Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau peragai.
Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan
tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.
AKHLAK
Pengertian Etimologi Khuluq atau al-khulq bermakna budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi’at juga diartikan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik,
mungkin juga buruk.
Terminologi Akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Ibnu Miskawaih) Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan (Ibrahim Anis)
Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang
gampang dan mudah dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih lama (al
Ghazali).Dapat disimpulakan bahwa akhlak adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang
mendorong perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi perilaku kebiasaan.
Sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut agama dan akal dinamakan akhlak
yang baik (akhlak mahmudah).Sebaliknya, jika melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut
akhlak buruk (akhlak mazmumah).
Akhlak Islam adalah akhlak Islami bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Akhlak Islami merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi
indikator seseorang apakah seorang Muslim yang baik atau yang buruk Akhlak merupakan buah
dari akidah dan syari’ah yang benar.
Secara mendasar, akhlak erat kaitannya dengan kejadian manusia, yaitu Khaliq (Pencipta) dan
makhluq (yang diciptakan) Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak, yaitu untuk
memperbaiki hubungan makhluq dengan Khaliq dan hubungan baik antara makhluq dengan
makhluq
Karena akhlak sempurna tersebutlah Rasulullah menjadi uswah al-hasanah (teladan yang
baik). Perhatikan Firman dalam surat al Ahzab: 21 berikut:“Sesungguhnya pribadi Rasulullah
merupakan teladan yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah
dan hari akhirat.
Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah laku
yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.Pengawasan bersifat menyeluruh (al-
raqabah al-muhitah), yaitu melibatkan pengawasan Allah swt. dan manusia lainnya, karena
sumbernya dari Allah.
Akhlak mulia ini perlu diimplemetasikan dalam hidup sehari-hari. Bentuk implemetasinya bisa
dalam ucapan-ucapan yang mulia atau dalam perbuatan-perbuatan terpuji. Islam mengatur tata
cara berakhlak mulia baik terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, tetangga dan lingkungan.
1. Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah swt dapat terlihat dari adanya hukum perintah
dan larangan dengan tujuan menegakkan keteraturan dan kelancaran hidup manusia itu sendiri.
Dalam pelaksanaan hukum tersebut terkandung nilai-nilai akhlak terhadap Allah swt.
“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita orang-
orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka jilbab mereka. Itu menjadikan mereka
lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Berbuat baik pada Ibu dan Bapak Perhatikan QS Al-Ahqaf: 15 “Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berkata: “Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kami lah yang memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesunguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar” Sangat jelas bahwa Islam mengatur tata pergaulan hidup
dalam keluarga yang saling menjaga akhlak. Dalam Islam semua anggota keluarga memiliki hak
dan kewajiban yang sama-sama harus dilaksanakan. Seluruh anggota keluarga berperan untuk
memberikan kontribusi menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmah.
Mengucapkan salam jika bertamu Perhatikan QS Al-Nur: 27-28 “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk
sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja) lah”, maka
hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai Jangan curang dalam takaran jual beli, QS. Al-Muthaffifin.:
1-3 Utang piutang dicatat dengan sebaik-baiknya, teliti dan jujur. Al-Baqarah: 282.
Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang.
Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan
harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks namun sarana
pemenuhan kebutuhan terbatas. Ada sebagian orang yang belum dapat memenuhi kebutuhanya,
sehingga menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi
kebutuhanya. Terutama pada saat ini banyak orang beranggapan bahwa harta adalah prioritas
utama.
Akhlak tercela tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja namun juga terjadi pada sebagian
besar para remaja. Remaja sering dikaitkan dengan masalah. Banyak pengaruh serta tekanan dari
luar yang kebanyakan menjerumuskan kepada hal-hal yang negatif. Apabila sudah terpedaya
pada hal-hal yang negatif, akhlak remaja mudah rusak sehingga menimbulkan berbagai masalah.
Padahal pemuda adalah generasi penerus bangsa, namun pada kenyatanya sebagian besar remaja
pada saat ini sudah terjerumus dalam hal negatif, seperti seks bebas, narkoba, dan lain-lain.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat
tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar
baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih
bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika
bersifat umum.
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan
dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat
masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.
Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam kamus besar
bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dapat di definisikan
bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah, spontan
tanpa di pikirkan dan di renungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap
yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak
yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah,
santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul
mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak
didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar
ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al
Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan
yang dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka
baik pulalah nilai perbuatan itu.
Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar
akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa
yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang
menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :“ Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari
aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
1) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.
2) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
3) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
4) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.
b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika
sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak,
maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua
pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di
antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian
rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang
damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga
kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan
A. ETIKA
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik
buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut
peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz
akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-
beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan
subyektivisme.
1. Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi
tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika.
Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau
karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal
yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
2. Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau
pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu
masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus
bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket
merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.
Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas
pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu
sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika
bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang manusia dipandang
dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik
atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku
manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di
cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu
pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
2. Etika bertamu
– Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
– Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah
kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
– Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu
berarti menghormatinya.
– Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan
tamu yang baik dan penuh perhatian.
b) Bagi tamu:
– Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang
yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk)
terhadap perasaannya.
– Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.
– Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk
tinggal lebih dari itu.
– Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi
pada tuan rumah.
3. Etika di jalan
a. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
c. Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang
bisa masuk surga.
c. Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan
sekali-kali mencelanya.
e. Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri
dengan Alhamdulillah.
5. Etika berbicara
b. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang
benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
6. Etika bertetangga
b. Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka
tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah
merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
c. Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak
mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat
baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
c. Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua raka`at bersama, karena hal
tersebut dinukil dari kaum salaf.
– Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk
berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan
membahagiakannya.
– Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah
makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan
ketaatannya.
– Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan
olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral
adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan
etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk
pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu’ad. Dalam
kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.
AKHLAK
A. Pengertian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi’ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab
isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul
pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah
demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal
sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul
Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
B. Macam-Macam Akhlak
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah
Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.
§ Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
§ Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
§ Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik
kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
· Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur
kata sopan dan lemah lembut
· Mentaati perintah
· Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-
Nya antara lain:
– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung..
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
4) Namimah
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
DAFTAR PUSTAKA
– Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
– Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo
Persada, 2004
– Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari
persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)
– Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
– Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera. Jakarta.