Oleh :
Terdapat berbagai jenis sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan seperti
misalnya long-term debt, saham preferen, dan saham biasa. Hutang jangka panjang ini dapat
diperoleh melalui pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi.
Obligasi dan saham preferen merupakan jenis pendanaan dengan beban tetap atau fixed
income securities. Keduanya memberikan pendapatan dengan jumlah yang tetap kepada
pemiliknya. Sementara itu perusahaan dapat pula memperoleh dana jangka panjang dengan
menjual saham biasa atau go public. Saham biasa merupakan surat berharga dengan penghasilan
tidak tetap atauvariable income security karena pemegang saham biasa hanya akan memperoleh
pendapatan apabila perusahaan mendapatkan laba dan membagikannya sebagai dividen. Besar
kecilnya dividen sangat tergantung atas laba yang diperoleh dan dividen payout ratio.
Saham biasa juga berbeda dengan obligasi dan saham preferen dalam harga pasar, di mana
harga saham biasa cenderung berfluktuasi sementara obligasi dan saham preferen relative lebih
stabil. Dari pihak perusahaan, penggunaan obligasi dan saham preferen memberikan manfaat
berupa perlindungan pajak. Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga dan dividen untuk
saham preferen yang kumulatif merupakan pengurang pajak.
Dilihat dari segi kepemilikannya, pemegang obligasi disebut juga sebagai kreditur
sedangkan pemegang saham biasa maupun saham preferen disebut juga sebagai pemilik
perusahaan. Ciri lain adalah bahwa obligasi memiliki jatuh tempo sedangkan saham biasa dan
saham preferen tidak memiliki jatuh tempo. Konsekuensi lain penggunaan obligasi ini adalah
bahwa ketidakmampuan membayar bunga dapat mengakibatkan kebangkrutan sedangkan
ketidakmampuan membayar dividen tidak berakibat apa-apa.
3. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva
tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan
diperlakukan sebagai kreditur umum. Dalam Obligasi, akan mencantumkan :
o Nilai pelunasan atau face value.
o Jangka waktu pelunasan.
o Bunga yang dibayarkan (coupon rate).
o Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan.
Jenis-Jenis Obligasi
1) Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu (unsecured bond) atau disebut
juga dengan “debenture“.
2) Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan dilakukan
oleh perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat terjadi likuidasi
perusahaan.
3) Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan bunga saja
kepada pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
4) Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak membayarkan bunga
kepada pemiliknya, dan perusahaan dalam menjual obligasi jenis ini dengan
memberikan discount. Penerbitan jenis obligasi semacam ini sering didasarkan
atas maksud untuk memperoleh keuntungan karena present value pembayaran
pajak.
Jenis-jenis Obligasi Dalam prakteknya terdapat berbagai jenis obligasi dan masing-
masing jenis obligasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut ini akan
dibahas berbagai jenis obligasi yang biasa diperdagangkan dipasar modal, beserta beberapa
karakteristiknya.
1) Obligasi dengan tingkat bunga tetap (fixed rate bond). Jenis obligasi yang sederhana
adalah obligasi yang menawarkan bunga, disebut sebagai coupon, tetap selama jangka
waktu obligasi tersebut. Bunga yang dibayarkan mungkin dilakukan setahun sekali,
tetapi mungkin juga dilakukan setiap semester, atau setiap triwulan.
2) Obligasi dengan tingkat bunga mengambang (floating rate bond). Obligasi yang
menawarkan suku bunga mengambang biasanya ditawarkan sebesar persentase
tertentu di atas suku bunga deposito. Mungkin juga dilakukan kombinasi dengan suku
bunga tetap (fixed rate). Misalnya pada tahun pertama menawarkan suku bunga 19%,
tetapi pada tahun-tahun berikutnya menawarkan suku bunga mengambang.
3) Obligasi dengan tingkat bunga nol (zero coupon bonds atau pure discount bond). Obligasi
jenis ini dijual dengan diskon pada awal periode, dan kemudian dilunasi penuh sesuai
dengan nilai nominal, pada akhir periode.
4) Obligasi konversi (convertible bonds). Merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham
perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai
kesempatan untuk memperoleh capital gain. Disisi lain perusahaan emiten akan
memperoleh keuntungan karena umumnya obligasi konversi memberikan tingkat
kupon yang relative lebih rendah dibanding obligasi biasa.
5) Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds). Adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu asset riil. Sehingga jika perusahaan
gagal memenuhi kewajibannya, maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih
asset tersebut. Perusahaan juga bisa menerbitkan obligasi yunior atau second mortgage
bond, yaitu obligasi dengan menggunakan jaminan asset riil yang sama dengan obligasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Jika terjadi likuidasi maka pemegang obligasi yang
kedua akan mempunyai hak atas jaminan tersebut setelah hak pemegang obligasi
pertama terpenuhi.
6) Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond) Adalah obligasi yang
diterbitkan tanpa menggunakan jaminan asset riil tertentu. Pendanaan Jangka Panjang
jaminan lagi setelah obligasi tanpa jaminan diterbitkan, yang disebut sebagai
subordinated (yunior) debentures.
7) Obligasi yang disertai warrant. Dengan adanya warrant maka pemegang obligasi
mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan.
Sama halnya dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan warrant akan
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan capital gain jika harga saham mengalami
kenaikan. Emiten juga akan memperoleh keuntungan dengan memberikan tingkat
kupon yang lebih rendah, karena pada umumnya obligasi konversi dan obligasi dengan
warrant memberikan tingkat bunga kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan
obligasi biasa.
8) Putable bond Adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai pari sebelum waktu jatuh tempo.
Putable bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi tingkat bunga yang
terjadi. Jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan dan harga obligasi akan
mengalami penurunan maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk meminta
pelunasan perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut dapat menginvestasikan
kembali dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan tingkat bunga pasar yang
berlaku..
9) Junk bond Adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon ) yang tinggi,
tetapi juga mengandung resiko yang sanagt tinggi pula. Junk bond biasanya diterbitkan
oleh perusahaan yang beresiko tinggi atau oleh perusahaan yang mempunyai rencana
merger atau akuisisi.
D. Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). Manfaat yang
diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut :
o Deviden : bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham.
o Capital gain : keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual
saham.
o Manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.
Terdapat dua jenis saham preferen yaitu saham preferen yang komulatif dan tidak
komulatif. Saham preferen yang komulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembayaran
dividen sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Jadi misalkan pada satu
tahun tertentu perusahaan tidak mampu membayar dividen kepada pemegang saham
preferen komulatif ini, maka perusahaan berarti memiliki hutang dan wajib
membayarkannya tahun yang akan datang sebelum membagikan dividen kepada pemegang
saham biasa.
A. Pengertian Dividen
Dividen didefinisikan sebagai pembagian keuntungan kepada pemegang saham perusahaan
yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki (Baridwan, 1997: 37). Atau sisa laba bersih
perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 127).
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham
tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash
dividen disebut dividen payout ratio (Riyanto, 1995: 266) dimana semakin tinggi tingkat
dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil dana yang
tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Hal ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan. Apabila dividen tidak dibagikan, bisa jadi investor mempersepsikan
bahwa perusahaan kekurangan dana, yang menyebabkan harga saham akan turun.
B. Bentuk-Bentuk Dividen
Bentuk-bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Dividen Kas (dividen tunai) merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh
perusahaan, dimana pembayarannya dilakukan setahun sekali. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh perusahaan agar dapat membayar dividen ini:
o Laba ditahan yang mencukupi.
o Kas yang memadai.
o Tindakan formal dari dewan komisaris
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend) adalah Dividen yang dibagikan dalam bentuk
aktiva selain kas disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-
surat berharga perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan ataupun barang
dagangan.
3. Dividen Utang (Scrip Dividend) ialah janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di
waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi ialah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal.
5. Dividen Saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada
para pemegang saham sebanding dengan saham yang dimilikinya.
4. Tanggal Pembayaran
Misalnya ada tanggal 2 Januari sebagai tanggal pembayaran perusahaan akan
mengirimkan cek kepada pemegang saham yang tercatat sebagai pemegang saham.
D. Dividen Tunai
Dividen tunai merupakan Keputusan untuk membagi keuntungan berupa dividen kepada
pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi di masa
depan.
1. Kebijakan Dividen Tunai
a) Dividen tetap setiap periode
Dividen yang dibayarkan pada akhir tahun setiap periode walaupun pendapatan
berfluktuasi. Kebijaksanaan ini dapat memenuhi harapan pemegang saham akan
penghasilan periode ini, namun saat tahun-tahun dimana pendapatan perusahaan
menurun dapat mengakibatkan kekurangan kas, karena kas yang ada telah disepakati
untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen.
3. Profitabilitas
Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik, dan dari laporan keuangan tersebut
parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Laba yang
dilaporkan merupakan signal mengenai laba di masa yang akan datang, oleh karena itu
pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba perusahaan untuk masa
yang akan datang berdasarkan signal yang disediakan oleh manajemen melalui laba yang
dilaporkan.
Hughes (1986) dalam Hartono (2000), menunjukkan bahwa nilai laporan keuangan
seperti laba bersih perusahaan yang dianggap sebagai signal yang menunjukkan nilai dari
perusahaan. Hartono (2000) menunjukkan bahwa laba dan arus kas periode lalu
mempunyai manfaat untuk memprediksi laba dan arus kas satu tahun ke depan. Menurut
ruang lingkupnya, ada tiga konsep laba yang dikemukakan Financial Accounting Standard
Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no.5, yaitu
earnings, net income, dan comprehensive income. Sebagaimana dikutip Hudayati (1999),
pengertian earnings adalah kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang
disebabkan karena aktivitas pokok maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu.
Earnings mempunyai empat komponen, yaitu revenues, expenses, gains, dan loses. Adapun
net income adalah earnings ditambah atau dikurangi pengaruh perubahan akuntansi tahun
lalu, sedangkan comprehensive income adalah net income ditambah atau dikurangi
berbagai kenaikan aktiva yang tidak disebabkan oleh setoran modal pemilik, yang biasa
disebut sebagai No Owner Change in Equity atau dapat juga disebut laba bersih setelah
pajak (Earning After Tax).
E. Divoden Saham
1. Pengertian Dividen Saham
Dividen saham (stock dividend) adalah pembagian saham perusahaan yang
bersangkutan secara pro rata kepada pemegang sahamnya. Jika dividen tunai dibayarkan
dalam bentuk tunai, dividen saham dibayarkan dalam bentuk saham. Selain pembagian
dividen dalam bentuk surat berharga, alternative yang paling sering dilakukan adalah
dividen dalam bentuk saham bila perusahaan kekurangan likuiditas (kas) pembagian
dividen jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegang saham.
Pembagian dividen saham sesungguhnya tidak menyebabkan kekayaan perusahaan
berkurang. Nilai asset bersih perusahaan, tetap seperti sebelum pembagian dividen.
Demikian halnya dengan komposisi kepemilikan. Transaksi dilakukan dengan cara
mengkapitalisasi laba ditahan. Artinya saldo laba ditahan (sebagian atau seluruhnya)
dipindahkan kea kun modal. Sehingga modal disetor bertambah, sedangkan laba ditahan
berkurang atau habis.
Perlakuan akuntansi dividen saham berbeda-beda tergantung posisi dividen saham yang
dibagikan:
a. Dividen Saham Jumlah Kecil
Untuk dividen saham dalam jumlah kecil (kurang dari 25% saham beredar, maka saham
yang akan diterbitkan sebagai dividen dinilai sebagai harga pasar wajar
b. Dividen Saham Dalam Jumlah Besar
Untuk dividen saham dalam jumlah besar (lebih dari 25% sisa saham belum terjual), maka
saham yang akan diternitkan sebagai dividen dinilai sebesar nilai par-nya
F. RightIssue
Right Issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh
emiten. Right ini diberikan cuma-Cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham yang
namanya sudah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu perseroan terbatas untuk
menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses emisi atau
pengeluaran saham-saham dari saham potopel atau saham simpanan. Hak tersebut diberikan
dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan dan jumlah yang
berhak diambil seimbang dengan jumlah saham yang mereka miliki secara proporsional.
Right issue adalah salah satu bentuk corporate action yang dilakukan oleh perusahaan saat
hendak melepaskan/menjual saham ke public (Initial Public Offering/IPO). Mekanismenya,
perusahaan tersebut menjual hak beli kepada publik/pemegang saham yang sudah ada,
sehingga si pemegang hak beli tersebut pada periode yang telah ditetapkan berhak melakukan
pembelian saham sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.Istilah yang perlu diketahui
seputar right issue :
1. Persetujuan Pemegang Saham
Right issue dilakukan atas dasar persetujuan rapat umum pemegang saham. Setelah
mendapatkan persetujuan, emiten emiten harus menawarkan saham barunya tersebut
kepada pemilik saham lama terlebih dahulu, sesuai dengan proporsi kepemilikannya
(Preemtive right).
2. Tujuan
Pada umumnya tujuan right issue adalah untuk menghimpun dana segar yang akan
digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk modal kerja. Beberapa
tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham, atau untuk
meningkatkan jumlah saham beredar sehingga lebih liquid perdagangannya.
3. Penjamin Emisi
Menjamin dana hasil rights issue diterima oleh emiten
4. Stanby Buyer
Investor yang siap membeli saham baru yang tidak terjual.Standby buyer bisa
berasal dari pemegang saham lama ataupun investor lain
5. Harga
Umumnya harga rights issue lebih rendah dari harga pasar, hal ini sebagai insentif
bagi pemegang saham lama. Namun sebetulnya, harga persaham dari total saham yang
dimiliki investor, tidak menjadi serendah harga rights issue. Pemilik saham harus
melakukan penyesuaian harga dengan menambahkan nilai saham lamanya dengan nilai
saham baru, dan kemudian dibagi dengan total jumlah saham. Harga penyesuaian akan
menunjukkan harga pasar yang terdilusi. Itulah sebabnya mengapa rights issue ditawarkan
kepada pemegang saham lama terlebih dahulu.
Judul Pengaruh Right Issue Terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham
Emiten di Bursa Efek Jakarta
Jurnal Jurnal Sultan Agung
Volume dan Halaman Vol XLIV No 118, Hal 79-94
Tahun 2009
Penulis Dedi Rusdi, dan Angga Avianto
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi
investor yang diproksikan dengan abnormal return
disekitar hari pengumuman. Sampel adalah right issue oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama
periode 2003-2007.
Subjek Penelitian Perusahaan yang terdaftar di BEJ dari periode 1 Januari
2003 sampai dengan 31 Desember 2007.
Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data dilakukan secara
nonparticipant observation yaitu peneliti hanya mengamati
data yang telah tersedia tanpa ikut menjadi bagian dari
system (Indriantoro dan Supomo 1999). Dalam penelitian
ini data yang diperlukan didokumentasikan dari data base
pojok BEJ-UNDIP. Penelitian ini juga menggunakan
metode kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan
perhitungan
Defenisi Oprasional Variabel Variabel depeden adalah variabel yang terikat yang dimana
Dependen variabel tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat
berubah lagi.
Adapun variabel dependen penelitian ini yaitu Tingkat
keuntungan saham adalah besarnya selisih antara biaya
yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima pemilik
saham dan likuiditas saham adalah besamya perubahan
aktivitas volume perdagangan saham yang terjadi.
Cara dan Alat Mengukur Variabel Pada tingkat keutungan saham diukur dengan
Dependen menggunakan besarnya return dan abnormal return.
Sedangkan likuiditas saham diukur dengan menggunakan
ukuran Trading, Volume Aetivity (TVA) masing-masing
saham untuk periode 5 hari diseputar tanggal
pengumuman.
Definisi Oprasional Variabel Variabel independent yaitu variabel bebas atau boleh
Independen berubah dalam penelitian ini. Adapun variabel
independent dalam penelitian ini yaitu reaksi harga saham
dan volume perdagangan di seputar pengumuman right
issue.
Langkah-Langkah Terapi Penelitian ini dapat diukur menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Reaksi investor juga dapat diukur
menggunakan trading volume activity (TVA)
Hasil Penelitian Dengan melihat rata-rata abnormal return saham dan TVA
pada sebelum dan sesudah pengumuman right issue
menunjukkan bahwa return saham pada sebelum
pengumuman right issue sedikit lebih kecil dibanding
dengan rata-rata return saham sesudah pengumuman right
issue. Namun demikian pengujian secara statistik
memberikan hasil bahwa pengumuman right issue tidak
memberikan satu informasi yang signifikan terhadap
perubahan harga saham dan aktiviats perdahagan pada 3
hari sebelum pengumuman dan 3 hari sesudah
pengumuman. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman
right issue tidak mampu memberikan reaksi tehadap
penurunan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan
memang terjadi peningkatan trading volume activity
namun tidak menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan.
Kelebihan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah reaksi investor diukur
menggunakan trading volume activity (TVA) sehingga
dapat menunjukan bahwa menunjukkan bahwa sebelum
dan sesudah pengumuman right issue tidak terdapat
terhadap perubahan reaksi harga saham yang signifikan.
Kekurangan Penelitian Kekurangan penelitian ini adalah diperlukan analisis
dengan memasukkan periode normal diantaranya dengan
membandingkan volume perdagangan pada seputar
pengumuman right issue dengan pada periode normal.
RESUME MATERI
“ANALISIS LEVERAGE”
Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh. Pengaruh tersebut dapat dicari dengan
menghitung besarnya tingkat leverage operasinya (degree of operating leverage). Tingkat
Leverage Operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL) adalah prosentase perubahan laba
operasi (EBIT) yang disebabkan perubahan satu persen dalam output (penjualan). Untuk
menghitung besarnya degree of operating digunakan rumus :
% perubahan dalam EBIT
𝐷𝑂𝐿 = Atau
% perubahan dalam sales
S − BV Q(P − V)
𝐷𝑂𝐿 = =
S − BV − BT Q(P − V) − BT
Cara lain untuk mencari koefisien DOL adlah dengan menyederhankan persamaan menjadi :
Penjualan − Biaya Variabel
𝐷𝑂𝐿 =
EBIT
Dimana :
Q = Kuantitas
P = Harga per unit
V = Biaya Variabel per unit
BT= Biaya Tetap total
S = Penjualan
BV= Biaya Variabel total
DOL merupakan salah satu komponen yang menunjukkan resiko bisnis perusahaan. DOL
perusahaan memperbesar dampak dari faktor lain pada variabilitas laba operasi. DOL yang tinggi
tidak akan berpengaruh, bila perusahaan dapat memelihara penjualan dan struktur biaya yang
konstan. Jadi DOL dapat dipandang sebagai suatu ukuran dari resiko potensial yang menjadi aktif
hanya jika penjualan dan biaya produksi berubah-ubah.
Besarnya tingkat perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan (DOL) sangat
erat hubungannya dengan titik impas/titik pulang pokok. Titik impat menunjukkan besarnya
pendapatan sama dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Semakin besar
penjualan berarti semakin besar laba operasi secara absolut berarti semakin jauh dari titik impas,
sebaliknya DOL-nya semakin kecil. Pada umumnya perusahaan tidak senang beroperasi dengan
DOL yang tinggi, karena penurunan sedikit dalam penjualan dapat mengakibatkan kerugian
(penurunan laba yang besar sehingga menjadi rugi).
Efek yang menguntungkan dari leverage keuangan sering disebut Trading in Equity.
Leverage keuangan itu merugikan (Unfavorable Leverage) apabila perusahaan tidak dapat
memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang
harus dibayar. Nilai leverage keuangan positif atau negatif dinilai berdasarkan pengaruh
leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Artinya bagaimana
pengaruh alternatif pendanaan yang akan dipilih terhadapat pendapatan per lembar saham.
Alternatif kombinasi pendanaan tersebut misalnya, alternatif pendanaan hutang obligasi
dengan saham biasa, obligasi dengan saham preferen, obligasi dengan saham biasa atau saham
preferen dengan saham biasa. Dari alternatif-alternatif pendanaan tersebut perlu dicari berapa
jumlah biaya pendanaan yang harus dikeluarkan agar dengan pendanaan tersebut
menyebabkan nilai laba operasi (EBIT) yang menghasilkan EPS yang sama atau tercapai titik
indifferen (Indifferent Point). Titik Indifferent adalah suatu keadaan dimana pada keadaan
tersebut tercapai tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama pada berbagai
alternatif pendanaan.
% 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑃𝑆
𝐷𝐹𝐿 =
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇
D. Leverage Kombinasi
Kita juga bisa mengetahui secra langsung efek perubahan penjualan terhadap perubahan
laba unutk pemegang saham atau EAT yaitu combine leverage. Combine leverage adalah
pengaryh perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak. bila ditemukan combine
leverage 3 artinya perubahan penjualan 20% akan mempengaruhi laba setelah pajak sebesar 3
x 20% = 60%. Untuk menghitung degree of combine leverage sebagai berikut:
S − BV Q(P − V)
𝐷𝐶𝐿 = =
EBIT − I Q(P − V) − BT − I
E. Indefferent Point
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen dihadapkan pada beberapa alternatif
sumber pendanaan. apakah dengan modal sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Mana
yang dipilih dari alternatif yang ada, tidak menjadi masalah asal bisa meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham yang diukur dengan earning per share (EPS) atau return
ob equity (ROE).
Dalam memilih alternatif sumber dana perlu diketahui pada tingkat EBIT berapa apabila
dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS atau ROE sama. EBIT pada
kondisi di atas disebut indifferent point. Indefferent point adalah tingkat EBIT yang dapat
menyamakan keuntungan bagi pemegang saham dengan modal sendiri. Pada indifferent point
tersebut, berapapun leverage faktor akan menghasilkan EPS atau RPE sama.
𝑋(1 − 𝑇) (𝑋 − 𝑐)(1 − 𝑇)
=
𝑆1 S2
Dimana:
X = EBIT pada indifferent point
c = Bunga hutang
T = Pajak
S1 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal sendiri
S2 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal asing
REVIEW JURNAL
“ANALISIS LEVERAGE”
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan
di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata
lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi
bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel
dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang
lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
o Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
o Struktur biaya tetap dan variable
o Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap.
o Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi.
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer
dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil
keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan
prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan.
o Harga jual persatuan,
o Produksi minimal,
o Pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik
impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
o Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode.
o Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan.
o Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat
informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya
maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian
unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas
ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan
kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap,
biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan
penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu
horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu
vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik Break even Point dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar
dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya
variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar
Break even Point tersebut.
Penentuan Break even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara
garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis
lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya Break even Point dalam unit.
dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak
besarnya Break even Point dalam rupiah.
G. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis Break even yaitu untuk menentukan
seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila
hasil penjualan pada tingkat Break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau
pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume
penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara
penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat Break
even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan
penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan
menurut budget dengan volume penjualan pada tingkat Break even, atau dalam ratio dari
selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat Break even dengan
penjualan yang dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
1. Penjualan MoS yang direncanakan
MoS = x%
2. Penjualan MoS
–
MoS = X%
Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar itu lebih baik karena hal ini
menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada perusahaan berapakah penurunan
penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum
memperoleh laba. Prosentase margin of safety dapat dihubungkan secara langsung dengan
tingkat keuntungan perusahaan.
Profit = Marginal Income Ratio x Margin of Safety
Apabila marginal income ratio (P/V ratio) atau prosentase – prosentase keuntungan
diketahui, maka margin of safety-nya dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
(%)
M/S ratio =
(%)
REVIEW JURNAL
“ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)”
Judul Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Pt
Tropicacoco Prima
Jurnal Jurnal EMBA
Volume dan Halaman Vol 1 No 4, Hal 1250-1261
Tahun 2013
Penulis Christine P. Ponomban
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
:
1) Berapa besar break even point yang dialami oleh PT.
Tropicacoco Prima tahun 2010,2011,2012.
2) Jumlah margin of safety yang dicapai PT. Tropicacoco
Prima pada tahun 2010, 2011, 2012.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini yaitu PT Tropicacoco Prima
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus
pada perusahaan. Metode pada penelitian ini
menggunakan pendekatan expost facto, yaitu dimana
variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan,
perlakuan atau manipulasi, melainkan hanya meneliti dan
mengungkapkan factor-faktor yang diteliti berdasarkan
keadaan yang sudah ada.
Hasil Penelitian 1) Selama tahun 2010,2011,2012 dapat dilihat
pencapaian titik impas yang terbesar ada pada tahun
2011 sedangkan pencapaian titik impas tang yang
terendah ada pada tahun 2012. Dan dalam pencapaian
kuantiatas yang terbesar ada pada tahun 2011 dan
pencapaian kuantitas yang terendah ada pada tahun
2012. Di setiap tahuunya, penjualan yang dilakukan
perusahaan sudah baik dan selalu berada di atas
stastitik impas dengan kata lain perusahaan sudah
mampu mencapai keuntungan di setiap tahunnya.
2) Margin of Safety menunjukan jarak antara penjualan
yang direncanakan dengan penjualan pada break even.
Dengan demikian margin of safety juga
menggambarkan batas jarak, dimana kalau
berkurangnya penjualan melampaui batas jarak
tersebut perusahaan akan menderita kerugian.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, pada tahun
2011 margin of safety yang dicapai PT. Tropica
Cocoprima hanya sebesar 14,5 % yang paling rendah
dari tahun yang lain. Pada tahun inilah perusahaan
rawan mengalami kerugian, karena semakin kecil
margin of safety berarti semakin cepat perusahaan
menderita kerugian.
Kelebihan Penelitian PT. Tropica Cocoprima merupakan perusahaan
manufaktur yang menggunakan kelapa sebagai bahan
utama produksi. Perusahaan ini merupakan penghasil
kelapa kering terbaik yang ada di Indonesia. Dalam
menjalankan perusahaannya, PT. Tropica Cocoprima
belum sepenuhnya mengklasifikasikan biaya-biaya
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Maka dari itu,
penulis merasa tertarik untuk mengangkat ini menjadi
sebuah penelitian dengan menganalisis break even point
atau titik impas.
Kekurangan Penelitian Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk
cukup tinggi. Tetapi perusahaan tidak mengadakan
perluasan produksi atau meningkatkan volume produksi
sesuai dengan kapasitas perusahaan. Sehingga biaya tetap
tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya dan akan berpengaruh
negatif terhadap kenaikan laba.
RESUME MATERI
“KEBIJAKAN KEUANGAN DIMASA PANDEMI COVID 19”
Penyebaran Covid-19 semakin masif dalam beberapa minggu terakhir ini termasuk yang
terjadi di Indonesia. Berdasarkan data sebaran kasus sampai dengan 5 April 2020 jumlah kasus
positif sebanyak 2.273 dengan angka kematian berkisar 8,7%, tersebar di 32 Provinsi dari total 34
Provinsi yang ada di Indonesia. Beberapa ahli menyebutkan tren peningkatan kasus masih akan
terus berlanjut, salah satunya diungkapkan ahli dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit
(EOCRU) yang memperkirakan total kasus positif bisa mencapai 71.000 kasus per akhir April 2020
dengan menggunakan pemodelan kasus di Indonesia selama lima hari terakhir atau dengan model
Italia.
Perkembangan penyebaran Covid-19 yang sangat cepat, berdampak pada banyak aspek,
yaitu antara lain aspek sosial dan ekonomi. Kebijakan social distancing dan anjuran work from home
yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi penyebaran Covid-19 ini, mengakibatkan
beberapa sektor, antara lain industri pariwisata, transportasi, manufaktur, keuangan, pelayanan
publik, dan sektor lainnya mengurangi atau menghentikan aktivitasnya sementara sampai waktu
yang belum ditentukan. Tentunya hal ini memiliki dampak yang begitu besar pada perekonomian
negara baik itu dalam skala makro maupun mikro. Faktor lain yang juga memberatkan yaitu karena
sebarannya sudah menjangkau sebagian besar wilayah di Indonesia. Oleh karena itu sejumlah
kebijakan dan langkah-langkah antisipatif telah dilakukan oleh pemerintah, baik pada pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19
ini. Langkah utama yang sudah dilakukan pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 mengenao Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Perppu
tersebut secara garis besar membahas dua hal, yang pertama kebijakan keuangan negara dan
keuangan daerah, yaitu mengatur kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Kedua adalah
kebijakan stabilitas sistem keuangan yang meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan
lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem
keuangan negara.
Kondisi yang sama juga berlaku pada sektor pemerintahan. Penurunan pendapatan
dialami karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sementara terjadi peningkatan
belanja pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan sosial. Pada bulan pertama
mungkin pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada keuangan pemerintah,
karena masih dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih tersimpan. Namun
apabila pandemi ini tidak kunjung membaik, dampak keuangannya akan mulai dirasakan
pada beberapa bulan berikutnya karena adanya penurunan pendapatan yang tajam dan
masalah likuiditas. Oleh karena itu instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat ataupun
daerah, perlu mengerahkan kekuatan bersama dalam penanggulangan penyebaran
pandemi ini dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di bidang kesehatan dan sosial.
Disaat yang sama pemerintah perlu menanggulangi dampak ekonomi dan keuangan,
dengan target pada masyarakat yang terdampak karena menurunnya daya beli.
Berdasarkan Keppres No.9 Tahun 2020, pemerintah juga telah menyusun kebijakan
terkait sumber pendanaan yaitu stimulus tahap 1, stimulus tahap 2, dan realokasi anggaran
APBN/APBD. Kebijakan stimulus tahap 1 dilakukan untuk memperkuat perekonomian
domestik, stimulus tahap 2 dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan kemudahan
ekspor-impor, sedangkan realokasi anggaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dengan tingkat urgensi yang tinggi.