Anda di halaman 1dari 3

B.

SASARAN AKHLAK

Akhlak juga mempunyai sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-aspek sasaran akhlak
yakni :

1. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Illah (Tuhan, yang didahulukan) selain
Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas semua sifat-sifat terpuji-Nya, tidak ada
satupun yang dapat menandingi ke-Esaan-Nya, jangankan manusia, malaikatpun tidak ada yang
menjangkau hakikat-Nya.

Malaikatpun berucap : “Maha Suci Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu memuji-Mu, Pujian atas-Mu,
adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati semua bahwa semua makhluk menyucikan-Nya
dari segala kekurangan dan menyertakan pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an
mengajarkan kita untuk menyucikan-Nya juga memerintahkan kepada kita semua untuk berserah diri
kepada Allah karena segala yang bersumber dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak ada
kekurangan sedikitpun.

Di sini saya akan menyampaikan beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kepada
Allah, yakni :

1) Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu
kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)

2) Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba
Allah yang terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).

3) Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).

4) Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).

5) Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra'
[17]: 44).

6) (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai
wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)

7) Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).

8) Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu
dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).

9) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan
bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).
Sudah jelas digambarkan bahwa begitu mulianya dzat Allah, oleh karena itu kita sebagai umat-Nya
adalah keharusan untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya juga kesadaran
bahwa petunjuk jalan kebaikan adalah bersumber dari Allah.

2. Akhlak kepada Orang Tua

Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan
oleh ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya di
akhirat akan tetapi di dunia juga.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:

a. patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali yang bertentangan dengan perintah Allah

b. ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya

c. lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan

d. merendahkan diri di hadapannya

e. berterima kasih

f. berdoa untuk mereka.

Anak wajib patuh kepada kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik untuk menyekutukan
Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya, ibunya
telah mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersyukurlah kepadaKu, dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah engkau kembali,
dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku suatu yang tidak ada pengetahuan
dengan itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah kepadanya di dunia dengan baik.
(QS. Lukman : 23).

Begitu pentingnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini setelah perintah
manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik kepada orang tua berada di bawah satu
tingkat setelah perintah tauhid (monoteisme).

3. Akhlak kepada Sesama Manusia

Beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama manusia sebagaimana
berikut :

1) Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).
2) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).

3) Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka
buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan
sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).

4) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri, dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu adalah suara keledai (QS. Luqman : 31-18)

Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama
lain hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata yang lembut dan tidak menyakiti seperti
sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki harga diri, berkata benar, lemah lembut, juga seorang
muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-qur’an.

4. Akhlak kepada Lingkungan

Arti dari lingkungan disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ini berarti manusia harus bisa
menjaga, mengayomi, memelihara serta membimbing agar setiap makhluk tercapai tujuan atas
penciptaanya. Sebagaimana contoh islam tidak membenarkan mengambil buah yang belum masak,
memetik bunga yang belum mekar, karena hal ini tidak memberi kesempatan makhluk hidup untuk
mencapai tujuan penciptaanya. Dalam hal ini manusia harus dituntut untuk menjaga kelangsungan
lingkungan kita dan tidak melakukan kerusakan karena setiap perusakan terhadap lingkungan harus
dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Sebagaimana ayat al-Qu’an menjelaskan :

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan
yang benar” (QS. Ar-Rum : 41)

alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala
sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh
diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa
ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan
kaidah kebenaran dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai