BAHASA INDONESIA
2014
Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini antara lain membahas Kebijakan Bahasa Indonesia, ejaan
Bahasa Indonesia, bentuk dan pilihan kata, kalimat dan paragraf, serta
penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas.
B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mempelajari mata pelajaran ini, peserta diharapkan mampu menerapkan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia dalam koteks bekerja.
C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mempelajari dan memahami modul ini diharapkan peserta Ujian Dinas dan
Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat mempunyai sikap positif terhadap bahasa
Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah peserta mempelajari modul ini adalah :
a. memahami dan menerapkan kaidah ejaan dengan baik dan benar;
b. mengetahui dan menerapkan kaidah dalam memilih kata yang baik dan benar;
c. mengetahui dan menerapkan kaidah dalam penyusunan kalimat efektif;
d. membuat surat dinas dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
D. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 5 (lima) kegiatan belajar:
1. Kebijakan Bahasa Indonesia;
2. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan;
3. Diksi
4. Kalimat Efektif
5. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas
Bahasa Indonesia
BAB II
KEBIJAKAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
BAB III
EJAAN BAHASA INDONESIA
Penggunaan bahasa Indonesia tidak lepas dari ejaan dalam bahasa Indonesia,
hal ini berarti kita berhadapan dengan bahasa tulis, cara bagaimana menuliskan huruf,
kata dan menggunakan tanda baca. Sehingga ejaan tidak ada kaitannya dengan lafal
yang menjadi unsur terpenting dalam bahasa lisan.
Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
diresmikan pemakaiannya pada tanggaI 16 Agustus 1972 oIeh Presiden Soeharto.
PenjeIasan lebih lanjut tentang aturan ejaan itu dimuat dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat menjadi
Pedoman Umum EYD). Buku pedoman itu berisi aturan-aturan mengenai penggunaan
huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan tanda baca.
A. Penggunaan Huruf
a. Penggunaan Huruf Kapital
Peggunaan huruf kapital Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menulis ungkapan yang
berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah
Atas rahmat-Mu (bukan atas rahmatMu)
Dengan kuasa-Nya (bukan dengan kuasaNya)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata
seperti imam, makmum, doa, puasa dan misa.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Mahaputra Yamin
Haji Agus SaIim
SuItan Hasanuddin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan jika tidak diikuti nama orang.
Contoh:
H.B. Yassin juga mendapat gelar mahaputra.
Ayahnya telah menunaikan ibadah haji tahun lalu.
Sebagai seorang suItan, ia berwibawa sekaIi.
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh:
Gubernur Fauzi Bowo (jabatan yang diikuti nama orang)
Letnan KoIoneI SaIadin (pangkat yang diikuti nama orang)
Kepala Balai Besar POM di Jawa Barat (jabatan yang diikuti nama tempat)
Bahasa Indonesia
Ny.
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
per 1 Januari
Partikel per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: dua pertiga, tiga perempat
3) Partikel pun
Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Contoh: walaupun; meskipun; adapun; maupun
Partikel pun yang ditulis seteIah kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata
bilangan, dituliskan terpisah. Pun seperti itu merupakan kata utuh.
Contoh:
Hijau muda pun tidak masalah, asal hijau.
Satu pun beIum saya terima suratnya.
e. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika berhubungan dengan
ukuran (panjang, Iuas, isi, berat), satuan waktu, nilai uang, atau yang
dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, dan ruangan pada aIamat
yang bukan pada dokumen resmi. Contoh:
5 cm
35 kg
10 jam
Rp50.000,00
Jalan Rereng I
Nomor 43
2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyatakan lebih dari dua kata
dituliskan dengan angka. Contoh:
Selama seminggu calon pegawai yang mendaftar ke Badan Pengawas
Obat dan Makanan berjumlah seribu orang.
3) Bilangan dalam perincian juga dituliskan dengan angka waIaupun jika ditulis
dengan huruf hanya terdiri atas satu atau dua kata.
Contoh:
Menurut catatan, pegawai yang diterima di Badan Pengawas Obat dan
Makanan berjumlah 100 orang, 20 orang untuk Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, 30 orang untuk
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen, dan 50 orang untuk Deputi Bidang Pengawasan Produk
Terapetik dan Napza.
4) Lambang bilangan yang jika dituliskan dengan huruf terdiri atas satu atau
dua kata pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Contoh:
Lima belas orang pegawai Badan POM memperoleh piagam dari
pemerintah.
Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga lambang bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal
kalimat. Contoh:
Sebanyak 35 orang ditahan, sedangkan 5 orang diizinkan pulang.
5) Bilangan yang terdapat dalam dokumen resmi, seperti akta, kuitansi, dan
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
10
c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Contoh:
Dr.
doktor
Ir.
insinyur
S.E.
sarjana ekonomi
M.Sc.
master of science
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau Iebih hanya dipakai
satu tanda titik. Contoh:
a.n.
atas nama
u.p.
untuk perhatian
ybs.
yang bersangkutan
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
A. Badan Pengawas Obat dan Makanan
A.1. Sekretariat Utama
A.1.1. Biro Perencanaan dan Keuangan
A.1.2. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
A.1.3. Biro Kerjasama Luar Negeri
A.1.4. Biro Umum
A.2. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA
f)
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 1.35.20 (pukul 1 Iewat 35 menit 20 detik)
g) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Ia lahir pada tahun 1970 di Surabaya.
Lihat haIaman 2345 dan seterusnya.
h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di
dalam akronim yang sudah diterima oIeh masyarakat.
Contoh:
POM
Pengawas Obat dan Makanan
OT
Obat Tradisional
Sestama
Sekretaris Utama
i) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh:
cm
sentimeter
Kg
kilogram
Rp
rupiah
j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)
Bahasa Indonesia
11
k) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat
atau nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Yth. Sdr. Rani
21 Juli 2009
Jalan Tanjung 26
Jakarta
2) Penulisan Tanda Baca Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan Contoh:
Saya membeli kertas, pensil, dan buku.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dengan kalimat berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,
melainkan. Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat. Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
e) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan kata penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Contoh: Kata ibu, Saya gembira sekali.
Saya gembira sekali, kata ibu, karena kamu lulus.
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian
alamat (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Sdr. Abdullah, Jalan Tanjung 26, Jakarta
Surabaya, 23 Mei 2009
Jakarta, Indonesia
h) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Arifin, E. Zaenal. 2003. Bahasa yang Lugas dalam Laporan
Teknis. Jakarta: Akademi Pressindo.
Bahasa Indonesia
12
i)
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keIuarga atau
marga.
Contoh:
A. Paramesti, S.E.
Paramardhika, S.H., M.A.
j) Tanda koma dipakai di muka angka persepuIuhan dan di antara rupiah
dan sen dalam bilangan.
Contoh:
12,54 m
Rp10.000,00
k) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan
keterangan aposisi. (Iihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.).
Contoh: Dosen saya, Pak Ahtar, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang makan sirih.
l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat apabila petikan Iangsung tersebut berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahuIui bagian Iain dalam
kalimat itu.
Contoh: "Di mana Saudara tinggal? " tanya Karim.
3) Penulisan Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Contoh:
Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga.
b) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di
dapur; Adik menonton televisi; Saya sendiri asyik
mendengarkan lagu.
4) Penulisan Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang berikut:
kursi, meja, dan Iemari.
FakuItas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerIukan
pemerian. Contoh:
Ketua
: Rahadyan P.
Sekretaris
: A.N. Paramesti
Bendahara
: B. Hartawan
Bahasa Indonesia
13
c) Tanda titik dua tidak dipakai kaIau rangkaian atau pemerian itu
merupakan peIengkap yang mengakhiri pemyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan
Ekonomi Perusahaan.
5) Penulisan Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oIeh
pergantian baris. Contoh:
... ada cara baru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkaI baris.Contoh:
memenuh-i
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkaI baris
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris. Contoh:
... cara baru mengukur panas.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:
kemerah-merahan
tukar-menukar
d) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjeIas hubungan bagianbagian ungkapan. Bandingkan:
tiga-puluh dua-pertiga
(302/3)
tiga-puluh-dua pertiga
(32/3)
e) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikutnya yang dimuIai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c)
angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau
kata. Contoh:
se-Indonesia
se- Jawa Barat
tahun 50-an
KTP-nya
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing. Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
6) Penulisan Tanda Petik ("...")
a) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat. Contoh:
Bacalah Penulisan Kata dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
Bahasa Indonesia
14
8)
Bahasa Indonesia
15
Bahasa Indonesia
16
BAB IV
DIKSI
A. Pengertian Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Diksi adalah ketepatan pilihan kata . Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam memilih kata, terdapat dua persyaratan pokok yang harus
diperhatikan, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna serta
aspek logika kata-kata. Kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan
maksud yang ingin diungkapkan. Selanjutnya persyaratan kesesuaian menyangkut
kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan situasi dan keadaan pembaca
(aspek sosial kata-kata).
Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan tuntutan komunikasi. Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
a. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat,
Makna denotatif (denotasi) dapat diartikan sebagai makna sebenarnya, makna
yang sesuai dengan apa adanya, atau makna konseptual yaitu makna yang
sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data)
faktual dan objektif. Contoh:
wanita dan perempuan secara konseptual sama;
kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
Sedangkan makna konotatif (konotasi) berarti makna kias, bukan makna
sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat
lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna
konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Contoh :
Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi presiden.
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo
Bambang Yudhoyono tarik-menarik kursi. Kata kursi pada kalimat di atas berarti
jabatan presiden.
b. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, Contoh:
adalah, ialah, merupakan, yaitu, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
Perhatikan contoh berikut:
Pasar Contoh merupakan salah satu pilot project Program Pasar Sehat
Kementerian Kesehatan. Pasar di DKI Jakarta yang menjadi prioritas Pasar
Bahasa Indonesia
17
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Contoh adalah Pasar Johar Baru, Pasar Tebet Barat, Pasar Grogol dan Pasar
Koja Baru.
Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan
makna yang tepat dalam kamus, Contoh: modern sering diartikan secara
subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih
berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual.
Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya
secara tepat, Contoh: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya
koordinasi.
Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, Contoh: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat.
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin
umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau
perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya,
makin sedikit terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna
kata yang dipakai, pilihan kata semakin tepat.
Contoh :
Kata umum
Kata khusus
melihat
melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
berjalan
tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap
jatuh
terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerembab, terperosok, terjungkal
Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, Contoh: issu (berasal
dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia
berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus).
Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi
Contoh :
Sinonim: saya dan aku
Homofoni: syarat (tuntutan yang harus dipenuhi) dengan sarat (penuh,; berat)
Homografi: apel (buah apel), apel (upacara),
Menggunakan kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep sedangkan
kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek yang dapat
diamati. Dalam suatu tulisan biasanya penjelasan dimulai dengan kata abstrak
(konsep tertentu) dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata konkret.
Perhatikan contoh berikut:
Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN-WOMI)
merupakan satu inisiatif kegiatan dari Satgas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal, sebagai suatu gerakan nasional yang melibatkan seluruh
pihak baik instansi pemerintahan, masyarakat umum dan stakeholder
Bahasa Indonesia
18
Bahasa Indonesia
19
Latihan Soal
1. GN-WOMI berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran untuk memerangi obat
dan makanan ilegal.
Makna konotasi dari kata memerangi pada kalimat tersebut mempunyai arti
a. mengawasi
b. mengurangi
c. memberantas
d. menekan
Jawaban: c
2. Masyarakat dihimbau agar waspada dalam memilih kosmetika yang akan
digunakan.
Ragam baku yang tidak tepat pada kalimat tersebut terdapat pada kata
a. masyarakat
b. dihimbau
c. waspada
d. kosmetika
Jawaban: a
3. Hasil pengawasan Badan POM menunjukkan masih maraknya penyalahgunaan
bahan berbahaya dalam pangan, seperti formalin disalahgunakan sebagai
pengawet makanan, boraks disalahgunakan sebagai pengenyal atau perenyah
makanan, dan pewarna non pangan seperti kuning metanil, dan rhodamin B
disalahgunakan sebagai pewarna pangan.
Yang dapat dikategorikan sebagai kata abstrak pada kalimat di atas adalah
a. bahan berbahaya
b. formalin
c. boraks
d. kuning metanil
Jawaban: a
Bahasa Indonesia
20
BAB V
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan- gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut:
1). kesepadanan, yaitu memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Ciri-ciri kesepadanan adalah kalimat memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek,
predikat, objek dan keterangan.
Contoh:
(a) Jakarta, 22-24 Mei 2013, Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM)
melaksanakan Pertemuan Persiapan ISO 27001:2005. (tidak efektif)
Seharusnya:
(b) Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) melaksanakan Pertemuan
Persiapan ISO 27001:2005 pada tanggal 22-24 Mei 2013 di Jakarta.
(efektif)
Pada kalimat (a) bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013, yang digunakan dapat
membingungkan karena tidak jelas maksudnya. Dibandingkan dengan kalimat (b),
dengan merubah struktur kalimat dan menambah kata penghubung pada dan di,
maka bagian kalimat Jakarta, 22-24 Mei 2013 tersebut menjadi jelas maksudnya
untuk menerangkan waktu dan tempat.
2). kesejajaran bentuk atau keparalelan, yaitu kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat. Maksudnya adalah jika kalimat pertama menggunakan
kata kerja, kalimat kedua dan seterusnya juga menggunakan kata kerja.
Contoh:
(a) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP
Bidang Teknologi Informasi, PIOM dan ditambah dengan SOP keamanan
data dan informasi.
Seharusnya:
(b) Untuk standar keamanan data dan informasi, perlu merevisi 2 (dua) SOP
Bidang Teknologi Informasi dan menambah SOP keamanan data dan
informasi.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu merevisi dan ditambah. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu menjadi merevisi
dan menambah seperti pada kalimat (b).
3). Kehematan dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk kehematan, antara lain:
menghilangkan pengulangan subjek,
Contoh:
(a) Meskipun kosmetik bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik
mengandung atau dicampur dengan bahan obat.
Bahasa Indonesia
21
Seharusnya:
(b) Meskipun bukan termasuk obat, namun banyak dijumpai kosmetik
mengandung atau dicampur dengan bahan obat.
menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata,
Contoh:
(a) Pilihlah produk kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya.
Seharusnya:
(b) Pilihlah kosmetik yang sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya.
menghindari kesinoniman dalam satu kalimat,
Contoh:
(a) Bila timbul iritasi atau efek samping lainnya, segera hentikan penggunaan
kosmetik.
Seharusnya:
(b) Bila timbul iritasi atau efek samping, segera hentikan penggunaan kosmetik.
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
(a) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan
pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponenkomponen dalam produk tersebut.
Seharusnya:
(b) Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri, maka kemungkinan
pengguna sensitif atau alergi terhadap produk atau beberapa komponen
dalam produk tersebut.
4). Kecermatan, yaitu kalimat yang digunakan tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu). Kecermatan meliputi beberapa aspek, antara lain ketepatan dalam
struktur kalimat, pemilihan kata, serta penggunaan ejaan.
Contoh:
Terdapat delapan sarana produksi yang diaudit dalam kegiatan kali ini.
Seharusnya:
Terdapat delapan sarana produksi pangan yang diaudit dalam kegiatan kali ini.
5). Kepaduan atau koherensi, yaitu kepaduan pernyataan dalam kalimat yang
digunakan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk keterpaduan, antara lain:
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Contoh:
(a) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20 kali ini, diharapkan terjadi dialog
dan interaksi dalam menghasilkan kesepakatan yang dapat memfasilitasi
pertumbuhan industri farmasi terutama perdagangan inter dan intra wilayah
ASEAN tanpa mengesampingkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu
obat yang beredar di wilayah ASEAN.
Seharusnya:
(b) Pada pertemuan ACCSQ-PPWG ke-20, diharapkan menghasilkan
kesepakatan untuk memfasilitasi pertumbuhan industri farmasi terutama
Bahasa Indonesia
22
Bahasa Indonesia
23
BAB VI
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS
Bahasa Indonesia
24
Contoh:
Yth. Direktur Astri Budi Luhur
Jalan Cileduk Raya, Petukangan Utara
Jakarta Selatan
PT Global Sarana Komputindo
Jalan Pemuda No. 55
Medan 15320
Sumatera Utara
Bahasa Indonesia
25
Bahasa Indonesia
26
Bahasa Indonesia
27
Latihan Soal
Perhatikan surat dinas berikut ini:
Nomor
Lampiran
Perihal
: KP.03.01.243.05.13.03037
: 1 (satu) berkas
: Informasi penawaran beasiswa pemerintah Australia tahun 2014
Bahasa Indonesia
28
Latihan Soal:
1. Cara penulisan tanggal pada surat tersebut seharusnya
a. 8 mei 2013
b. 8 Mei 2013
c. tanggal 8 Mei 2013
d. Jakarta 8 Mei 2013
Jawaban : b
2. Berdasarkan jenis surat, surat tersebut dapat dikategorikan sebagai surat
a. Surat Pemberitahuan
b. Surat Undangan
c. Surat Tugas
d. Surat Permohonan
Jawaban : a
3. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka
Keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d 16.00)
di Indonesia
Penggunaan huruf kapital dan tanda baca titik (.) yang benar pada kalimat di atas
terdapat pada
a. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
Keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d
16.00) di Indonesia
b. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan Akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d Jumat, 08.00 s.d
16.00) di Indonesia
c. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan akademik (EAP) secara penuh waktu (Senin s.d. Jumat, 08.00 s.d.
16.00) di Indonesia
d. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk
keperluan akademik (eap) secara penuh waktu (senin s.d. jumat, 08.00 s.d.
16.00) di Indonesia
Jawaban : a
Bahasa Indonesia
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami; Sintowati R, Sudiharto, Bahasa Indonesia untuk Keperawatan, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, 1998.
2. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2000
3. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 2001.
4. Utami; Sintowati R, Modul Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Jakarta, CV Kuranji
Permai, 2008.
Bahasa Indonesia
30