Anda di halaman 1dari 11

MENUNGGUMU DI AL-AKBAR

Berkisah tentang sepasang insan yang saling mencintai. Namun kisah mereka harus kandas di
tengah jalan karena salah satu dari mereka telah dijodohkan oleh ibunya. sebut saja Fahmi. Dia adalah
kekasih dari Kirna. Kirana adalah seorang kekasih yang selalu setia rela menunggu kedatangan
kekasihnya meskipun bertahun-tahun lama bekerja di Jakarta.

Pada suatu malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap megahnya mesjid Al-Akbar
disertai suasana hujan-hujan kecil. Tiba-tiba ia teringat sebuah janji bersama seorang pria yang
diidamkannya dia bernama Mas Fahmi. Lalu keesokan harinya mereka bertemu.

Mas Fahmi : “Ran, aku jadi pergi besok.”

Kirana : “Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?”

Mas Fahmi : “Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang
sangat membutuhkannya.”

Kirana : “Ya, kalau itu memang sudah jadi pilihan Mas Fahmi, jalani saja. Ran pasti akan selalu
doakan di sini.”

Mas Fahmi : “Makasih ya Ran. Nanti kalau Mas sudah sukses, Mas mau kasih hadiah buat Ran.”

Kirana : “Hem? Hadiah? Kenapa gak sekarang saja? kenapa harus tunggu sukses dulu? Emang
hadiahnya mahal?”

Mas Fahmi :“Iya, bahkan.. tidak ternilai harganya?”

Kirana : “Apa?” (Fahmi kembali memandang kirana sambil tersenyum).

Mas Fahmi : “Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci antara dua
insan.”

(kirana tersenyum malu. Jantungnya berdegup cepat, wajahnya memerah.)

Kirana : “InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di
Masjid Al Akbar.”

Sejak pertemuan itu kirana dan Mas Fahmi tidak pernah bertemu lagi. Satu tahun, dua tahun, tidak
terasa sudah hampir empat tahun berlalalu.

Selama itu, hanya dunia maya penghubung antara mereka. Sudah tiga tahun terakhir ia jarang
pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling lama dua hari saja. Terakhir ia
pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelpon Kirana dan minta maaf padanya sebab
tidak sempat menemuinya karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
Semakin lama… Kirana semakin merasa kehilangan dirinya. Ada perasaan yang tidak enak mungkin
karena terlalu cemas. Tiba-tiba Kirana teringat sebuah e-mail, dia membukanya namun tidak ada kabar
dari Fahmi, beberapa kali ia membukanya bahkan sampai ke sepuluh kali, akhirnya ada kiriman yang
datang dan itu dari Mas Fahmi.

Kirana : “Subhanallah!!!” (Kirana terbelalak hampir saja ia melompat kegirangan. Tiba-tiba ia


melihat ada nama Fahmi di daftar inboxnya). Ya Allah, akhirnya..

Mas Fahmi : “Salamu’alaikum wr.wb. Kirana.. Mas minta maaf karena baru bisa balas e-mail kamu.
Mas juga minta maaf karena tidak pernah menghubungi Ran lagi. Alhamdulillah, keadaan Mas baik-baik
aja. Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa kan? di Taman
Flora dekat kampusmu, jamnya kamu yang tentukan saja. Mas tunggu balasannya.

Kirana : Wassalamu’alaikum”

(Jantung Kirana berdebar-debar berbagai prasangka berkecamuk dalam dada.)


“wa’alaikumsalam. Iya Mas, tidak apa-apa. Ran mengerti kalau mas sibuk sekali. Alhamdulillah,
keadaan Mas Fahmi baik-baik saja. Ran sempat khawatir terjadi apa-apa sama Mas Fahmi. Ya sudah,
besok kita ketemu jam 10 ya.” (Keesokan harinya Kirana dan Mas Fahmi bertemu di suatu tempat yang
dijanjikannya. Namun setelah Mas Fahmi datang, ia terdiam menatap Kirana, agak lama. Terlihat ada
mendung yang menutupi matanya yang teduh).

Kirana : “Ada apa Mas? Katanya ada yang mau disampaikan sama Ran?”

Mas Fahmi : “Ehmm… Iya Ran.. Sebelumnya, Mas minta maaf. Mas mau Ran mendengarkan Mas
cerita sampai selesai ya. Setelah itu terserah apa yang mau Ran lakukan ke mas Fahmi.”

Kirana : “Silahkan, Ran dengerin kok.”

Mas Fahmi : “Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat menikah agar Ibu bisa
melihat Mas di pelaminan.”(Deg! Sejenak kirana merasa tersentak mendengar hal itu jantungnya serasa
berhenti berdetak). “Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu. (Swiinggg!!
Rasanya ribuan bunga mekar seketika di dalam hatiku).

Kirana : “Eeh, lalu?” (Kirana mulai tidak sabar.)

“Tapi…”

“Tapi…?”

Mas Fahmi : (Mas Fahmi terdiam lagi. kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak.
Lalu menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya). “T..tter.. ternyata… Ibu
telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.” (Katanya lirih dan
terbata-bata).
“Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau Mas
sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu
malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit,
bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak satu-
satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas
telah bertunangan dengan gadis itu.”

Kirana : (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi membendung air matanya yang mulai meluap dan
tumpah.) “Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak.)

Mas Fahmi : “Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas
takut melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.”

Kirana : (Kiran berusaha membendung air mataku walau tak berhasil “Sss.. Sudahlah Mas..
Aku….”

Mas Fahmi : “Maafin Mas ya Ran.”

(Kirana tidak bisa berkata lebih banyak lagi, semakin dia melihatnya semakin dia ingin menjerit. Ulu
hatinya bagai tertusuk-tusuk pedang tajam. Merasa sakit! dia segera berdiri dari tempat duduk Mas
Fahmi dan ingin segera pergi).

Mas Fahmi : “Ran mau kemana?”

Kirana : “Ran mau pulang Mas. Wassalamu’alaikum.”

Mas Fahmi : “Kirana…”

Tiba-tiba Kirana pun pergi sambil menangis menuju rumahnya. Sesampai di rumah ia seolah tidak
percaya dengan perkataan Fahmi. Betapa tidak seorang laki-laki yang selama ini ia impikan untuk jadi
imam dalam hidupnya kini harus bersama orang lain.

Kirana : (Sambil menangis penuh dengan rasa kesal dan kecewa) Hancur sudah semua harapan
bahagiaku. Cuma dia laki-laki yang aku cintai dan aku impikan tuk jadi imamku. Selama dalam masa
penantianku. Menanti janji manisnya untuk kami wujudkan berdua. Tapi apa balasan atas kesetiaanku?
Kenapa harus berakhir seperti ini Ya Allah. Apa salah hamba? Salahkah semua kesetiaan ini? Salahkah
hamba mencintainya? salahkah hamba mengharapkannya? Salahkah hamba menginginkan ia tuk jadi
pendamping hamba di kemudian hari?

Hidupku bagai tak berharga lagi, kemanapun aku pergi bayangan tentangnya selalu mengikuti.
Tidak ada lagi semangat dalam hidupku. Aku bagai bunga yang kering menunggu mati.

Tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku kira hari itu akan jadi hari bahagiaku karena ia pasti kan hadir dan
memberiku selamat, lalu akan ku kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku.
Namun itu semua tinggallah mimpi yang kini telah musnah jadi asap. (Tiba-tiba mamanya datang dan
meyakinkan Kirana)
Mama Kirana : Sudahlah nak, mama tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah
mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu.

Kirana : Kok mama bisa tahu kalau Kirana lagi sedih?

Mama Kirana : “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah selalu punya
rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama
Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan
lupa jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih
mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”

Kirana : Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa melanjutkan hidupku. (Kirana pun mulai tenang
dalam belaian hangat mamanya).

Akhirnya setahun sudah waktu berlalu. Semakin menapaki hari, semakin tahu bahwa tidak sepantasnya
Kirana menyesali apa yang terjadi. Walaupun sampai saat ini, Kirana masih belum bisa sepenuhnya
melupakan Fahmi. Sulit memang melupakan orang yang sangat dicintainya. Tapi Kirana percaya, sesuatu
yang sulit bukan berarti tidak bisa untuk dilakukan.

Tak disangka ada kejutan istimewa untuk kirana, papanya mengenalkan dia dengan seorang pemuda
yang baik, santun dan InsyaAllah punya pemahaman agama yang lumayan baik. Saat Pemuda itu datang
melamarnya, tidak ada alasan bagi Kirana untuk menolaknya, karena ia sama-sama menyukainya.

Mas Alfath : “Dik Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana?” (tanya Mas Alfath saat
rapat keluarga untuk mempersiapkan hari pernikahannya).

Kirana : “Di Masjid Al Akbar.” (jawab sambil tersenyum).

Akhirnya mereka menikah dengan Mas Alfah di mesjid Al akbar. Sekarang Mas Alfath adalah masa
depannya. Kepada suaminya Kirana akan mengabdikan diri sebagai seorang istri sholehah. Kepadanya ia
semaikan kesetiaan cinta karena Allah yang tidak akan pudar.

Tak lama kemudian, sesosok wajah yang dinantikan hadir bersama seorang wanita cantik yang
memeluk dengan penuh kasih sayang seorang bayi mungil di gendongannya. Ternyata Mas Fahmi.
Kirana tersenyum, dia pun tersenyum. Nampak ada raut kebanggaan di wajahnya yang seolah berkata.
“Semoga kamu bahagia selamanya.”

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NASKAH DRAMA DARI


CERPEN “KU MENUNGGUMU DI AL-AKBAR”
A. UNSUR INTRINSIK
1. Alur/ Plot

Dalam naskah drama yang diambil dari cerpen berjudul Ku Menunggu di Al-Akbar maka akan terlihat
bahwa alur atau plot yang digunakan adalah alur maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan meneliti kejadian
demi kejadian yang semuanya disusun secara sistematis, mulai dari pelukisan awal cerita menuju ke
konflik, klimaks dan akhirnya penyelesaian.

a. Unsur-Unsur Alur

- Suspen/ Ketegangan: tidak ada

- Surprise/ Dadakan:

Surprise/ dadakan terjadi ketika Mas Fahmi mengatakan Kepada Kirana. Berikut kutipannya: “T..tter..
ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.” (Katanya
lirih dan terbata-bata). “Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha
menjelaskan pada Ibu, kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu.
Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke.
Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya
semangat hidup lagi karena anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega
Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”

Kirana : (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi membendung air matanya yang mulai meluap dan tumpah).
“Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak.)

- Dramatik Ironi:

Dramatik ironi terjadi ketika kirana bersedih, berikut kutipannya: “Tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku
kira hari itu akan jadi hari bahagiaku karena ia pasti akan hadir dan memberiku selamat, lalu akan ku
kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu semua tinggallah
mimpi yang kini telah musnah jadi asap”.

b. Tahapan Alur

- Pelukisan awal cerita/Perkenalan, ditunjukan pada saat sinopsis cerita. Disana dilukiskan bahwa ada
sepasang kekasih yang saling mencintai, namun kisah mereka tidak pernah bersatu disebabkan karena
salah satu dari mereka telah dijodohkan oleh ibunya. Perjodohan itu dialami oleh Fahmi. Berikut
kutipannya; “Berkisah tentang sepasang insan yang saling mencintai. Namun kisah mereka harus kandas
di tengah jalan karena salah satu dari mereka telah dijodohkan oleh ibunya. sebut saja Fahmi. Dia
adalah kekasih dari Kirana. Kirana adalah seorang kekasih yang selalu setia rela menunggu kedatangan
kekasihnya meskipun bertahun-tahun lama bekerja di Jakarta.

- Konflikasi/Penggawatan, ditunjukan pada saat Mas Fahmi memberi pengharapan bahwa mereka akan
bertemu di Mesjid Al-Akbar setelah pulang bekerja dari Jakarta, namun setelah menunggu bertahun-
tahun tidak kunjung datang. Sehingga tidak ada kepastian untuk bertemu. Akhirnya Kirana merasa
cemas karena tidak ada kepastian dari Mas Fahmi yang menunggu kapan akan pulang. Ia menunggu
selama bertahun-tahun tapi tetap saja tidak ada kabar, sampai suatu saat Mas Fahmi memberi kabar
hanya lewat e-mail saja. Berikut kutipannya; “Mas Fahmi: “Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti
dalam sebuah pertemuan suci antara dua insan.”

Kirana: “InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al
Akbar.”

Sejak pertemuan itu Kirana dan Mas Fahmi tidak pernah bertemu lagi. Satu tahun, dua tahun, tidak
terasa sudah hampir empat tahun berlalalu. Selama itu, hanya dunia maya penghubung antara mereka.

Sudah tiga tahun terakhir ia jarang pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling
lama dua hari saja. Terakhir ia pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelpon Kirana
dan minta maaf padanya sebab tidak sempat menemuinya karena ia harus buru-buru kembali ke
Jakarta.

Semakin lama, Kirana semakin merasa kehilangan dirinya. Ada perasaan yang tidak enak mungkin
karena terlalu cemas. Tiba-tiba kirana teringat sebuah e-mail, dia membukanya, namun tidak ada kabar
dari Fahmi, beberapa kali ia membukanya bahkan sampai ke sepuluh kali, akhirnya ada kiriman yang
datang dan itu dari Mas Fahmi.

- Klimak / Titik Puncak Cerita, terjadi pada saat Mas Fahmi bertemu dengan

Kirana setelah beberapa tahun tidak pulang dan saat itu Mas Fahmi menceritakan yang sebenarnya
terkait keinginan dan kondisi ibunya yang sedang sakit. Tiba-tiba Kirana tersentak mendengar cerita itu,
isinya menceritakan seorang gadis yang dijodohkan oleh ibunya lalu ia bertunangan dengan gadis itu
seminggu yang lalu. Betapa tidak Kirana merasa tersentak ketika mendengarnya seolah-olah ia tidak
percaya tetapi ini kenyataan yang harus diterima oleh Kirana. Kirana bersedih dan pulang ke rumahnya.

Berikut kutipannya; “Mas Fahmi: “Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat
menikah agar Ibu bisa melihat Mas di pelaminan.”

(Deg! Sejenak kirana merasa tersentak mendengar hal itu jantungnya serasa berhenti berdetak).

“Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu.”

Kirana : “Eeh, lalu?” (Kirana mulai tidak sabar.) “Tapi…” “Tapi…?”

Mas Fahmi : (Mas Fahmi terdiam lagi, kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak.
Lalu menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).

“T..tter.. ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.”
(Katanya lirih dan terbata-bata).

“Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau Mas
sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu
malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit,
bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak satu-
satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas
telah bertunangan dengan gadis itu.”

Kirana: (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi membendung air matanya yang mulai meluap dan tumpah).

“Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak)

Mas Fahmi: “Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas takut
melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.”

- Resolusi/penyelesaian, tahap ini terjadi ketika Mama Kirana menghampiri Kirana saat Kirana
sedang meratapi kesedihannya untuk memberikan nasihat agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan
karena semua kejadian itu pasti akan ada hikmahnya sehingga pada akhirnya Kirana pun mulai
menerimanya. berikut kutipannya; “Mama Kirana: Sudahlah nak, mama tahu kamu sedang bersedih,
Kamu harus yakin bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas
Fahmi untukku.

Kirana : Kok mama bisa tahu kalau Kirana lagi sedih?

Mama Kirana: “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah selalu punya
rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama
Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan
lupa jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih
mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”

Kirana : Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa melanjutkan hidupku. (Kirana pun mulai tenang dalam
belaian hangat mamanya).

- Konklusi/keputusan, tahap ini terjadi ketika Kirana menyadari bahwa ia tidak perlu bersedih lagi
karena tidak ada gunanya. Maka setelah setahun berlalu tidak disangka ada kejutan istimewa untuk
Kirana, papanya mengenalkan dia dengan seorang pemuda yang baik, santun dan InsyaAllah punya
pemahaman agama yang lumayan baik. Saat Pemuda itu datang melamarnya, tidak ada alasan bagi
Kirana untuk menolaknya, karena ia sama-sama menyukainya. Berikut kutipannya; “Mas Alfath: “Dik
Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana? ”(tanya Mas Alfath saat rapat keluarga untuk
mempersiapkan hari pernikahannya).

Kirana : “Di Masjid Al Akbar.” (jawab sambil tersenyum).

2. PENOKOHAN DAN PERWATAKAN

a. Penokohan

- Tokoh Protogonis:
Mas Fahmi

Kirana

- Tokoh Antagonis:

Ibunya Fahmi

Mamanya Kirana

- Tokoh Tritagonis:

Mas Alfah

- Tokoh Peran Pembantu:

Bapaknya Kirana

Ibunya Fahmi

b. Perwatakan

Mas Fahmi wataknya baik

Kirana wataknya baik dan penyabar

Ibunya Fahmi wataknya egois

Mamanya Kirana wataknya baik dan penyayang

Mas Alfah wataknya baik

Bapaknya Kirana wataknya baik

3. TEMA

Tema yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul Ku Menunggu di Al-Akbar ini, bertemakan cinta
sepasang kekasih yang saling mencintai namun keduanya tidak bersatu karena terhalang oleh
perjodohan dari salah satu orang tuanya.

- Kesetiaan

- Perjodohan

4. LATAR/ SETTING

- Latar Ruang:

Di dalam ruangan = di rumah dan di kamar


Di luar ruangan = di Taman Flora

- Latar tempat:

Masjid Al Akbar, kutipannya; ” Kirana: “InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku
akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”

Kamar, kutipannya; “Pada suatu malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap
megahnya mesjid Al-Akbar disertai suasana hujan-hujan kecil.

Taman Flora, kutipannya; “Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan.
Bisa kan? di Taman Flora dekat kampusmu, jamnya kamu yang tentukan saja. Mas tunggu balasannya.

- Latar waktu:

Malam hari, kutipannya; “Pada suatu malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap
megahnya mesjid Al-Akbar disertai suasana hujan-hujan kecil. Tiba-tiba ia teringat sebuah janji bersama
seorang pria yang diidamkannya dia bernama Mas Fahmi. Lalu keesokan harinya mereka bertemu”.

Jam 10, kutipannya. “Ran sempat khawatir terjadi apa-apa sama Mas Fahmi. Ya sudah, besok kita
ketemu jam 10 ya.”

5. AMANAT

Amanat yang disampaikan dalam naskah drama Ku Menunggu di Al-Akbar ini adalah;

- Kita harus meyakini bahwa masalah jodoh adalah urusan Allah, jika belum jodohnya maka Allah
akan mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari sebelumnya.

Kutipannya; Mamanya Kirana; “Sudahlah nak, Mama tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin
bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu.

- Jangan patah semangat ketika menemukan suatu kondisi yang sulit atau menyedihkan.

Kutipannya; “Mama Kirana: “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah
selalu punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya.
Percaya sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu.

- Jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih
mulia.

Kutipanya; “Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti
Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”

B. UNSUR EKSTRINSIK

1. PENGARANG
Dalam naskah drama Ku Menunggu di Al-Akbar ini pengarang mengangkat cerita berdasarkan realita
yang biasa terjadi di masyarakat. Kepekaan pengarang dalam mengangkat cerita ini mungkin sudah
berdasarkan analisis serta pengetahuan/keilmuan pengarang bahwa kehidupan manusia/ seseorang bisa
saja mengandung banyak cerita kepedihan, kesedihan, kecewa bahkan juga kesenangan. Kali ini
pengarang menyampaikan imajinasinya mengenai cerita pendek yang dirubah ke dalam naskah drama,
bahwa setiap manusia akan dihadapkan beberapa masalah yang seringkali terjadi tanpa di duga-duga.
Seperti halnya dalam kutipan naskah drama ini:

“Mas Fahmi : (Mas Fahmi terdiam lagi, kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu
menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).

“T..tter.. ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.”
(Katanya lirih dan terbata-bata).

“Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau Mas
sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu
malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit,
bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak satu-
satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas
telah bertunangan dengan gadis itu.”

Kesimpulannya; Bahwa Mas Fahmi ini adalah seorang yang mempunyai keinginan untuk menikah
dengan seseorang yang dicintainya yaitu Kirana. Tetapi takdir berkata lain bahwa ia tidak akan bisa
menikah dengan gadis pilihannya, sebab melihat kondisi ibunya yang sedang sakit serta keinginan keras
dari sang ibu untuk tetap memaksa Mas Fahmi menikah dengan gadis pilihan ibunya.

Jika hal itu terjadi pada kehidupan kita tentu kita akan sulit untuk menerimanya tetapi itu adalah
sebuah pilihan. Jika kita harus menuruti apa yang kita inginkan ibunya akan bertambah parah bahkan
tidak akan tertolong lagi.

2. Realitas Objektif/ Kenyataan Semesta

Dalam drama “Ku Menunggu di Al-Akbar” ini pengarang tidak mencantumkan aspek politik, aspek
norma-norma, ideologi, konvensi budaya, tetapi hanya mencantumkan Tata nilai, konvensi sastra dan
konvensi Bahasa.

- Tata Nilai

Nilai agama,

Nilai agama yang disampaikan dalam naskah ini yaitu dalam kutipan berikut:

“Mama Kirana : Sudahlah nak, mama tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah
mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu”.
Mama Kirana : “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah selalu punya
rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama
Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan
lupa jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih
mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”

Kesimpulannya: nilai agama yang dapat dipetik dalam naskah ini bahwa:

o Yakin kepada Allah bahwa Allah akan memberikan jodoh yang terbaik bagi orang yang baik.

o Allah selalu punya rencana istimewa buat hamba-hamba-Nya yang istimewa.

o jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti Allah sayang sama kita karena Allah ingin kita jadi lebih
mulia.

o Kita harus sabar dan ikhlas ketika mendapatkan ujian dari Allah.”

- Nilai sosial

Nilai sosial dalam naskah drama ini, bahwa setiap orang akan membutuhkan pekerjaan untuk bekal
hidupnya. seperti yang dialami Mas Fahmi dalam naskah ini bahwa Mas Fahmi akan bekerja ke Jakarta
selama beberapa tahun.

Berikut kutipanya:

“Mas Fahmi: “Ran, aku jadi pergi besok.”

Kirana : “Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?”

Mas Fahmi : “Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang
sangat membutuhkannya.”

Selain itu nilai sosial yang terkadung dalam naskah drama ini yaitu manusia akan mempertemukan
jodohnya masing-masing serta akan hidup berkeluarga. Bertemunya dua keluarga tentunya akan
menambah generasi serta banyak saudara. Seperti yang dialami oleh Kirana dan Mas Fahmi. Akhirnya
kedua insan ini menemukan jodohnya masing-masing, Mas Fahmi menikah dengan perempuan yang
dijodohkan ibunya sedangkan Kirana menikah dengan Mas Alfah.

- Konvensi Bahasa

Penyampaian bahasa dalam naskah drama Ku Menunggu di Al-Akbar sangat sederhana karena kata-
katanya mudah dimengerti dan tidak terlalu berbelit-belit sehingga tidak menyulit pembaca untuk
menapsirkan naskah drama yang disampaikan pengarang.

Anda mungkin juga menyukai