Anda di halaman 1dari 30

Modul UD Tk.

I dan UPKP BPOM RI

MODUL MATERI UJIAN DINAS DAN


UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP)
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

BAHASA INDONESIA

2014

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini antara lain membahas Kebijakan Bahasa Indonesia, ejaan
Bahasa Indonesia, bentuk dan pilihan kata, kalimat dan paragraf, serta
penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas.
B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mempelajari mata pelajaran ini, peserta diharapkan mampu menerapkan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia dalam koteks bekerja.
C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mempelajari dan memahami modul ini diharapkan peserta Ujian Dinas dan
Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat mempunyai sikap positif terhadap bahasa
Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah peserta mempelajari modul ini adalah :
a. memahami dan menerapkan kaidah ejaan dengan baik dan benar;
b. mengetahui dan menerapkan kaidah dalam memilih kata yang baik dan benar;
c. mengetahui dan menerapkan kaidah dalam penyusunan kalimat efektif;
d. membuat surat dinas dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
D. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 5 (lima) kegiatan belajar:
1. Kebijakan Bahasa Indonesia;
2. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan;
3. Diksi
4. Kalimat Efektif
5. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB II
KEBIJAKAN BAHASA INDONESIA

A. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Indonesia, sebagaimana
telah diatur dalam Pasal 36 UUD Tahun 1945. Dalam penerapannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini diatur dalam Undang-undang Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan Bahasa
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) Iambang jati diri
(identitas) nasional, (3) alat persatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda
latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan
antarbudaya antardaerah.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi
lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modem.
B. Penggunaan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam :
1. peraturan perundang-undangan.
2. dokumen resmi negara.
3. pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang
disampaikan di dalam atau di luar negeri.
4. bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Penggunaan bahasa asing
dalam pendidikan dapat digunakan sebatas bertujuan untuk mendukung
kemampuan bahasa asing peserta didik. Penggunaan bahasa Indonesia dalam
pendidikan tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan
khusus yang mendidik warga negara asing.
5. pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan.
6. nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi
pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan
warga Negara Indonesia. Dalam hal pembuatan nota kesepemahaman yang
melibatkan pihak asing, selain ditulis menggunkan bahasa Indonesia, ditulis
juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris.
7. forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di
Indonesia. Bahasa Indonesia juga dapat digunakan dalam forum yang bersifat
internasional di luar negeri.

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

8. komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta.


9. laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.
10. penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. Penulisan dan
publikasi untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa
daerah atau bahasa asing.
11. nama geografi di Indonesia.
12. untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman,
perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga
pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia
atau badan hukum Indonesia.
13. informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia. Informasi tersebut dapat dilengkapi dengan
bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
14. rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain
yang merupakan pelayanan umum. Dalam penerapannya dapat disertai bahasa
daerah dan/atau bahasa asing.
15. informasi melalui media massa. Media yang menggunakan bahasa daerah atau
bahasa asing harus mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB III
EJAAN BAHASA INDONESIA
Penggunaan bahasa Indonesia tidak lepas dari ejaan dalam bahasa Indonesia,
hal ini berarti kita berhadapan dengan bahasa tulis, cara bagaimana menuliskan huruf,
kata dan menggunakan tanda baca. Sehingga ejaan tidak ada kaitannya dengan lafal
yang menjadi unsur terpenting dalam bahasa lisan.
Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
diresmikan pemakaiannya pada tanggaI 16 Agustus 1972 oIeh Presiden Soeharto.
PenjeIasan lebih lanjut tentang aturan ejaan itu dimuat dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat menjadi
Pedoman Umum EYD). Buku pedoman itu berisi aturan-aturan mengenai penggunaan
huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan tanda baca.
A. Penggunaan Huruf
a. Penggunaan Huruf Kapital
Peggunaan huruf kapital Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menulis ungkapan yang
berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah
Atas rahmat-Mu (bukan atas rahmatMu)
Dengan kuasa-Nya (bukan dengan kuasaNya)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata
seperti imam, makmum, doa, puasa dan misa.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Mahaputra Yamin
Haji Agus SaIim
SuItan Hasanuddin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan jika tidak diikuti nama orang.
Contoh:
H.B. Yassin juga mendapat gelar mahaputra.
Ayahnya telah menunaikan ibadah haji tahun lalu.
Sebagai seorang suItan, ia berwibawa sekaIi.
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh:
Gubernur Fauzi Bowo (jabatan yang diikuti nama orang)
Letnan KoIoneI SaIadin (pangkat yang diikuti nama orang)
Kepala Balai Besar POM di Jawa Barat (jabatan yang diikuti nama tempat)

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Kepala Badan POM (jabatan yang diikuti nama instansi)


Nama jabatan dan pangkat itu tidak ditulis dengan huruf kapital jika, tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Paman saya berpangkat Ietnan jenderal.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Jepang
5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh: tahun Hijriah; bulan Agustus; hari Senin; hari NataI; Perang Candu;
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:
Teluk Jakarta; Danau Toba, SeIat Karimata
Perhatikan juga penulisan yang benar berikut ini.
Dia berIayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat itu selama 2 hari
Kata teluk, danau, dan selat adalah kata umum, bukan kata khusus. Sehingga
ditulis dengan huruf kecil.
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Kementerian Keuangan
Undang-Undang Dasar 1945
Coba perhatikan juga penulisan yang benar dibawah ini
Dia pegawai salah satu kementerian.
Menurut undang-undang, Saudara dapat dijatuhi hukuman.
Kata kementerian dan undang-undang dasar ditulis dengan huruf kecil karena
kata itu tidak diikuti nama.
8) Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
Contoh:
Dr.
dr.
S.E. B.A.
M.Sc.
Ir.
M.A. S.H. M.B.A. Sdr.

Ny.

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Atas kehadiran Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Surat Saudara sudah saya terima.


Akan tetapi, coba perhatikan juga penulisan yang benar berikut ini!
Kita harus menghormati ayah dan ibu kita.
Semua adik dan kakak saya sudah berkeIuarga.
Perhatikan juga penulisan kata sapaan yang diikuti nama jabatan.
Kami sedang menunggu Pak Dosen.
Menurut keterangan Bu Dokter, penyakit saya tidak parah.
10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti orang ke-2 (Anda)
Contoh:
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri akan naik?
Apakah kegemaran Anda?
b. Penggunaan Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
Majalah Bahan dan Sarana sangat digemari para pengusaha.
Surat kabar Suara dapat merebut hati pembacanya.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing.
Contoh:
Nama latin untuk buah manggis adalah Garcinia mangostana.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau keIompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad ialah a.
BuatIah kalimat dengan kata manajemen!
B. Penulisan Kata
a. Penulisan Gabungan Kata
1). Kata Majemuk
Kaidah penulisan gabungan kata adalah sebagai berikut. Gabungan kata yang
lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Contoh: terima kasih; kerja sama; tanggung jawab; tanda tangan; serah terima
Harus diperhatikan bahwa jika gabungan kata tersebut hanya mendapat
awalan atau hanya akhiran, maka awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai
dengan kata yang dekat dengannya. Kata lainnya yang merupakan unsur
gabungan itu tetap dituliskan terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: berterima kasih; bekerja sama; bertanggung jawab; tanda tangani
Selanjutnya, yang perlu perhatikan adalah jika gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya harus serangkai, tidak diberi tanda
hubung.
Contoh: pertanggungjawaban; ditandatangani; diserahterimakan

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

2). Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata

Contoh: belasungkawa; beasiswa; sekaligus; daripada; kasatmata; kepada


3). Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam
kombinasinya.
Contoh: tunanetra; antarkota; multilateral; narapidana; dwiwarna
Perhatikan gabungan kata berikut ini!
Jika unsur terikat itu diikuti oIeh kata yang huruf awalnya kapital,
diantara kedua unsur itu diberi tanda hubung. Contoh: non-Indonesia;
antar-SMA; KTP-nya.
Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya,
yang berupa kata dasar. Namun, jika unsur berikutnya kata berimbuhan,
penulisan maha dan peri terpisah.
Contoh: Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri kemanusiaan
Akan tetapi, perlu diingat bahwa jika unsur maha diikuti esa, waIaupun esa
berupa kata dasar, kata itu tetap dituliskan terpisah. Misalnya, Maha Esa.
b. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua
unsurnya. Penulisan kata ulang ada bermacam-macam.
1) Pengulangan kata dasar, Contoh: anak-anak; undang-undang
2) Pengulangan kata berimbuhan, Contoh: berkejar-kejaran; didorong-dorong
3) Pengulangan gabungan kata, Contoh: meja - meja tulis; kereta - kereta api
cepat
4) Pengulangan kata yang berubah bunyi, Contoh: sayur mayur; bolak - balik
c. Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: di rumah; ke rumah; dari rumah; di mana; ke mana; dari mana; di
samping; ke samping; dari samping
Akan tetapi, perhatikan awalan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: dibaca, dilaporkan,
ketujuh, kekasih
d. Penulisan Partikel
Dalam bahasa Indonesia terdapat Iima macam partikel, yaitu lah, kah, tah, per,
dan pun.
1) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh:
Kuncilah pintu itu jika Saudara akan pergi!
Apakah Anda karyawan Departemen Keuangan?
2) Partikel per yang berarti 'tiap-tiap', 'demi', dan 'muIai' ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahuIui dan mengikutinya. Contoh:
per meter Rp100.000,00
satu per satu turun

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

per 1 Januari
Partikel per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: dua pertiga, tiga perempat
3) Partikel pun
Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Contoh: walaupun; meskipun; adapun; maupun
Partikel pun yang ditulis seteIah kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata
bilangan, dituliskan terpisah. Pun seperti itu merupakan kata utuh.
Contoh:
Hijau muda pun tidak masalah, asal hijau.
Satu pun beIum saya terima suratnya.
e. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika berhubungan dengan
ukuran (panjang, Iuas, isi, berat), satuan waktu, nilai uang, atau yang
dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, dan ruangan pada aIamat
yang bukan pada dokumen resmi. Contoh:
5 cm
35 kg
10 jam
Rp50.000,00
Jalan Rereng I
Nomor 43
2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyatakan lebih dari dua kata
dituliskan dengan angka. Contoh:
Selama seminggu calon pegawai yang mendaftar ke Badan Pengawas
Obat dan Makanan berjumlah seribu orang.
3) Bilangan dalam perincian juga dituliskan dengan angka waIaupun jika ditulis
dengan huruf hanya terdiri atas satu atau dua kata.
Contoh:
Menurut catatan, pegawai yang diterima di Badan Pengawas Obat dan
Makanan berjumlah 100 orang, 20 orang untuk Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, 30 orang untuk
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen, dan 50 orang untuk Deputi Bidang Pengawasan Produk
Terapetik dan Napza.
4) Lambang bilangan yang jika dituliskan dengan huruf terdiri atas satu atau
dua kata pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Contoh:
Lima belas orang pegawai Badan POM memperoleh piagam dari
pemerintah.
Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga lambang bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal
kalimat. Contoh:
Sebanyak 35 orang ditahan, sedangkan 5 orang diizinkan pulang.
5) Bilangan yang terdapat dalam dokumen resmi, seperti akta, kuitansi, dan

Bahasa Indonesia

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

cek dapat menggunakan angka dan huruf sekaligus. Contoh:


TeIah dijual tanah seIuas 3.000 (tiga ribu) meter persegi dengan harga
Rp 40.000.000,00 (empat puIuh juta rupiah).
Namun, di luar dokumen resmi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka
dan huruf sekaligus. Contoh:
Pegawai di kantor kami berjumlah empat ratus orang.
Kata bilangan tingkat dapat dituliskan sebagai berikut :
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuIuh
Tingkat I
Tingkat ke-I
Tingkat kesatu (pertama)
Kata bilangan yang mendapat akhiran -an ditulis sebagai berikut:
tahun 50-an
uang 5000-an
C. Penulisan Unsur Serapan dan Tanda Baca
a. Penulisan Unsur Serapan
Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun bahasa asing Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris, dan
Bahasa asing lainnya.
Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi
menjadi dua golongan, yaitu (1) unsur asing yang sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan
bahwa ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Berikut ini contoh penulisan unsur serapan :
Baku
Tidak Baku
Positif
Positive
Apotek
Apotik
Produktivitas
Produktifitas
Fotokopi
Photocopy
Manajemen
Managemen
Kualitas
Kwalitas

b. Penulisan Tanda Baca


1) Penulisan Tanda Baca Titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Ibu tinggal di Bandung.
Biarlah mereka duduk di sana.
b) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Rahadyan P.
N. Paramesti

Bahasa Indonesia

10

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Contoh:
Dr.
doktor
Ir.
insinyur
S.E.
sarjana ekonomi
M.Sc.
master of science
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau Iebih hanya dipakai
satu tanda titik. Contoh:
a.n.
atas nama
u.p.
untuk perhatian
ybs.
yang bersangkutan
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
A. Badan Pengawas Obat dan Makanan
A.1. Sekretariat Utama
A.1.1. Biro Perencanaan dan Keuangan
A.1.2. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
A.1.3. Biro Kerjasama Luar Negeri
A.1.4. Biro Umum
A.2. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA
f)

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 1.35.20 (pukul 1 Iewat 35 menit 20 detik)
g) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Ia lahir pada tahun 1970 di Surabaya.
Lihat haIaman 2345 dan seterusnya.
h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di
dalam akronim yang sudah diterima oIeh masyarakat.
Contoh:
POM
Pengawas Obat dan Makanan
OT
Obat Tradisional
Sestama
Sekretaris Utama
i) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh:
cm
sentimeter
Kg
kilogram
Rp
rupiah
j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)

Bahasa Indonesia

11

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

k) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat
atau nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Yth. Sdr. Rani
21 Juli 2009
Jalan Tanjung 26
Jakarta
2) Penulisan Tanda Baca Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan Contoh:
Saya membeli kertas, pensil, dan buku.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dengan kalimat berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,
melainkan. Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat. Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
e) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan kata penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Contoh: Kata ibu, Saya gembira sekali.
Saya gembira sekali, kata ibu, karena kamu lulus.
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian
alamat (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Sdr. Abdullah, Jalan Tanjung 26, Jakarta
Surabaya, 23 Mei 2009
Jakarta, Indonesia
h) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Arifin, E. Zaenal. 2003. Bahasa yang Lugas dalam Laporan
Teknis. Jakarta: Akademi Pressindo.

Bahasa Indonesia

12

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

i)

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keIuarga atau
marga.
Contoh:
A. Paramesti, S.E.
Paramardhika, S.H., M.A.
j) Tanda koma dipakai di muka angka persepuIuhan dan di antara rupiah
dan sen dalam bilangan.
Contoh:
12,54 m
Rp10.000,00
k) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan
keterangan aposisi. (Iihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.).
Contoh: Dosen saya, Pak Ahtar, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang makan sirih.
l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat apabila petikan Iangsung tersebut berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahuIui bagian Iain dalam
kalimat itu.
Contoh: "Di mana Saudara tinggal? " tanya Karim.
3) Penulisan Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Contoh:
Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga.
b) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di
dapur; Adik menonton televisi; Saya sendiri asyik
mendengarkan lagu.
4) Penulisan Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang berikut:
kursi, meja, dan Iemari.
FakuItas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerIukan
pemerian. Contoh:
Ketua
: Rahadyan P.
Sekretaris
: A.N. Paramesti
Bendahara
: B. Hartawan

Bahasa Indonesia

13

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

c) Tanda titik dua tidak dipakai kaIau rangkaian atau pemerian itu
merupakan peIengkap yang mengakhiri pemyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan
Ekonomi Perusahaan.
5) Penulisan Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oIeh
pergantian baris. Contoh:
... ada cara baru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkaI baris.Contoh:
memenuh-i
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkaI baris
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris. Contoh:
... cara baru mengukur panas.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:
kemerah-merahan
tukar-menukar
d) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjeIas hubungan bagianbagian ungkapan. Bandingkan:
tiga-puluh dua-pertiga
(302/3)
tiga-puluh-dua pertiga
(32/3)
e) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikutnya yang dimuIai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c)
angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau
kata. Contoh:
se-Indonesia
se- Jawa Barat
tahun 50-an
KTP-nya
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing. Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
6) Penulisan Tanda Petik ("...")
a) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat. Contoh:
Bacalah Penulisan Kata dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!

Bahasa Indonesia

14

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

b) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di


belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus. Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "si Hitam".
7)

Tanda Petik Tunggal ('...')


Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing. Contoh: rate of inflation 'laju infIasi'.

8)

Tanda Garis Miring (/)


a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Contoh: No.
7/PW/2009.
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat. Contoh:
Mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp15.000,00/lembar
Jalan Daksa I/3

Bahasa Indonesia

15

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Latihan Tes Soal


1. Pemakaian huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat ...
a. Produk Luwak White Coffee telah mendapatkan Sertifikat Halal dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah yang berlaku hingga tanggal 16
Oktober 2014.
b. Produk Luwak White Coffee telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah yang berlaku hingga tanggal 16
Oktober 2014.
c. Produk Luwak White Coffee telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah yang berlaku hingga Tanggal 16
Oktober 2014.
d. Produk Luwak White Coffee telah mendapatkan sertifikat halal dari majelis
ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah yang berlaku hingga tanggal 16
Oktober 2014.
Jawaban: b
2. Tanda baca pada penulisan gelar berikut yang benar adalah .
a. Dra Lucky S. Slamet, MSc
b. Dra. Lucky S. Slamet, MSc.
c. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc
d. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc.
Jawaban: d
3. Gabungan kata dalam kalimat berikut yang tidak tepat adalah .
a. Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan TVRI Kalimantan
Selatan dalam program siaran dialog interaktif PEMDA MENJAWAB.
b. Pada kegiatan ini dilaksanakan penandatanganan dukungan PJAS tingkat
Provinsi Nusa Tenggara Timur oleh Menteri Kesehatan, Kepala Badan POM,
Gubernur Nusa Tenggara Timur, dan Anggota Komisi IX DPR RI.
c. GN-WOMI merupakan gerakan nasional yang melibatkan seluruh pihak baik
instansi pemerintahan, masyarakat umum dan stakeholder (pabrik farmasi,
distributor, dan sebagainya) untuk berperan aktif dalam meningkatkan
kesadaran untuk memerangi obat dan makanan ilegal.
d. Badan POM RI secara terus menerus melakukan pengawasan secara
komprehensif sebelum dan sesudah produk beredar di wilayah Indonesia.
Jawaban: a

Bahasa Indonesia

16

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB IV
DIKSI
A. Pengertian Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Diksi adalah ketepatan pilihan kata . Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam memilih kata, terdapat dua persyaratan pokok yang harus
diperhatikan, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna serta
aspek logika kata-kata. Kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan
maksud yang ingin diungkapkan. Selanjutnya persyaratan kesesuaian menyangkut
kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan situasi dan keadaan pembaca
(aspek sosial kata-kata).
Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan tuntutan komunikasi. Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
a. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat,
Makna denotatif (denotasi) dapat diartikan sebagai makna sebenarnya, makna
yang sesuai dengan apa adanya, atau makna konseptual yaitu makna yang
sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data)
faktual dan objektif. Contoh:
wanita dan perempuan secara konseptual sama;
kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
Sedangkan makna konotatif (konotasi) berarti makna kias, bukan makna
sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat
lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna
konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Contoh :
Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi presiden.
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo
Bambang Yudhoyono tarik-menarik kursi. Kata kursi pada kalimat di atas berarti
jabatan presiden.
b. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, Contoh:
adalah, ialah, merupakan, yaitu, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
Perhatikan contoh berikut:
Pasar Contoh merupakan salah satu pilot project Program Pasar Sehat
Kementerian Kesehatan. Pasar di DKI Jakarta yang menjadi prioritas Pasar

Bahasa Indonesia

17

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

c.

d.

e.
f.

g.

h.

i.

Contoh adalah Pasar Johar Baru, Pasar Tebet Barat, Pasar Grogol dan Pasar
Koja Baru.
Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan
makna yang tepat dalam kamus, Contoh: modern sering diartikan secara
subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih
berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual.
Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya
secara tepat, Contoh: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya
koordinasi.
Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, Contoh: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat.
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin
umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau
perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya,
makin sedikit terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna
kata yang dipakai, pilihan kata semakin tepat.
Contoh :
Kata umum
Kata khusus
melihat
melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
berjalan
tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap
jatuh
terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerembab, terperosok, terjungkal
Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, Contoh: issu (berasal
dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia
berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus).
Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi
Contoh :
Sinonim: saya dan aku
Homofoni: syarat (tuntutan yang harus dipenuhi) dengan sarat (penuh,; berat)
Homografi: apel (buah apel), apel (upacara),
Menggunakan kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep sedangkan
kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek yang dapat
diamati. Dalam suatu tulisan biasanya penjelasan dimulai dengan kata abstrak
(konsep tertentu) dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata konkret.
Perhatikan contoh berikut:
Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN-WOMI)
merupakan satu inisiatif kegiatan dari Satgas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal, sebagai suatu gerakan nasional yang melibatkan seluruh
pihak baik instansi pemerintahan, masyarakat umum dan stakeholder

Bahasa Indonesia

18

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

(pabrik farmasi, distributor, dan sebagainya) untuk berperan aktif dalam


meningkatkan kesadaran untuk memerangi obat dan makanan ilegal.
Kata stakeholder merupakan kata abstrak sedangkan kata pabrik farmasi dan
distributor merupakan kata konkret
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung, sebagai berikut :
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan
penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam
pergaulan.
baku
tidak baku
izin
ijin
suplai
supply
kosmetik
kosmetika
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat,
Contoh: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar),
tunasusila (lebih halus).
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat,
Contoh:
baku
tidak baku
sesuai dengan
sesuai bagi
melainkan juga
bukan hanya
juga
tidak hanya
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, Contoh: berjalan lambat,
mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggunakan kata ilmiah
untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi
umum)
e. menggunakan kata popular, Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian
(popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular). Menghindarkan penggunaan
ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), Contoh: tulis, baca, kerja (bahasa
lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan,
dikerjakan, (bahasa tulis).

Bahasa Indonesia

19

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Latihan Soal
1. GN-WOMI berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran untuk memerangi obat
dan makanan ilegal.
Makna konotasi dari kata memerangi pada kalimat tersebut mempunyai arti
a. mengawasi
b. mengurangi
c. memberantas
d. menekan
Jawaban: c
2. Masyarakat dihimbau agar waspada dalam memilih kosmetika yang akan
digunakan.
Ragam baku yang tidak tepat pada kalimat tersebut terdapat pada kata
a. masyarakat
b. dihimbau
c. waspada
d. kosmetika
Jawaban: a
3. Hasil pengawasan Badan POM menunjukkan masih maraknya penyalahgunaan
bahan berbahaya dalam pangan, seperti formalin disalahgunakan sebagai
pengawet makanan, boraks disalahgunakan sebagai pengenyal atau perenyah
makanan, dan pewarna non pangan seperti kuning metanil, dan rhodamin B
disalahgunakan sebagai pewarna pangan.
Yang dapat dikategorikan sebagai kata abstrak pada kalimat di atas adalah
a. bahan berbahaya
b. formalin
c. boraks
d. kuning metanil
Jawaban: a

Bahasa Indonesia

20

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB V
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan- gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut:
1). kesepadanan, yaitu memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Ciri-ciri kesepadanan adalah kalimat memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek,
predikat, objek dan keterangan.
Contoh:
(a) Jakarta, 22-24 Mei 2013, Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM)
melaksanakan Pertemuan Persiapan ISO 27001:2005. (tidak efektif)
Seharusnya:
(b) Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) melaksanakan Pertemuan
Persiapan ISO 27001:2005 pada tanggal 22-24 Mei 2013 di Jakarta.
(efektif)
Pada kalimat (a) bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013, yang digunakan dapat
membingungkan karena tidak jelas maksudnya. Dibandingkan dengan kalimat (b),
dengan merubah struktur kalimat dan menambah kata penghubung pada dan di,
maka bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013 tersebut menjadi jelas maksudnya
untuk menerangkan waktu dan tempat.
2). kesejajaran bentuk atau keparalelan, yaitu kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat. Maksudnya adalah jika kalimat pertama menggunakan
kata kerja, kalimat kedua dan seterusnya juga menggunakan kata kerja.
Contoh:
(a) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP
Bidang Teknologi Informasi, PIOM dan ditambah dengan SOP keamanan
data dan informasi.
Seharusnya:
(b) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP
Bidang Teknologi Informasi dan menambah SOP keamanan data dan
informasi.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu merevisi dan ditambah. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu menjadi merevisi
dan menambah seperti pada kalimat (b).
3). Kehematan dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk kehematan, antara lain:
menghilangkan pengulangan subjek,
Contoh:
(a) Meskipun kosmetik bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik
mengandung atau dicampur dengan bahan obat.

Bahasa Indonesia

21

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Seharusnya:
(b) Meskipun bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik
mengandung atau dicampur dengan bahan obat.
menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata,
Contoh:
(a) Pilihlah produk kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya.
Seharusnya:
(b) Pilihlah kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya.
menghindari kesinoniman dalam satu kalimat,
Contoh:
(a) Bila timbul iritasi atau efek samping lainnya, segera hentikan penggunaan
kosmetik.
Seharusnya:
(b) Bila timbul iritasi atau efek samping, segera hentikan penggunaan kosmetik.
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
(a) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan
pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponenkomponen dalam produk tersebut.
Seharusnya:
(b) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan
pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponen
dalam produk tersebut.
4). Kecermatan, yaitu kalimat yang digunakan tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu). Kecermatan meliputi beberapa aspek, antara lain ketepatan dalam
struktur kalimat, pemilihan kata, serta penggunaan ejaan.
Contoh:
Terdapat delapan sarana produksi yang diaudit dalam kegiatan kali ini.
Seharusnya:
Terdapat delapan sarana produksi pangan yang diaudit dalam kegiatan kali ini.
5). Kepaduan atau koherensi, yaitu kepaduan pernyataan dalam kalimat yang
digunakan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk keterpaduan, antara lain:
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Contoh:
(a) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20 kali ini, diharapkan terjadi dialog
dan interaksi dalam menghasilkan kesepakatan yang dapat memfasilitasi
pertumbuhan industri farmasi terutama perdagangan inter dan intra wilayah
ASEAN tanpa mengesampingkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu
obat yang beredar di wilayah ASEAN.
Seharusnya:
(b) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20, diharapkan menghasilkan
kesepakatan untuk memfasilitasi pertumbuhan industri farmasi terutama

Bahasa Indonesia

22

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

perdagangan inter dan intra wilayah ASEAN tanpa mengesampingkan


jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
(a) Pemirsa paham akan pentingnya informasi tentang produk obat dan
makanan yang ilegal.
Seharusnya:
Pemirsa paham akan pentingnya informasi produk obat dan makanan yang
ilegal.
(b) Mereka menyampaikan daripada ekspektasi masyarakat terhadap Badan
POM.
Seharusnya:
Mereka menyampaikan ekspektasi masyarakat terhadap Badan POM.
6). Kelogisan, yaitu ide kalimat yang digunakan dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu
proses berpikir untuk menghubungkan fakta yang ada sehingga tercipta suatu
simpulan.
Contoh:
(a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak logis)
Seharusnya:
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (logis)
(b) Waktu dan tempat kami berikan. (tidak logis)
Seharusnya:
Waktu dan tempat kami persilahkan. (logis)
7). Kevariasian dalam struktur kalimat, yaitu membuat kalimat yang tidak monoton
dan menjemukan.
Contoh:
(a) Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) merupakan
penerapan yang mutlak dilakukan oleh setiap pelaku usaha produksi pangan.
Seharusnya:
(b) Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) merupakan
proses yang mutlak dilakukan oleh setiap pelaku usaha produksi pangan.
Selain itu, dapat dilakukan variasi seperti:
Variasi dalam pembukaan kalimat, frasa keterangan tempat atau waktu
diletakan di awal kalimat, contoh:
Dari desa yang terpencil, ia merantau ke Bandung.
Variasi dengan menggunakan frasa verbal, contoh:
Merombak kendaraan tua adalah kegemarannya.

Bahasa Indonesia

23

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

BAB VI
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS

A. PenuIisan Bagian Surat yang Benar


Surat merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi. Informasi yang
disampaikan secara tertulis dalam surat dapat berbentuk pernyataan,
pemberitahuan, permintaan, dan lain-lain. Informasi akan mencapai sasarannya
jika bahasa yang digunakan dapat mengungkapkan isi surat sesuai dengan sifat
surat serta kedudukan penulis dan pembaca surat.
1) Tanggal Surat
Cara penulisan tanggal untuk surat yang menggunakan kop instansi tidak perlu
mencantumkan alamat atau nama kota, karena hal itu sudah tercantum dalam
kepala surat. Penulisan tanggal selalu diikuti dengan nama bulan dan tahun.
Contoh:
Jakarta, 14 September 2009 (tanpa kepala surat lengkap)
15 September 2009 (memakai kepala surat)
2) Nomor Surat
Secara umum rangkaian nomor surat terdiri atas nomor urut, kode, bulan dan
tahun pembuatan surat. Nomor urut menggunakan angka Arab, kode
bervariasi, bulan dengan angka Romawi dan tahun ditulis utuh dan dapat ditulis
dua angka belakangnya saja. Penempatan nomor surat disesuaikan degan
bentuk dan sistem penulisannya, yaitu:
a. Diletakkan di sebelah kiri atas kertas untuk surat berperihal
b. Diletakkan di bawah judul untuk surat berjudul
Contoh:
Nomor: 2107/FB/U1.5/2009
No.: 2212/A/C/IX/2009
3) Alamat Tujuan
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan alamat tujuan adalah:
Kata kepada tidak wajib dipakai, karena mengandung unsur kemubaziran
Ungkapan Yang terhormat atau singkatannya Yth. dipakai untuk :
Menghormati
orang
atau
pihak
yang
dikirim
surat.
Misalnya atasan, teman, kolega atau relasi kerja.
Menghormati pihak yang dituju dalam kedudukannya sebagai pejabat
suatu lembaga, organisasi atau perusahaan.
Ungkapan Yang terhormat atau Yth. tidak perlu dipakai apabila alamat
yang dituju tidak menyebutkan nama atau jabatan seseorang.
Sebutan Bapak, Ibu, atau Sdr. hanya dipergunakan apabila diikuti
nama orang. Kata-kata sebutan tersebut tidak perlu digunakan apabila
pihak yang dituju adalah lembaga atau jabatan tertentu.

Bahasa Indonesia

24

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Contoh:
Yth. Direktur Astri Budi Luhur
Jalan Cileduk Raya, Petukangan Utara
Jakarta Selatan
PT Global Sarana Komputindo
Jalan Pemuda No. 55
Medan 15320
Sumatera Utara

Yth. Ibu H. Siti Aisyiah, S.H.


Jalan Menteng Raya No. 62
Jakarta Pusat

B. Pengembangan Paragraph dalam Surat Dinas


Paragraf (alinea) adalah seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau
hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari
pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Dalam
pengembangan paragraf terdapat berbagai teknik yang digunakan agar paragraf
yang kita kembangkan menjadi teratur dan baik. Sehingga maksud dan tujuan yang
ingin kita bahas dalam suatu tulisan dapat tersampaikan dengan jelas.
Paragraf yang baik perlu menerapkan tiga asas yang lebih berkenaan dengan
gagasan yang hendak disampaikan dan tiga asas yang lebih menyangkut tatanan
dalam menyampaikan gagasannya.
Asas-asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan, yaitu:
kejelasan, berarti sifat tidak samar-samar, mudah dipahami, atau paragraf itu
tidak mungkin disalahtafsirkan.
keringkasan, tidak berarti bahwa paragraf harus pendek atau singkat,
melainkan bahwa paragraph tidak berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan
ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang sama, dan tidak berputar-putar
dalam menyampaikan pendapat.
ketepatan, berkenaan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud
penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati aturan tata bahasa, ejaan,
tanda baca, perisitilahan, kelaziman bahasa, dan sebagainya.
Asas-asas yang menyangkut tatanan dalam menyampaikan gagasannya, yaitu:
Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam paragraf
harus berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran utama paragraf. Segala
pikiran yang disajikan harus relevan dengan gagasan.
Petautan atau koherensi, adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait
antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain dalam tiap paragraf (dan juga
antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain). Pertautan menghendaki
agar jangan ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya.
Harkat (kelengkapan, pengembangan yang memadai), adalah asas yang
menghendaki paragraf benar-benar berbobot dan berisi. Bila mengemukakan
pikiran yang harus diterangkan (D = yang diterangkan), dan kita harus
menerangkan secara memadai sehingga menjadi jelas (M = yang
menerangkan). Dalam membangun paragraf harus menerapkan hukum DM
dengan sebaik-baiknya: satu D dengan jumlah M yang memadai dan lengkap.
Sehingga asas harkat juga disebut asa pengembangan yang memadai.

Bahasa Indonesia

25

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

1) Contoh Pengembangan Paragraf Pembuka


a. Contoh Paragraf Pembuka Surat Pemberitahuan
Sehubungan dengan pengembangan e-Registrasi Obat di Direktorat
Penilaian Obat dan Produk Biologi, bersama ini kami sampaikan bahwa
site aero.pom.go.id akan ditutup pada hari Kamis, 23 Mei 2013.
Sehubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik online,
dengan ini kami informasikan bahwa Layanan Publik e-bpom akan
terhenti pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013.
b. Contoh Paragraf Pembuka Surat Permohonan
a. Dalam rangka peningkatan status CPNS menjadi PNS, dengan ini kami
mohon bantuannya untuk menjadwalkan dan menyelenggarakan Diklat
Prajabatan Golongan II dan Golongan III bagi CPNS Badan POM.
b. Dengan ini kami mohon kesediaan Saudara untuk menjadi narasumber
dalam kunjungan Mahasiswa Universitas Indonesia pada tanggal 18
Juni 2013.
c. Contoh Paragraf Pembuka Surat Undangan
Paragraf pembuka surat undangan lazimnya bersatu dengan paragraf isi
surat karena pernyataan yang tertera pada isi surat tersebut hanyalah
mengharapkan kehadiran seseorang atau lebih dalam suatu kegiatan.
Contoh:
Kami mengundang Saudara pada rapat persiapan Lomba Karya Tulis
Ilmiah yang akan kami selenggarakan
Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 15 September 2009
Pukul
: 09.00
Tempat
: Ruang Mawar.
Kami mengharapkan kehadiran Saudara untuk memberikan arahan
pada Pembukaan Rapat Koordinasi, yang akan di selenggarakan pada
hari Senin, tanggal 2 Mei 2009, pukul 13.00--15.00, di Ruang KP, Jalan
Daksinapati Barat VI, Jakarta 13220.
2) Contoh Pengembangan Paragraf Penutup Surat
a. Contoh Paragraf Penutup Surat Pemberitahuan
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Atas perhatian Saudara, kami sampaikan terima kasih.
b. Contoh Paragraf Penutup Surat Permintaan
Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Bahasa Indonesia

26

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

c. Contoh Paragraf Penutup Surat Undangan


Atas perhatian serta kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Karena pentingnya acara tersebut, kami harapkan kehadiran Saudara
tepat waktu.
d. Contoh Paragraf Penutup Surat Keterangan
Surat keterangan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
e. Contoh Paragraf Penutup Surat Tugas
Tugas ini harap dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Atas perhatian
Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bahasa Indonesia

27

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Latihan Soal
Perhatikan surat dinas berikut ini:

Nomor
Lampiran
Perihal

: KP.03.01.243.05.13.03037
: 1 (satu) berkas
: Informasi penawaran beasiswa pemerintah Australia tahun 2014

Jakarta, 8 Mei 2012

Yth. 1. Pejabat Eselon II di lingkungan Badan POM RI


2. Kepala Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia
Sehubungan dengan surat Australia Awards Office bulan April 2013 perihal Informasi tentang program
beasiswa Pascasarjana Australia Awards Scholarships Periode Aplikasi 2013/14, bersama ini kami informasikan
bahwa Pemerintah Australia menyediakan 500 beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) periode
Aplikasi 2013/14. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi calon penerima beasiswa ADS adalah
melampirkan:
a. Rekomendasi Pimpinan Unit Kerja.
b. Copy Akta Kelahiran.
c. Copy Paspor/KTP/kartu identitas Nasional.
d. Copy Ijasah dan Transkip S1 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S2 dan S3
e. Copy Ijasah dan Transkip S2 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S3
f.
Copy Ijasah dan Transkip D3 yang telah dilegalisir (cap asli) bagi pelamar program S2 dan S3 yang
sebelumnya menyelesaikan pendidikan melalui D4 atau S1 Ekstensi
g. Hasil IELTS atau TOEFL ITP original yang diambil minimal tahun 2012 atau 2013
h. Referensi Akademik dari pembimbing S2 bagi pelamar program S3.
i.
Proposal penelitian bagi pelamar program S2 (Full Research) dan pelamar program S3.
j.
Mengirimkan form aplikasi (form dapat diunduh melalui website)
Informasi lebih lanjut tentang pengiriman aplikasi dapat diakses melalui website
www.australiaawardsindo.or.id, sedangkan informasi test IELTS dan TOEFL dapat diakses melalui website
www.ielts.org.au. dan www.ets.org/toefl.
Agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh unit kerja Saudara. Terlampir daftar program studi
untuk dapat dijadikan acuan bagi pegawai Badan POM dalam memilih program studi yang akan diusulkan.
Kiranya usulan kelengkapan calon penerima beasiswa ADS dapat dikirimkan ke Biro Umum cq. Bagian
Pengembangan Pegawai Badan POM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat sebelum tanggal 19 Juni
2013.
Demikian informasi ini kami sampaikan untuk dapat dimanfaatkan di Unit Kerja Saudara. Atas perhatian
dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Biro Umum
ttd
Ema Setyawati, S.Si., Apt., ME
NIP. 19690107 199603 2 001
Tembusan Yth.
1. Sekretaris Utama Badan POM
2. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA


Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat 10560 Indonesia, Telp. 4244691, 4209221, 4263333, 4244755, 4241781, 4244819, Fax: 4245139
Email : infopom@indo.net.id; www.pom.go.id

Bahasa Indonesia

28

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

Latihan Soal:
1. Cara penulisan tanggal pada surat tersebut seharusnya
a. 8 mei 2013
b. 8 Mei 2013
c. tanggal 8 Mei 2013
d. Jakarta 8 Mei 2013
Jawaban : b
2. Berdasarkan jenis surat, surat tersebut dapat dikategorikan sebagai surat
a. Surat Pemberitahuan
b. Surat Undangan
c. Surat Tugas
d. Surat Permohonan
Jawaban : a
3. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka
Keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d 16.00)
di Indonesia
Penggunaan huruf kapital dan tanda baca titik (.) yang benar pada kalimat di atas
terdapat pada
a. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
Keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d
16.00) di Indonesia
b. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d
16.00) di Indonesia
c. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d. Jumat, 08.00 s.d.
16.00) di Indonesia
d. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan akademik (eap) secara penuh waktu (senin s.d. jumat, 08.00 s.d.
16.00) di Indonesia
Jawaban : a

Bahasa Indonesia

29

Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI

DAFTAR PUSTAKA
1. Utami; Sintowati R, Sudiharto, Bahasa Indonesia untuk Keperawatan, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, 1998.
2. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2000
3. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 2001.
4. Utami; Sintowati R, Modul Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Jakarta, CV Kuranji
Permai, 2008.

Bahasa Indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai