Anda di halaman 1dari 4

HUKUM DM ( DITERANGKAN MENERANGKAN )

PENDULUAN
Dalam setiap bahasa terdapat peraturan-peraturan untuk pemakaiannya. Peraturan-peraturan
tersebut merupakan pedoman atau pegangan dalam membahasa, sehingga tidak terjadi
kesalahan atau penyimpangan dalam penggunaannya sehari-hari. Salah satu peraturan yang
ada dalam bahasa Indonesia ialah Hukum DiterangkanMenerangkan, yang disingkat dengan
Hukum D-M. Kebalikannya adalah Hukum M-D, yang berlaku antara lain dalam bahasa
Belanda dan bahasa Inggris. Pengaruh bahasa Belanda sangat besar dalam pemakaian bahasa
Indonesia oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pendudukan Belanda selama tiga
setengah abad di Indonesia. Dengan demikian peraturan dalam bahasa Belanda sedikit
banyaknya memasuki bahasa Indonesia dalam pemakaiannya. Selain bahasa Belanda, juga
bahasa Inggris yang merupakan bahasa kedua secara resmi diajarkan di sekolah-sekolah di
Indonesia, mempunyai pengaruh dalam penerapan Hukum D-M dalam bahasa Indonesia.

PENGERTIAN HUKUM D-M DAN PEMAKAIANNYA


Hukum D-M merupakan hukum susunan dua atau lebih dua kata dalam bahasa Indonesia
dengan ketentuan kata yang terletak di depan adalah kata yang diterangkan (D) dan kata yang
belakangnya
adalah kata yang menerangkan (M). Hukum ini pertama kali dikemukakan oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, seorang ahli bahasa Indonesia.
Contoh: anak sulung: anak (D)- sulung (M), berlaku hukum D-M.
Bank Asia Sentral : Bank (D)-Asia Sentral(M), berlaku hukum D-M.

Dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Inggris, terjadi
penyimpangan-penyimpangan mengenai pemakaian Hukum D-M dalam bahasa Indonesia,
sehingga mengikuti hukum sebaliknya, yakni Hukum M-D, yang berlaku dalam bahasa
Belanda dan Inggris.

Contoh-contoh penyimpangan:

1. Pusat Pasar: Pusat (M)- Pasar (D), yang berasal dari bahasa Belanda, yakni Centrale
Passer
(Hukum M-D), yang dalam bahasa Indonesia seharusnya menjadi Pasar
Pusat
(Pasar Sentral), sehingga menjadi Hukum D-M.

2. Perdana Menteri: Perdana (M)- Menteri (D), yang berasal dari Prime Minister (Hukum M-
D) dalam bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia seharusnya
menjadi Menteri Perdana (Hukum D-M).
3. Deli Plaza: Deli (M)- Plaza (D), yang mengikuti Hukum M-D dalam bahasa Inggris.
Seharusnya dibalik menjadi Plaza Deli (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.

4. es krim: es (M)-krim (D), yang berasal dari 'ice cream' (Hukum M-D) dalam bahasa
Inggris.
Seharusnya krim es (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.

5. kelas interval: kelas (M)- interval (D), yang berasal dari 'class interval' (Hukum M-D)
dalam
bahasa Inggris. Seharusnya diindonesiakan menjadi interval kelas (Hukum
D-M) dengan interval (D)-kelas (M).

6. Wakil Direktur: Wakil (M)-Direktur (D) yang berasal dari Vice Director (Hukum M-D)
dalam
bahasa Inggris.Diindonesiakan, seharusnya menjadi Direktur
Wakil (Hukum
D-M) dengan Direktur (D)-Wakil (M).

7. Pembantu Dekan: Pembantu (M)- Dekan (D) yang berasal dari 'Vice Dean' (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris. Selayaknya dalam bahasa Indonesia
menjadi Dekan
Pembantu (Hukum D-M)

8. Letnan Kolonel: Letnan (M)- Kolonel (D), yang berasal dari Lieutenant Colonel (Hukum
M-D).
Diindonesiakan seharusnya menjadi Kolonel Letnan (Hukum D-M).

9. Brigadir Jenderal, Mayor Jenderal, dan Letnan Jenderal menggunakan Hukum M-


D seperti pada
no. 8, yang berasal dari bahasa Inggris yakni Brigadier General, Major General dan
Lieutenant
General, yang diindonesiakan menjadi Jenderal Brigadir, Jenderal Mayor dan Jenderal
Letnan,
yang menggunakan Hukum D-M.

10. Helvetia Graha: Helvetia (M)- Graha (D) yang mengikuti Hukum M-D, seharusnya
menjadi
Graha Helvetia, yakni Hukum D-M.

11. Mantan Presiden: Mantan(M)-Presiden (D), yang berasal dari Ex President (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris,yang diindoesiakan seharusnya
menjadi Presiden
Mantan (Hukum D-M)
.
PENGECUALIAN HUKUM D-M

Dalam bahasa Indonesia tidak selalu berlaku Hukum D-M, ada pengecualiannya.
Pengecualian-pengecualian tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh Sutan Takdir
Alisyahbana adalah sebagai
berikut:

1. Beberapa jenis kata bantu dan kata keterangan, misalnya: akan, lagi, masih, kurang, makin,
lebih,
terlalu, amat, sedang, sudah dan sebagainya.
Contoh: sudah mekar: sudah (M) - mekar (D), berlaku kebalikan Hukum D-M, yakni
Hukum M-D.
amat susah: amat (M)-susah (D), berlaku Hukum M-D.

2. Kata bilangan: misalnya sebuah, sebutir, sebiji, seutas, sebatang, sehelai, satu, dua, tiga,
dan
sebagainya.
Contoh: sebuah jeruk: sebuah (M)- jeruk (D), berlaku Hukum M-D (Berapa jeruk?)
tiga orang: tiga (M)- orang (D), berlaku Hukum M-D (Berapa orang?)

3. Kata depan: misalnya: di, ke, dari, atas, kepada, dan sebagainya.
Contoh: dari Medan: dari (M)- Medan (D), berlaku Hukum M-D, kebalikan Hukum D-M.
kepada saya: kepada (M)-saya (D), berlaku Hukum M-D.

Selain pengecualian-pengecualian tersebut di atas tidak ada pengecualian yang lain dari
Hukum
D-M.

Adakalanya untuk menghindari terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap


peraturan
yang berlaku (Hukum D-M), maka gabungan dua kata yang terpisah, disatukan
penulisannya,
sehingga menjadi satu kata. Umpama: pasca sarjana: pasca (M)-sarjana (D), berlaku Hukum
M-D,
ditulis pascasarjana, sehingga tidak ada masalah Hukum D-M.Dapat juga lagi: mantan
gubernur:
mantan (M)-gubernur (D), Hukum M-D, dijadikan satu kata, yakni mantangubernur,
sehingga
hilanglah masalah Hukum D-M.
PENUTUPAN

Penyimpangan-penyimpangan dari Hukum D-M, yang bukan pengecualian, karena berasal


dari
bahasa asing (antara lain bahasa Belanda dan bahasa Inggris) sebaiknya dapat diperbaiki
demi
tertibnya dalam membahasa Indonesia. Meskipun penyimpangan-penyimpangan tersebut
telah
berlangsung sangat lama, pintu tetap terbuka untuk mendapatkan yang benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai