Anda di halaman 1dari 10

Nama: Fathahitul Firda Syarifah

Nim: PO7124323021
Tk: 1A
Mk: B. Indonesia

Sejarah Umum Bahasa Indonesia

Pengertian bahasa
 Alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain
 Alat Ekspresi Jiwa
 Alat Komunikasi
 Alat beradaptasi
 Alat kontrol sosial

Asal usul bahasa indonesia


 Bahasa Indonesia barasal dari Bahasa Melayu
 Kongres Bahasa Indonesia
 Perubahan Ejaan yang ada di Indonesia

Perubahan Ejaan di Indonesia


1.Ejaan Van Opuysen(1902-1947)
2.Ejaan Suwandi/Republik(1947-1972)
3.EYD(1972-2015)
4.PUEBI(2015-sekarang)

Ejaan Van Opuysen Ejaan Soewandi EYD


Oe U U
J J Y
Tj Tj C
Dj Dj J
Nj Nj Ny
. . .

Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa Indenesia Sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara


Sebagai Bahasa Nasional
 Lambang kebanggaan nasional
 Lambang jati diri(identitas nasional)
 Alat pemersatu berbagai aneka ragam bahasa dan budaya
 Alat perhubungan antar budaya dan daerah
Sebagai bahasa negara
 Bahasa resmi negara
 Bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan
 Bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional
 Bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi
Kakuatan Hukum Bahasa Indonesia
 Pada tahun 1928 bahasa Melayu ditrtapkan sebagai bahasa nasional.
 Pada tahun 1945 secara konstitusional bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa
negara dan tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36.
 Ketetapan MPRS tahun 1966 yaitu Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu yang ampuh
 Ketetapan MPR No. 983 Tahun 1978 yaitu Pendidikan dan pengajaran bahasa
Indonesia perlu makin ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup semua lembaga
pendidikan dan menjangkau masyarakat luas
 Ketetapan MPR tahun 1983 yaitu Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaannya secara baik dan benar.
 GBHN Bab 21 tahun 1988 yaitu Usaha pembinaan bahasa Indonesia akan
ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan informal

Ragam Bahasa

Pengertian ragam bahasa


Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Secara um, ragam
bahasa adalah variasi bahasa atau tuntutan pemakaian yang berbeda-beda menurut
tempat,topik penutur,saran/medium pembicaraan I, dan sebagainya.

Macam macam Ragam Bahasa


1. Ragam bahasa berdasarkan situasi
2. Ragam bahasa berdasarkan media pengungkapan
3. Ragam bahasa berdasarkan penutur

1. Ragam bahasa berdasarkan situasi

A. Ragam bahasa baku


Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi
resmi/formal baik liasan maupun tulis yang pada umumnya mengacu pada bahasa orang
terdidik/terpelajar.

Bahasa baku dipakai untuk:


1. Komunikasi resmi, misalnya surat resmi atau dinas, pengunguman resmi dan perundang
undangan
2. Wacana teknik, misalnya laporan penelitian, makalah, buku keilmuan, tesis dan disertasi
3. Pembicaraan dimuka umum, misalnya memberi pelajaran, perkuliahan, pidato, dan
sebagainya
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, guru atau dosen, dan
orang yang baru dikenal
B. Ragam bahasa tidak baku
Ragam informal adalah ragam bahasa non baku/ tidak baku. Ragam ini hanya layak untuk
digunakan dalam situasi yang tidak resmi atau situasi pergaulan.

Ragam informal ditandai oleh beberapa aspek, antara lain:


1. Kosa kata menggunakan kata kata pergaulan, misalnya bikin, lo, gua, ente, cewek, cowok,
kagak, kenapa, bilang dan sebagainya
2. Morfologi/ bentuk kata menggunakan non baku, misalnya dibohongin, biarin, ngirim,
nyerang, nulis, ngetik, nabung, ngipasin, mikirin, ngasih dan sebagainya
3. Sintaksis/tata kalimat menggunakan struktur nonbaku, misalnya saya punya istri, kami
akan bayar, dibaca oleh saya, sudah pada datang, para hadirin, saling pukul memukul, dan
lain lain

Ragam bahasa berdasarkan media pengungkapan

A. Ragam bahasa tulis


Bahasa tulis cenderung lebih hemat, dan fungsi fungsi gramatikal/tata bahasa lebih eksplisit.

Ciri ciri ragam bahasa tulis :


1. Tidak memerlukan orang kedua/teman berbicara
2. Tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta waktu
3. Berlangsung lambat
4. Harus memperhatikan unsur gramatikal
5. Selalu memakai alat bantu

Kelebihan ragam bahasa tulis:


1. Sarana memperkaya kosa kata
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya
3. Informasi bisa dipilih

B. Ragam bahasa lisan


Bahasa lisan memiliki intonasi lengkap, yang tidak seluruhnya dapat disampaikan dalam
bahasa tulis. pengertian/makna kata dan kalimat dibantu oleh situasi, ekspresi dan gerak
ataupun isyarat Disamping itu, dalam bahasa lisan

Ciri ciri ragam bahasa lisan :


1. Dipengaruhi tinggi rendahnya suara
2. Memerlukan orang kedua/teman bicara
3. Berlangsung cepat
4. Dapat dibantu dengan gerak tubuh

Kelebihan bahasa lisan: 1. Efisien


2. Faktor kejelasan
3. Faktor kecepatan

3. Ragam bahasa berdasarkan penutur

A. Ragam bahasa daerah


Variasi menurut daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Bahasa indonesia orang
Tapanuli, Bali, Jakarta, dan Jawa, masing masing memiliki ciri khas yang berbeda beda

Ciri ciri:
1. Tekanan
2. Turun naiknya nada
3. Panjang pendeknya bunyi bahasa yang membangun aksen yang berbeda-beda

B. Ragam bahasa pendidikan penutur Variasi menurut pendidikan penutur, dapat kita
bedakan antara ragam orang berpendidikan dan tidak berpendidikan.

C. Ragam bahasa penutur Variasi menurut sikap penutur (disebut langgam atau gaya), dapat
kita bedakan antara ragam resmi, adab/sopan, akrab, ataupun yang santai.

PENULISAN HURUF DAN KATA

Penulisan Huruf Kapital


- Huruf Kapital dipakai dalam kalimat yang berupa petikan langsung
-Huruf capital dipakai sebgai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-
hal keagamaan.
- Huruf kapital digunakan dalam nama gelar (Kehormatan, keturunan, agama), jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang. - Huruf kapital digunakan pada nama bangsa, suku, dan
bahasa
- Huruf kapital digunakan dalam penilisan nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
- Huruf kapital digunakan pada nama khas geografi

Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital digunakan dalam nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan
- Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan
- Huruf kapital dipakai ssebgai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan.

Penulisan Huruf Miring


Huruf mining dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan.
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata.
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah, ungkapan
bahasa asing atau bahasa daerah

Penulisan Kata
Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan,
imbuhan(awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.
- Kata ulang pada tulisan resmi ditulis secara lengkap dengan menggunakan

tanda hubung
- Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian-bagiannya ditulis
terpisah.
- Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
- Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung
arti penuh, hanya muncl dalam kombinasi, haruslah ditulis serangkai dengan unsur lainnya.

Penulisan Kata
- Penulisan kata ku, kau, mu, dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
- Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa
kata yang sudah padu benar. Seperti kata kepada dan daripada.

- Partikel pun dipisahkan ar katan yang mendahuluinya karena pun sudah hamper seperti kata
lepas.
- Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi' atau 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendampinginya
- Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat dan digunakan juga menomori karangan atau bagian-bagian karangan.
- Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan menggunakan angka romawi, tanda
hubung (-).
- Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambing dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
pemaparan.
- Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf jika perlu susunan kalimat
diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak berada diawal
kalimat.
- Kecuali dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan
angka dan huruf sekaligus

PEMAKAIAN TANDA BACA

a. Tanda titik
Penggunaan tanda titik (.)

- Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah
bertanda titik. Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Soemitro, M.A. Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:
1.2. Isi Karangan

- Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu. Keterangan waktu dalam sistem 12 dapat dilengkapi
dengan keterangan pagi, siang, atau malam. Sedangkan pada sistem 24 tidak
memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 30 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik)

- Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustras,
tabel, dan sebagainya. Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan
alamat penerima surat,
(b) nama dan alamat pengirim surat, dan
(c) di belakang tanggal surat. Pemakaian tanda titik pada nilai desimal
diletakkan secara khusus

B. Tanda Koma

1.Penggunaan tanda koma ()


Contoh: Data dianalisis dengan teknik korelasi, anova, dan regresi ganda.
2.Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perinsian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
3.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya
Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang.
4.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata- kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, dik,
atau mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: Wah, bukan main!
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali"
6. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam tanda seru. kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau
Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d)nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Candi 2, Bogor Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10
Mei 1960 Tokyo, Jepang.
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar staka.
Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.Jilid 1. Jakarta:
Restu Agung.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam Catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya: Alisjahbana, S. Takdirata Bahasa Barahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka rakyat, 1950), hlm 25

D. Tanda Titik Dua

1. Penggunaan tanda titik dua ()


Tidak Baku
Ada beberapa bagian antara lain:
2. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemeriaan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, lemari, dan meja.
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya

4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sebuah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu: "Bawa koper ini, Nak!"
Amir: "Baik, Bu"

5. Tanda titik dua dipakai di anta atau nomor dan haanian, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.

E. Tanda Hubung

1. Tanda hubung menyambung kata-kata yang terpisah oleh pergantian baris.


Misalnya: Disamping cara lama diterapkan juga cara baru... Sebagaimana kata
peribahasa, tak ada gading yang tak retak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya
atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya: Kini ada cara baru untuk mengukur panas.

3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:Anak-anak,Berulang-ulang

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:


a. se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
b. k-dengan angka
c. angka dengan an-
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
F. gabungan kata yang merupakan kesatuan

5. Tanda hubung dipakai untuk merangai unsur bahasa Indonesia derigan unsur
bahasa asing.
Misalnya: di-smash
di-mark-up

G. Tanda Tanya

1. Penggunaan Tanda Tanya (?)


Tidak Baku
Benarkah hal itu?
Apa yang akan terjadi?

Baku
Benarkah hal itu?
Apa yang akan terjadi?

2. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.


Misalnya:
Kapan dia berangkat?

3. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?)
H. Tanda Seru

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapann atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini! Penggunaan Tanda seru (!)
Tidak Baku
Hal itu tidak benar !
Baku
Hal itu tidak benar!

i. Tanda Petik

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan "Bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia"

Tanda petik di pakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

J. Tanda Kurung

- Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


Misalnya: Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi)

- Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal
di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain
(a). Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci
urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah
(a) bahan baku,
(b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.

Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan


(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai