1. Jelaskan rekayasa lingkungan apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian nyamuk ? 2. Jelaskan beserta contoh rekayasa lingkungan yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian tikus ? 3. Bagaimana perbedaan dalam upaya pengendalian secara kimia dan rekayasa lingkungan ?
Jawab
1. pendahuluan Pada banyak daerah tropis dan subtropis, dampak penyakit
DBD bersifat endemik yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi optimal untuk nyamuk berkembang biak. Biasanya sebagian besar orang akan terinfeksi dalam waktu yang singkat (wabah). salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit) untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam pengendalian vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan man usia. Upaya pengendalian vektor dengan menggunakan bahan kimia ternyata tidak cukup aman, karena walaupun dapat menurunkan populasi vektor dengan segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga mempunyai dampak yang merugikan terhadap lingkungan, yaitu menurunnya kualitas lingkungan. Selain menggunakan bahan kimia, pengendalian vektor juga bisa dilakukan dengan pengubahan lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat berkembangbiak, istirahat, ataupun menggigit. Misalnya dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terkenal dengan sebutan 3M yaitu Menguras Tempat Penampungan Air (TPA), Menutup TPA dan Menimbun barang- barang yang dapat menampung air hujan yang bisa menjadi tempat berkembangbiak nyamuk. Perubahan habitat atau perilaku manusia : Upaya untuk mengurangi kontak antara manusia dengan vektor, misalnya pemakaian obat nyamuk bakar, penolak serangga dan penggunaan kelambu (WHO, 2001). Pengendalian biologis : Antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang) dan penggunaan bakteri endotoxinseperti Bacillus thuringiensis dan Bacillus sphaericus. 2. Pengendalian yang paling sering kita gunakan biasanya menggunakan metode gropyokan atau dengan memasang umpan, namun yang palig tepat dilakukan adalah pengendalian terpadu. Kalau kita menggunakan umpan beracun ada baiknya kita menggunakan umpan yang tidak langsung membunuh dengan cepat, gunakanlah rodentisida yang membunuh secara perlahan misal Klerat dan ratikus, karena seperti yang saya bicarakan diatas tikus bila makan makanan yang beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan memberi sinyal suara kesakitan dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga teman-temannya akan waspada terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap umpan yang kita berikan. Pemberian umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab indra penciuman tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau manusia.Lakukan pada saat paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan bera (tidak ditanami) sampai pada saat menjelang produksi pangan (bila pada padi menjelang bunting). 3.