TUJUAN
1. Peserta memahami makna dan maksud dari mengenal Allah SWT (Ma’rifatullah)
2. Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya mengenal Allah SWT
3. Peserta mengetahui definisi dan makna cinta kepada Allah SWT (Mahabbatullah)
4. Peserta mengetahui cara memunculkan cinta kepada Allah SWT
5. Peserta memahami makna dan maksud dari Taddabur Al Qur’an
RINCIAN BAHASAN
Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengatahui, mengenal.
Mengenal Allah bukan melalui Dzat Allah, tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-Nya
(ayat-ayat-Nya), wahyu-Nya (dalam Al Qur’an dan Hadist) dan akal sehat.
• Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu asal dan tujuan hidupnya (QS.51:56) dan tidak
tertipu oleh dunia
• Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia (QS.6:122).
• Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kebodohan
kepada cahaya yang terang (QS.6:122)
Segala sesuatu yang ada di bumi ini ada yang menciptakannya. Seperti halnya buku ada yang
membuatnya, begitu pula dengan alam pasti ada yang menciptakan. Sebagaimana firman Allah:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?” (QS Ath-Thuur : 36)
Segala sesuatu yang ada di bumi ini dengan sifat dan jenisnya tidak terjadi hanya dengan
kebetulan tetapi atas kehendak sesuatu, yaitu Sang Pencipta, Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al Mulk:3)
> Analogi
• Kalau air laut tidak asin niscaya kehidupan di bumi membusuk dan mengalami kesulitan,
karena garamlah yang menyebabkan tidak busuk dan tidak rusak.
• Andaikan matahari hanya memberikan separuh penyinarannya dari yang ada saat ini, niscaya
manusia akan membeku. Akan tetapi kalua lebih dari separuh niscaya bumi akan terbakar.
• Allah menciptakan segala sesuatu sesuai porsinya.Jadi alam semesta beserta isinya dan
fungsinya tidak muncul dengan sendirinya, namun ada pencipta yang menciptakan dengan
berbagai tujuan.
c) Fenomena kehidupan
Seluruh makhluk hidup di alam semesta pastilah ada yang menciptakan. Hal ini menunjukkan
bahwa ada Dzat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizkinya dan meniupkan ruh kehidupan
dalam dirinya.
Ketika duduk di bangku sekolah, kita pasti belajar mengenai alam semesta, dan kita melihat bahwa
di sana ada suatu petunjuk instink yang sempurna pada pola kehidupan makhluk hidup menunjukkan
pada kita bahwa alam ini berjalan dengan teratur sesuai dengan iradahNya. Tentu ada Dzat Yang Maha
Tinggi yang telah memberikan petunjuk sehingga alam tetap berkedudukan langgeng dengan
sempurna. Sesuai firman Allah:
“Dia (Musa) berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." (Qs Thaha : 50)
Ketika mengalami kesulitan atau ujian dan hal tersebut tidak bisa diselesaikan dengan usaha dan
akalnya, seringkali seseorang berdoa menghadap Allah, sehingga kebahagiaan pun kembali dan
datanglah kemudahan sesudah kesulitan.
“Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu
berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan:
"Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang
yang bersyukur” (QS An’aam :63)
5. Mahabbatullah
Mahabbatullah adalah cinta kepada Allah. Imam Al-Ghazali berkata “Siapa yang mencintai
selain Allah, bukan karena adanya keterkaitan pada Allah, maka hal itu adalah karena kekurangannya
dalam mengenal Allah”. Hakikat Cinta pada Allah mengharuskan agar tidak mencintai selain Allah.
Logikanya sebagai berikut:
b) Cintanya kepada orang yang berbuat baik kepadanya lalu ia mengasihinya dengan hartanya,
memperlakukan secara lemah lembut, member bantuan dan lainnya. Hal ini menuntut agar dia tidak
mencintai selain Allah, karena Allahlah yang paling baik baginya dengan nikmatNya. Sebagaimana
firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 18: “Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah,niscaya
kalian tidak dapat menentukan jumlahnya
. c) Cinta kepada orang yang berbuat baik terhadap dirinya sendiri meskipun tidak berpengaruh pada
orang lain, hal ini merupakan tabiat manusia. Misalnya jika ada dua raja, yang satu bijak dan yang satu
zhalim dan sombong, maka kita lebih mencintai raja yang baik meskipun tidak punya harapan dari
kebaikan raja yang pertama. Hal ini menuntun cinta kepada Allah karena Allah lah yang berbuat baik
kepada semua makhluk.
d) Cinta kepada setiap keindahan karena keindahan itu sendiri bukan karena kepentingan yang
diperoleh dari balik pencapaian keindahan tersebut. Ini juga menuntut cinta pada Allah, karena
hakekatnya segala keindahan yang ada di dunia adalah ciptaan Allah.
• Al-Qur’an merangkum ajaran-ajaran Allah yang pernah dimuat kitabkitab suci sebelumnya
seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain, serta ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Al-
Qur’an juga mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci
terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman
kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan hak
dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain. (Sumber QS Al-Maidah 48)
• Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Quran adalah kalam Allah yang terakhir untuk
memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepada umat manusia, inilah yang
dikehendaki oleh Allah Taala supaya tetap berlaku sepanjang masa, kekal untuk selama-
lamanya. (Sumber QS Al Hijr 9)
• Kitab Suci Al-Qur’an yang dikehendaki oleh Allah Taala akan kekekalannya, tidak mungkin
pada suatu hari nanti akan terjadi bahwa suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat
yang bertentangan dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Al-Quran. (Sumber QS Al
Fushshilat 53)
• Al-Qur’an sengaja diturunkan oleh Allah Taala dengan suatu gaya bahasa yang istimewa,
mudah, tidak sukar bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sukar pula
mengamalkannya, asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat. (Sumber QS
Al Qamar 17)
Keutamaan Al-Qur’an yang terbesar adalah Al Quran merupakan kalam Allah Swt. Al-Qur’an
adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia
kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia
adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda,
”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori)
Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan
menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).” (HR. Muslim
Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami
makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya
di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa’at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi
siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia
dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha:123)
BAB II
TUJUAN
1. Mengenal Hakikat Manusia
2. Mengetahui Makna Ibadah
3. Mengetahui Syarat diterimanya ibadah di sisi Allah
RINCIAN BAHASAN
1. Dari Mana Asal Kejadiannya
Dari Allah SWT, Sang Maha Pencipta, dibuktikan dengan dalil Naqli:
Artinya:
”Wahai manusia! jika kamu dalam keraguan tentangkebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telahmenjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
darisegumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurnakejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamudan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagaibayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur)kamu sampai kepadakedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya diatidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkanair di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkanberbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
(QS. Al-Hajj: 5).
.
2. Komponen Manusia
a. Akal
Allah SWT berfirman :
Artinya:
"(27) Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari apiyang sangat panas. (28)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirmankepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorangmanusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yangdiberi bentuk, (29) Maka apabila Aku telah menyempurnakankejadiannya,
dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, makatunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: 27-29)
c. Jasad
Allah SWT berfirman :
Artinya:“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. KemudianDia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (mani).” (QS. AsSajdah : 7-8)
3. Keutamaan yang Diberikan Allah SWT kepada Manusia
a. Keistimewaan dibanding makhluk lainnya
Allah SWT berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladanyang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allahdan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. AlAhzab: 21)
b. Meneruskan perjuangannya
Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, danbarangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya
Kami telahsediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolak nya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya merekaakan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yangmenghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempatistirahat yang paling
jelek.Sesunggunya mereka yang beriman danberamal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (QS. Al Kahfi :29-30)
• Surga (Diberikan kepada mereka yang menggunakan potensi sesuaidengan perintah Sang
Maha Pencipta)
• Neraka (Diberikan kepada mereka yang menggunakan potensi tidaksesuai dengan perintah
Sang Maha Pencipta)
A. Tujuan
1. Peserta mengetahui apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafs (penyucian jiwa) dan
pengawasan Allah (muraqabatullah)
2. Peserta menyadari pentingnya pengawasan Allah
3. Peserta dapat menanamkan kejujuran dalam menuntut ilmu dan mengaplikasikan pada
kehidupan nyata
4. Peserta mengetahui arti penting Muhasabah
5. Memahami hakikat cinta yang benar dalam islam
6. Mengenal hati yanag sehat dan hati yang sakit
7. Mengetahui cara dalam mengobati hati yang sakit
B. RINCIAN BAHASAN
Penyucian jiwa (Tazkiyah An-Nafs) adalah sangat penting bagi seorang muslim.
Semakin bening hatinya maka kebenaran yang masuk dalam hatinya juga akan semakin bagus.
Hati diibaratkan seperti kaca, hati yang semakin bening maka hati yang semakin bagus karena
mudah ditembus oleh cahaya. Cahaya di sini adalah cahaya kebenaran. Sesungguhnya jiwa
dan hati memerlukan ikatan janji harian bahkan ikatan janji setiap saat. Jika manusia tidak
mengikat jiwanya dengan janji harian ataupun janji setiap saat, niscaya akan mendapati
hatinya telah kesat dan lalai. Langkah-langkah untuk menyucikan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Taubat
“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun (beristighfar)
pada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (H.R.
Muslim)
Tanda-Tanda Taubat yang Benar
• Keadaan setelah bertaubat lebih baik dibandingkan sebelumnya
• Selalu merasa was-was dan takut, tidak merasa aman dari makar Allah SWT
sekejap pun. Rasa takut itu terus menghantuinya sehingga ia mendengar kabar
gembira datang padanya “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (QSFushilat : 30)
• Hatinya beralih dan mengingkari dosa yang pernah dilakukan dengan penuh rasa
takut dan sesal
• Bertambah amal-amal shalihnya dan dilakukan secara kontinyu
2. Muraqabatullah
a) Pengertian
Manusia dalam segala hal, tidak terlepas dari gerak dan diam. Apabila seseorang
merasakan muraqabatullah dalam semua hal tersebut dengan niat, perbuatan yang baik
dan menjaga adab, maka ia telah melakukan muraqabah. Misal jika tidur, maka tidurnya
di atas rusuk sebelah kanan dan menghadap kiblat. Seorang hamba tidak terlepas dari
tiga keadaan yaitu: ketaatan, kemaksiatan atau dalam hal yang mubah
b) Buah Muraqabatullah
• Istiqamah, artinya ketetapan hati. Jadi, meskipun teman kita ketika ulangan
menyontek, kita tidak akan mengikuti perbuatan mereka. Kita akan yakin bahwa
Allah melihat semua perbuatan kita. Walaupun nilai kita berada di bawah nilai
teman yang menyontek, kita seharusnya tidak bersedih hati. Malah kita harus
berlapang dada. Kenapa? Karena walaupun nilai kita kecil tapi setidaknya kita
sudah dapat nilai tambah di mata Allah. Dalam surat al Hadid ayat 4 Allah
berfirman: “Dan Dia (Allah) bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah
melihat apa yang kamu kerjakan”
• Jujur, dengan merasa adanya pengawasan Allah maka kita akan senantiasa
berbuat jujur di mana pun karena kita yakin Allah akan melihat perbuatan kita.
Termasuk tidak mengambil barang/ hak milik orang lain meski orang tsb tidak
mengetahuinya. Dalam surat Qaf ayat 18 Allah Berfirman: “Tidak ada suatu kata
yang diucapkannya melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap
mencatat.”
• Ikhlas, dengan adanya pengawasan Allah, mudah-mudahan dapat menjadikan
segala perbuatan kita ditujukan karena Allah, bukan karena yang lain. Ikhlas juga
merupakan kunci dari ibadah. Allah akan menilai yang lahir dan yang batin, yang
tampak dan yang tersembunyi. Jadi kita mesti ikhlas ya kawan.Hal ini
disampaikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 284.
2. Muhasabah
Setelah merasa diri diawasi oleh Allah, yang perlu diperhatikan adalah muhasabah
dalam beramal. Allah berfirman dalam surat Al Hasyr ayat 18 yang berbunyi: “Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. Hal ini merupakan isyarat kepada
muhasabah terhadap amal perbuatan yang telah dikerjakan. Umar bin Khattab ra berkata:
“Hisablah dirimu, sebelum kamu dihisab, dan timbanglah dia sebelum kamu ditimbang”.
Muhasabah dalam berbisnis dapat diartikan meninjau modal, keuntungan dan
kerugian untuk mencari kejelasan apakah bertambah atau berkurang. Jika bertambah
maka bersyukur, sedang jika berkurang maka mencari dengan menjaminnya untuk
mendapatkannya di masa mendatang. Demikian pula modal hamba dalam agamanya
adalah berbagai kewajiban (shalat, puasa, zakat, dsb). Keuntungannya adalah berbagai
amal sunnah dan kerugiannya adalah berbagai kemaksiatan. Sahabatku, muhasabah
membutuhkan kesabaran, keteguhan, rasa takut, kekhawatiran, harapan dan cita-cita,
tidak meremehkan dosa-dosa kecil dan tidak melakukan dosa-dosa besar.Amru bin
Murroh berkata, " Aku melihat wanita dan ia membuatku kagum, lalu mataku buta. Aku
berharap itu menjadi kaffarah (penebus dosa bagiku).
3. Memperbanyak Ibadah
Seseorang yang telah menunaikan shalat subuh misalnya, lantas ia berangkat kerja,
bergulat dalam dapur api profesi kehidupan, merajut dan mengumpulkan keuntungan,
serta bersabung dengan segala hal yang menggiurkan, pasti yang demikian akan
mempengaruhi jiwanya. Lantas bagaimana jalan menyucikan jiwa dan nurani yang
ditempeli kotorankotoran semacam ini? Ia mendirikan shalat fardhu lima waktu.
Mengadili diri sendiri, mengingat-ingat dosa, meminta ampunan dari Rabb Al Baari. Ia
seolah olah mandi dengan air sungai, berlimpah, suci, jernih. Ia mengulang mandi lima kali
dalam sehari. Lantas malam menyelimutinya. Ia tidak melakukan penyelewengan,tak
dihinggapi kotoran. Lantas esok hari kembali menerjuni rona kehidupan baru. Begitulah
jiwanya seorang muslim akan suci.
Dalam hal ini juga diriwayatkan dari ‘Utsman radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah seorang muslim yang mendapati
waktu shalat wajib, kemudian ia membaguskan wudhu-nya, khusyu-nya dan juga ruku’-
nya melainkan akan dihapuskan darinya dosa2 yang sebelumnya, selama dia tidak
melakukan dosa2 besar. Dan ini berlaku di setiap zaman.” (Shahih Muslim 1/206 no.228).
4. Menjauhi Dosa
Bahkan dikuatkan pula dengan ayat dalam surat An Nisa’: 31, “Jika kamu menjauhi
dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami
hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke
tempat yang mulia (surga).” (QS. An Nisa’: 31).
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)
dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An Nisa’: 31). “Kesalahan-
kesalahanmu” ditafsirkan dengan dosa-dosamu yang kecil sebagaimana yang dikatakan
oleh As Sudiy. Dalam tafsir Al Jalalain juga dikatakan bahwa yang dimaksudkan adalah
dosa-dosa kecil dan dosa tersebut dihapus dengan ketaatan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan
amalan ketaatan, di antaranya adalah shalat wajib. Dalam hadis disebutkan bahwa
antara shalat Shubuh dan Zhuhur, Ashar dan Maghrib, Maghrib dan Isya, Isya dan
Shubuh, di dalamnya terdapat pengampunan dosa (yaitu dosa kecil) dengan sebab
melaksanakan shalat lima waktu.
5. Fungsi Hati
Hati dalam bahasa Arab disebut dengan al-qalb, yang berarti bolakbalik. Disebut
demikian, karena hati adalah dunia abstrak (closed area), unik, dan berkembang
(developmental). Hati gampang berubah, sukar dibaca, senantiasa berkembang, dan
pasang-surut. Karena memiliki sifat seperti itu, maka hati harus dijaga dengan baik.
Sebab, jika tidak dijaga, hati akan berubah menjadi hati yang sakit (al-qalb al-maridh).
Begitu banyak manusia yang memiliki pikiran cerdas, tetapi akhirnya menjadi orang
hina hanya karena memiliki hati yang sakit. Rasul bersabda, "Dalam tubuh manusia ada
segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya; dan jika ia rusak,
maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati." (Al-Hadis).
6. Ciri Hati yang Sehat
Berbicara masalah hati, tentu akan jadi hal menarik untuk dibahas. Bila melihat
kaum muslim saat ini, ternyata masih ada orangorang yang memiliki keteguhan hati
dalam membela agama Allah dan kesabaran menghadapi ujian yang dialami.
Selanjutnya, apa yang membuat umat Islam agar memiliki keteguhan hati dan
kesabaran? Ada beberapa alasan terkait hal tersebut, antara lain:
• Memiliki kekuatan iman yang kokoh. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
penyerahan diri pada Allah dengan beriman dan percaya total kepada Allah akan
menguatkan hati manusia.
• Iman pada akhirat. Dengan mengimani akhirat, kita menjadi ingat akan tanggung
jawab dan amanah kita. Sehingga kita bisa lebih menghargai dan memanfaatkan
hidup dengan penuh kesyukuran.
• Berpegang teguh pada Al-Quran. Al Quran membuat hidup manusia terarah. Jika
Al-Quran sudah merasuk dalam diri manusia dengan sepenuh hati dan kasih
sayang yang tulus, manusia akan menjadi teguh menghadapi cobaan.
7. Ciri Hati yang Sakit
• Sulit mentaati aturan Allah. Sebagaimana diterangkan dalam QS. AdzZariyat ayat
56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” Ayat ini menerangkan bahwa yang semestinya dilakukan
manusia adalah hanya beribadah Allah, tentunya bukan hanya ibadah formal.
Hati yang sakit akan sulit mengikuti perintah Allah, justru mengikuti hawa
nafsu/syahwat/kecintaan pada dunia.
• Tidak terganggu atau merasa bersalah ketika melakukan maksiat dan
meninggalkan kewajiban. Misalnya, tidak shalat malam, mengabaikan ibadah
harian karena tidak komitmen dan konsisten.
• Tidak peduli dengan kebodohannya terhadap Islam, tidak merasa perlu, tidak
merasa penting, tidak mau belajar tentang Islam sehingga hal ini akan memicu
kekufuran.
• Penderita hati yang sakit beralih dari makanan ke racun. Bila diibaratkan
makanan adalah ketaatan, ibadah, kebaikan, namun ia jusru memilih racun
(nafsu syahwat). Ia lebih mementingkan egonya untuk memuaskan nafsunya
dengan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang lain.
B.RINCIAN BAHASAN
Sukses berarti berhasil, atau dapat dikatakan tercapainya sesuatuyang dikehendaki atau
diinginkan. Sukses bersifat relatif tergantung daripengetahuan seseorang tentang hakekat
sukses yang sebenarnya.Dengan definisi ini hanya orang yang bersangkutan yang dapat
menilaiapakah ia telah sukses. Orang lain dapat saja menilai bahwa orang kaya itutelah
sukses, padahal bukan kekayaan yang diinginkannya, tetapiketenangan jiwa, maka ia belum
merasa dirinya sukses dalam hidup.
1. Hakikat Sukses dalam Islam
• Terbebas dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Allah SWTberfirman
dalam Surat Al Imran ayat 185