Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LANSIA

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu :
Ns. Didik Subagyo, S.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 6 (S17C)
1. Alsa kavina fitria (S17152)
1. Annisa nurani dewi (S17153)
2. Ike nurohma (S17154)
3. Rika novia paramitha (S17157)
6. Susi narasari (S17158)
7. Violletha ajeng (S17159)
8. Melvon Umbu H.K (S16165)
9. Rosit Dani Setiyawan (S17149)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu
dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau
keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan
kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh
individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu
memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan gerontik memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan
kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas
merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien atau klien.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui
terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan
uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead,
1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan
gerontik, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting
dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima
profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk
mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan
bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai
respon klien selama berada dalam kelompok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian terapi aktivitas kelompok?
2. Apa Tujuan terapi aktivitas kelompok?
3. Apa manfaat terapi aktivitas kelompok?
4. Apa jenis-jenis terapi aktivitas kelompok lansia?
5. Bagaimana tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok?
6. Bagaimana peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian terapi aktivitas kelompok
2. Mengeatahui Tujuan terapi aktivitas kelompok
3. Mengetahui manfaat terapi aktivitas kelompok
4. Mengetahui jenis-jenis terapi aktivitas kelompok lansia
5. Mengetahui tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok
6. Mengetahahui peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. .
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan
kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling
bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek
dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang
lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Purwaningsih, Wahyu &
Karlina Ina (2010)

B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang
dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan
imajinasi.
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
1.    Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2.    Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
3.    Merupakan proses menerima umpan balik
Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia, termasuk kelompok
usia lansia. yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang
memiliki rentang usia 60 tahun keatas. Pada masa lanjut usia, akan mulai terjadi
proses menghilangkan kemampuan jaringan yang digunakan untuk memperbaiki diri
serta mempertahankan fungsi normalnya dengan perlahan sehingga nantinya tidak
bisa bertahan lagi pada infeksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.

C. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


1. Ada bebrapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti
terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
2. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok
3. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya
dan merubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif
4. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta saling
memantau satu sama lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi
menyelsaikan masalah
D. Jenis – Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai aktivitas
kelompok para lansia, diantaranya:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian, baik itu bagi pendengar
maupun bagi pemusik. Kualitas dari musik sendiri memiliki andil terhadap
fungsi-fungsi untuk mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada struktur
dan ururan matematis, yang mana mampun untuk menunjukkan pada ketidak
beresan di dalam kehidupan seseorang. Peran dan sertanya akan nampak dalam
sebuah pengalaman musikal, semisal menyanyi, menghasilkan integrasi pribadi
yang dapat mempersatukan fisik, pikiran, dan roh. Ada beberapa manfaat yang
diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain adalah:
a. Musik memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam stuktur
b. Musik memberikan pengalaman untuk mengorganisasi diri
c. Musik memberikan kesempatan yang digunakan untuk pertemuan kelompok
yang mana di dalamnya individu telah mengutamakan kepentingan kelompok
dibanding kepentingan individu.
2. Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara mempersepsikan
stimulus yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah dialami. Kemmapuan
untuk mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan ditingkatkan di dalam
setiap sesinya.
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan persepsi.
Ada beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah, menonton
televisi, pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.
3. Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di sekitarnya,
mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga lingkungan
yang memiliki hubungan dan kaitanya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada
orientasi waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa depan.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat, waktu, benda,
serta kondisi yang nyata.
4. Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-individu di
sekitar klien. Sosialiasi akan dilakukan secara bertahap secara interpersonal,
kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa latihan
sosialisasi yang ada di dalam kelompok.
5. Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan,
serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang
dilakukan semisal penanaman kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.
6. Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang serta
mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang.
Semisal memiliki peliharaan kucing, bertenak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini
,merupakan cara pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
7. Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang dimiliki
lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk
membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya
saja membuat kipas, membuat sulak, membuat bunga, menjahit, merajut, dan
masih banyak lainnya.
8. Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat
seseorang tidak  menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan cerdas cermat, mengerjakan tebak-tebakan, puzzle, mengisii TTS,
dan lainnya.
9. Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta harga diri.
Proses nya dengan menceritakan berbagai pengalaman-pengalam di dalam
hidupnya. Misalnya saja menceritakan tentang masa muda nya.
10. Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup, menghilangkan
rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang mana digunakan sebagai cara
mengatasi stres dan depresi. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai
dari mengikuti senam lansia, bersepesa, posyandu lansia, rekreasi ke kebun raya,
mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.
11. Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan, memberikan rasa
kenyamanan, bahkan persiapan untuk menjelang kematian. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukannya dapat berupa pengajian, sholat berjamaah, kebantian, dan
lainnya.
12. Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh anggota
keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari terapi keluarga ini
adalah untuk mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai keluarga. Sasaran
utama dari dari terapi ini adalah keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi,
tidak dapat melaksanakan fungsi yang mana dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga akan
diidentifikasikan dan dikontribusikan dari masing-masing anggota di dalam
keluarga pada penyebab munculnya masalah tersebut. Misalnya saja penyebab
keluarga tidak harmonis. Sehingga nantinya masing-masing anggota keluarga
dapat lebih mawas diri pada masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari
solusi yang tepat untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagaimana
sebelumnya.
Proses terapi ini memiliki 3 tahapan di dalamnya, fase pertama adalah perjanjian,
fase kedua adalah kerja, dan fase ketiga adalah terminasi. Pada fase pertama,
perawat dan klien akan mengembangkan hubungan untuk saling percaya satu
sama lainnya. Isu di dalam keluarga kan diidentifikasi dan tujuan dari terapi akan
ditetapkan bersama. Fase kedua atau fase kerja merupakan fase dimana keluarga
akan dibantu dengan perawat yang dijadikan sebagai terapis yang nantinya
berusaha untuk mengubah pola interaksi yang terjadi di dalam anggota keluarga,
peraturan di dalam keluarga, dan eksplorasi batasan di dalam keluarga.
Kemudian di dalam fase terakhir keluarga akan melihat kembali bagiaman proses
yang telah dijalani selama ini untuk bisa mencapai tujuan terapi. Keluarga juga
memiliki peran yang penting dalam mempertahankan perawatan secara
berkesinambungan.
E. Tahap-tahap terapi aktivitas kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan
kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader
mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan
siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan
saling ketergantungan yang akan terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih
stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses
F. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
1.      Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu,
membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien,
masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2.      Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang
terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari
dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan
tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok.
3.      Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4.      Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota
kelompok yang drop out.
5.      Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,
kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya
anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak
dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut
6.      Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai
fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu
kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang
paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam
terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan
fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator
dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan
keahlian yang professional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang
sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling
bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku
destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih
perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif

B. Saran
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok
serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.(2010). Asuhan Keperawatan Gerontik .Jogjakarta:Nuha


Medika.

Keliat, B & Akemat (2011). Keperawatan Gerontik : Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta:EGC.

Stuart, G. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing 10th edition. St. Louis:
Mosby.

Susanna, Sarka A. Hendarsih, Sri (2011). Terapi modalitas keperawatan gerontik. Jakarta :
EGC.

Keliat, B & Akemat (2009). Model praktik keperawatan gerontik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai