Anda di halaman 1dari 106

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


BIAYA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG DILANGGAN
PT. PERUSAHAAN LISTRIK NASIONAL BATAM
TAHUN 2009

TESIS

ATIEK ADRIJANI NOTOKUSUMO


NRM: 0906592956

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
DEPOK
DESEMBER 2010

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha


Kuasa, karena atas Limpahan Rahmat dan KehendakNya maka tesis ini dapat kami
selesaikan. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
pada Program Pascasarjana dengan Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit.

Tesis ini dapat kami susun tidak terlepas dari peran dari berbagai pihak yang
dengan tulus ikhlas membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
penelitian ini. Oleh karena itu kiranya dari hati yang paling dalam kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H Amal C Sjaaf, SKM, dr. Dr.PH selaku Ketua Program Studi, yang
banyak memberi perhatian dan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik.

2. dr. Sandi Iljanto, MPH selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan
di tengah kesibukan yang luar biasa masih menyempatkan diri untuk
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga memotivasi kami untuk segera
menyelesaikan tugas penelitian ini.

3. Besral, SKM, MSc. yang juga telah membantu tugas kami dalam memberikan
wawasan dan pemahaman di bidang biostatistik, sehingga kami dapat
melakukan analisa dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan
tepat sasaran.

4. Direktur Utama PT PLN Batam Ir Sriyono D siswoyo, Msc , beserta


jajarannya yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada kami guna
melakukan penelitian di PT PLN Batam, yang kiranya hasil tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan di bidang pelayanan
kesehatan pada PT PLN Batam.

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


5. Seluruh angkatan kelas KARS Batam yang senantiasa saling memberi
semangat, kerja sama serta saling memberikan dukungan di dalam
menyelesaikan studi dan tesis ini.

6. Kepada suami saya Ir. Sulistyo Adi Widodo yang banyak memberikan
dukungan dan dorongan, serta terhadap putri tercinta Amira Nabila dan putra
tercinta M Akmal Firmansyah yang dengan ikhlas mendukung Bundanya
belajar.

7. Kepada Ibu dan Bapak saya yang telah memberikan dorongan semangat dan
doa, sehingga dapat menyelesaikan tesis dan sekolah ini dengan lancar.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberi kontribusi kepada kami sejak awal pendidikan hingga
terselesaikannya tesis ini.

Kiranya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkannya. Dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan
Rahmat, Hidayah dan Kasih SayangNya kepada kita semua. Amiin.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


ABSTRACT
Name : Atiek Adrijani Notokusumo
Study Program : A Study of Hospital Administration
Thesis Title : Analysis of Factors Affecting Cost
Outpatient Health Services in Medical Services
Health who subscribed PT PLN Batam 2009

The background of this research is to increase health costs continue to rise while the budget is
limited. Thus require a more in-depth analysis of the factors that affect the health cost increases.
This study used cross sectional study with quantitative methods, by looking at the factors age,
sex, education, diagnosis, and the average cost of prescription drugs in accordance with
secondary data obtained through billing data providers be subscribed by PT PLN in providing
health services. And based on research results, factors that affect health care costs is age and
diagnosis of the disease. Where health-care hospital also has contributed to the increase in health
costs than doctors practice. So addressing these problems, needed policy at PT PLN to enforce
treatment system a tiered, from general practitioners to medical specialists.

viii

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


ABSTRAK

Nama : Atiek Adrijani Notokusumo


Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit
Judul Tesis : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan
Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam 2009

Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan biaya kesehatan yang terus meningkat
sedangkan anggaran yang disediakan terbatas. Sehingga memerlukan analisis yang lebih
mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan tersebut.
Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat
factor umur, jenis kelamin, pendidikan, diagnosis dan rata-rata biaya obat yang diresepkan sesuai
dengan data sekunder yang didapat melalui data tagihan provider yang menjadi langganan PT
PLN dalam memberikan layanan kesehatan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang
mempengaruhi biaya kesehatan dalah umur dan diagnosis penyakit.Disamping hal tersebut,
tempat layanan kesehatan rumah sakit juga memiliki andil dalam peningkatan biaya kesehatan
dibandingkan dokter praktek.Sehingga menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan
di PT PLN untuk memberlakukan sistem pengobatan yang berjenjang, dari dokter umum ke
pengobatan dokter spesialis.
Kata kunci : pembiayaan kesehatan rawat jalan,

vii

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... iv
ABSTRAK .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ………………………………….............................. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………. 9
1.3. Pertanyaan Penelitian ………………………………………………. 10
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 10
1.4.1. Tujuan Umum ……………………….................................... 10
1.4.2. Tujuan Khusus ……………………………………… 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………… 11
1.6. Manfaat penelitian ……………………………………………… 11
1.6.1. Manfaat Bagi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam ……… 11
1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti ……………………………… 11
1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ……………………… 11

2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12


2.1. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………… 12
2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan …………………………. 15
2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan …............................. 17
2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan ………………………............ 19
2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan ……………………......................... 24

3. GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM 30


3.1. Sejarah PT PLN Batam ………………………………............ 30
3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi ……………............................ 32
3.2.1. Struktur Organisasi ………………………………............ 32
3.2.3. Visi ………………………………………………............ 33
3.2.4. Misi ………………………………………………............ 33
3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan ………………........................ 34
3.2.6. Janji Perusahaan ………………………………............ 34

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


3.2.7. Motto ………………………………………………............ 34
3.3. Aktivitas dan Perkembangannya ……….………....................... 34
3.4. Gambaran Biaya Kesehatan ………………………........................ 37

4. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 40


4.1. Kerangka Konsep ………………………........................ 40
4.2. Definisi Operasional ………………………………........................ 41
4.3. Hipotesis ........................................................................................... 42

5. METODE PENELITIAN ...................................................................... 44


5.1. Rancangan Penelitian ……………………………………………… 44
5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………………… 44
5.3. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 44
5.4. Sumber Data ……………………………………………………… 44
5.5. Analisa Data ……………………………………………………… 45

6. HASIL PENELITIAN ………............................................................... 46


6.1. Analisa Univariat ………………………………………………… 46
6.1.1. Kerangka Penyajian Hasil Penelitian ………………. ……… 46
6.1.2. Rata-rata Biaya Obat ………………………………………... 47
6.1.3. Diagnosis …………………………………………………… 47
6.1.4. Biaya Konsultasi ……………………………………………. 49
6.1.5. Biaya Tindakan Dan Penunjang Medis ……………………… 50
6.1.6. Umur ………………………………………………………… 51
6.1.7. Jenis Kelamin ………………………………………………… 53
6.1.8. Pendidikan …………………………………………………… 54
6.1.9. Pembiayaan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan ………………………………………………………… 56
6.1.7.1. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di
Rumah Sakit ………………………………………… 56
6.1.7.2. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di
Dokter Praktek ……………………………………... 57

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


6.2. Analisa Bivariat ……………………………………………………. 58
6.2.1. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………….. 58
6.2.2. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata
Biaya Kesehatan Rawat Jalan ……………………………….. 58
6.2.2.1. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya
di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 60
6.2.2.2. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis
dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan ………………………………………………. 60
6.2.2.3. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit
Common Cold dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………… 61
6.2.2.4. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit
Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………… 62
6.2.2.5. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit
Observasi Febris dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………… 62
6.2.2.6. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit
Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………… 63
6.2.2.7. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit
Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………… 64
6.2.3. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan
Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …….. 64
6.2.4. Hubungan Antara Biaya Tindakan Medis dan Penunjang Medis
dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………… 65

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


6.2.5. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ……………………………………… 66
6.2.5.1. Hubungan Antara Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan
Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .. 66
6.2.5.2. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun dengan
Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 67
6.2.5.3. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan
Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 68

6.2.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Biaya Rata-rata


di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………….. 69
6.2.6.1. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya
di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………… 69
6.2.6.2. Hubungan Antara Kelompok Perempuan dengan Biaya
di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………… 70
6.2.7. Hubungan Antara Pendidikan dengan Rata-rata Biaya
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………… 71
6.2.7.1. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Rata-
rata Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 71
6.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan
Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 72
6.2.8. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis ……… 75

7. PEMBAHASAN …….………............................ ……………………… 74


7.1. Karakteristik Pengguna Fasilitas Rawat Jalan …………………….. 74
7.2. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………………. 75
7.3. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan 75

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


7.3.1. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya di Sarana
pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………… 76
7.4. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………….. 76
7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………… 76
7.6. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan …………………………………………… 77
7.6.1. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………….………………. 77
7.7. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..………………………………… 77
7.7.1. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya
di Sarana Pelayanan Kesehatan ……………………………… 78
7.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Rata-rata
Biaya Kesehatan ……………………………………………………. 78
7.8.1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………........... 78

8. KESIMPULAN DAN SARAN …….………......................................... 79


8.1. Kesimpulan …………………………………................................... 79
8.2. Saran ................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Karyawan beserta keluarga PT Pelayanan Listrik Nasional


Batam, dan Biaya Kesehatannya ................................................ 5

Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai per Tahun
Antara PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit
Jawa Bali .................................................................................... 5

Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6

Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut
Sarana Layanan ....................................................................... 7

Tabel 1.5. Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan


Rawat Jalan Yang digunakan pada tahun 2009 ....................... 8

Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Karyawan PT PLN Batam ....................... 36

Tabel 3.2. Kinerja Dibanding Komposisi Jumlah Pelanggan .................... 37

Tabel 3.3. Tingkat Produktifitas Pegawai .................................................. 37

Tabel 3.4. Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam Tahun 2009 38

Tabel 3.5. Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 sampai 2009 ..................... 38

Tabel 3.6. Jumlah Karyawan dan Keluarga ............................................... 39

Tabel 4.1. Definisi Operasional .................................................................. 41

Tabel 6.1. Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan


Rawat Jalan Tahun 2009 ........................................................... 47

Tabel 6.2. Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan


Kesehatan yang Digunakan ………………………………….. 47

Tabel 6.3. Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan


Kesehatan Rawat Jalan 2009 ..................................................... 48

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


Tabel 6.4. Distribusi Frekuensi Diagnosis Berdasarkan Sarana Pelayanan
Kesehatan Yang Digunakan ...................................................... 49

Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan


Rawat Jalan 2009 ……………………………………………... 49

Tabel 6.6. Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan


Menurut Sarana Pelayanan Yang Digunakan ………………… 50

Tabel.6.7. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 …………………….. 50

Tabel 6.8. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di


Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan ………………. 51
Tabel 6.9. Distribusi Frekuensi Umur yang Menggunakan Sarana Layanan
Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ......................................... 52
Tabel 6.10. Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan yang
Digunakan Pada Layanan Kesehatan Rawat Jalan .................... 52
Tabel 6.11. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang Menggunakan Sarana
Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 .......................... 53

Tabel 6.12. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan


Rawat Jalan yang Digunakan .................................................... 54
Tabel 6.13. Distribusi Frekuensi Pendidikan yang Menggunakan Fasilitas
Layanan Rawat Jalan ................................................................ 55

Tabel 6.14. Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan yang Digunakan ............................... 55
Tabel 6.15. Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 .......... 56

Tabel 6.16. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit .......... 57

Tabel 6.17. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ...... 57

Tabel 6.18. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .............................................. 58

Tabel 6.19. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .............................................. 59

Tabel 6.20. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 60

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


Tabel 6.21. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan
Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................... 61

Tabel 6.22. Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan
Biaya di Sarana Kesehatan Rawat Jalan ................................ 61

Tabel 6.23. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya


di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ............................... 62

Tabel 6.24. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan


Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................... 63

Tabel 6.25. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya


di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .............................. 63

Tabel 6.26. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan


Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................... 64

Tabel 6.27. Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan


di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………… 65

Tabel 6.28. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................... 65

Tabel 6.29. Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan


Rawat Jalan .................................................................................. 66

Tabel 6.30. Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 67

Tabel 6.31. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun terhadap Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 68

Tabel 6.32. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan Baya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 68

Tabel 6.33. Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan


Rawat Jalan ................................................................................. 69

Tabel 6.34. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan ................................................................ 70

Tabel 6.35. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan


Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................... 70

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


Tabel 6.36. Hubungan Antara Pendidikan dengan Biaya Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan ............................................................ 71

Tabel 6.37. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Biaya


Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ........................ 72

Tabel 6.38. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .............................................. 72

Tabel 6.39. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis ............. 73

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6

Grafik 1.2. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009 ........... 7

Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana
Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek ............................ 8

Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 Menurut jenis
Sarana Pelayanan Yang Digunakan ………………………….. 9
Struktur Organisasi PT PLN Batam ............................................................ 33

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    1 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini semua aspek kehidupan mengalami


perkembangan yang pesat, dimana arus teknologi informasi sedemikian
berpengaruh terhadap perikehidupan di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan
hidup tidak lagi hanya terfokus kepada kebutuhan pangan, sandang dan
perumahan saja, melainkan sudah mencakup kebutuhan sekunder bahkan
tersier. Demikian juga halnya dengan kebutuhan akan kesehatan, masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatannya tidak hanya keakuratan terapi
yang diharapkan, akan tetapi kemudahan akses, kenyamanan, pelayanan yang
menyenangkan dan kecanggihan alat sudah menjadi pilihan sebagian
masyarakat dalam memenuhi kesehatannya.
Dengan pesatnya arus perkembangan tersebut, menimbulkan dampak pada
tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pengguna layanan
kesehatan. Penyedia sarana pelayanan kesehatan banyak menawarkan pilihan
pengobatan canggih untuk lebih cepat dan tepat mengetahui diagnosis suatu
penyakit. Padahal penggunaan alat dan teknologi canggih tersebut belum tentu
perlu dilakukan karena tidak semua penyakit memerlukan pemeriksaan
tersebut. Dengan terjadinya over utilisasi seperti ini sudah pasti menjadi
dampak peningkatan biaya kesehatan yang ditimbulkan, sehingga beban
masyarakat atau perusahaan yang menanggung biaya tersebut akan semakin
berat.
Peran pihak swasta dalam menyediakan anggaran kesehatan untuk
karyawan dan atau keluarganya sangat membantu pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan, meskipun pemerintah telah
menjamin pemenuhan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.
Negara Republik Indonesia telah mengatur kebutuhan hidup rakyatnya
dalam Undang–undang Dasar. Dimana pada UUD 1945 pasal 28E ayat 1
menyebutkan bahwa setiap orang berhak terhadap kesejahteraan lahir, dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    2 

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dalam Garis - Garis Besar


Haluan Negara (GBHN), pemerintah mengatur pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan rakyatnya akan kesehatan. Di samping itu pemerintah pun
membuat Undang–Undang tentang kesehatan yang dari waktu ke waktu
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan.
Pada UU no 36/2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Dan secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan baginya. Oleh karenanya setiap
individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat
terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu.
Meskipun banyak peraturan yang dibuat agar hak dan kewajiban
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan kesehatannya diperoleh, namun
belum banyak masyarakat yang menerima hak–hak mereka tersebut.
Keterbatasan anggaaran pemerintah yang selalu menjadi alasan terkendalanya
masalah tersebut.
Menyikapi hal tersebut, peran masyarakat dan pihak swasta sangat
membantu pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan pembiayaan kesehatan
bagi masyarakat. Bahkan dari data diperoleh bahwa sebagian besar
masyarakat membiayai sendiri (out of pocket) pengobatannya.
Masalah pembiayaan kesehatan di hampir semua negara di dunia, mengalami
problematika yang hampir sama. Masalah–masalah yang muncul antara lain:
1. Kurangnya Dana Yang Tersedia
Biasanya ini terjadi di negara yang sedang berkembang, dimana
pendapatan perkapita penduduk masih rendah, sehingga biaya yang
dianggarkan untuk kesehatanpun masih rendah.
2. Penyebaran Dana Yang Tidak Merata
Dana kesehatan banyak dimanfaatkan di perkotaan, sedangkan sebagian
besar penduduk negara berkembang tinggal di pedesaan, sehingga tidak
menjangkau penduduk di pedesaan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    3 

3. Pemanfaatan Dana Yang Tidak Tepat


Dimana biaya pelayanan kedokteran masih lebih tinggi dibandingkan
biaya palayanan kesehatan masyarakat.
4. Pengelolaan Dana Yang Belum Sempurna
Hal ini tidak saja dari segi ketrampilan dan pengetahuan yang masih
terbatas diantara pengelola dana kesehatan, namun sikap dan mental para
pengelolapun ikut memberi andil belum tepatnya pengelolaan biaya
kesehatan.
5. Biaya Kesehatan Yang Semakin Meningkat
Biaya kesehatan dirasakan semakin meningkat dari waktu ke waktu,
banyak hal yanag memicu peningkatan biaya tersebut.

Menurut Sulastomo (2000), tingginya alokasi biaya pelayanan kesehatan


ternyata belum tentu menghasilkan status kesehatan dan bahkan mutu
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Karena mutu layanan kesehatan
dipengaruhi cara pandang masing–masing pihak dalam penilaiannya. Menurut
Azwar (1996), mutu layanan kesehatan dibedakan sebagai berikut:

a. Bagi pemakai jasa layanan kesehatan (health consumer) kualitas


pelayanan kesehatan terkait dengan ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien,
keprihatinan dan keramahan petugas dalam menangani pasien, dan atau
kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien.
b. Bagi penyelenggara kesehatan (health provider), kualitas pelayanan lebih
terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi
(professional autonomy) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien.
c. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health financing) kualitas
pelayanan kesehatan terkait dengan efisiensi pemakaian sumber dana,
kewajaran pembiayaan kesehatan, mengurangi kerugian penyandang dana
kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    4 

Peningkatan biaya kesehatan inipun dirasakan oleh PT Pelayanan Listrik


Nasional (PT PLN) Batam. Sebagai anak perusahaan PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero), PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam harus mampu
mandiri dalam pengelolaan perusahaannya. Besarnya beban pembiayaan
kesehatan merupakan beban yang harus ditanggung sendiri oleh PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam. Beban ini semakin lama semakin
bertambah dengan bertambahnya jumlah karyawan, kebutuhan akan kesehatan
dan faktor–faktor lainnya.

Dari mulai berdirinya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam hingga


sekarang, pembiayaan pelayanan kesehatannya dikelola sendiri dengan cara
bekerja sama dengan rumah sakit penyedia layanan kesehatan, klinik dan
dokter praktek dengan sistem fee for service dan reimbursement system
apabila tidak ada kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan yang
digunakan.

Sistem pembiayaan kesehatan berdasarkan fee for service dan


reimbursement, ternyata membuka peluang moral hazard berupa terjadinya
unnecessary utilization atau over utilization. Pemberian obat yang berlebihan,
pemeriksaan yang tidak perlu menjadi kecenderungan dalam pelaksanaan pola
pembiayaan ini. Pegawai dan penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
perduli seberapa besar beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan,
karena mereka beranggapan bahwa perawatan kesehatan merupakan hak
setiap pegawai sesuai dengan peratutan yang berlaku di perusahaan ini.

Disamping itu dengan tidak adanya batasan pembiayaan dan monitoring


yang tepat menambah peluang terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan
yang dibebankan kepada perusahaan.

Sistem pengobatan yang bebas dimana pengguna layanan bebas memilih


sarana kesehatan yang diperlukan memberikan peluang bagi pengguna untuk
memilih langsung dokter spesialis atau subspesialis dalam pengobatannya.
Meskipun sebenarnya jenis penyakit yang diderita hanyalah penyakit ringan
dan tidak memerlukan jasa spesialistik.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    5 

Berikut ini merupakan tabel yang menampilkan data jumlah karyawan


beserta keluarganya yang menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam, beserta biaya kesehatan yang telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan karyawan den keluarga tersebut.

Tabel 1.1.
Jumlah Karyawan beserta keluarga PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan
Biaya kesehatannya
Diskripsi 2007 2008 2009

Jumlah karyawan 302 345 348

Jumlah karyawan dan 1064 1258 1275


keluarga

Total Biaya Kesehatan 3,390,182,810 3,233,905,051 3,736,722,880

Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

Dengan melihat hal–hal diatas perlulah kiranya PT. Pelayanan Listrik


Nasional Batam melakukan analisa kembali tentang pembiayaan pelayanan
kesehatan, monitoring dan evaluasi terhadap kinerja provider yang menjadi
rekanan dalam pelayanan kesehatan. Karena beban biaya yang ditanggung PT
Pelayanan Listrik Nasional Batam, jika dibandingkan dengan PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) khususnya wilayah Pembangkit Jawa Bali, ternyata
jauh lebih tinggi. Berikut tabel yang menggambarkan perbandingan biaya
tersebut:

Tabel 1.2.
Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai Pertahun Antara
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali

No 2007 2008 2009

1 PT Pelayanan Listrik Nasional 11,189,000 9,374,000 11,171,000


Batam

2 Pembangkit Jawa Bali 4,588,000 4,377,000 5,001,000

Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    6 

Ditambah lagi, adanya kebijakan dari manajemen PT. Pelayanan Listrik


Nasional Batam untuk melakukan efisiensi anggaran di semua bidang, maka untuk
itu anggaran kesehatan tahun 2011, akan diadakan pengurangan anggaran sebesar
20% dari anggaran tahun sebelumnya. Sehingga dengan kondisi biaya kesehatan
yang terus meningkat, maka akan menyulitkan pihak manajemen dalam
mengelolanya.

Berikut ini tabel yang menggambarkan biaya layanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dalam
kurun waktu 2007-2009.

Tabel 1.3.
Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
Pelayanan Kesehatan yang 2007 2008 2009
Dipergunakan

Rawat Jalan 2,456,893,154 2,653,763,524 2,729,729,242

Rawat Inap 933,289,252 508,141,527 1,006,993,638

Total 3,390,182,810 3,233,905,051 3,736,722,880

Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan PT Pelayanan Listrik Nasional Batam 2007-2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya kesehatan setiap tahun
mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya jumlah pegawai. Berikut
ini grafik yang menampilkan gambaran biaya rawat jalan dan rawat inap pada
periode 2007-2009.

Grafik 1.1 Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    7 

Melihat tabel diatas, maka akan terlihat bahwa pengguna pembiayaan


kesehatan baik rawat jalan lebih besar dibandingkan rawat inap.
Grafik berikut akan memperlihatkan peningkatan biaya rawat jalan dari tahun2007
sampai dengan 2009.

Grafik 1.2.Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009


Sumber : Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

Dari rawat jalan diperoleh gambaran penggunaan fasilitas rawat jalan


provider, baik rumah sakit maupun praktek dokter juga mengalami kenaikan.
Berikut tabel yang menggambarkan variasi penggunaan sarana pelayanan
kesehatan rawat jalan tahun 2009.
Tabel 1.4.
Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut Sarana
Pelayanan

Sarana Kesehatan Jumlah Kunjungan

Rumah Sakit 6,252

Praktek Dokter 1,840

Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    8 

Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan variasi jumlah kunjungan pada
masing-masing layanan kesehatan.

Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana
Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek

Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa penggunaan fasilitas


kesehatan rumah sakit menempati urutan pertama dalam pemilihan sarana
kesehatan karyawan dan keluarganya.

Penggunaan fasilitas rumah sakit sebagai tujuan pertama dalam pemberian


layanan kesehatan, akan memberikan dampak over utilisasi, karena pemilihan
dokter spesialis sebagai pilihan pertama pelayanan kesehatan merupakan
tindakan yang berlebihan, mengingat penyakit yang diderita belum tentu
memerlukan jasa spesialistik. Hal ini akan berdampak pada biaya kesehatan
yang cenderung meningkat. Dan berikut adalah gambaran biaya pelayanan
kesehatan pada masing-masing sarana pelayanan kesehatan yang telah
dipergunakan.

Tabel 1.5.
Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan Yang digunakan pada tahun 2009
Sarana Pelayanan Kesehatan Biaya Pelayanan Kesehatan (Rupiah)

Rumah Sakit 2,269,886,896

Dokter Praktek 459,842,346


Sumber : Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    9 

Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan besar variasi biaya layanan
kesehatan rawat jalan yang telah digunakan pada tahun 2009

Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan
Yang Digunakan
Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

1.2. Rumusan Masalah

Melihat gambaran biaya kesehatan yang ada di PT. Pelayanan Listrik


Nasional Batam, maka terlihat bahwa setiap tahun, anggaran yang
dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan semakin bertambah, baik
itu rawat jalan maupun rawat inap. Dari sarana penyedia layanan kesehatan
yang digunakan oleh karyawan dan keluarganyapun cenderung memilih
rumah sakit dari pada dokter praktek yang dilanggan. Padahal adanya
kebijakan manajemen untuk mengurangi biaya kesehatan sebesar 20% akan
menyulitkan, apabila pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik. Untuk
itu, metode pembiayaan kesehatan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
memerlukan analisa lebih mendalam, karena dengan metode yang ada saat ini
diperkirakan beban anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan akan
cenderung naik, sehingga tidak mencukupi jumlah anggaran yang telah
ditetapkan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    10 

1.3. Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana biaya pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan pada
sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik
Nasional Batam?
b. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan rawat
jalan pada masing-masing tempat pelayanan kesehatan yang dilanggan
perusahaan?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembiayaan layanan kesehatan rawat jalan yang
dilakukan di sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam dan faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya pembiayaan pada masing-masing tempat layanan.

1.4.2. Tujuan Khusus


Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pembiayaan kesehatan
rawat jalan pada masing-masing penyedia layanan kesehatan yang akan
mempengaruhi peningkatan biaya yang ditanggung oleh PT. Pelayanan
Listrik Nasional Batam.
1.4.2.1. Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat
jalan di rumah sakit
1.4.2.2. Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat
jalan di dokter praktek.
1.4.2.3. Untuk mengetahui hubungan antara besarnya pembiayaan
layanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek
berdasarkan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi,
biaya tindakan dan penunjang medis, umur, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    11 

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam terhadap
karyawan dalam hubungannya terhadap fasilitas layanan kesehatan yang
diberlakukan selama ini.
Penelitian dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at, dimulai pukul
13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB pada bulan Oktober-November 2010.

1.6. Manfaat Penelitian


1.6.1. Manfaat Bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
Dengan penelitian ini, diharapkan PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam dapat mengetahui pembiayaan yang timbul dari sarana pelayanan
kesehatan rawat jalan yang dilanggan saat ini, sehingga dapat diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya yang ditimbulkan pada
sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan, agar dapat mengambil
langkah yang efektif terhadap kecenderungan kenaikan biaya kesehatan
yang akan terjadi.
1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengalaman, ketrampilan dan
pengetahuan peneliti di bidang penelitian tentang pembiayaaan kesehatan
karyawan, sehingga dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat.
1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang berminat
melaksanakan penelitian pada bidang pembiayaan kesehatan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    12 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem


kesehatan di suatu negara. Salah satu ukuran terpenting dari sistem pembiayaan
kesehatan yang adil adalah bahwa beban biaya kesehatan dari kantong perorangan
tidak memberatkan penduduk.

Pendanaan kesehatan yang adil dan merata adalah pendanaan dimana


seseorang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
medisnya dan membayar pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan
membayar.

Di semua negara maju kecuali Amerika Serikat menerapkan konsep


pembiayaan kesehatan bersifat universal, karena mencakup seluruh penduduk di
negara tersebut. Sistem yang dipakai adalah sitem pelayanan kesehatan nasional
(National Health Service, NHS). Sistem ini dimaksudkan untuk melindungi
seluruh masyarakatnya terhadap biaya kesehatan yang muncul disaat yang tidak
terduga.

Amerika adalah satu–satunya negara maju yang menetapkan asuransi


kesehatannya secara komersial/ Private Voluntary Health Insurance bagi
rakyatnya. Sehingga menimbulkan banyak perusahaan asuransi komersial yang
menawarkan sistem perlindungan kesehatan bagi masyarakat dengan bermacam–
macam keunggulan yang ditawarkan. Hal ini mengakibatkan Amerika menjadi
negara dengan biaya kesehatan tertinggi di dunia. Sehingga pada tahun 1990
terdapat 38 juta rakyat Amerika tidak mampu membeli program asuransi yang
ada.

Di Indonesia, pendanaan kesehatan secara tradisional menggantungkan


pada mekanisme campuran pendanaan dari sumber anggaran pemerintah dan
biaya kantong sendiri. Bahkan menurut Gani (1995) biaya kesehatan sebagian
besar bersumber dari masyarakat yaitu bekisar 70% dan sisanya dari pemerintah.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    13 

Dari sumber biaya yang berasal dari masyarakat, 75% merupakan pembayaran
langsung (out of pocket), 19% biaya berasal dari perusahaan dan 6% biaya
bersumber dari asuransi kesehatan.

Apapun model pembiayaan kesehatan di suatu negara, dihadapkan pada dua


masalah pokok yang sama, yaitu:

a. Bagaimana mengendalikan biaya pelayanan kesehatan yang meningkat


drastis.
b. Bagaimana mutu layanan kesehatan tersebut, apakah sesuai antara
meningkatnya pembiayaan dengan mutu yang diberikan.

Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, tingkat pendidikan, tingkat


pendapatan, kemajuan teknologi dan perubahan selera penduduk, biaya kesehatan
yang harus dibayar dari kantong sendiri baik di fasilitas publik maupun swasta
semakin meningkat. Sistem pembiayaan kesehatan ini semakin jauh dari ekuitas
karena kemampuan ekonomi penduduk yang bervariasi, sedangkan kebutuhan
medis tidak berkorelasi dengan tingkat pendapatan.

Menurut beberapa ahli (Cambridge Research Institute,1976; Sorkin,1975;


Feldstein, 1988) mengatakan bahwa beberapa hal penting yang menyebabkan
meningkatnya biaya kesehatan adalah:

a. Tingkat Inflasi
Meningkatnya inflasi di masyarakat akan mempengaruhi peningkatan
biaya kesehatan, karena peningkatan harga kebutuhan di masyarakat, maka
secara otomatis biaya investasi dan biaya pelayanan kesehatanpun
meningkat juga.
b. Tingkat Permintaan
Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan di masyarakat
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pertama peningkatan jumlah penduduk,
menyebabkan kebutuhan akan layanan kesehatanpun akan meningkat.
Yang kedua meningkatnya kualitas dari penduduk tersebut, dimana dengan
pendidikan yang tinggi, maka akan membutuhkan layanan kesehatan yang
lebih baik pula.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    14 

c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi


Dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang semakin modern,
masyarakatpun lebih cenderung untuk menggunakannya. Sehingga beban
biaya yang ditimbulkan akan semakin meningkat.
d. Perubahan Pola Penyakit
Perubahan pola hidup di masyarakat, mempengaruhi juga perubahan pola
penyakit yang ada. Dahulu banyak dijumpai penyakit–penyakit akut yang
lebih cepat cara pengobatannya. Namun pola penyakit sekarang berubah
ke penyakit–penyakit kronis, sehingga memerlukan penanganan yang lama
dan biaya yang lebih besar.
e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan
Perkembangan pola layanan kesehatan yang cenderung ke spesialis
maupun subspesialis menyebabkan pelayanan terkotak kotak, bahkan
kadang kala terjadi tumpang tindih, sehingga beban biaya kesehatan yang
dipikul semakin berat.
f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien
Pola hubungan dokter-pasien saat ini semakin berubah. Pengelompokan
spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan teknologi kedokteran
yang semakin tinggi, menyebabkan hubungan tersebut tidak erat lagi,
sehingga sering kali muncul sengketa diantara keduanya.
g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya
Salah satu pencegahan dari peningkatan biaya kesehatan adalah dengan
mekanisme pengendalian biaya (cost containment), dengan regulasi yang
dituangkan dalam undang-undang, sehingga peningkatan biaya dapat
ditekan.
h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan
Sebenarnya sistem asuransi kesehatan ini dipergunakan untuk
mengendalikan biaya kesehatan, namun bila pelaksanaan tidak tepat,
seperti pada reimbursement system, maka hal ini justru akan mendorong
meningkatnya biaya kesehatan.

Biaya pelayanan rumah sakit di Indonesia, baik rawat jalan maupun rawat
inap, merupakan biaya yang paling tinggi tingkat ketidakpastiannya. Semua

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    15 

rumah sakit baik pemerintah maupun swasta menerapkan sistem tagihan jasa
perpelayanan yang memberikan insentif kepada fasilitas kesehatan atau dokter
untuk memberikan pelayanan yang lebih banyak. Di sini sebetulnya sangat
dibutuhkan suatu pendanaan publik atau pendanaan melalui asuransi sehingga
pasien yang membutuhkan pelayanan rumah sakit tidak dibebani biaya diluar
kemampuannya.

Asuransi kesehatan adalah suatu instrument sosial untuk menjamin


seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa
mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut saat kebutuhan pelayanan
kesehatan diperlukan.

Menurut Mills & Gibson (1990) menyebutkan bahwa pembiayaan


kesehatan melalui asuransi kesehatan ada beberapa cara, yaitu, melalui asuransi
kesehatan sosial, asuransi kesehatan swasta maupun asuransi kesehatan oleh
perusahaan. Asuransi kesehatan oleh perusahaan artinya perusahaan secara
langsung membiayai layanan kesehatan yang diberikan bagi pekerjanya. Baik itu
upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian diharapkan
tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang
produktif dalam menunjang aktivitas perusahaan.

2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

Pada perkembangan jaman dewasa ini banyak faktor yang mempengaruhi


kebutuhan akan layanan kesehatan. Tidak hanya faktor kesembuhan akan penyakit
saja yang mempengaruhi seseorang dalam mencari kesehatannya, namun dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kebutuhan akan layanan kesehatan terus
mengalami perubahan.

Menurut Gani (1994), ada tiga faktor yang menjadi kecenderungan seseorang
dalam perilaku kehidupannya, yaitu:

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    16 

a. Perubahan Gaya Hidup


Merupakan faktor resiko seseorang akan munculnya penyakit degeneratif,
dimana terjadi perubahan pola makan, pola kerja, dan aktivitas fisik yang
cenderung menurun.
b. Meningkatnya Pendapatan
Dengan meningkatnya pendapatan, seseorang lebih menghargai sehat
sebagai suatu investasi, sehingga pemilihan fasilitas kesehatanpun akan
semakin meningkat
c. Meningkatnya Pendidikan
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, menyebabkan seseorang lebih
mengetahui adanya resiko penyakit yang bisa muncul, sehingga hal ini
mempengaruhi permintaan akan layanan kesehatan yang lebih baik.

Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan adalah


sebagai berikut:

a. Umur
Umur seseorang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana
saat bayi dan anak–anak, kebutuhan akan pelayanan kesehatan cenderung
naik. Kemudian saat remaja dan usia produktif kebutuhan layanan kesehatan
cenderung untuk menurun. Dan meningkat lagi saat usia pensiun.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana
pada kelompok perempuan akan lebih sering melakukan kunjungan ke sarana
kesehatan saat mengandung dan melahirkan. Hail ini dipengaruhi oleh usaha
promotif dan preventif dari pemerintah agar perempuan lebih sering
memeriksakan kandungannya ke bidan maupun puskesmas.
c. Status Perkawinan dan Jumlah Keluarga
Pada umumnya seseorang yang berstatus lajang akan sering memanfaatkan
pelayanan kesehatan dibandingkan yang sudah menikah. Dan banyaknya
anggota di dalam keluarga juga akan mempengaruhi kebutuhan akan layanan
kesehatan, dimana jumlah anggota keluarga yang semakin banyak

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    17 

menyebabkan income berkurang dibandingkan dengan keluarga dengan


jumlah anggota yang kecil dengan pendapatan yang sama.
d. Pendidikan
Dengan pendidikan yang tinggi, akan mempengaruhi seseorang lebih peduli
terhadap kesehatannya, sehingga apabila merasakan sesuatu yang tidak lazim
di dalam tubuhnya, maka akan segera berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk
mengetahui penyebabnya.
e. Jabatan
Pengaruh jabatan seseorang berdampak pada pendapatan yang lebih besar,
sehingga dengan pendapatan yang tinggi seseorang akan memberikan
pengeluaran yang tinggi pula pada bidang kesehatan.
f. Jarak tempuh dengan sarana pelayanan kesehatan
Jarak ke tempat layanan kesehatan yang jauh akan mengurangi minat
berkunjung ke tempat tersebut. Sehingga pemanfaatan tempat layanan
kesehatan tersebut akan rendah.

2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan

Banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya biaya kesehatan. Menurut


Gani (1996), meningkatnya biaya kesehatan disebabkan oleh karena adanya
inflasi biaya kesehatan yang terjadi pada sisi supplay (yaitu: tenaga medis,
teknologi kedokteran, inefisiensi prosedur pelayanan dan kurangnya dokter
spesialis), maupun dari segi demand (yaitu adanya pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang berlebih, serta transisi epidemiologis penyakit). Untuk itu
diperlukan suatu teknik pengendalian biaya (cost containment) pelayanan
kesehatan pada faktor–faktor yang menjadi penyebab kenaikan biaya
kesehatan baik dari sisi supply maupun demand.
Tingginya biaya kesehatan yang meningkat dari tahun ke tahun pun
dirasakan di berbagai negara, menurut Callan dan Yeager (1991), di
Amerika Serikat tingginya biaya kesehatan yang terjadi disebabkan oleh:

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    18 

a. Teknologi, dimana biaya riset dan pengembangan obat–obatan baru serta


alat diagnostik yang terus berkembang menjadikan biaya kesehatan
semakin mahal
b. Provider, khususnya dokter dihadapkan kemungkinan timbulnya
malpraktek yang dibebankan pada pasien sebagai biaya pelayanan
kesehatan.
c. Untuk menghindari malpraktek, para dokter sering melakukan
pemeriksaan penunjang yang terkadang biayanya mahal dalam
menegakkan diagnosis dan terapi.
d. Rumah Sakit, sebagai pihak penyelenggara pelayanan yang melayani jasa
dokter juga berusaha meminimalkan malpraktek dengan cara melakukan
pemeriksaan ataupun pelayanan yang dibebankan kepada pasien.

Timbulnya pelayanan kesehatan yang tidak efisien ditandai dengan adanya;

a. Kecenderungan menaikan nilai premi asuransi ataupun terlihat kenaikan


biaya reimbursement.
b. Penurunan kualitas dari layanan kesehatan yang diberikan, dimana pihak
penyelenggara sarana kesehatan menurunkan kualitas layanan yang
diberikan sehingga timbul ketidakpuasan dari pasien.
c. Pelayanan yang tumpah tindih
d. Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan.

Selain hal–hal diatas, Feldstein berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi
penyebab meningkatnya biaya kesehatan, yaitu:

a. Kemajuan teknologi kedokteran seperti transplantasi organ, bedah laser,


Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang secara medis
kencenderungannya membuat konsumen lebih mudah, nyaman dalam
mengetahui penyakitnya, dan dapat memperpanjang harapan hidup (life
expectancy).
b. Meningkatnya kompetensi antar provider akibat penawaran yang
berlebihan.
c. Meningkatnya harga jual jasa karena adanya persaingan tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    19 

d. Kecenderungan timbulnya bedah elektif seperti sectio caesaria, supaya


proses melahirkan tidak sakit, coronary by pass yang belum tentu
diperlukan. Proses yang mahal dan belum tentu diperlukan dewasa ini
sudah menjadi kecenderungan konsumen dalam memilih alternatif
pengobatan.

2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan

Menyikapi terjadinya peningkatan biaya kesehatan yang semakin lama


semakin meningkat, maka diperlukan suatu sistem yang berguna untuk
mengendalikan kenaikan biaya kesehatan tersebut. Komponen yang merupakan
beban terbesar pada biaya pengobatan adalah obat–obatan, karena itu
pengendalian harga obat ataupun standarisasi pemakaian obat akan berguna dalam
pengendalian biaya kesehatan. Selain itu pengendalian obat dapat juga dilakukan
dengan melakukan drug utilization review atau kajian utilisasi obat-obatan.
Dimana apabila ditemukan peningkatan yang mencolok terhadap pemakaian obat-
obat tertentu harus dicari penyebabnya. Apakah dikarenakan melonjaknya
pemakaian akibat peningkatan insiden penyakit tertentu, ataukah akibat perilaku
provider ataupun tenaga medis (prescribing habit) yang tidak mendukung rational
drug use. Dengan metoda ini dapat diketahui fenomena negatif yang mungkin
terjadi, sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan cara menerapkan regulasi
standar penggunaan obat kepada penyedia layanan kesehatan, dokter, maupun
peserta jaminan. Disamping pengendalian biaya obat–obatan, yang tidak kalah
pentingnya adalah peran dokter umum dalam pengendalian biaya kesehatan
adalah, sebagai pemberi layanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama, maka
dokter umum berperan dalam pengendalian obat, pemeriksaan penunjang dan
rujukan ke pelayanan lanjutan. Dokter umum sebagai managed care yang
memegang kunci utama pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Beberapa macam teknik pengendalian biaya layanan kesehatan yang dapat


dijumpai, yaitu:

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    20 

a. Perencanaan Desain Benefit


Pada perencanaan biaya kesehatan disini, dilakukan pengendalian biaya
melalui;
1. Cost Sharing
Yaitu perencanaan benefit dimana tertanggung diharuskan membayar
sebagian dari biaya medis yang timbul. Cara pembayarannya dapat
melalui beberapa cara, yaitu:
 Dedactibles
Adalah jumlah biaya yang telah ditentukan menjadi tanggung
jawab asuransi kesehatan, sedangkan biaya yang melebihi jumlah
yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab peserta asuransi.
 Co-Insurance
Adalah biaya layanan kesehatan ditentukan berdasarkan persentase
yang harus dibayarkan kepada pemberi layanan kesehatan,
besarnya biaya biasanya berdasarkan persentase dari gaji
karyawan.
 Co-Payment
Peserta asuransi diwajibkan membayar dengan jumlah tertentu,
setiap selesai menggunakan layanan kesehatan.

2. Tingkat Penggantian Maksimum (Maximum Reimbursement


Level)
Pada metoda ini, terlebih dahulu ditentukan besar biaya maksimum
yang dapat diganti saat seseorang menggunakan layanan kesehatan.
Kelebihan biaya atas layanan yang digunakan menjadi tanggungan
peserta
3. Kontribusi Pegawai (Employee Contribution)
Biasanya perusahaan memberikan fasilitas layanan kesehatan kepada
pegawainya dengan cara kontribusi premium, yang besarnya
berdasarkan prosentase dari gaji pegawai yang bersangkutan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    21 

4. Koordinasi Benefit (Coordination Benefits)


Koordinasi benefit dilakukan untuk mencegah terjadinya penjaminan
berlebih dimana asuransi membayar melebihi yang seharusnya
ditanggung akibat dari perlindungan ganda.

b. Kontrol Pembayaran
Ada bebeerapa cara pengendalian biaya yang dapat dilakukan melalui
kontrol pembiayaan.
1. Pemeriksaan Tagihan Rumah Sakit
Hal ini sebaiknya dilakukan oleh staf yang ahli dibidang pengontrolan
tagihan rumah sakit, atau dapat pula dikerjakan oleh perusahaan
independent auditor. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah
pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, serta
apakah harga yang dibebankan sudah sesuai dengan harga yang
berlaku. Adakah indikasi terjadinya over utilisasi terhadap pemakaian
obat maupun pemeriksaan penunjang diagnostik.
2. Tarif Yang Sesuai
Dimana tarif ditentukan sebelum layanan kesehatan diberikan. Pihak
penyelenggara layanan kesehatan tidak boleh menaikkan tarif tanpa
persetujuan dari pihak pengelola asuransi/ perusahaan yang memakai
jasa layanan kesehatan.
3. Pengawasan Biaya Administrasi
Biaya administrasi merupakan faktor yang mempengaruhi premi
asuransi kesehatan karena itu biasanya asuransi akan menetapkan
biaya administrasi serendah mungkin.

c. Kajian Utilisasi
Kajian utilisasi ini dirancang untuk mengurangi biaya administrasi
rumah sakit dan juga untuk mengontrol lama hari rawat pasien melalui
analisa prospektif maupun retrospektif dari catatan medis yang ada. Saat
ini teknik utilisasi telah banyak dipakai oleh asuransi untuk kendali biaya
kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    22 

Menurut Depkes (2003), untuk memperoleh gambaran utilisasi


pelayanan kesehatan dapat digunakan salah satu parameter berikut ini:
1. Angka Kunjungan Rawat Jalan (Visit Rate)
Angka kunjungan rawat jalan adalah rata-rata jumlah kunjungan rawat
jalan dari seluruh peserta ke sarana pelayanan kesehatan dalam kurun
waktu tertentu.
2. Angka Hari Rawat Inap (Length of Stay)
Angka hari rawat inap adalah rata-rata lama hari rawat inap tiap pasien
pada sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
3. Biaya Rata-rata Pelayanan Kesehatan.
Biaya rata-rata pelayanan kesehatan adalah rata-rata biaya per
pelayanan, baik untuk rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap dan kegawatdaruratan.
4. Angka Rujukan
Angka rujukan adalah rata-rata jumlah kasus yang dirujuk dari tingkat
pelayanan rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi maupun pada
tingkat pelayanan yang sama tetapi mempunyai fasitas ataupun
kemampuan lebih baik dalam kurun waktu tertentu.

Ada Tiga Macam Kajian Utilisasi ini, yaitu:

1. Kajian Utilisasi Prospektif


Kajian ini digunakan untuk menentukan kebutuhan pelayanan
kesehatan sebelum pelayanan tersebut diberikan, terutama dalam
pengelolaan pelayanan rumah sakit. Kajian utilisasi ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Manajemen Kasus
b. Sertifikasi Rawat Inap (Preadmission Certification)
c. Sertifikasi Tindakan (Outpatient Certification)
d. Otorisasi Rujukan ( Refferal Authorization)
e. Second Opinion ( Pendapat kedua)

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    23 

2. Concurrent Review
Kajian ini dilakukan saat pelayanan kesehatan diberikan kepada
peserta. Konsep yang dipakai meliputi penentuan apakah pengobatan
dan perawatan rawat inap perlu dilanjutkan, karena dengan concurrent
review dapat mengurangi lama hari rawat, maka hal ini akan
berpotensi untuk mengurangi biaya-biaya yang akan muncul.
a. Maximum Length of Stay, batasan lama hari rawat inap.
Pendekatan kajian ini adalah berdasarkan penetapan batasan lama
hari rawat inap. Penentuan LOS maksimum berdasarkan pada
International Clasification Disease (ICD) atau Diagnosis Related
Group yang memiliki konsep serupa.
b. Discharge Planning
Rencana perawatan lanjutan setelah pasien keluar dari rumah sakit
disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Discharge planning
ini sebaiknya dilaksanakaan saat pasien masih dirawat di rumah
sakit, sehingga dapat ditentukan perawatan lanjutan yang akan
diterima pasien setelah keluar dari rumah sakit.
c. Continued Stay Review
Adalah kajian secara medis yang dilakukan diluar rumah sakit
selama paserta masih dirawat di rumah sakit. Kajian ini
berdasarkan pembicaraan melalui telepon antara coordinator
rumah sakit dengan staf yang mengurusi kajian utilisasi ini.
3. Kajian Utilisasi Retrospektif
Kajian utilisasi ini dilakukan setelah peserta mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kajian ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan klaim,
maupun pola pelayanan yang telah diberikan.

Menurut Ilyas (2003), sumber data yang dapat dipakai untuk melakukan
kajian utilisasi adalah:

a. Data Rekam Medis


Dari data rekam medis dapat diperoleh informasi pelayanan medis yang
diterima peserta dari pemberi layanan kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    24 

b. Data Pemberi Pelayanan Kesehatan


Data tentang jenis dan jumlah pemberi layanan kesehatan seperti dokter
umum. Dokter spesialis, rumah sakit dan pemberi layanan kesehatan
lainnya. Disamping itu, dapat pula diketahui apakah sarana kesehatan yang
disediakan oleh pemberi layanan kesehatan dapat diakses dengan mudah
oleh peserta, seperti dalam hal jarak tempuh, transportasi, dan kemudahan
prosedur.
c. Survei Peserta
Survei ini bertujuan untuk melihat perilaku pengguna layanan kesehatan,
kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan dan tujuan-tujuan lain yang
dapat dijadikan bahan masukan saat pengambilan kebijakan oleh
manajemen.
d. Data Pembanding
Data ini dipergunakan untuk mengetahui karakteristik peserta, umur
peserta, kebiasaan berobat dan kondisi kesehatan atau penyakitnya. Data
dapat diperoleh dari perusahaan asuransi lain ataupun data dari literature
ataupun kepustakaan yang berhubungan dengan kajian utilisasi ini.

2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan

Banyak metoda tentang pembiayaan kesehatan yang telah dilakukan mulai


dari bantuan yang diberikan oleh yayasan atau perkumpulan secara derma
(charity) sampai pada asuransi kesehatan yang sekarang banyak diterapkan di
berbagai negara.

Menurut Sorkin, perkembangan sistem pembiayaan pada bidang kesehatan


adalah sebagai berikut:

1. Charity
Metoda ini banyak dilakukan di Eropa pada abad industri, sekitar abad 18
dan 19. Dimasa itu institusi rumah sakit banyak menolong penduduk
miskin dan yang tidak mampu melakukan pengobatan penyakitnya.
Pembiayaan kesehatannya dibantu oleh para donatur, yang dananya

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    25 

dihimpun dan dikelola oleh gereja atau misi sosial yang memberikan
kontribusinya untuk mendanai orang miskin dan tidak mampu. Pelayanan
kesehatan yang diberikan berupa kuratif dan preventif.
2. Personal Payment/ Direct Payment
Metoda ini dilakukan dimana seseorang yang menggunakan layanan
kesehatan langsung membayar sejumlah uang kepada pemberi layanan.
Cara ini merupakan cara yang sering dipakai di Asia dan Afrika karena
sistem asuransi belum banyak digunakan. Dan cara ini merupakan cara
yang menguntungkan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan.
3. Personal Preventif
Metoda ini banyak dipakai di negara kapitalis, sosialis dan beberapa
negara berkembang. Sistem personal preventif , hygiene dan sanitasi lebih
memberikan peluang peserta menjadi lebih sehat dibandingkan dengan
program kuratif dan rehabilitatif.
4. Asuransi
Metoda ini bertujuan memberikan perlindungan bagi peserta asuransi atas
kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya. Metoda ini banyak dipakai di beberapa negara di dunia.
5. General Revenue
Metoda ini menggunakan pajak pendapatan di suatu negara untuk
membiayai beberapa komponen pelayanan kesehatan di negara tersebut.
Metoda ini paling menonjol digunakan di Chile Amerika Latin
6. External Financing
Metoda ini berupa bantuan internasional untuk program pelayanan
kesehatan di seluruh dunia, terutama untuk membantu penanggulangan
penyakit yang menimbulkan dampak epidemiologi yang luas seperti cacar
air, malaria, demam kuning dll.

Menurut Sulastomo (2000), sistem pembiayaan kesehatan dengan fee for


service dan reimbursement yang dilakukan setelah pelayanan kesehatan diberikan
merupakan sistem pembiayaan kesehatan yang tidak efisien. Karena munculnya
moral hazard akan lebih terbuka pada sistem pembiayaan ini, sehingga
memberikan dampak kenaikan biaya kesehatan yang drastis. Prespective Payment

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    26 

System (PPS) adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan,
baik di rumah sakit maupun dokter praktek, dalam jumlah yang telah ditetapkan
sebelum suatu pelayanan medis dilakukan, tanpa memperhatikan tindakan atau
lamanya perawatan di rumah sakit. Pada sistem ini mendorong pemberi layanan
kesehatan untuk melakukan hal–hal yang secara medis memang diperlukan dan
akan menurunkan lamanya jumlah hari rawat di rumah sakit. Dengan demikian
adanya kemungkinan penggunaan sarana kesehatan berlebih (over utilization)
dapat dicegah.

Yang termasuk dalam Prospective Payment System ini adalah :

a. DRG’s ( Diagnostic Related Group’s)


Adalah suatu cara pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan grup
diagnostik beberapa penyakit yang mempunyai karakteristik yang sama.
Pada DRG’s ini pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan diagnosis
penyakit yang ada atau diagnosis penyakit sejenis, tanpa melihat tindakan
medis yang dilakukan ataupun lamanya perawatan di rumah sakit.
Manfaat dari DRG’s ini adalah:
 Dapat diberlakukan lebih cepat
 Bagi penjamin pembiayaan kesehatan, dapat memberikan
kepastian biaya rumah sakit yang ditimbulkan.
 Mengurangi beban administrasi rumah sakit dan mendorong
efisiensi
 Dapat meningkatkan mutu layanan rumah sakit
 Menguntungkan peserta asuransi dimana premi yang
dibebankan akan menurun.
b. Perdiem/ Budget Tariff
Pada sistem ini tarif paket harian rumah sakit dibayar sesuai dengan
jumlah yang ditetapkan, yang meliputi biaya rawat inap dan sejumlah
kelompok tindakan medis. Semakin luas jenis tindakan medis yang
tercakup dalam tariff budget, maka akan semakin mendorong efisiensi dan
penyederhanaan administrasi.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    27 

c. Kapitasi
Sistem Kapitasi adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi
layanan kesehatan, yang diberikan dalam jumlah tetap, sesuai dengan
jumlah peserta/ karyawan yang menjadi kewajiban pemberi layanan
kesehatan yang bersangkutan untuk memberikan layanan kesehatan baik
sakit maupun tidak sakit. Dalam sistem kapitasi ini pembiayaan layanan
kesehatan biasanya diberikan terlebih dulu sebelum pemberi layanan
melakukan layanan kesehatan (prepaid/ pradana).
Konsep ini sesungguhnya yang paling banyak memperoleh
publikasi, oleh karena akan memberikan harapan yang sangat bermakna,
baik dari aspek penyederhanaan administrasi, efisiensi serta mutu layanan.
Juga sistem kapitasi akan mendorong upaya–upaya pencegahan dan
promotif sangat besar, sehingga akan merubah orientasi pelayanan
kesehatan dari kuratif ke preventif.
Meskipun demikian pelaksanaan sistem kapitasi ini juga harus
memperhatikan keadaan setempat, untuk dapat mencapai bentuk yang
ideal. Maka diperlukan sistem informasi yang baik agar data yang
mendukung sistem kapitasi ini benar–benar dapat memberikan peluang ke
arah efisiensi.

Ada tiga masalah pokok yang perlu dipertimbangkan, sebelum melakukan


program asuransi pada sistem pembiayaan pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Kapan saat yang tepat untuk memulai program asuransi kesehatan


Karena program pembiayaan kesehatan tumbuh paling akhir setelah
program pensiun hari tua, kecelakaan kerja dll. Sehingga kemampuan
membayar pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan.
b. Dengan adanya program jaminan layanan kesehatan, maka akan muncul
juga meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Sehingga perlu dilakukan
upaya pengendaliannya.
c. Mutu dari layanan kesehatan yang diberikan. Apakah layanan kesehatan
yang diberikan sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    28 

Meningkatnya biaya kesehatan belum tentu disertai meningkatnya


mutu layanan. Hal ini disebabkan terbukanya peluang untuk menggunakan
fasilitas kesehatan secara berlebihan (unnecessary utilization/ over
utilization).
Ada beberapa upaya untuk menghindari kecenderungan hal tersebut:
 Penetapan standar pelayanan/ profesi sehingga pelayanan yang
diberikan sesuai standar kebutuhan medis.
 Melaksanakan personal standar Review di kalangan kedokteran,
sehingga ada review yang dilakukan terhadap praktek kedokteran
yang dijalankan.
 Mengontrol pengadaan fasilitas layanan kesehatan khususnya
fasilitas yang memerlukan biaya tinggi.
 Menumbuhkan sistem pelayanan kesehatan yang efisien yang
menjamin pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan tingkat
keahlian dan sarana yang sesuai.
 Menumbuhkan sistem pembiayaan jasa pelayanan kesehatan yang
dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan medis.

Di Indonesia pengendalian biaya layanan kesehatan baru sebatas


menetapkan batas tarif tertinggi yang diperbolehkan pada sarana layanan
kesehatan. Akibatnya, karena hanya tarif yang ditentukan, maka faktor – faktor
yang mempengaruhi timbulnya tarif akan terabaikan. Sebagai contoh, bila suatu
sarana kesehatan telah berinvestasi suatu alat kesehatan dengan nilai investasi
yang tinggi, sedangkan tarif yang ditentukan tidak dapat menutupi biaya perunit
pemanfaatannya, maka pihak penyelenggara layanan kesehatan akan berupaya
mengejar target pemasukan sebagai pengganti nilai investasi dengan cara
melakukan layanan kesehatan yang belum tentu diperlukan bagi penggunanya.
Satuan tarif yang dipergunakan tidaklah berubah, namun pemakaiannya
ditingkatkan, sehingga terjadi over utilisasi. Bahkan menurut Sorkin mengatakan
bahwa pemberian layanan kesehatan yang tidak diperlukan oleh pasien karena
adanya unsur ketidaktahuan pasien (costomer ignorance) yang dimanfaatkan oleh

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    29 

pemberi layanan kesehatan dalam mengejar target investasi yang telah


ditanamkan. Hal ini jelas berdampak terhadap total biaya kesehatan yang harus
dibayarkan, meskipun tarif layanan kesehatan telah ditetapkan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    84 

dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Bagian B, Pusat Kajian


Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 2001.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    30 

BAB 3
GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL
BATAM

3.1. Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam

Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dimulai pada tahun 1971
sejak ditetapkannya Pulau Batam sebagai pangkalan logistik dan operasional bagi
eksplorasi minyak Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional (PN Pertamina). Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama yang
mengelola daerah industri Pulau Batam. Saat itu mesin–mesin diesel pertamina
yang memproduksi tenaga listrik hanya mampu melayani kepentingan kelistrikan
perusahaan dan perumahan karyawannya saja, sehingga masyarakat sekitar belum
bisa menikmati listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel pertamina, dan mereka
masih menggunakan petromak dalam penerangan saat malam hari.

Akibat krisis pada tahun 1976 yang dialami oleh Pertamina, maka seluruh
aktifitasnya di Pulau Batam diambil alih oleh Otorita Pembangunan Daerah
Industri Pulau Batam (OPDIPB), termasuk masalah kelistrikan. Bisnis ketenaga
listrikan ini dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB)

Pada pengalihan masalah kelistrikan ini oleh OPDIPB, masyarakat masih


belum bisa menikmati listrik yang dihasilkan karena kapasitas pembangkit yang
dihasilkan masih rendah. Mereka masih menggunakan lampu minyak dan jenset
kecil untuk penerangan di malam hari.

Setelah BJ Habibie menjadi ketua Otorita Batam, maka Batam sudah


mulai diarahkan menjadi kota industri. Perkembangan Batam kala itu sudah tidak
terbendung lagi. Dimana investor–investor mulai melirik potensi yang ada di
Pulau Batam. Karena hal tersebut, Otorita pun mulai melepas pengeloalaan
ketenagalistriknya, dan diserahkan ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    31 

Pada tahun 1993 pengelolaan kelistrikan di Pulau Batam dialihkan ke PT.


Perusahaan Listrik Negara (persero) Wilayah Khusus Batam, maka dibangunlah
infrastruktur yang lebih banyak sehingga tenaga listrik yang dihasilkan sudah bisa
dirasakan oleh sebagian masyarakat di Pulau Batam.

Kemudian pada 3 Oktober 2000 pengelolaan kelistrikan dialihkan pada


PT. Pelayanan Listrik Nasional (PT PLN) Batam, yang merupakan anak
perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara ( Persero) merujuk pada Keputusan
Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN, selaku pemegang
saham PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam surat No S-23/M-PM-
PBMUN/2000 tanggal 23 Agustus 2000. Pendirian PT. Pelayanan Listrik
Nasional Batam ini berdasarkan Akta Notaris Haryanto, SH No 7 tanggal 3
Oktober 2000. Akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara no 9 tanggal 30
Januari 2001.

Pada tahun berikutnya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam


menandatangani pendirian PT. Pembangkit Listrik Batam dengan OPDIPB
dengan prosentase kepemilikan masing–masing sebesar lima puluh persen. Kerja
sama tersebut dimaksudkan untuk menyediakan tenaga listrik yang baik dan dapat
menjadi daya tarik investor di Pulau Batam.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar PT Pelayanan Listrik Nasional Batam


bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah
Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang dan sekitarnya. Kegiatan usahanya
adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkit, penyaluran,


distribusi dan retail.
b. Penunjang tenaga listrik yang meliputi antara lain konsultasi
ketenagalistrikan, pembangunan dan pemasangan ketenagalistrikan,
pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi
peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    32 

3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah perusahaan perseroan yang


berbadan hukum, yang dipimpin oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh
lima orang direksi. Alat perlengkapan pada perusahaan ini meliputi:

a. Rapat umum pemegang saham


b. Direksi
c. Dewan Komisaris

3.2.1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 023.K/482/DIR/2008


menetapkan perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT Pelayanan Listrik
Nasional Batam. Adapun struktur organisasi PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    33 

Sumber: Profil PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

3.2.3. Visi

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam mempunyai visi “Menjadi Perusahaan


Energi yang Utama di Indonesia”

3.2.4. Misi

Misi yang diusung oleh PT Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah


“Kami menyediakan tenaga listrik secara efisien dan andal serta jasa lainnya
dalam bidang energi untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi
masyarakat melalui pelayanan yang terbaik dan bertumpu pada sumber
daya manusia”.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    34 

3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan

 Perhatian dalam tindakan


 Cerdas dalam pekerjaan
 Pengertian dalam pikiran kita
 Dapat diandalkan dalam perilaku kita

3.2.6. Janji Perusahaan

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam melayani konsumennya mempunyai


komitment berupa:

 Ahli dalam bidangnya


 Selalu berprestasi dalam pekerjaannya
 Melampaui harapan pelanggan
 Dengan sumber daya manusia yang berprestasi
 Menjadi contoh bagi para pesaing

3.2.7. Motto

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki motto “Bright People Bright
Future”

3.3. Aktivitas dan Perkembangannya

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam juga terus mengupayakan


penyediaan layanan yang mengutamakan kepuasan pelanggannya tanpa
terkecuali. Untuk itu PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam secara internal
berusaha untuk terus melakukan efisiensi–efisiensi usaha, dan menyelaraskan
kemampuan sumber daya manusia dengan kemajuan teknologi. Satu diantaranya
adalah pengembangan sistem informasi internal melalui intranet yang telah mulai
dioperasikan pada akhir tahun 2001. Pada saat yang hampir bersamaan PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam juga mengenalkan peningkatan pelayanan
kepada 75,507 pelanggan dengan penerapan program System Online Payment
Poin (SOPP).

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    35 

Saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki kapasitas daya
mampu netto harian sekitar 225 MW dengan beban puncak 206 MW dan
cadangan daya 49MW. Seluruh pembangkit yang ada telah memiliki sertifikat
ISO 9001 tentang manajemen lingkungan.

Sebagai langkah tindak lanjut dari usaha efisiensi, PT. Pelayanan Listrik
Nasional Batam melakukan langkah konkrit dengan membangun budaya
perusahaan yang baik serta menjamin perkembangan perusahaan. Hai ini
merupakan tanggung jawab seluruh sumber daya manusia yang ada di PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk bisa memahaminya, maka PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam memberikan penjabaran mengenai langkah–
langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:

a. Menerapkan prinsip dan praktek Good Corporate Governance.


b. Menjamin Corporate Performance yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun.
c. Menciptakan pertumbuhan perusahaan yang harmonis dengan
lingkungannya.
d. Membangun sumber daya manusia yang etis dan professional.
e. Mengembangkan usaha selaras dengan perkembangan dan tujuan
korporasi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Pada tahapan ini sumber daya manusia dianggap sebagai satu diantara aset
penting bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk itulah pengelolaannya
dilakukan dengan sangat hati–hati, professional dan humanis. Pihak manajemen
menilai bahwa keberadaan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan
dan kemajuan perusahaan. Karena itulah sumber daya manusia ini perlu dikelola
dengan sebaik mungkin.

Sumber daya manusia yang bekerja di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
dibedakan menjadi dua status yaitu, pegawai tugas karya dan pegawai organik.
Pegawai tugas karya adalah pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (persero)
yang ditugaskaryakan ke PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, yang dapat
dimutasi ke seluruh cabang PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) di seluruh

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    36 

Indonesia, dan apabila memasuki masa pensiun di PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam, maka statusnya akan kembali menjadi pegawai PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero). Sedangkan pegawai organik adalah pegawai yang direkrut
langsung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Perekrutan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam yang mulai bertambah, seiring dengan pesatnya petumbuhan
ketenagalistrikan di kota Batam. Pegawai organik ini murni pegawai PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga tidak mengalami mutasi ke luar dari
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam.

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam secara rutin melakukan peningkatan


sumber daya manusia melalui pelatihan internal, pelatihan luar perusahaan
maupun studi banding di tempat lain yang memiliki keunggulan dalam pelayanan,
dan distribusi tenaga listrik. Hasil dari pembenahan sumber daya manusia, PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam memperoleh peningkatan produktivitasnya
menjadi 3,819 MWh/pegawai dari total pegawai 348 pada tahun 2009. Komposisi
sumber daya manusia menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 3.1.
Tingkat Pendidikan Karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam

Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009


Strata 3 0 0 0
Strata 2 6 3 5
Srata 1 63 83 105
Diploma 29 39 40
SLTA 203 218 196
SLTP 2 2 2
Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional 2010

Selain pembenahan sumber daya manusia , PT. Pelayanan Listrik Nasional


Batam terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggannya.
Berikut ini hasil kinerja PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dibandingkan
dengan pesaing yang ada (dalam %)

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    37 

Tabel 3.2.
Kinerja dibanding komposisi jumlah pelanggan

Kelompok Pangsa Pasar Pangsa Pasar Ekspektasi


Pelanggan PLN Batam Pesaing pertumbuhan
Rumah Tangga 100 0 Tinggi
Bisnis 80 20 Tinggi
Industri 60 40 Tinggi
Sosial 100 0 Kecil
Pemerintah 100 0 Kecil
Multiguna 100 0 Sedang
Total 85 15 Tinggi
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

Tingkat produktivitas pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3.
Tingkat Produktifitas Pegawai

2007 2008 2009


Rasio Produktivitas pegawai 3,650 3,580 3,819
(MWh/pegawai)
Rasio Jumlah Pelanggan perpegawai 570 546 586
Rasio Biaya Pegawai terhadap kWh (dlm 42 41 45
Rp/kWh)
Rasio Biaya Administrasi terhadap kWh 29 47 28
produksi
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

3.4. Gambaran Biaya Kesehatan

Sampai saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam masih melakukan
swakelola untuk pembiayaan kesehatan para karyawannya. Sistem
pembiayaannya dengan cara bekerjasama dengan rumah sakit, klinik ataupun
dokter praktek dalam melayani kesehatan karyawannya.

Pembiayaan dengan cara fee for service yang ditagihkan tiap bulan sesuai
dengan jumlah kunjungan pada masing–masing sarana layanan kesehatan. Namun
apabila karyawan melakukan pengobatan di luar sarana layanan kesehatan yang

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    38 

tidak dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka diberlakukan
sistem reimbursement pada tiap-tiap pengobatan yang dilakukan.

Beberapa sarana layanan kesehatan yang telah dilanggan oleh PT.


Pelayanan Listrik Nasional Batam, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada seluruh karyawan dan keluarga yang menjadi tanggungan perusahaan.
Berikut ini tabel dari sarana layanan kesehatan yang telah dilanggan oleh PT.
Pelayanan Listrik Nasional Batam.

Tabel 3.4.
Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
Tahun 2009
Sarana Kesehatan Jumlah

Rumah Sakit 4

Dokter Praktek 6

Apotek 2

Sumber: Data Provider Pelayanan Kesehatan 2009

Dari provider layanan kesehatan yang ada dan beberapa penggantian biaya
kesehatan yang telah dibayarkan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam pada
tahun 2009, dapat dilihat gambarannya pada tabel dibawah ini. Berikut ini tabel
biaya kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam selama tiga tahun terakhir.

Tabel. 3.5.
Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 Sampai 2009

2007 2008 2009


Biaya kesehatan karyawan per 3,390,182,810 3,233,905,051 3,736,722,880
tahun
Biaya Kesehatan per karyawan 11,189,000 9,374,000 11,171,000
per tahun
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

Sedangkan jumlah karyawan dan keluarga yang menjadi tanggungan PT.


Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    39 

Tabel 3.6.
Jumlah Karyawan dan Keluarga

Diskripsi 2007 2008 2009

Karyawan 302 345 348

Keluarga 762 913 927

Total 1064 1258 1275

Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

Beban biaya kesehatan ini cenderung terus meningkat, seiring dengan


jumlah karyawan yang semakin bertambah. Untuk itu perlu suatu kajian terhadap
sistem pembiayaan kesehatan yang selama ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan para karyawannya.

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam belum memiliki peraturan khusus


yang diterbitkan untuk menjadi panduan karyawan dalam menggunakan
pelayanan kesehatan yang diberikan. Peraturan yang diberlakukan masih
menginduk pada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), melalui Surat
Keputusan Direksi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nomor
226.K/010/DIR/2000 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai dan Surat Edaran
Direksi nomer 01048/010/DITSDM/2004 tentang Pemeliharaan Kesehatan
Pegawai.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    40 

BAB 4
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

4.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini menggunakan studi diskriptif analitik dengan


melakukan pengkajian terhadap sistem yang telah berjalan dan dilakukan dengan
cara pengamatan proses. Variabel–variabel yang mempengaruhi pembiayaan
kesehatan akan dijabarkan satu persatu. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
dibahas pada bab terdahulu, maka kerangka konsep dari analisa pembiayaan
kesehatan karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dijabarkan
sebagai berikut

‐Rata‐rata BiayaObat 
 
‐Diagnosis 
Biaya Pelayanan 
‐Biaya Konsultasi  Kesehatan Rawat Jalan  

‐Biaya Tindakan   dan 

  Penunjang Medis 

     Umur 
          Jenis Kelamin 
Tingkat pendidikan 

Independent Confounding Dependent


Variabel Variabel Variabel

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    41 

4.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Rata-rata Rata-rata biaya Membagi total obat Ratio Rupiah
biaya Obat obat yang dengan total resep yang
diresepkan dokter ada.

2 Diagnosis Hasil akhir 10 diagnosis terbanyak Ordinal 10 macam


penilaian klinis berdasarkan ICD X penyakit
oleh tenaga
medis pemberi
layanan
kesehatan dan
dikelompokkan
menjadi 10
diagnosis
terbanyak rawat
jalan.
3 Biaya Biaya yang Melihat data tagihan Nominal rupiah
Konsultasi timbul setelah biaya konsultasi rawat
melakukan jalan di rumah sakit
konsultasi dan praktek dokter
dengan tenaga
medis
4 Biaya Biaya yang Melihat data tagihan Nominal Rupiah
Tindakan dan timbul akibat biaya yang timbul
Penunjang tindakan yang akibat tindakan medis
Medis dilakukan untuk dan pemeriksaan
menegakkan penunjang
diagnosis laboratorium dan
ataupun terapi, rontgen
yg meliputi:
tindakan medis,
laboratorium,
rontgen
5 Umur Selisih tahun Melihat data tagihan ordinal 1=0-14
kelahiran dan dan mengelompokkan 2=15-49
tahun saat umur pengunjung 3=≥50
melakukan dalam 3 kelompok
pengobatan
6 Jenis Klasifikasi jender Melihat data tagihan nominal 1=Laki-laki
Kelamin dan mengelompokkan 2=aperempuan
pengunjung
berdasarkan jendernya

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    42 

7 Pendidikan Pendidikan Melihat data tagihan Ratio 1= ≤SMA


terakhir saat dan 2=≥D3
melakukan mengelompokkannya
pengobatan dalam 2 kelompok
pendidikan

8 biaya Total biaya Melihat dan Ratio Dalam rupiah


pelayanan pelayanan mengelompokkan total
kesehatan kesehatan rawat biaya di rumah sakit
rawat jalan di jalan di rumah dan dokter praktek
sarana sakit dan dokter
pelayanan praktek
kesehatn

4.3. Hipotesis

Dari kerangka konsep dan definisi operasional, didapatkan hipotesis sebagai


berikut.

1. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan

rata-rata biaya obat

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi


dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya obat

2. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan


diagnosis

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi

dibandingkan dokter praktek menurut diagnosis

3. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan


biaya konsultasi

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi

dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya konsultasi

4. a. Ada hubungan rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tindakan


medis dan penunjang medis

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    43 

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi


dibandingkan dokter praktek menurut tindakan dan penunjang medis

5. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan rawat jalan


menurut kelompok umur

b.Rata-rata biaya pelayanan di rumah sakit lebih mahal dibandingkan

di dokter praktek menurut kelompok umur

6. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan jenis


kelamin

b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter

praktek menurut jenis kelamin

7. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan


tingkat pendidikan.

b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter

praktek menurut tingkat pendidikan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    40 

BAB 4
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

4.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini menggunakan studi diskriptif analitik dengan


melakukan pengkajian terhadap sistem yang telah berjalan dan dilakukan dengan
cara pengamatan proses. Variabel–variabel yang mempengaruhi pembiayaan
kesehatan akan dijabarkan satu persatu. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
dibahas pada bab terdahulu, maka kerangka konsep dari analisa pembiayaan
kesehatan karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dijabarkan
sebagai berikut

‐Rata‐rata BiayaObat 
 
‐Diagnosis 
Biaya Pelayanan 
‐Biaya Konsultasi  Kesehatan Rawat Jalan  

‐Biaya Tindakan   dan 

  Penunjang Medis 

     Umur 
          Jenis Kelamin 
Tingkat pendidikan 

Independent Confounding Dependent


Variabel Variabel Variabel

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    41 

4.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Rata-rata Rata-rata biaya Membagi total obat Ratio Rupiah
biaya Obat obat yang dengan total resep yang
diresepkan dokter ada.

2 Diagnosis Hasil akhir 10 diagnosis terbanyak Ordinal 10 macam


penilaian klinis berdasarkan ICD X penyakit
oleh tenaga
medis pemberi
layanan
kesehatan dan
dikelompokkan
menjadi 10
diagnosis
terbanyak rawat
jalan.
3 Biaya Biaya yang Melihat data tagihan Nominal rupiah
Konsultasi timbul setelah biaya konsultasi rawat
melakukan jalan di rumah sakit
konsultasi dan praktek dokter
dengan tenaga
medis
4 Biaya Biaya yang Melihat data tagihan Nominal Rupiah
Tindakan dan timbul akibat biaya yang timbul
Penunjang tindakan yang akibat tindakan medis
Medis dilakukan untuk dan pemeriksaan
menegakkan penunjang
diagnosis laboratorium dan
ataupun terapi, rontgen
yg meliputi:
tindakan medis,
laboratorium,
rontgen
5 Umur Selisih tahun Melihat data tagihan ordinal 1=0-14
kelahiran dan dan mengelompokkan 2=15-49
tahun saat umur pengunjung 3=≥50
melakukan dalam 3 kelompok
pengobatan
6 Jenis Klasifikasi jender Melihat data tagihan nominal 1=Laki-laki
Kelamin dan mengelompokkan 2=aperempuan
pengunjung
berdasarkan jendernya

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    42 

7 Pendidikan Pendidikan Melihat data tagihan Ratio 1= ≤SMA


terakhir saat dan 2=≥D3
melakukan mengelompokkannya
pengobatan dalam 2 kelompok
pendidikan

8 biaya Total biaya Melihat dan Ratio Dalam rupiah


pelayanan pelayanan mengelompokkan total
kesehatan kesehatan rawat biaya di rumah sakit
rawat jalan di jalan di rumah dan dokter praktek
sarana sakit dan dokter
pelayanan praktek
kesehatn

4.3. Hipotesis

Dari kerangka konsep dan definisi operasional, didapatkan hipotesis sebagai


berikut.

1. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan

rata-rata biaya obat

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi


dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya obat

2. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan


diagnosis

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi

dibandingkan dokter praktek menurut diagnosis

3. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan


biaya konsultasi

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi

dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya konsultasi

4. a. Ada hubungan rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tindakan


medis dan penunjang medis

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    43 

b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi


dibandingkan dokter praktek menurut tindakan dan penunjang medis

5. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan rawat jalan


menurut kelompok umur

b.Rata-rata biaya pelayanan di rumah sakit lebih mahal dibandingkan

di dokter praktek menurut kelompok umur

6. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan jenis


kelamin

b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter

praktek menurut jenis kelamin

7. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan


tingkat pendidikan.

b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter

praktek menurut tingkat pendidikan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    44 

BAB 5
METODE PENELITIAN

5.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan studi cross


sectional, dengan cara melihat variabel–variabel yang berhubungan dengan
pelaksanaan pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan di PT
Pelayanan Listrik Nasional Batam.

5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Peneliltian dilaksanakan dengan melihat laporan tagihan rawat jalan tahun


2009 dari rumah sakit dan dokter praktek. Dilakukan dalam kurun waktu bulan
November 2010, di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam.

5.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan, beserta keluarga


PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam yang melakukan pengobatan baik di rumah
sakit maupun dokter praktek pada tahun 2009.

Sampel dilihat berdasarkan karyawan, dan keluarga yang melakukan


pengobatan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dan dokter
praktek pada tahun 2009, yaitu pada kurun waktu 6 bulan yang ditentukan dengan
cara random sampling yaitu bulan Januari, April, Juni, Agustus, Oktober dan
November 2009.

Kriteria inklusi data lengkap meliputi umur, jenis kelamin, tingkat


pendidikan, diagnosis, dan biaya obat

5.4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data 6 bulan yang diperoleh
dengan cara random sampling. Data diperoleh dari departemen sumber daya
manusia berupa data tagihan pembiayaan layanan kesehatan data kunjungan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    45 

karyawan beserta keluarganya yang melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan


pada bulan Januari, April, Juni, Agustus, Oktober, November tahun 2009. Dimana
masing-masing bulan diambil 60 sampel secara random.

5.5. Analisa Data

Untuk menganalisis biaya pelayanan kesehatan rawat jalan, dilakukan dengan


analisa univariat. Analisa ini dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk melihat
nilai total, nilai rata–rata dan prosentase. Kemudian dilakukan uji bivariat dengan
menggunakan uji T.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    46 

BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1. Analisa Univariat

6.1.1. Kerangka Penyajian Hasil Penelitian

Setelah melalui proses penelitian terhadap sistem pelayanan kesehatan


yang dipakai oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam memberikan
fasilitas kesehatan bagi karyawannya, maka dapat diperoleh gambaran, bahwa
sistem kesehatan yang digunakan adalah sistem swakelola dimana perusahaan
bekerja sama dengan sejumlah dokter praktek, balai pengobatan dan rumah sakit
dalam pemeliharaan kesehatan karyawan dan keluarganya.

Perusahaan menerbitkan kartu berobat karyawan yang berisi identitas


karyawan, beserta keluarga yang menjadi tanggungan. Dalam melakukan
pengobatan, tidak ada pembatasan, baik jenis sarana yang akan digunakan, biaya,
dokter yang melayani baik itu dokter umum maupun spesialis, maksimal
kunjungan dalam satu hari, maupun tindakan yang akan dilakukan sehubungan
dengan keperluan diagnosis penyakitnya. Dengan demikian pada fasilitas
kesehatan yang diberikan oleh perusahaan tidak mengenal sistem pelayanan
kesehatan yang berjenjang, seperti pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat
lanjut dengan rujukan ataupun pelayanan kesehatan rawat inap. Kajian utilisasi
belum diberlakukan di perusahaan ini terhadap pelayanan yang diberikan oleh
semua provider layanan kesehatan yang menjadi mitra kerjanya.

Kerangka hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel yang dikemas
secara tekstular. Penyajian akan dimulai dengan diskripsi pada masing-masing
variabel, yaitu biaya rawat jalan, rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi,
biaya tindakan dan pemeriksaan penunjang medis, umur, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan,. Selanjutnya hasil penelitian memaparkan hubungan antara
biaya kesehatan rawat jalan dengan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya
konsultasi, biaya tindakan dan penunjang medis, umur, tingkat pendidikan dan
jenis kelamin.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    47 

6.1.2. Rata-rata Biaya Obat

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 360 sampel, terdapat 344


resep yang dikeluarkan oleh dokter. Dengan total biaya obat Rp85,666,800,-. Jadi
rata-rata biaya obat yang dikeluarkan adalah sebesar Rp249,031,-

Tabel 6.1.
Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Tahun 2009
Rata-rata Biaya Obat
Jumlah Resep Total Biaya Obat (Rupiah)
(Rupiah)

344 85,666,800 249,031

Sedangkan berdasarkan sarana yang digunakan untuk pelayanan kesehatan rawat


jalan, maka distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dimana
menunjukkan bahwa hanya sedikit perbedaan besar biaya obat yang ditagihkan
masing-masing sarana pelayanan kesehatan

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan yang
Digunakan

Variabel Sarana Pelaynan Kesehatan

Rumah Sakit Dokter Praktek


Biaya Obat Total Biaya Rata-rata Biaya Total Biaya Rata-rata Biaya
Obat Obat

56.431.482 257,678 29.235.375 233,883

6.1.3. Diagnosis

Diagnosis dalam penelitian ini berdasarkan 10 diagnosis tertinggi dari


kasus rawat jalan yang dilihat berdasarkan tagihan klaim yang diberikan provider
layanan kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    48 

Tabel.6.3.
Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan Kesehatan
Rawat Jalan 2009

Kasus
No Diagnosis n %
1 ISPA 113 31,4
2 Common Cold 69 19,5
3 Observasi Febris 34 9,4
4 Dispepsia 29 8,1
5 Diare-gastroenteritis 26 7,2
6 Carries Dentis 27 7,5
7 Hipertensi 18 5
8 Myalgia 16 4,4
9 ANC/KB/Imunisasi 14 3,9
10 Dermatitis 14 3,9
Total 360 100

Sedangkan berdasarkan sarana kesehatan yang digunakan oleh karyawan,


distribusi diagnosis penyakit yang ada pada rumah sakit dan dokter praktek adalah
sebagai berikut. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) menempati
urutan pertama jumlah penyakit terbanyak, yaitu 29%, dan yang paling rendah
adalah ANC/imunisasi/KB dan dermatitis dengan jumlah 3,9%.Untuk dokter
praktek, jumlah tertinggi juga pada jenis penyakit ISPA, dan terendah adalah
dermatitis. Pada dokter praktek ini tidak dijumpai penyakit caries dentis, karena
sampel yang diambil pada tempat klinik dokter umum yang dilanggan perusahaan.
Berdasarkan sarana yang digunakan , distribusi frekuensi diagnosis dapat
digambarkan sebagai berikut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    49 

Tabel 6.4.
Distribusi frekuensi diagnosis Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan
Yang Digunakan.

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan


Diagnosis Rumah Sakit Dokter Praktek
N % N %
ISPA 67 29 46 37
Common Cold 46 20 23 18
Caries Dentis 27 11 0 0
Observasi Febris 20 9 14 11
Dispepsia 17 7 12 10
Diare-gastroenteritis 16 7 10 8
ANC/KB/Imunisasi 14 6 0 0
Hipertensi 11 5 7 6
Mylagia 8 3 8 6
Dermatitis 8 3 6 4

6.1.4. Biaya Konsultasi

Biaya konsultasi merupakan bagian dari toatal biaya rawat jalan, dari sampel yang
diteliti, total biaya konsultasi dokter, baik dokter umum, dokter gigi maupun
dokter spesialis adalah sebesar Rp.27,933,006,- sehingga rata-rata biaya
konsultasi adalah sebesar Rp.77,897,-. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi
biaya konsultasi.

Tabel 6.5.
Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009

Total Kunjungan Total Biaya Konsultasi Rata-rata biaya konsultasi


(Rupiah) (Rupiah)

360 28.042.920 77.897

Sedangkan berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan , maka


distribusi frekuensin biaya konsultasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, yang

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    50 

menunjukkan bahwa biaya konsultasi di rumah sakit lebih besar dibandingkan


biaya konsultasi di praktek dokter.

Tabel 6.6.
Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Sarana
Pelayanan Yang Digunakan.

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Dokter Praktek

Biaya Total Biaya Rata-rata Total Biaya Rata-rata


Konsultasi biaya Biaya

24.892.920 106.380 3.150.000 25.000

6.1.5. Biaya Tindakan Dan Penunjang Medis

Pada variabel ini biaya yang ditimbulkan meliputi biaya tindakan medis baik
untuk terapi maupun diagnosis, biaya laboratoruim, dan biaya pemeriksaan
radiologi. Dari jumlah 360 sampel yang ada, terdapat 67 pemeriksaan. Dengan
total biaya Rp.14.329.089. Rata-rata biaya tindakan dan penunjang medis adalah
sebesar Rp.213.867,- Berikut tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi
biaya tindakan dan penunjang medis.

Tabel.6.7.
Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan 2009

Jumlah Tindakan dan Total Biaya Tindakan dan Rata-rata Biaya Tindakan
penunjang medis Penunjang Medis dan Penunjang Medis
(Rupiah) (Rupiah)

67 14.329.089 213.867

Sedangkan biaya tindakan dan penunjang medis berdasarkan sarana pelayanan


kesehatan yang digunakan, terlihat gambaran bahwa biaya tindakan medis lebih
mahal di rumah sakit dibandingkan di dokter praktek. Tabel berikut ini

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    51 

menyajikan distribusi frekuensi biaya tindakan dan penunjang medis di kedua


sarana pelayanan kesehatan rawat jalan.

Tabel 6.8.
Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di Sarana Pelayanan
Kesehatan yang Digunakan.

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan

Biaya Rumah Sakit Dokter Praktek


Tindakan dan
Penunujang Total Biaya Rata-rata Total Biaya Rata-rata
Medis
Biaya Biaya

14.094.080 216.832 235.000 117.500

6.1.6. Umur

Variabel umur disajikan dalam bentuk pembagian kelompok umur, yaitu


kelompok umur muda, kelompok umur usia produktif dan kelompok umur usia
tua. Kelompok umur produktif memiliki jumlah terbanyak yang menjadi
tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, diikuti kelompok umur muda.
Sedangkan kelompok umur tua, terbatas hanya sampai umur 56 tahun, karena
pada umur lebih dari 56 tahun, karyawan akan memasuki masa pensiun, dan
penanggungan semua biaya pada usia pensiun dialihkan ke PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero).

Pada penelitian ini dijumpai bahwa kelompok umur produktif


menunjukkan angka tertinggi dalam penggunaan fasilitas kesehatan, yaitu 56%.
Diikuti kelompok umur muda yaitu sebesar 35%. Dan kelompok umur tua hanya
9%. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi umur pada
pengguna fasilitas layanan kesehatan rawat jalan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    52 

Tabel 6.9.
Distribusi Frekuensi Umur Yang Menggunakan Sarana
Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009

Pengguna fasilitas Rawat


Kelompok Umur Jalan
No (Tahun)
N %
1 0-14 125 35
2 15-49 203 56
3 ≥50 32 9
Total 360 100

Sedangkan untuk sarana kesehatan, yang digunakan adalah pembagian


distribusi frekuensi menurut jenis umur dapat dilihat bahwa, pada tempat pemberi
layanan kesehatan rumah sakit, usia muda menduduki jumlah pemakaian
terbanyak yaitu sekitar 53%, diikuti usia produktif 40% dan usia tua 7%.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan pada dokter praktek, usia produktif
menempati 56%, usia muda 35% dan usia tua 9%. Dapat dilihat bahwa pada
kedua jenis sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, umur produktif
menempati posisi tertinggi pengguna layanan kesehatan, diikuti kelompok umur
muda dan umur tua. Berikut tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi
kelompok umur berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan.

Tabel.6.10.
Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan Yang digunakan Pada
Layanan Kesehatan Rawat Jalan

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Umur Rumah Sakit Dokter Praktek

N % N %
0-14 94 53 31 35

15-49 125 40 78 56

≥50
15 7 17 9

Total 234 100 126 100

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    53 

6.1.7. Jenis Kelamin

Dari dua kelompok pemberi layanan kesehatan rawat jalan, distribusi


frekuensi jenis kelamin menjukkan hasil sebagai berikut.

Kelompok perempuan memperlihatkan jumlah yang lebih tinggi dari


kelompok laki-laki, dimana 56% pengguna sarana kesehatan rawat jalan adalah
perempuan. Dan laki-laki angkanya hanya 44%. Berikut tabel yang, menunjukkan
distribusi frekuensi jenis kelamin yang menggunakan sarana kesehatan rawat
jalan.

Tabel 6.11.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Yang Menggunakan
Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009

Pengguna Fasilitas Rawat


Jalan
No Jenis Kelamin
N %
1 Laki-laki 158 44
2 Perempuan 202 56

Total 360 100

Sedangkan untuk sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, distribusi


frekuensinya adalah, pada rumah sakit kelompok laki-laki menempati 42% dari
sampel, sedangkan perempuan 58%. Untuk sarana pelayanan kesehatan pada
dokter praktek, laki-laki 47% dari populasi sampel dan perempuan berkisar 53%.
Tabel berikut akan memperlihatkan distribusi frekuensi jenis kelamin terhadap
penggunaan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    54 

Tabel. 6.12.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan
Rawat Jalan Yang Digunakan

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Jenis Kelamin Rumah Sakit Dokter Praktek

N % N %

Laki-laki 99 42 59 47

Perempuan 135 58 67 53

6.1.8. Pendidikan

Pada variabel pendidikan, dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu


kelompok pendidikan setingkat sekolah menengah dan tingkat dibawahnya, serta
kelompok diploma tiga dan sarjana menjadi satu kelompok. Hal ini dikarenakan
pada tingkat sekolah lanjutan pertama, jumlahnya sangat sedikit yaitu 2 orang dari
total seluruh populasi. Sedangkan pada tingkat diploma tiga dan strata 2, dari
sampel yang diambil, jumlah kunjungan dari total sampel hanya 4 orang, sehingga
dengan jumlah yang kecil perhitungan akan menjadi bias.

Dari penelitian didapati bahwa kelompok sekolah menengah atas


menduduki angka 68% dari jumlah sampel yang menggunakan sarana kesehatan
rawat jalan. Sedangkan kelompok ≥D3 hanya 32%.

Distribusi frekuensi jumlah kunjungan pada dua kelompok pemberi


layanan kesehatan rawat jalan dapat dilihat pada tabel 6.3.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    55 

Tabel 6.13.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Yang Menggunakan
Fasilitas Layanan Rawat Jalan
Pengguna Fasilitas Rawat
Jalan

No Pendidikan
N %
1 ≤SMA 244 68
2 ≥D3 116 32

Total 360 100

Berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, dapat diperoleh


gambaran bahwa pada rumah sakit, kelompok pendidikan ≤SMA menempati 61%,
sedangkan kelompok pendidikan ≥D3 menempati 39%. Pada dokter praktek,
kelompok pendidikan ≤SMA menempati 68% dan kelompok ≥D3 menempati
32%. Gambaran distribusi frekuensinya kan ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 6.14.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Yang digunakan

Variabel Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Pendidikan Rumah Sakit Dokter Praktek

N % N %

≤SMA 143 61 101 68

≥D3 91 39 25 32

Total 234 100 126 100

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    56 

6.1.9. Biaya Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jumlah tagihan biaya
pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit, dan dokter praktek diperoleh
gambaran sebagai berikut. Rata-rata total biaya pada kedua jenis layanan
kesehatan Rp.364,572,- Kemudian pada jasa konsultasi rata-rata biaya yang
ditimbulkan adalah Rp.77,897,- Pada biaya tindakan medis Rp.213,867,-. Untuk
biaya obat rata-rata Rp.249,031, sedangkan rata-rata biaya administrasi
Rp.14,097,- Berikut ini tabel yang menunjukkan distribusi frekuensi total
pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan.

Tabel 6.15.
Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
TINDAKAN 67 25,000 1,107,000 213,867 197,973
KONSULTASI 360 25,000 265,000 77,897 49,653
OBAT 344 4,324 1,802,217 249,031 235,308
ADM 360 3,000 20,000 14,097 8,105
TOTAL_BIAYA 360 39,720 2,542,217 364,572 292,165

6.1.7.1. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit

Hasil analisis data pada pelayanan rumah sakit memperlihatkan bahwa


biaya maksimum untuk tindakan medis adalah Rp.1,107,000,- dan minimum
Rp.25,000,-, untuk jasa konsultasi minimum Rp.60,000,-, maksimum
Rp.265,000,-. Dan untuk biaya obat, biaya minimum adalah Rp.4,324,- dan
maksimum Rp.1,802,217. Berikut tabel yang memperlihatkan gambaran tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    57 

Tabel 6.16.
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation

TINDAKAN 65 25,000 1,107,000.0 216,831.7 199,827.6

KONSULTASI 234 60,000 265,000.0 106,380.4 38,350.0

OBAT 219 4,324 1,802,217.0 257,677.9 275,928.0

ADM 234 20,000 20,000.0 20,000.0 -

TOTAL_BIAYA 234 95,000 2,542,217.0 420,015.6 335,604.7

6.1.7.2. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek

Hasil analisis pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan di dokter


praktek memperlihatkan bahwa, pada biaya tindakan minimum Rp.40,000,-.
Maksimum Rp.195,000,-. Untuk biaya obat minimum adalah Rp. 11,720 dan
maksimum Rp.787,430,- . Berikut tabel yang memperlihatkan gambaran distribusi
pembiayaan pelayanan rawat jalan di dokter praktek.

Tabel 6.17.
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
TINDAKAN 2 40,000 195,000.0 117,500.0 109,601.6
KONSULTASI 126 25,000 25,000.0 25,000.0 -
OBAT 125 11,720 787,430.0 233,882.7 137,637.2
ADM 126 3,000 20,000.0 3,134.9 1,514.5
TOTAL_BIAYA 126 39,720 815,430.0 261,605.9 137,004.5

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    58 

6.2. Analisa Bivariat

6.2.1. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis hubungan antara rata-rata biaya obat terhadap pembiayaan
pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dapat dipaparkan sebagai berikut.
Pada pelayanan rawat jalan rumah sakit, rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh
dokter adalah sebesar Rp.257,677,- Sedangkan pada pelayanan rawat jalan dokter
praktek rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter adalah sebesar
Rp233,882,-. Ada selisih rata-rata biaya Rp.23,795,-Kemudian dilakukan uji T,
dengan hasil nilai P 0,36, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
biaya rata-rata obat yang diresepkan di rumah sakit dan dokter praktek. Berikut
tabel yang menunjukkan hubungan tersebut.

Tabel 6.18.
Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

Rumah Sakit 219 257,677.9 275,928.0 4,324.0 1,802,217.0


Dokter 0,36
Praktek 125 233,882.7 137,637.2 11,720.0 787,430.0

Total 344 249,031.4 235,307.7 4,324.0 1,802,217.0

6.2.2. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya


Kesehatan Rawat Jalan
Dari penelitian dengan mengunakan uji T terhadap variabel diagnosis
dengan total biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dipeoleh hasil sebagai berikut.
Tabel berikut menunjukkan hubungan antar masing-masing variabel.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    59 

Tabel 6.19.
Hubungan Antara Diagnosis Penyakit Dengan Rata-rata Biaya Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

ISPA 113 280,124.4 96,427.1 95,301.0 700,900.0

Diare 26 285,674.7 85,736.9 137,580.0 456,774.0

Common Cold 69 182,049.2 71,524.1 46,982.0 416,468.0

Dispepsis 29 498,824.9 201,528.3 230,123.0 987,095.0

Obs Febris 34 477,040.4 212,568.5 252,972.0 1,171,111.0 0,0000

Hipertensi 18 1,074,363 623,462.3 386,880.0 2,542,217.0

ANC/KB/Immunisasi 14 547,908.7 380,098.1 158,800.0 1,107,324.0

Caries 27 452,442.7 317,622.3 160,000.0 1,825,234.0

Myalgia 16 163,839.8 76,542.8 39,720.0 348,935.0

Dermatitis 14 505,075.1 166,006.7 311,830.0 887,150.0

Total 360 364,572.2 292,164.9 39,720.0 2,542,217.0

Dari tabel diatas diperoleh gambaran bahwa biaya pelayanan kesehatan


tertinggi adalah Rp.1,074,363 yaitu untuk penyakit hipertensi dan rata-rata biaya
pelayanan kesehatan terendah adalah Rp.163,839,- yaitu untuk penyakit myalgia.
Uji T diperoleh nilai P 0,0000, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara
biaya pelayanan kesehatan dengan diagnosis penyakit.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    60 

6.2.2.1. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya pelayanan kesehatan
di rumah sakit adalah Rp.309,650,- dan rata-rata biaya pelayanan kesehatan di
dokter praktek adalah Rp.237,119,-. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.
72,531,-.Pada uji T diperoleh nilai P 0,0000, sehingga disimpulkan bahwa ada
perbedaan signifikan rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan
menurut kelompok penyakit ISPA. Berikut tabel yang menunjukkan hubungan
antara kelompok penyakit ISPA dengan biaya pada sarana pelayanan kesehatan
rawat jalan.

Tabel 6.20.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum value

Rumah Sakit 67 309,650.2 107,962.7 149,712.0 700,900.0

Dokter Praktek 46 237,119.5 53,463.1 95,301.0 384,500.0 0,0000

Total 113 280,124.4 96,427.1 95,301.0 700,900.0

6.2.2.2. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis Dengan


Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Dari perhitungan diperoleh hasil, bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya
pelayanan kesehatan adalah Rp.331,781,- dan pada dokter praktek rata-rata biaya
pelayanan kesehatan adalah Rp.211,904. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar
Rp.119,877,-. Hasil uji T diperoleh hasil nilai P 0,00008, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan pada kedua
sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan kelompok penyakit diare-
gastroenteritis. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    61 

Tabel.6.21.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan Biaya di
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum
Rumah
Sakit 16 331,781.1 70,016.9 227,566.0 456,774.0
Klinik 0,00008
Dokter 10 211,904.4 49,217.6 137,580.0 284,400.0
Total 26 285,674.7 85,736.9 137,580.0 456,774.0

6.2.2.3. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya


di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Dari hasil perhitungan diperoleh data, bahwa pada rumah sakit rata-rata
biaya pelayanan kesehatan untuk kelompok penyakit common cold adalah
Rp.207,655,- sedangkan pada dokter praktek adalah Rp.130,836,- Terdapat selisih
biaya rata-rata sebesar Rp.76,819,- Dari hasil uji T diperoleh hasil nilai P 0,00008,
sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya di kedua sarana
pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit common cold. Berikut ini adalah
tabel yang menggambarkan hubungan variabel tersebut.

Tabel 6.22.
Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di
Sarana Kesehatan Rawat Jalan
Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum

Rumah Sakit 46 207,655.8 68,079.0 95,000.0 416,468.0


Dokter 0,00008
Praktek 23 130,836.2 47,106.4 46,982.0 216,616.0

Total 69 182,049.2 71,524.1 46,982.0 416,468.0

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    62 

6.2.2.4. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil perhitungan diperoleh angka, pada rumah sakit rata-rata biaya
pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit dyspepsia adalah Rp.597,635,- dan
pada dokter praktek adalah Rp.358,843,-.Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar
Rp.238,792,- Hasil uji T diperoleh nilai P 0,0006, sehingga disimpulkan bahwa
ada hubungan antara rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan
dengan kelompok penyakit dyspepsia. Berikut ini tabel yang memperlihatkan
hubungan tersebut.

Tabel 6.23.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

Rumah Sakit 17 597,635.1 209,631.9 334,216.0 987,095.0


0,0006
Dokter Praktek 12 358,843.8 54,721.9 230,123.0 444,173.0

Total 29 498,824.9 201,528.3 230,123.0 987,095.0

6.2.2.5. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan


Biaya di Sarana pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil perhitungan data yang ada menujukkan bahwa pada rumah sakit
rata-rata biaya pelayanan kesehatan untuk kelompok penyakit observasi febris
adalah Rp.549,768,- dan untuk dokter praktek rata-rata biaya pelayanan kesehatan
yang timbul adalah Rp.373,143. Terdapat selisih rata-rata biaya di kedua sarana
pelayanan kesehatan sebesar Rp.176,625,-. Uji T diperoleh hasil nilai P 0,01,
sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan
pada kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit observasi
febris. Berikut tabel yang menujukkan gambaran tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    63 

Tabel 6.24.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

Rumah Sakit 20 549,768.3 237,645.5 282,259.0 1,171,111.0


0,01
Dokter Praktek 14 373,143.4 111,346.0 252,972.0 717,000.0

Total 34 477,040.4 212,568.5 252,972.0 1,171,111.0

6.2.2.6. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analaisa dan perhitungan data yang ada menunjukkan bahwa pada
rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit
hipertensi adalah Rp.1,402,004,- sedangkan pada dokter praktek adalah Rp.
559,499,-.Teerdapat selisih rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan
tersebut adalah Rp.842,505,- Hasil uji T diperoleh angka 0,001, sehingga
disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pada kedua sarana pelayanan
kesehatan dengan kelompok penyakit hipertensi. Berikut tabel yang menunjukkan
hasil tersebut.

Tabel 6.25.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P Value
N Mean Deviation Minimum Maximum
Rumah
Sakit 11 1,402,004 582,230.8 933,675.0 2,542,217.0
Klinik 0,001
Dokter 7 559,499.7 173,992.1 386,880.0 815,430.0

Total 18 1,074,363 623,462.3 386,880.0 2,542,217.0

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    64 

6.2.2.7. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Hasil analisis dan perhitungan statistik menunjukkan bahwa pada rumah


sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit dermatitis
adalah Rp.564,220,- sedangkan pada dokter praktek Rp.426,215,-. Selisih rata-rata
biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan adalah Rp.138,005,- Pada uji T
diperoleh hasil nilai P 0,12, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara biaya pelayanan kesehatan di populasi antara kedua sarana pelayanan
kesehatan dengan kelompok penyakit dermatitis. Berikut ini tabel yang
menunjukkan hubungan tersebut.

Tabel 6.26.
Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

Rumah Sakit 8 564,220 181,952.9 355,950.0 887,150.0


0,12
Dokter Praktek 6 426,215 110,644.1 311,830.0 628,760.0

Total 14 505,075.1 166,006.7 311,830.0 887,150.0

6.2.3. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan biaya pelayanan


Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis dan uji statistic terhadap biaya konsultasi di sarana pelayanan
kesehatan yang dilanggan adalah sebagai berikut. Di Rumah sakit rata-rata biaya
konsultasi adalah sebesar Rp.106.380,- Sedangkan di dokter praktek adalah
Rp.25.000,-. Uji T menunjukkan P Value adalah 0,000. Jadi disimpulkan ada
hubungan antara biaya konsultasi dengan biaya pelayanan kesehatan. Tabel
berikut akan menunjukkan hubungan tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    65 

Tabel 6.27.
Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah Sakit 234 106.380 38.350 60.000 265.000
0,000
Dokter Praktek 126 25.000 - 25.000 25.000
Total 360 77.897 49.653 25.000 265.000

6.2.4. Hubungan Antara Biaya Tindakan Medis dan Penunjang Medis


dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis data dan uji statistic menunjukkan bahwa, pada pelayanan kesehatan
di rumah sakit terdapat 65 tindakan medis dan penunjang medis dari sampel 234.
Dengan rata-rata biaya sebesar Rp. 216.832. Dan di dokter praktek rata-rata biaya
tindakan dan penunjang medis adalah Rp.117.500,- Dari uji T diperoleh nilai P
0,48. Jadi disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara biaya tindakan dan
penunjang medis dengan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan. Berikut ini tabel
yang memperlihatkan hubungan tersebut.

Tabel 6.28.
Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah Sakit 65 216.832 199.828 25.000 1.107.000
Dokter Praktek 2 117.500 109.602 40.000 195.000 0,48
Total 67 213.887 197.973 25.000 1.107.000

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    66 

6.2.5. Hubungan Antara Umur dengan Biaya pelayanan Kesehatan Rawat


Jalan
Hasil analisis tentang hubungan umur tertanggung yang menggunakan
fasilitas layanan kesehatan rawat jalan terhadap rata-rata biaya pada pelayanan
kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut, pada umur 0-14 terdapat 125 orang
yang menggunakan sarana kesehatan, sedangkan umur 15-49 terdapat 203 orang
dan berusia diatas 50 tahun adalah 32 orang. Dengan menggunakan uji T
diperlihatkan hasil bahwa P value 0,041306, sehingga menunjukkan ada hubungan
antara biaya yang pada pelayanan kesehatan dengan kelompok umur. Tabel
berikut ini akan memperlihatkan hubungan tersebut.

Tabel 6.29.
Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan

Umur N Mean Std. Deviation Minimum Maximum P Value

0--14 th 125 311,560.19 182,743.7 39,720.0 1,103,000.0

15--49th 203 3911,11.43 338,495.9 72,682.0 2,542,217.0 0,041306

50+th 32 403,291.96 301,397.2 96,752.0 1,098,086.0

Total 360 364,572.18 292,164.9 39,720.0 2,542,217.0

6.2.5.1. Hubungan Antara Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Sedangkan hubungan masing-masing kelompok umur terhadap rata-rata
biaya pada sarana pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    67 

Tabel 6.30.
Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

Rumah Sakit 94 339,064.21 190,034.8 130,000.0 1,103,000.0


Dokter 0.003
Praktek 31 228,160.90 128,550.0 39,720.0 717,000.0

Total 125 311,560.19 182,743.7 39,720.0 1,103,000.0

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa pada rumah sakit terdapat


pengguna layanan kesehatan sebanyak 94 orang, dengan biaya rata-rata sebesar
Rp.339,064. Dan pada dokter praktek terdapat 31 orang pengguna layanan
kesehatan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp.228,160,-.Terdapat selisih biaya
rata-rata sebesar Rp.110,904,- Dari hasil uji T diperoleh angka P value 0,003.
Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara biaya
kesehatan dengan kelompok umur 0-14 tahun di kedua sarana kesehatan yang
digunakan.

6.2.5.2. Hubungan antara Kelompok Umur 15-49 Tahun dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Pada Kelompok umur 15-49 tahun didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini.

Dimana pada rumah sakit terdapat 125 orang yang melakukan pelayanan
kesehatan, sedangkan rata-rata biaya layanan kesehatan adalah Rp.461,364,-. Pada
dokter praktek terdapat 78 orang melakukan layanan kesehatan, dengan biaya
rata-rata Rp278,526,- Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp182,838,-.Hasil
Uji T di peroleh hasil P Value 0,0001. Sehingga disimpulkan bahwa ada
hubungab antara biaya pada sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok umur
15-49 tahun.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    68 

Tabel 6.31.
Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun Terhadap Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 125 461,364.48 400,921.0 95,000.0 2,542,217.0
Klinik 0,0001
Dokter 78 278,526.41 144,508.6 72,682.0 815,430.0

Total 203 391,111.43 338,495.9 72,682.0 2,542,217.0

6.2.5.3. Hubungan Antara Kelompok Umur ≥50 Tahun Dengan Biaya di


Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hubungan antara kelompok umur ≥50 tahun dengan biaya di sarana
pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Pada umur ≥50 tahun,
yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan rumah sakit sebanyak
15 orang, dengan rata-rata biaya Rp. 582,736,- Sedangkan pada dokter praktek
sebanyak 17 orang dengan rata-rata biaya Rp.244,958. Terdapat selisih biaya
sebesar Rp.337,778,- Dengan uji T diperoleh P value sebesar 0,0006. Sehingga
disimpulkan ada perbedaan signifikan pada biaya rata-rata di sarana kesehatan
terhadap kelompok umur ≥50 tahun.

Tabel 6.32.
Hubungan Antara Kelompok Umur ≥50 Tahun dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan.

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 15 582,736.73 351,122.9 160,000.0 1,098,086.0
Klinik 0.0006
Dokter 17 244,958.35 106,312.7 96,752.0 560,800.0

Total 32 403,291.96 301,397.2 96,752.0 1,098,086.0

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    69 

6.2.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan

Hasil Analisis hubungan antara jenis kelamin terhadap biaya di sarana


pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Jumlah orang laki-laki
yang melakukan pelayanan kesehatan sebanyak 158 orang dengan rata-rata biaya
Rp.364,343,- Dan untuk kelompok perempuan sebanyak 202 orang dengan biaya
rata-rata sebesar Rp.364,751. Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.408,-
Dari uji T diperoleh angka 0,98, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
biaya rata-rata antara jenis kelamin di dalam populasi tersebut. Berikut tabel yang
menggambarkan hubungan tersebut.

Tabel 6.33.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum P Value

Laki-laki 158 364,343.18 322,083.1 46,982.0 2,442,475.0


0,98
Perempuan 202 364,751.30 267,265.0 39,720.0 2,542,217.0

Total 360 364,572.18 292,164.9 39,720.0 2,542,217.0

6.2.6.1. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Analisa hubungan antara kelompok laki-laki dengan biaya rata-rata di


sarana pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Pada rumah sakit
kelompok laki-laki yang menggunakan saarana pelayanan kesehatan rawat jalan
sebanyak 99 orang dengan biaya rata-rata Rp.432,409. Untuk pelayanan di dokter
praktek terdapat 59 orang yang menggunakan sarana kesehatan dengan rata-rata
biaya Rp.250,130,- Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.182,279,-Uji T
menunjukkan hasil P Value 0,0004, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan
antara biaya pelayanan kesehatan dengan kelompok laki-laki di sarana kesehatan
yang disediakan. Berikut ini tabel yang menggambarkan hubungan tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    70 

Tabel 6.34.
Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan kesehatan Rawat
Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 99 432,409.32 376,060.2 95,000.0 2,442,475.0
Dokter 0,0004
Praktek 59 250,130.52 143,791.9 46,982.0 769,168.0

Total 158 364,343.18 322,083.1 46,982.0 2,442,475.0

6.2.6.2.Hubungan Antara Kelompok Perempuan dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Analisa hubungan antara kelompok Jenis Kelamin perempuan dengan variasi


pembiayaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 6.35.
Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan Biaya di Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 135 410,926.85 303,674.7 101,857.0 2,542,217.0
Klinik 0,0004
Dokter 67 271,711.02 130,990.1 39,720.0 815,430.0

Total 202 364,751.30 267,265.0 39,720.0 2,542,217.0

Tabel di atas menunjukkan bahwa, rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah


sakit pada kelompok jenis kelamin perempuan adalah Rp. 410,926,. Sedangkan
pada dokter praktek rata-rata biaya pelayanan kesehatannya adalah Rp. 271,711.
Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.139,215,-. Hasil uji T memperllihatkan
bahwa P value sebesar 0,0004, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara
biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dengan kelompok
perempuan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    71 

6.2.7. Hubungan Antara Pendidikan dengan Rata-rata Biaya Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan

Hasil analisis hubungan antara pendidikan terhadap variasi sistem


pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pada kelompok yang berpendidikan ≤SMA rata-rata biaya kesehatannya adalah
Rp.372,070. Sedangkan kelompok yang berpendidikan ≥D3, biaya rata-rata
kesehatannya adalah Rp.348,800. Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar
Rp23,270,-. Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan antara pendidikan
dengan biaya pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan

Tabel 6.36.
Hubungan Antara Pendidikan dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Rawat jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

≤SMA 244 372,070.35 319,940.9 39,720.0 2,542,217.0


0,48
≥D3 116 348,800.18 223,174.2 72,682.0 1,049,152.0

Total 360 364,572.18 292,164.9 39,720.0 2,542,217.0

Hasil uji T didapatka hasil P Value 0,48, sehingga bisa ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan rata-rata biaya pada sarana
pelayanan kesehatan rawat jalan

6.2.7.1. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan ≤SMA Dengan Rata-rata


Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Hasil analisis terhadap hubungan kelompok yang berpendidikan ≤SMA


memperlihatkan hasil sebagai berikut. Untuk kelompok yang menggunakan rumah
sakit, biaya rata-rata yang ditimbulkan adalah Rp. 453,366,-. Sedangkan
kelompok yang menggunakan layanan dokter praktek, biaya rata-rata yang
ditimbulkan adalah sebesar Rp.256,968,-.Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar
Rp.196,398,- Berikut ini tabel yang menggambarkan hubungan tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    72 

Tabel 6.37.
Hubungan Antara Kelompok Pendidikan ≤SMA dengan Biaya Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value

RS 143 453,366.09 385,050.1 101,857.0 2,542,217.0


Klinik
Dokter 101 256,968.45 123,991.9 39,720.0 717,000.0 0,0000

Total 244 372,070.35 319,940.9 39,720.0 2,542,217.0

Hasil uji T menunjukkan bahwa nilai P adalah 0,0000. Sehingga dapat


disimpulkan bahwa ada hubungan antara rata-rata Biaya pada kedua layanan
kesehatan menurut kelompok berpendidikan ≤SMA.

6.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ≥D3 Dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Dari tabel berikut terlihat bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya
pelayanan kesehatan adalah Rp.367,607,-sedangkan pada dokter praktek rata-rata
biaya pengobatan sebesar Rp. 280,341,-. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar
Rp.87,266,- Hasil uji T diperoleh Nilai P 0,08, sehingga disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara rumah sakit dan dokter praktek dengan kelompok tingkat
pendidikan ≥D3.

Tabel 6.38.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ≥D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan

Std. P
N Mean Deviation Minimum Maximum Value
Rumah
Sakit 91 367,607.64 230,470.1 95,000.0 1,049,152.0
Dokter 0,08
Praktek 25 280,341.04 182,338.3 72,682.0 815,430.0

Total 116 348,800.18 223,174.2 72,682.0 1,049,152.0

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    73 

6.2.6. Hubungan Antara Kelompok Umur Dengan Diagnosis

Dari hasil analisis variabel yang berpengaruh terhadap biaya pelayanan


kesehatan, maka kelompok umur dan diagnosis menjadi variabel yang
memberikan pengaruh.. Hasil uji T antara umur dan diagnosis didapatkan hasil
bahwa ada hubungan antara kelompok umur dengan diagnosis penyakitnya.
Berikut tabel yang menunjukkan uji statistik kedua variabel tersebut

Tabel 6.39.
Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis

P
Umur Value
Diagnosis Total

0--14 th 15-49th 50+th

ISPA N 44.0 56.0 13.0 113


Diare
N 11.0 15.0 - 26
Common Cold
N 30.0 33.0 6.0 69
Dispepsis
N 5.0 21.0 3.0 29
Obs Febris/Typhoid
N 9.0 24.0 1.0 34 0,002
Hipertensi
N - 13.0 5.0 18
ANC/KB/Immunisasi
N 7.0 7.0 - 14
Caries
N 10.0 14.0 3.0 27
Myalgia/Fatig
N 8.0 8.0 - 16
Dermatitis
N 1.0 12.0 1.0 14
Total
125.0 203.0 32.0 360

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    74 

BAB 7
PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini akan menguraikan masing-masing


variabel, baik variabel bebas yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
diagnosis penyakit dan rata-rata biaya obat, serta variabel terikat yaitu variasi
pembiayaan pada sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dan dokter praktek.

7.1. Karakteristik Pengguna Fasilitas Rawat Jalan

Dari hasil analisis data sampel yang diperoleh, jumlah populasi perempuan
pengguna fasilitas layanan kesehatan rawat jalan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki, dimana populasi perempuan mencapai 56% dan laki-laki 44%.
Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak mempunyai waktu luang, sehingga
kesempatan untuk melakukan kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan akan
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang sibuk bekerja, sehingga
kesempatan ke tempat pelayanan kesehatan akan lebih terbatas.

Pada kelompok umur dari data sampel terlihat bahwa populasi tertinggi
pengguna layanan kesehatan adalah pada usia 15-49 tahun yaitu sebanyak 56%,
diikuti dengan kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 35%, sedangkan pada
kelompok umur ≥50 tahun berjumlah 9%. Hal ini dikarenakan banyaknya
karyawan yang masih berusia produktif dan pada usia pensiun tidak lagi menjadi
tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga jumlah karyawan
yang berusia ≥50 tahun akan sedikit.

Hasil analisis pada kelompok pendidikan, pengguna sarana kesehatan


terbanyak adalah dari kelompok pendidikan ≤SMA, dimana populasi tingkat
pendidikan ini merupakan sebagian besar dari seluruh karyawan yang bekerja.
Kelompok pendidikan menengah kebawah ini mencapai 67%, sedangkan untuk
kelompok pendidikan diploma tiga ke atas mencapai 32%.

Pada variabel berikutnya yaitu diagnosis penyakit, angka tertinggi


dijumpai pada kelompok penyakit ISPA yangmencapai 31,4%, diikuti kelompok
common cold sebanyak 19,2%, observasi febris sebanyak 9,4%. Hal ini

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    75 

dikarenakan ISPA, Common Cold masih merupakan penyakit terbanyak pada


kelompok penyakit rawat jalan di Indonesia. Kemudian diikuti dengan dyspepsia
8,1%, carries dentis 7,5%, hipertensi 5%, myalgia 4,4%, ANC/KB/Imunisasi 3,9%
dan dermatitis 3,9%.

Pada variabel rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter jumlah
biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menebus obat adalah Rp.237,963,-.

7.2. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Analisis melalui uji statistik menunjukkan hasil, bahwa pada rumah sakit
dan dokter praktek tidak terdapat perbedaan pada rata-rata biaya obat yang
ditimbulkan. Sehingga baik di rumah sakit maupun di dokter praktek selisih rata-
rata biaya obat tidak terlampau besar, dimana pada rumah sakit rata-rata biaya
obat adalah Rp.257,677,- dan pada dokter praktek sebesar Rp.233,882.

Dari semua variabel yang telah diuji statistik secara univariat dan bivariat
menunjukkan hasil bahwa, hanya variabel umur dan diagnosis yang
mempengaruhi biaya kesehatan, untuk memastikan bahwa variabel tersebut benar-
benar berpengaruh, maka dilakukan uji statistik antara dua variabel tersebut.
Dimana hasil yang diperoleh adalah pada variabel umur, ternyata dipengaruhi oleh
jenis penyakit yang diderita, sehingga diagnosislah yang merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya biaya pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, maupun
di dokter praktek. Dari kedua sarana pelayanan kesehatan yang diteliti
menunjukkan bahwa besarnya biaya kesehatan dipengaruhi oleh sarana kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan. Ada perbedaan biaya pada kedua sarana
pelayanan kesehatan baik dihubungkan oleh variabel umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, diagnosis maupun biaya obat.

7.3. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan

Pada hasil analisis terhadap diagnosis penyakit, maka rata-rata biaya yang
ditimbulkan untuk masing-masing diagnosis terdapat perbedaan, dimana biaya
tertinggi terdapat pada diagnosis hipertensi, diikuti ANC (Ante Natal Care)/
Keluarga Barencana/Imunisasi, Dermatitis, dyspepsia dan observasi febris. Pada

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    76 

hipertensi rata-rata pengobatan dilakukan untuk jangka waktu satu bulan,


sehingga mempengaruhi terhadap biaya yang ditimbulkan. Pada ANC
pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan ultrasonografi, dan obat-
obatan yang diberikanpun untuk jangka waktu satu bulan. Sedangkan untuk
imunisasi, dari data diperoleh bahwa imunisasi yang dilakukan tidak hanya
imunisasi dasar, tetapi juga imunisasi tambahan, yang biayanya termasuk relatif
besar.

7.3.1. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya di Sarana pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis dan uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan hasil
bahwa, ada perbedaan biaya yang ditimbulkan pada kedua sarana pelayanan
kesehatan yang digunakan. Pada rumah sakit biaya tertinggi terdapat pada jenis
penyakit hipertensi dengan rata-rata biaya Rp. 1,402,004,- sedangkan pada dokter
praktek untuk jenis penyakit hipertensi rata-rata biaya yang ditimbulkan adalah
sebesar Rp.559,499,- Hal ini dimungkinkan karena pada rumah sakit, selain
pemberian obat dalam jangka waktu lama, pemeriksaan penunjang sering
dilakukan untuk mengetahui faktor resiko yang mungkin terjadi pada penderita
hipertensi. Disamping itu perbedaan jasa medis dan administrasi juga menjadi
faktor pembeda besarnya biaya yang ditimbulkan.

7.4. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya di Sarana Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis dan uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya
hubungan antara biaya konsultasi dengan biaya di sarana pelayanan kesehatan
yang digunakan . Pada sarana pelayanan di rumah sakit variasi biaya konsultasi
disebabkan perbedaan besar biaya yang terjadi di poli umum, poli unit gawat
darurat dan poli spesialis. Sedangkan biaya konsultasi di dokter praktek, hanya
dilakukan oleh dokter umum dengan satu jenis biaya konsultasi.

7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Hasil analisis dan uji statistik memperlihatkan bahwa, tidak ada hubungan
antara biaya tindakan medis dan penunjang medis dengan biaya pelayanan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    77 

kesehatan rawat jalan. Di sarana pelaynan kesehatan rumah sakit, lebih sering
dilakukan pemeriksaan penunjang maupun tindakan medis dibandingkan di dokter
praktek. Disamping hal tersebut, di dokter praktek tidak ada pemeriksaan
penunjang radiologi maupun laboratorium.

7.6. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat


Jalan
Dari analisis data sampel yang ada, kelompok umur 0-14 rata-rata biaya
pelayanan kesehatannya sebesar Rp.311,560 sedangkan kelompok umur 15-49
rata-rata menggunakan biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp.391,111,- dan pada
kelompok umur ≥50tahun sebesar Rp.403,293,-. Terdapat perbedaan yang
signifikan jumlah rata-rata biaya pada masing-masing kelompok umur, namun
kelompok umur tua memiliki rata-rata biaya pengobatan lebih tinggi dibandingkan
kelompok yang lain. Hal ini karena kelompok tua banyak menderita penyakit
hipertensi, sehingga memerlukan obat lebih banyak dengan waktu pengobatan
yang lebih lama dibandingkan kelompok umur yang lain, yang banyak menderita
penyakit akut.

7.6.1. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Biaya di Sarana Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan
Hasil yang didapatkan dari analisis data yang ada menunjukkan bahwa
rata-rata biaya di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya pada
dokter praktek. Hal ini terlihat adanya selisih dari jasa konsul, administrasi dan
pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan di rumah sakit.

7.7. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan


Kesehatan Rawat Jalan
Analisis data yang ada menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki,
rata-rata biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp.364,343,- sedangkan pada jenis
kelamin perempuan sebesar Rp.364,751. Disini tidak ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata biaya pelayanan kesehatan antara jenis kelamin laki-laki
dan perempuan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    78 

7.7.1. Hubungan antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan
Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek. Baik dari jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan terdapat beda biaya pada kedua jenis sarana pelayanan
kesehatan yang digunakan. Hal ini dikarenakan terdapatnya perbedaan biaya yang
tinggi pada jasa konsultasi, administrasi dan tindakan/penunjang medis yang
dilakukan.

7.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya Kesehatan

Hasil analisa data dan uji statistik menyimpulkan tidak ada perbedaan pada
kelompok tingkat pendidikan dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan rawat jalan. Rata-rata biaya yang ditimbulkan pada masing-
masing kelompok, hanya sedikit perbedaannya.

7.8.1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya di Sarana


Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Pada masing-masing kelompok tingkat pendidikan dijumpai adanya
perbedaan rata-rata biaya yang ditimbulkan berdasarkan sarana pelayanan
kesehatan yang dipergunakan. Pada rumah sakit biaya yang ditimbulkan lebih
besar dibandingkan dengan dokter praktek, hal inipun dipengaruhi oleh perbedaan
dalam biaya jasa medis, administrasi dan tindakan.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    79 

BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini dilakukan untuk melihat biaya pelayanan kesehatan


rawat jalan yang diberikan oleh pemberi layanan kesehatan rumah sakit dan
dokter praktek yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya,

Berdasarkan hasil penelitian, uji statistik dan pembahasan yang telah


dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, ada perbedaan yang siginifikan
rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek, hal ini
diakibatkan adanya selisih biaya dalam hal biaya konsultasi, biaya tindakan dan
biaya administrasi. Sedangkan untuk masing-masing variabel dapat dijabarkan
sebagai berikut.

1. Untuk rata-rata biaya obat yang diresepkan pada masing-masing tempat


layanan kesehatan, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
2. Untuk jenis penyakit ISPA menempati urutan tertinggi frekuensi dengan
31,4%, dan terendah adalah dermatitis dan ANC/KB/ Imunisasi sebesar
3,9%. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada masing-masing diagnosis
terdapat perbedaan yang signifikan karena setiap diagnosis penyakit
mempunyai karakteristik yang berbeda.

3. Pada biaya konsultasi menujukkan adanya hubungan dengan biaya di


sarana pelayanan kesehatan, dimana pada rumah sakit biaya konsultasinya
bervariasi antara dokter umum dengan dokter spesialis.

4. Untuk biaya tindakan dan penunjang medis, terlihat tidak adanya


hubungan dengan sarana pelayanan yang digunakan. Pada dokter praktek
tidak dijumpai pemeriksaan penunjang medis seperti radiologi dan
labotarorium.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    80 

5. Pada kelompok umur, ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya
pelayanan kesehatan, rata-rata biaya tertinggi terdapat pada kelompok
umur >50th, hal ini berhubungan dengan jenis penyakit yang diderita.
Dimana pada kelompok umur tersebut, lebih banyak menderita penyakit
degeneratif (hipertensi), sehingga untuk biaya pengobatan akan relatif
lebih mahal dan lama pengobatan yang lebih panjang.
6. Sedangkan menurut jenis kelamin, kelompok perempuan lebih tinggi
jumlah kunjungannya yaitu 56%, laki-laki 44%. Dengan biaya pelayanan
kesehatan yang tidak berbeda secara signifikan.
7. Pada tingkat pendidikan kelompok pendidikan ≤SMA menduduki proporsi
lebih tinggi yaitu 68%, dan untuk kelompok pendidikan ≥D3 mencapai
32%. Dengan rata-rata biaya kesehatan tidak ada perbedaan pada kedua
kelompok tingkat pendidikan.

8.2. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran
yang dapat diberikan adalah :

1. Membuat kebijakan tentang adanya sistem pengobatan berjenjang dengan


dokter umum yang bertugas di klinik PT. Pelayanan Listrik Nasional
Batam sebagai gatekeeper terhadap pelayanan tingkat selanjutnya. Untuk
meminimalisir pengobatan tingkat pertama yang dilakukan di dokter
spesialis rumah sakit.
2. Melihat bahwa kelompok umur tua rata-rata biaya pelayanan kesehatan
lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain, yang disebabkan
adanya penyakit degeneratif yang banyak menyerang kelompok umur tua,
maka sebaiknya dilakukan usaha preventif berupa medical check up
tahunan untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit degeneratif, dan
perlunya dilakukan usaha promotif sehingga ada pengetahuan menjaga
kesehatan dan pola hidup yang sehat.
3. Dengan belum adanya peraturan yang baku yang mengatur pelayanan
kesehatan di lingkungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga
perlu dibuat peraturan untuk memberikan batasan dan arahan karyawan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    81 

dalam menggunakan fasilitas sarana pelayanan kesehatan yang disediakan


perusahaan.
4. Disamping membuat aturan baku, perlu dilakukan pengontrolan kepada
penyedia layanan kesehatan, tentang layanan yang telah diberikan sesuai
dengan perjanjian kerja sama yamg telah disepakati.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    82 

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ketiga, Jakarta,


Binarupa Aksara, 1994
Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif
Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2005.
Ascobat Gani, Pembiayaan Kesehatan di Indonesia, dibacakan pada
seminar Sistem Pembayaran Kapitasi, Jakarta, 1996.
Sulastomo, Asuransi Kesehatan dan Managed Care, Jakarta, 2000
Paul J Feldstein, Health Economics, 5th Edition, Albany Dalmar, New
York, 1999.
Larry E Breitenbach et al, Group Life and Health Insurance, Part C, Helath
Insurance Association of America, Washington DC.
Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional
2009.
Sjafii Ahmad, Pembangunan Kesehatan Mas Depan, Masalah dan
Tantangan, Majalah Kesehatan Masyarakat Volume 34 nomer 1,
Jakarta, 2009.
Profil PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, Batam, 2010.
Rekapitulasi Biaya Kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
2009.
World Health Insurance, Social Health Insurance, Selected Case Studies
from Asia and The Pacific, New Delhi, 2005.
Laporan Tahunan Kinerja PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2009.
PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, Enam Tahun Mengabdi, Batam,
2007.
Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan, Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, 1999.
Ascobat Gani, perkembangan Biaya dan Beberapa Teknik Pengendalian

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    83 

Biaya Pelayanan Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Universitas Indonesia, Depok, 1996
Pantja Lihestiningsih, Analisis Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan di PPK I dari Peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan) PT Jamsostek Kabupaten Bekasi Tahun 2000, Tesis
Studi ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 2001.
Hasbullah Thabrany, pedoman Manajemen Utilisasi pelayanan Kesehatan,
Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 2000.
Ann Clewer & David Perkein, Economic for Health Care Management,
Prentice Hall, Europe, 1998
Iing Ichsan Hanafi, Karakteristik yang Berhubungan dengan pengguna
Fasilitas Rawat Jalan Peserta JPKM/Dana Sehat Takaful di Rumah
Sakit Islam Jakarta, Tesis Program Studi Kajian Administrasi
Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 1997.
Ascobat Gani, pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Masa Lalu, Kini dan
Akan Datang, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 1996.
Folland, Sherman & Goodman, C Allen & StanMiron, The Economics of
Health and Healthcare, Prentice Hall, Upper Sadle River, New
Jersey, 1997.
Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono, Statistik Kesehatan, Edisi Revisi,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Soekijo Notoadmaojo, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 2010.
Yaslis Ilyas, Asuransi Kesehatan Review Utilisasi, Manajemen Klaim dan
Fraud, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, 2003.
Hasbullah Tabrany, Managed Care: Mengintegrasikan Penyelenggaraan

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.


    84 

dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Bagian B, Pusat Kajian


Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok, 2001.

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.

Anda mungkin juga menyukai