Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, diketahui jika LV
didefinisikan sebagai kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar berjarak 2-3 m
(termasuk kendaraan penumpang, oplet, mikro bis, bis, pick up, truk kecil, sesuai dengan
klasifikasi Bina Marga). MC didefinisikan sebagai sepeda motor dengan 2 atau 3 roda
(meliputi sepeda motor dan kendaaan roda tiga sesuai klasifikasi Bina Marga). MHV
didefinisikan sebagai kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5-5 m
(termasuk bis kecil, truk 2 as dengan 6 roda, sesuai dengan klasifikasi Bina Marga). LT
didefinisikan sebagai truk tiga gandar dan truk kombinasi dengan jarak gandar < 3,5 m,
sesuai dengan klasifikasi Bina Marga. LB didefinisikan sebagai bis dengan dua atau tiga
gandar dengan jarak as 5-6 m.
Berdasarkan tabel pada buku Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota
Tahun 1997, penentuan faktor k dan faktor f bergantung pada VLHR. VLHR yang saya
dapatkan berada pada rentang 1000-5000, maka faktor k diperoleh 10-12%,. Saya ambil yang
maksimal, yaitu 12% karena saya anggap volume kendaraan saat jam sibuk tinggi. Untuk
faktor f diperoleh 0,6-0,8, saya ambil 0,8 karena saya anggap variasi lalulintasnya tinggi.
Setelah nilai VJR didapat, nilai tersebut harus diubah ke VJR akhir umur rencana,
dengan menggunakan persamaan ekonomi sederhana sebagai berikut.
VJRUR = VJR*(1+i)n
n = Tahun
Nilai tingkat pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut pada masa perencanaan saya
asumsikan sebesar 5%. Kemudian, pada masa konstruksi sebesar 8%, mengalami
peningkatan karena orang-orang sudah tahu bahwa didaerah tersebut sedang dibangun jalan,
otomatis banyak investor yang akan datang. Dan pada masa operasional tingkat pertumbuhan
ekonomi mengalami peningkatan lagi menjadi 10%, hal tersebut karena jalan sudah jadi dan
dianggap daerah tersebut adalah daerah industri, sehingga kegiatan ekonomi pastinya akan
berjalan sangat cepat dengan adalah jalan tersebut.