdapat 67 pemeriksaan. Dengan
total biaya Rp.14.329.089. Rata-rata biaya tindakan dan penunjang medis adalah
sebesar Rp.213.867,- Berikut tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi
biaya tindakan dan penunjang medis.
Tabel.6.7.
Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan 2009
Jumlah Tindakan dan Total Biaya Tindakan dan Rata-rata Biaya Tindakan
penunjang medis Penunjang Medis dan Penunjang Medis
(Rupiah) (Rupiah)
67 14.329.089 213.867
Universitas Indonesia
Tabel 6.8.
Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di Sarana Pelayanan
Kesehatan yang Digunakan.
6.1.6. Umur
Universitas Indonesia
Tabel 6.9.
Distribusi Frekuensi Umur Yang Menggunakan Sarana
Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009
Tabel.6.10.
Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan Yang digunakan Pada
Layanan Kesehatan Rawat Jalan
N % N %
0-14 94 53 31 35
15-49 125 40 78 56
≥50
15 7 17 9
Universitas Indonesia
Tabel 6.11.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Yang Menggunakan
Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009
Universitas Indonesia
Tabel. 6.12.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan
Rawat Jalan Yang Digunakan
N % N %
Laki-laki 99 42 59 47
Perempuan 135 58 67 53
6.1.8. Pendidikan
Universitas Indonesia
Tabel 6.13.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Yang Menggunakan
Fasilitas Layanan Rawat Jalan
Pengguna Fasilitas Rawat
Jalan
No Pendidikan
N %
1 ≤SMA 244 68
2 ≥D3 116 32
Tabel 6.14.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Yang digunakan
N % N %
≥D3 91 39 25 32
Universitas Indonesia
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jumlah tagihan biaya
pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit, dan dokter praktek diperoleh
gambaran sebagai berikut. Rata-rata total biaya pada kedua jenis layanan
kesehatan Rp.364,572,- Kemudian pada jasa konsultasi rata-rata biaya yang
ditimbulkan adalah Rp.77,897,- Pada biaya tindakan medis Rp.213,867,-. Untuk
biaya obat rata-rata Rp.249,031, sedangkan rata-rata biaya administrasi
Rp.14,097,- Berikut ini tabel yang menunjukkan distribusi frekuensi total
pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan.
Tabel 6.15.
Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
TINDAKAN 67 25,000 1,107,000 213,867 197,973
KONSULTASI 360 25,000 265,000 77,897 49,653
OBAT 344 4,324 1,802,217 249,031 235,308
ADM 360 3,000 20,000 14,097 8,105
TOTAL_BIAYA 360 39,720 2,542,217 364,572 292,165
Universitas Indonesia
Tabel 6.16.
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Tabel 6.17.
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
TINDAKAN 2 40,000 195,000.0 117,500.0 109,601.6
KONSULTASI 126 25,000 25,000.0 25,000.0 -
OBAT 125 11,720 787,430.0 233,882.7 137,637.2
ADM 126 3,000 20,000.0 3,134.9 1,514.5
TOTAL_BIAYA 126 39,720 815,430.0 261,605.9 137,004.5
Universitas Indonesia
Tabel 6.18.
Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Universitas Indonesia
Tabel 6.19.
Hubungan Antara Diagnosis Penyakit Dengan Rata-rata Biaya Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Universitas Indonesia
Tabel 6.20.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum value
Universitas Indonesia
Tabel.6.21.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum
Rumah
Sakit 16 331,781.1 70,016.9 227,566.0 456,774.0
Klinik 0,00008
Dokter 10 211,904.4 49,217.6 137,580.0 284,400.0
Total 26 285,674.7 85,736.9 137,580.0 456,774.0
Tabel 6.22.
Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di
Sarana Kesehatan Rawat Jalan
Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum
Universitas Indonesia
Tabel 6.23.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Universitas Indonesia
Tabel 6.24.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Tabel 6.25.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum
Rumah
Sakit 11 1,402,004 582,230.8 933,675.0 2,542,217.0
Klinik 0,001
Dokter 7 559,499.7 173,992.1 386,880.0 815,430.0
Universitas Indonesia
Tabel 6.26.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Universitas Indonesia
Tabel 6.27.
Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah Sakit 234 106.380 38.350 60.000 265.000
0,000
Dokter Praktek 126 25.000 - 25.000 25.000
Total 360 77.897 49.653 25.000 265.000
Tabel 6.28.
Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah Sakit 65 216.832 199.828 25.000 1.107.000
Dokter Praktek 2 117.500 109.602 40.000 195.000 0,48
Total 67 213.887 197.973 25.000 1.107.000
Universitas Indonesia
Tabel 6.29.
Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan
Universitas Indonesia
Tabel 6.30.
Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Pada Kelompok umur 15-49 tahun didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini.
Dimana pada rumah sakit terdapat 125 orang yang melakukan pelayanan
kesehatan, sedangkan rata-rata biaya layanan kesehatan adalah Rp.461,364,-. Pada
dokter praktek terdapat 78 orang melakukan layanan kesehatan, dengan biaya
rata-rata Rp278,526,- Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp182,838,-.Hasil
Uji T di peroleh hasil P Value 0,0001. Sehingga disimpulkan bahwa ada
hubungab antara biaya pada sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok umur
15-49 tahun.
Universitas Indonesia
Tabel 6.31.
Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun Terhadap Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 125 461,364.48 400,921.0 95,000.0 2,542,217.0
Klinik 0,0001
Dokter 78 278,526.41 144,508.6 72,682.0 815,430.0
Tabel 6.32.
Hubungan Antara Kelompok Umur ≥50 Tahun dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan.
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 15 582,736.73 351,122.9 160,000.0 1,098,086.0
Klinik 0.0006
Dokter 17 244,958.35 106,312.7 96,752.0 560,800.0
Universitas Indonesia
Tabel 6.33.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum P Value
Universitas Indonesia
Tabel 6.34.
Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan kesehatan Rawat
Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 99 432,409.32 376,060.2 95,000.0 2,442,475.0
Dokter 0,0004
Praktek 59 250,130.52 143,791.9 46,982.0 769,168.0
Tabel 6.35.
Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 135 410,926.85 303,674.7 101,857.0 2,542,217.0
Klinik 0,0004
Dokter 67 271,711.02 130,990.1 39,720.0 815,430.0
Universitas Indonesia
Tabel 6.36.
Hubungan Antara Pendidikan dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Hasil uji T didapatka hasil P Value 0,48, sehingga bisa ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan rata-rata biaya pada sarana
pelayanan kesehatan rawat jalan
Universitas Indonesia
Tabel 6.37.
Hubungan Antara Kelompok Pendidikan ≤SMA dengan Biaya Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Tabel 6.38.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ≥D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 91 367,607.64 230,470.1 95,000.0 1,049,152.0
Dokter 0,08
Praktek 25 280,341.04 182,338.3 72,682.0 815,430.0
Universitas Indonesia
Tabel 6.39.
Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis
P
Umur Value
Diagnosis Total
Universitas Indonesia
BAB 7
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data sampel yang diperoleh, jumlah populasi perempuan
pengguna fasilitas layanan kesehatan rawat jalan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki, dimana populasi perempuan mencapai 56% dan laki-laki 44%.
Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak mempunyai waktu luang, sehingga
kesempatan untuk melakukan kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan akan
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang sibuk bekerja, sehingga
kesempatan ke tempat pelayanan kesehatan akan lebih terbatas.
Pada kelompok umur dari data sampel terlihat bahwa populasi tertinggi
pengguna layanan kesehatan adalah pada usia 15-49 tahun yaitu sebanyak 56%,
diikuti dengan kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 35%, sedangkan pada
kelompok umur ≥50 tahun berjumlah 9%. Hal ini dikarenakan banyaknya
karyawan yang masih berusia produktif dan pada usia pensiun tidak lagi menjadi
tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga jumlah karyawan
yang berusia ≥50 tahun akan sedikit.
Universitas Indonesia
Pada variabel rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter jumlah
biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menebus obat adalah Rp.237,963,-.
Dari semua variabel yang telah diuji statistik secara univariat dan bivariat
menunjukkan hasil bahwa, hanya variabel umur dan diagnosis yang
mempengaruhi biaya kesehatan, untuk memastikan bahwa variabel tersebut benar-
benar berpengaruh, maka dilakukan uji statistik antara dua variabel tersebut.
Dimana hasil yang diperoleh adalah pada variabel umur, ternyata dipengaruhi oleh
jenis penyakit yang diderita, sehingga diagnosislah yang merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya biaya pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, maupun
di dokter praktek. Dari kedua sarana pelayanan kesehatan yang diteliti
menunjukkan bahwa besarnya biaya kesehatan dipengaruhi oleh sarana kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan. Ada perbedaan biaya pada kedua sarana
pelayanan kesehatan baik dihubungkan oleh variabel umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, diagnosis maupun biaya obat.
Pada hasil analisis terhadap diagnosis penyakit, maka rata-rata biaya yang
ditimbulkan untuk masing-masing diagnosis terdapat perbedaan, dimana biaya
tertinggi terdapat pada diagnosis hipertensi, diikuti ANC (Ante Natal Care)/
Keluarga Barencana/Imunisasi, Dermatitis, dyspepsia dan observasi febris. Pada
Universitas Indonesia
7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis dan uji statistik memperlihatkan bahwa, tidak ada hubungan
antara biaya tindakan medis dan penunjang medis dengan biaya pelayanan
Universitas Indonesia
kesehatan rawat jalan. Di sarana pelaynan kesehatan rumah sakit, lebih sering
dilakukan pemeriksaan penunjang maupun tindakan medis dibandingkan di dokter
praktek. Disamping hal tersebut, di dokter praktek tidak ada pemeriksaan
penunjang radiologi maupun laboratorium.
Universitas Indonesia
Hasil analisa data dan uji statistik menyimpulkan tidak ada perbedaan pada
kelompok tingkat pendidikan dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan rawat jalan. Rata-rata biaya yang ditimbulkan pada masing-
masing kelompok, hanya sedikit perbedaannya.
Universitas Indonesia
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Universitas Indonesia
5. Pada kelompok umur, ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya
pelayanan kesehatan, rata-rata biaya tertinggi terdapat pada kelompok
umur >50th, hal ini berhubungan dengan jenis penyakit yang diderita.
Dimana pada kelompok umur tersebut, lebih banyak menderita penyakit
degeneratif (hipertensi), sehingga untuk biaya pengobatan akan relatif
lebih mahal dan lama pengobatan yang lebih panjang.
6. Sedangkan menurut jenis kelamin, kelompok perempuan lebih tinggi
jumlah kunjungannya yaitu 56%, laki-laki 44%. Dengan biaya pelayanan
kesehatan yang tidak berbeda secara signifikan.
7. Pada tingkat pendidikan kelompok pendidikan ≤SMA menduduki proporsi
lebih tinggi yaitu 68%, dan untuk kelompok pendidikan ≥D3 mencapai
32%. Dengan rata-rata biaya kesehatan tidak ada perbedaan pada kedua
kelompok tingkat pendidikan.
8.2. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran
yang dapat diberikan adalah :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia