Anda di halaman 1dari 40

MANAJEMEN KEUANGAN II

RESUME MATERI DAN REVIEW


JURNAL

Oleh :

Nama : Amelia A. Gamtohe


Npm : 02041811048
Kelas : IV B
Semester : IV

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020
RESUME MATERI
“SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG”

Terdapat berbagai jenis sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan seperti
misalnya long-term debt, saham preferen, dan saham biasa. Hutang jangka panjang ini dapat
diperoleh melalui pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi.

Obligasi dan saham preferen merupakan jenis pendanaan dengan beban tetap atau fixed
income securities. Keduanya memberikan pendapatan dengan jumlah yang tetap kepada
pemiliknya. Sementara itu perusahaan dapat pula memperoleh dana jangka panjang dengan
menjual saham biasa atau go public. Saham biasa merupakan surat berharga dengan penghasilan
tidak tetap atauvariable income security karena pemegang saham biasa hanya akan memperoleh
pendapatan apabila perusahaan mendapatkan laba dan membagikannya sebagai dividen. Besar
kecilnya dividen sangat tergantung atas laba yang diperoleh dan dividen payout ratio.

Saham biasa juga berbeda dengan obligasi dan saham preferen dalam harga pasar, di mana
harga saham biasa cenderung berfluktuasi sementara obligasi dan saham preferen relative lebih
stabil. Dari pihak perusahaan, penggunaan obligasi dan saham preferen memberikan manfaat
berupa perlindungan pajak. Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga dan dividen untuk
saham preferen yang kumulatif merupakan pengurang pajak.

Dilihat dari segi kepemilikannya, pemegang obligasi disebut juga sebagai kreditur
sedangkan pemegang saham biasa maupun saham preferen disebut juga sebagai pemilik
perusahaan. Ciri lain adalah bahwa obligasi memiliki jatuh tempo sedangkan saham biasa dan
saham preferen tidak memiliki jatuh tempo. Konsekuensi lain penggunaan obligasi ini adalah
bahwa ketidakmampuan membayar bunga dapat mengakibatkan kebangkrutan sedangkan
ketidakmampuan membayar dividen tidak berakibat apa-apa.

A. Karakteristik Pendanaan Hutang Jangka Panjang


Pendanaan Jangka Panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang bisa dimanfaatkan
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama dibandingkan dengan alternatif jenis
pendanaan lainya dalam memenuhi kebutuhan pembelanjaan perusahaan atau lebih dari satu
tahun.

B. Instrumen Hutang Jangka Panjang


Hutang jangka panjang atau long term loan adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam
dengan kreditur di mana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan
peminjam bersedia untuk membayar secara preiodik yang mencakup bunga dan pokok
pinjaman. Hutang jangka panjang ini dapat diperoleh melalui bank, perusahaan asuransi, atau
dapat juga kepension fund. Hutang jangka panjang ini mempunyai tiga karakteristik yaitu:
cepat, fleksibel dan biaya yang rendah. Ini disebabkan karena pinjaman ini dinegosiasikan
langsung antara peminjam dengan kreditur. Biaya administrasi menjadi relatif kecil dan tidak
diperlukan adanya persetujuan dengan pengawas pasar modal seperti halnya jika perusahaan
mengeluarkan obligasi.
 Ketentuan standar hutang
Standar perjanjian hutang panjang bagi peminjam diantaranya yaitu:
a) Wajib mempertahankan pencatatan akuntansi sesuai dengan GAAP.
b) Wajib menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit.
c) Wajib membayar pajak dan kewajiban lain pada saat jatuh tempo.
d) Wajib mempertahankan seluruh fasilitas agar tetap dalam kondisi yang baik.

 Ketentuan Pembatasan hutang


Secara umum perjanjian pembatas ini mencakup :
a) Debitur wajib mempertahankan tingkat modal kerja bersih minimum.
b) Debitur dilarang untuk menjual piutang dagang (account receivables).
c) Kreditur membatasi aset tetap pada perusahaan.
d) Debitur dibatasi menambah pinjaman jangka panjang.
e) Debitur dilarang untuk mengadakan leasesf.
f) Debitur dilarang melakukan kondolidasi, merger atau penggabungan dengan
perusahaan lain.
g) Debitur dilarang membayar gaji yang besar, pemberi pinjaman atau membatasi
kenaikan gaji bagi pegawai tertentu.
h) Manajemen wajib mempertahankan ”tenaga kerja inti” tertentu.
i) Debitur dilarang melakukan alternatif investasi.
j) Debitur wajib menggunakan dana pinjaman sesuai tujuan. Debitur dibatasi dalam
pembayaran dividen tunai dengan nilai maksimum 50% - 70% dari laba bersih.

 Biaya Hutang Jangka Panjang


Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya atau tingkat bunga dari hutang jangka panjang
diantaranya yaitu :
1. Jatuh tempo
2. Besar pinjaman
3. Risiko penerima pinjaman
4. Biaya pokok uang.Pinjaman Jangka Panjang (Long Term Loan)

C. Jenis-jenis Pendanaan Jangka Panjang


1. Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan alternatif pendanaan jangka panjang yang umumnya
disediakan oleh kalangan perbankan selain kredit modal kerja (pendanaan jangka pendek)
yang selama ini kita kenal. Keputusan perusahaan untuk memanfaatkan kredit investasi ini
hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
o Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.
o Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan.
o Lamanya jangka waktu kredit.
o Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya.
o Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan
o Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang biasanya dalam
bentuk penalty.
2. Hipotek ( Mortgage ),
Hipotek adalah alternatif pendanaan jangka panjang dalam bentuk hutang yang
biasanya harus disertai dengan agunan berupa aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan).
Dalam hal terjadinya likuidasi perusahaan yang mempunyai hutang, maka kewajiban
kreditur harus dipenuhi terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva yang dijadikan sebagai
agunan tersebut.

3. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva
tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan
diperlakukan sebagai kreditur umum. Dalam Obligasi, akan mencantumkan :
o Nilai pelunasan atau face value.
o Jangka waktu pelunasan.
o Bunga yang dibayarkan (coupon rate).
o Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan.

Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik pemilik maupun


penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku bunga. Artinya, apabila
suku bunga naik maka harga obligasi akan turun (dalam kondisi ini pemilik obligasi akan
rugi). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga turun, maka harga obligasi akan mengalami
kenaikan (dalam kondisi yang demikian ini penerbit obligasi akan rugi). Dalam rangka
untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang
disebabkan karena menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi kemudian
menawarkan :
a) Obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate). Misalnya, suku bunga obligasi
ditentukan sebesar sama dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu 6 bulan
pada bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.
b) Mencantumkan call price. Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh
penerbit obligasi, pada saat hak untuk membeli kembali obligasi tersebut dilaksanakan
oleh penerbit obligasi.

Jenis-Jenis Obligasi
1) Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu (unsecured bond) atau disebut
juga dengan “debenture“.
2) Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan dilakukan
oleh perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat terjadi likuidasi
perusahaan.
3) Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan bunga saja
kepada pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
4) Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak membayarkan bunga
kepada pemiliknya, dan perusahaan dalam menjual obligasi jenis ini dengan
memberikan discount. Penerbitan jenis obligasi semacam ini sering didasarkan
atas maksud untuk memperoleh keuntungan karena present value pembayaran
pajak.

Jenis-jenis Obligasi Dalam prakteknya terdapat berbagai jenis obligasi dan masing-
masing jenis obligasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut ini akan
dibahas berbagai jenis obligasi yang biasa diperdagangkan dipasar modal, beserta beberapa
karakteristiknya.
1) Obligasi dengan tingkat bunga tetap (fixed rate bond). Jenis obligasi yang sederhana
adalah obligasi yang menawarkan bunga, disebut sebagai coupon, tetap selama jangka
waktu obligasi tersebut. Bunga yang dibayarkan mungkin dilakukan setahun sekali,
tetapi mungkin juga dilakukan setiap semester, atau setiap triwulan.
2) Obligasi dengan tingkat bunga mengambang (floating rate bond). Obligasi yang
menawarkan suku bunga mengambang biasanya ditawarkan sebesar persentase
tertentu di atas suku bunga deposito. Mungkin juga dilakukan kombinasi dengan suku
bunga tetap (fixed rate). Misalnya pada tahun pertama menawarkan suku bunga 19%,
tetapi pada tahun-tahun berikutnya menawarkan suku bunga mengambang.
3) Obligasi dengan tingkat bunga nol (zero coupon bonds atau pure discount bond). Obligasi
jenis ini dijual dengan diskon pada awal periode, dan kemudian dilunasi penuh sesuai
dengan nilai nominal, pada akhir periode.
4) Obligasi konversi (convertible bonds). Merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham
perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai
kesempatan untuk memperoleh capital gain. Disisi lain perusahaan emiten akan
memperoleh keuntungan karena umumnya obligasi konversi memberikan tingkat
kupon yang relative lebih rendah dibanding obligasi biasa.
5) Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds). Adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu asset riil. Sehingga jika perusahaan
gagal memenuhi kewajibannya, maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih
asset tersebut. Perusahaan juga bisa menerbitkan obligasi yunior atau second mortgage
bond, yaitu obligasi dengan menggunakan jaminan asset riil yang sama dengan obligasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Jika terjadi likuidasi maka pemegang obligasi yang
kedua akan mempunyai hak atas jaminan tersebut setelah hak pemegang obligasi
pertama terpenuhi.
6) Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond) Adalah obligasi yang
diterbitkan tanpa menggunakan jaminan asset riil tertentu. Pendanaan Jangka Panjang
jaminan lagi setelah obligasi tanpa jaminan diterbitkan, yang disebut sebagai
subordinated (yunior) debentures.
7) Obligasi yang disertai warrant. Dengan adanya warrant maka pemegang obligasi
mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan.
Sama halnya dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan warrant akan
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan capital gain jika harga saham mengalami
kenaikan. Emiten juga akan memperoleh keuntungan dengan memberikan tingkat
kupon yang lebih rendah, karena pada umumnya obligasi konversi dan obligasi dengan
warrant memberikan tingkat bunga kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan
obligasi biasa.
8) Putable bond Adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai pari sebelum waktu jatuh tempo.
Putable bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi tingkat bunga yang
terjadi. Jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan dan harga obligasi akan
mengalami penurunan maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk meminta
pelunasan perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut dapat menginvestasikan
kembali dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan tingkat bunga pasar yang
berlaku..
9) Junk bond Adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon ) yang tinggi,
tetapi juga mengandung resiko yang sanagt tinggi pula. Junk bond biasanya diterbitkan
oleh perusahaan yang beresiko tinggi atau oleh perusahaan yang mempunyai rencana
merger atau akuisisi.

D. Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). Manfaat yang
diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut :
o Deviden : bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham.
o Capital gain : keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual
saham.
o Manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

1) Saham Preferen (Preferred Stock)


Sebagai sumber modal jangka panjang perusahaan, saham preferen menduduki posisi
antara long term debt dengan saham biasa. Seperti halnya saham biasa, saham preferen juga
merupakan bagian dari modal sendiri. Seperti halnya long term debt, saham preferen juga
memberikan pendapatan yang relatif konstan di samping itu biaya modal saham preferen
cenderung lebih tinggi dari biaya hutang, karena risiko yang dihadapi pemegang saham
preferen lebih besar dari risiko pemegang obligasi. Pemegang saham preferen memiliki
preferensi atau prioritas dalam pembayaran dividen.

Terdapat dua jenis saham preferen yaitu saham preferen yang komulatif dan tidak
komulatif. Saham preferen yang komulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembayaran
dividen sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Jadi misalkan pada satu
tahun tertentu perusahaan tidak mampu membayar dividen kepada pemegang saham
preferen komulatif ini, maka perusahaan berarti memiliki hutang dan wajib
membayarkannya tahun yang akan datang sebelum membagikan dividen kepada pemegang
saham biasa.

2) Saham Biasa (Common Stock)


Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Saham biasa
merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam dalam perusahaan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan masih menjalankan kegiatan operasi.
Tidak seperti halnya obligasi maupun saham preferen, pemegang saham biasa akan
menikmati kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Hak-hak pemegang saham biasa
adalah:
a) Hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Dengan hak tersebut, pemegang
saham memiliki hak untuk memilih direksi untuk mengendalikan perusahaan.
b) Hak memperoleh pembayaran dividen atas dasar per lembar saham yang dimiliki dan
menentukan dividen payout ratio.
c) Hak untuk membeli tambahan saham baru dikeluarkan perusahaan secara
proporsional. Jadi setiap emisi saham baru maka pemegang saham lama mempunyai
hak untuk membeli sejumlah saham tertentu sebelum dijual ke publik.
d) Hak atas aktiva setelah pembayaran hak yang lebih senior dalam likuidasi. Dengan
demikian menerima bagian paling akhir.

Kelebihan Saham Biasa:


a) Tidak adanya kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham
biasa.
b) Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo.
c) Saham biasa kurang berisiko bagi perusahaan dibanding dengan sumber dana lain.
d) Penggunaan saham biasa akan memperbaiki struktur modal perusahaan dengan
demikian risiko secara keseluruhan akan turun dengan asumsi dividen seluruhnya
dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dari segi investor saham biasa memiliki
tingkat risiko yang lebih tinggi dari hutang.
REVIEW JURNAL
“SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG”

Judul Analisis Perbandingan Antara Pendanaan Hutang Jangka Panjang Dengan


Leasing dalam Pengadaan Aktiva Tetap (Studi pada PT. Pion Berkah
Sejahtera Malang).
Jurnal Jurnal Administrasi Bisnis
Volume dan Halaman Vol 37 No 1, Hal 114-120
Tahun 2016
Penulis Atika Damayanti, Moch. Dzulkirom, AR, Achmad Husaini
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui


perbandingan antara pendanaan hutang jangka panjang
dengan leasing pada pengadaan aktiva tetap perusahaan
bagi PT. Pion Berkah Sejahtera Malang.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah PT. Pion Berkah Sejahtera.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang memberikan gambaran atau
uraian mengenai suatu kondisi, fenomena, atau peristiwa
yang dipaparkan dengan jelas mengenai objek penelitian
tersebut secara sistematis.
Defenisi Oprasional Variabel Variabel depeden adalah variabel yang terikat yang dimana
Dependen variabel tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat
berubah lagi.
Adapun variabel depeden dalam penelitian ini yaitu
mengukur perbandingan pendanaan antara hutang jangka
panjang dengan leasing dalam pengadaan aktiva tetap.
Cara dan Alat Mengukur Variabel Cara menghitung pengadaan dengan hutang jangka
Dependen panjang yaitu dengan melihat jumlah angsuran hutang
jangka panjang , Skedul pembayaran hutang jangka
panjang, dan Present value arus kas keluar hutang jangka
panjang.
Sedangkan pengadaan dengan leasing yaitu dengan melihat
Jumlah angsuran leasing, Skedul pembayaran leasing,
Present value arus kas keluar leasing.
Definisi Oprasional Variabel Variabel independent yaitu variabel bebas atau boleh
Independen berubah dalam penelitian ini. Adapun variabel independen
dalam penelitian ini yaitu pemilihan alternative sumber
pendanaan yang menguntungkan bagi perusahaan.
Langkah-Langkah Terapi 1. Melakukan analisis terhadap aktiva tetap perusahaan.
2. Melakukan analisis terhadap kebijakan perusahaan
dalam menentukan sumber pendanaan dengan
menggunakan metode NPV (Net Present Value).
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini didapat :
1) Besar kebutuhan dana dalam pengadaan aktiva tetap
melalui hutang jangka panjang sebesar Rp.
875.000.000,00 dengan tingkat suku bunga kredit yang
berlaku 10,50% per tahun atau 0,875% per bulan.
Jangka waktu pinjaman selama 5 tahun dan
pembayaran angsuran dilakukan setiap akhir bulan
atau sejumlah 60 kali pembayaran. Umur ekonomis
bus tersebut selama 8 tahun, dengan nilai residu
sebesar 10 % dari harga perolehan dan disusutkan
dengan metode garis lurus. Tingkat pajak yang
diperhitungkana sebesar 25 % sehingga hasil nilai
present value cash outflow hutang jangka panjang
sebesar Rp. 1.083.394.326,00.
2) Besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk alternatif
pendanaan leasing adalah sebesar Rp. 875.000.000,00
dengan uang muka sebesar 30% dari harga perolehan.
Tingkat bunga yang disyartakan sebesar 9,6% per
tahun atau 0.8% per bulan dengan masa kontrak
leasing 5 tahun dan tingkat pajak yang diperhitungkan
sebesar 25%. Pembayaran dilakukan diakhir bulan
dengan nilai residu sebesar Rp. 375.000.000,00,
sehingga diperoleh hasil present value cash outflow
pendanaan leasing sebesar Rp. 1.163.462.880,00.
3) Analisis perbandingan sumber pendanaan aktiva tetap
antara hutang jangka panjang dengan leasing dengan
menggunakan metode Net Present Value (NPV) yang
mana keputusan diambil dengan membandingkan total
present value cash outflow hutang jangka panjang
sebesar Rp.1.083.394.326,00 dengan total present
value cash outflow leasing sebesar
Rp.1.163.462.880,00. Altrenatif yang lebih
menguntungkan yaitu alternatif yang memiliki cash
outflow terkecil. Sumber pendanaan yang memiliki
cash outflow terkecil dan paling menguntungkan
adalah alternatif hutang jangka panjang, karena PT.
Pion Berkah Sejahtera dapat menghemat sebesar Rp.
80.068.554,00.
4) Biaya pemeliharaan kendaraan juga harus
dipertimbangkan dalam memilih alternatif hutang
jangka panjang, walau hasil metode NPV menunjukkan
bahwa hutang jangka panjang memiliki cash outflow
terkecil dan menguntungkan namun selanjutnya
perusahaan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan
kendaraan yang cukup besar untuk perawatan armada
bus karena berbeda dengan leasing yang mana biaya
pemeliharaan ditanggung oleh lessor.
Kelebihan Penelitian Kelebihan dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode NPV (Net Present Value) maka perusahaan dapat
lebih memperhitungkan nilai waktu dari uang dan
memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
Memperhitungkn nilai sisa proyek.
Kekurangan Penelitian Kekurangan dari penelitian ini yaitu PT. Pion Berkah
Sejahtera sebaiknya lebih cermat dalam memilih alternatif
pendanaan dalam pengadaan aktiva tetap. Seperti halnya
hutang jangka panjang dengan leasing dengan metode NPV
menunjukkan hutang jangka panjang lebih
menguntungkan dibanding leasing namun sesungguhnya
leasing lebih murah karena hutang jangka panjang harius
menanggung biaya pemeliharaan sehingga alternatif
leasing justru menghemat dana perusahaan dalam
pengadaan aktiva tetap perusahaan berupa bus pariwisata
sehingga penambahan armada dapat memenuhi
permintaan penyewaan bus oleh konsumen dan
meningkatkan pendapatan.
RESUME MATERI
“KEBIJAKAN DEVIDEN (RIGHT ISSUE)”

A. Pengertian Dividen
Dividen didefinisikan sebagai pembagian keuntungan kepada pemegang saham perusahaan
yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki (Baridwan, 1997: 37). Atau sisa laba bersih
perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 127).

Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham
tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash
dividen disebut dividen payout ratio (Riyanto, 1995: 266) dimana semakin tinggi tingkat
dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil dana yang
tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Hal ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan. Apabila dividen tidak dibagikan, bisa jadi investor mempersepsikan
bahwa perusahaan kekurangan dana, yang menyebabkan harga saham akan turun.

B. Bentuk-Bentuk Dividen
Bentuk-bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Dividen Kas (dividen tunai) merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh
perusahaan, dimana pembayarannya dilakukan setahun sekali. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh perusahaan agar dapat membayar dividen ini:
o Laba ditahan yang mencukupi.
o Kas yang memadai.
o Tindakan formal dari dewan komisaris
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend) adalah Dividen yang dibagikan dalam bentuk
aktiva selain kas disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-
surat berharga perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan ataupun barang
dagangan.
3. Dividen Utang (Scrip Dividend) ialah janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di
waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi ialah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal.
5. Dividen Saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada
para pemegang saham sebanding dengan saham yang dimilikinya.

C. Prosedur Pembayaran Dividen


1. Tanggal Pengumuman
Direksi mengadakan rapat, misalnya tanggal 17 Oktober. Pada hari tersebut, mereka
mengeluarkan pengumuman.
2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham
Tanggal pencatatan pemegang saham biasanya pada tanggal 15 Desember, dimana
pada tanggal ini perusahaan menutup buku pencatatan pemindahtanganan dan
membuat daftar dari pemegang saham per tanggal tersebut.

3. Tanggal Pemisah Deviden


Hak untuk memperoleh dividen akan tetap melekat pada saham sampai empat hari
sebelum tanggal pencatatan saham. Pada hari keempat sebelum tanggal pencatatan, hak
dividen tidak lagi melekat pada saham. Tujuannya: menghindari keterlambatan
pemberitahuan pemilik saham baru kepada perusahaan.

4. Tanggal Pembayaran
Misalnya ada tanggal 2 Januari sebagai tanggal pembayaran perusahaan akan
mengirimkan cek kepada pemegang saham yang tercatat sebagai pemegang saham.

D. Dividen Tunai
Dividen tunai merupakan Keputusan untuk membagi keuntungan berupa dividen kepada
pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi di masa
depan.
1. Kebijakan Dividen Tunai
a) Dividen tetap setiap periode
Dividen yang dibayarkan pada akhir tahun setiap periode walaupun pendapatan
berfluktuasi. Kebijaksanaan ini dapat memenuhi harapan pemegang saham akan
penghasilan periode ini, namun saat tahun-tahun dimana pendapatan perusahaan
menurun dapat mengakibatkan kekurangan kas, karena kas yang ada telah disepakati
untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen.

b) Dividen tetap pada tingkat yang lebih rendah


Salah satu faktor yang membuat kebijaksanaan menetapkan dividen tetap pada
tingkat yang lebih rendah adalah menghimpun dana dari dalam perusahaan untuk
pembiayaan suatu investasi yang baru. Kebijakan ini dapat menimbulkan respon pasar
yang negatif terhadap harga saham karena berkurangnya penghasilan pemegang
saham pada periode ini, dan untuk mengurangi risiko tersebut mungkin perusahaan
dapat mengumumkan bahwa pada masa yang tidak lama lagi atau jika investasi yang
baru sudah menghasilkan keuntungan akan ada kenaikan dividen.

c) Dividen tetap pada tingkat yang lebih tinggi


Keputusan untuk menetapkan dividen pada tingkat yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa pendapatan juga sudah stabil pada tingkat yang lebih tinggidan perusahaan
tidak membutuhkan kelebihan dana untuk membelanjaipertumbuhan. Pada banyak
kasus, pendapatan-pendapatan yang lebih tinggi akan menyebabkan suatu kenaikan
pada harga saham, dan penetapan dividen ini tidak akan mempunyai pengaruh.
d) Dividen yang berfluktuasi sesuai dengan pendapatan
Dividen tunai yang berfluktuasi sesuai dengan pendapatan kurang disukai oleh
investor, karena unsur ketidakpastian akan penghasilan pada periode ini.
Kebijaksanaan tersebut memberikan suatu kepastian jumlah dana yang tersedia di
perusahaan untuk membiayai kebutuhan perusahaan.

e) Dividen rendah yang teratur ditambah ekstra dividen


Bila tahun ini pendapatan perusahaan baik, akan dideklarasikan ekstra dividen.
Pendekatan ini memberikan keluwesan untuk menggunakan dana yang tersedia
dengan optimal.

f) Menghapus dividen sama sekali


Ada dua alasan bagi perusahaan untuk tidak membagikan dividen yaitu:
o Keadaan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius sehingga tidak
memungkinkan untuk membayar dividen.
o Adanya kebutuhan dana yang sangat besar karena investasi yang sangat menarik
sehingga harus menahan seluruh pendapatan untuk membelanjai investasi
tersebut. Untuk mengambil keputusan seperti ini perusahaan harus dapat
menerangkan alasan secara sangat hati-hati kepada para investor.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Tunai


Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen tunai (Riyanto, 1994: 202) yaitu:
o Posisi likuiditas perusahaan, dimana semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
o Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang berasal dari laba, maka hal ini
mengakibatkan semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.
o Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi, dimana kebutuhan dananya
dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal, maka perusahaan dapat
menetapkan pembayaran dividen yang tinggi.
o Pengawasan terhadap perusahaan oleh para pemegang saham.

3. Profitabilitas
Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik, dan dari laporan keuangan tersebut
parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Laba yang
dilaporkan merupakan signal mengenai laba di masa yang akan datang, oleh karena itu
pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba perusahaan untuk masa
yang akan datang berdasarkan signal yang disediakan oleh manajemen melalui laba yang
dilaporkan.
Hughes (1986) dalam Hartono (2000), menunjukkan bahwa nilai laporan keuangan
seperti laba bersih perusahaan yang dianggap sebagai signal yang menunjukkan nilai dari
perusahaan. Hartono (2000) menunjukkan bahwa laba dan arus kas periode lalu
mempunyai manfaat untuk memprediksi laba dan arus kas satu tahun ke depan. Menurut
ruang lingkupnya, ada tiga konsep laba yang dikemukakan Financial Accounting Standard
Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no.5, yaitu
earnings, net income, dan comprehensive income. Sebagaimana dikutip Hudayati (1999),
pengertian earnings adalah kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang
disebabkan karena aktivitas pokok maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu.
Earnings mempunyai empat komponen, yaitu revenues, expenses, gains, dan loses. Adapun
net income adalah earnings ditambah atau dikurangi pengaruh perubahan akuntansi tahun
lalu, sedangkan comprehensive income adalah net income ditambah atau dikurangi
berbagai kenaikan aktiva yang tidak disebabkan oleh setoran modal pemilik, yang biasa
disebut sebagai No Owner Change in Equity atau dapat juga disebut laba bersih setelah
pajak (Earning After Tax).

E. Divoden Saham
1. Pengertian Dividen Saham
Dividen saham (stock dividend) adalah pembagian saham perusahaan yang
bersangkutan secara pro rata kepada pemegang sahamnya. Jika dividen tunai dibayarkan
dalam bentuk tunai, dividen saham dibayarkan dalam bentuk saham. Selain pembagian
dividen dalam bentuk surat berharga, alternative yang paling sering dilakukan adalah
dividen dalam bentuk saham bila perusahaan kekurangan likuiditas (kas) pembagian
dividen jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegang saham.
Pembagian dividen saham sesungguhnya tidak menyebabkan kekayaan perusahaan
berkurang. Nilai asset bersih perusahaan, tetap seperti sebelum pembagian dividen.
Demikian halnya dengan komposisi kepemilikan. Transaksi dilakukan dengan cara
mengkapitalisasi laba ditahan. Artinya saldo laba ditahan (sebagian atau seluruhnya)
dipindahkan kea kun modal. Sehingga modal disetor bertambah, sedangkan laba ditahan
berkurang atau habis.

2. Tujuan Dividen Saham


Tujuan dividen saham ialah sebagai berikut :
o Memenuhi harapan pemegang saham untuk mendapatkan dividen tanpa
mengeluarkan uang tunai.
o Meningkatkan daya jual saham perusahaan. Ketika jumlah saham dipasar meningkat,
harga saham per-lembarnya akan turun. Penurunan harga pasar tersebut akan
memudahkan para investor yang lebih kecil untuk membeli saham perusahaan.
o Menekankan bahwa sebagian dari ekuitas pemegang saham telah diinvestasi ulang
secara permanen kedalam usaha (dan tidak tersedia untuk dividen tunai).

Perlakuan akuntansi dividen saham berbeda-beda tergantung posisi dividen saham yang
dibagikan:
a. Dividen Saham Jumlah Kecil
Untuk dividen saham dalam jumlah kecil (kurang dari 25% saham beredar, maka saham
yang akan diterbitkan sebagai dividen dinilai sebagai harga pasar wajar
b. Dividen Saham Dalam Jumlah Besar
Untuk dividen saham dalam jumlah besar (lebih dari 25% sisa saham belum terjual), maka
saham yang akan diternitkan sebagai dividen dinilai sebesar nilai par-nya

F. RightIssue
Right Issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh
emiten. Right ini diberikan cuma-Cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham yang
namanya sudah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu perseroan terbatas untuk
menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses emisi atau
pengeluaran saham-saham dari saham potopel atau saham simpanan. Hak tersebut diberikan
dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan dan jumlah yang
berhak diambil seimbang dengan jumlah saham yang mereka miliki secara proporsional.

Right issue adalah salah satu bentuk corporate action yang dilakukan oleh perusahaan saat
hendak melepaskan/menjual saham ke public (Initial Public Offering/IPO). Mekanismenya,
perusahaan tersebut menjual hak beli kepada publik/pemegang saham yang sudah ada,
sehingga si pemegang hak beli tersebut pada periode yang telah ditetapkan berhak melakukan
pembelian saham sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.Istilah yang perlu diketahui
seputar right issue :
1. Persetujuan Pemegang Saham
Right issue dilakukan atas dasar persetujuan rapat umum pemegang saham. Setelah
mendapatkan persetujuan, emiten emiten harus menawarkan saham barunya tersebut
kepada pemilik saham lama terlebih dahulu, sesuai dengan proporsi kepemilikannya
(Preemtive right).

2. Tujuan
Pada umumnya tujuan right issue adalah untuk menghimpun dana segar yang akan
digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk modal kerja. Beberapa
tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham, atau untuk
meningkatkan jumlah saham beredar sehingga lebih liquid perdagangannya.

3. Penjamin Emisi
Menjamin dana hasil rights issue diterima oleh emiten

4. Stanby Buyer
Investor yang siap membeli saham baru yang tidak terjual.Standby buyer bisa
berasal dari pemegang saham lama ataupun investor lain

5. Harga
Umumnya harga rights issue lebih rendah dari harga pasar, hal ini sebagai insentif
bagi pemegang saham lama. Namun sebetulnya, harga persaham dari total saham yang
dimiliki investor, tidak menjadi serendah harga rights issue. Pemilik saham harus
melakukan penyesuaian harga dengan menambahkan nilai saham lamanya dengan nilai
saham baru, dan kemudian dibagi dengan total jumlah saham. Harga penyesuaian akan
menunjukkan harga pasar yang terdilusi. Itulah sebabnya mengapa rights issue ditawarkan
kepada pemegang saham lama terlebih dahulu.

6. Cum dan Ex-date


Rights issue akan ditawarkan kepada investor yang tercatat dalam Daftar Pemegang
Saham (DPS) pada waktu yang telah ditentukan. Artinya investor yang membeli saham pada
waktu tersebut, berhak untuk membeli saham (cum rights). Sementara itu, investor yang
memiliki saham diluar waktu tersebut,tidak akan mendapatkan hak membeli saham (ex-
rights), dan hak atas rights menjadi milik penjual.

7. Manfaat Rifgt Issue Bagi Konsumen


Pengumuman penerbitan saham baru (right issue) merupakan berita yang
disampaikan oleh pihak manajemen perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan.Investor akan merespon informasi tersebut sebagai sinyal terhadap adanya
peristiwa (event) tertentu yaitu berupa sinyal positif (good news) atau berupa sinyal
negatif (bad news). Apabila dana dari penerbitan saham baru (right issue) digunakan untuk
ekspansi usaha atau perbaikan struktur modal, maka kinerja perusahaan akan lebih baik di
masa depan. Sehingga informasi yang dihasilkan memberikan sinyal positif bagi investor
yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Tetapi jika dana dari penerbitan saham baru (right issue) akan digunakan untuk
tujuan perluasan investasi yang mempunyai nilai sekarang bersih (net present value) nol
atau negatif dan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sehingga menyebabkan
kondisi laba di masa depan menurun, maka informasi yang diperoleh investor memberi
sinyal yang negatif. Sinyal tersebut akan direspon oleh investor yang tercermin dengan
perubahan harga saham dan tingkat likuiditas saham di seputar pengumuman penerbitan
saham baru (right issue) yang dilakukan oleh perusahaan.

8. Bentuk Lain dari Right Issue


o Saham bonus, saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemilik saham lama.
o Stock Dividend. Pembagian keuntungan emiten kepada investor dalam bentuk saham.
o Stock split, memecah jumlah saham yang berakibat juga pada pemecahan harga per-
saham.
o Waran: suatu hak bagi investor yang memilkinya, untuk membeli saham pada harga dan
pada waktu yang telah ditentukan, umumnya 3-5 tahun ke depan.
REVIEW JURNAL
“KEBIJAKAN DEVIDEN (RIGHT ISSUE)”

Judul Pengaruh Right Issue Terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham
Emiten di Bursa Efek Jakarta
Jurnal Jurnal Sultan Agung
Volume dan Halaman Vol XLIV No 118, Hal 79-94
Tahun 2009
Penulis Dedi Rusdi, dan Angga Avianto
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi
investor yang diproksikan dengan abnormal return
disekitar hari pengumuman. Sampel adalah right issue oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama
periode 2003-2007.
Subjek Penelitian Perusahaan yang terdaftar di BEJ dari periode 1 Januari
2003 sampai dengan 31 Desember 2007.
Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data dilakukan secara
nonparticipant observation yaitu peneliti hanya mengamati
data yang telah tersedia tanpa ikut menjadi bagian dari
system (Indriantoro dan Supomo 1999). Dalam penelitian
ini data yang diperlukan didokumentasikan dari data base
pojok BEJ-UNDIP. Penelitian ini juga menggunakan
metode kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan
perhitungan
Defenisi Oprasional Variabel Variabel depeden adalah variabel yang terikat yang dimana
Dependen variabel tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat
berubah lagi.
Adapun variabel dependen penelitian ini yaitu Tingkat
keuntungan saham adalah besarnya selisih antara biaya
yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima pemilik
saham dan likuiditas saham adalah besamya perubahan
aktivitas volume perdagangan saham yang terjadi.
Cara dan Alat Mengukur Variabel Pada tingkat keutungan saham diukur dengan
Dependen menggunakan besarnya return dan abnormal return.
Sedangkan likuiditas saham diukur dengan menggunakan
ukuran Trading, Volume Aetivity (TVA) masing-masing
saham untuk periode 5 hari diseputar tanggal
pengumuman.
Definisi Oprasional Variabel Variabel independent yaitu variabel bebas atau boleh
Independen berubah dalam penelitian ini. Adapun variabel
independent dalam penelitian ini yaitu reaksi harga saham
dan volume perdagangan di seputar pengumuman right
issue.
Langkah-Langkah Terapi Penelitian ini dapat diukur menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Reaksi investor juga dapat diukur
menggunakan trading volume activity (TVA)
Hasil Penelitian Dengan melihat rata-rata abnormal return saham dan TVA
pada sebelum dan sesudah pengumuman right issue
menunjukkan bahwa return saham pada sebelum
pengumuman right issue sedikit lebih kecil dibanding
dengan rata-rata return saham sesudah pengumuman right
issue. Namun demikian pengujian secara statistik
memberikan hasil bahwa pengumuman right issue tidak
memberikan satu informasi yang signifikan terhadap
perubahan harga saham dan aktiviats perdahagan pada 3
hari sebelum pengumuman dan 3 hari sesudah
pengumuman. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman
right issue tidak mampu memberikan reaksi tehadap
penurunan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan
memang terjadi peningkatan trading volume activity
namun tidak menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan.
Kelebihan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah reaksi investor diukur
menggunakan trading volume activity (TVA) sehingga
dapat menunjukan bahwa menunjukkan bahwa sebelum
dan sesudah pengumuman right issue tidak terdapat
terhadap perubahan reaksi harga saham yang signifikan.
Kekurangan Penelitian Kekurangan penelitian ini adalah diperlukan analisis
dengan memasukkan periode normal diantaranya dengan
membandingkan volume perdagangan pada seputar
pengumuman right issue dengan pada periode normal.
RESUME MATERI
“ANALISIS LEVERAGE”

A. Pengertian dan Pentingnya Leverage


Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan sumber
dana (sources of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau sumber dana
tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Leverage dibagi
dalam dua macam yaitu :
1) Laverage Operasi (Operating Leverage), berkaitan dengan penggunaan
aktiva/operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap.
2) Leverage Keuangan (Financial Leverage), berkaitan dengan penggunaan dana dengan
beban tetap dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa
(EPS = Earning Per Share).

Konsep leverage sangat bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian


keuangan. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, sehingga
akan dapat meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya penggunaan leverage
juga dapat meningkatkan resiko keuntungan.Jika perusahaan mendapatkan keuntungan
yang lebih rendah dari biaya tetapnya, maka penggunaan leverage akan menurunkan
keuntungan pemegang sahamnya.

B. Leverage Operasi (Operating Leverage)


Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biaya-
biaya operasi tetap (biaya penyusutan gedung & peralatan kantor, biaya asuransi dan biaya lain
yang muncul dari penggunaan fasilitas dan biaya manajemen). Biaya operasi tetap, dikeluarkan
agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh
biaya operasi tetap dan variabel. Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu
adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan atau
kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan.

Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh. Pengaruh tersebut dapat dicari dengan
menghitung besarnya tingkat leverage operasinya (degree of operating leverage). Tingkat
Leverage Operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL) adalah prosentase perubahan laba
operasi (EBIT) yang disebabkan perubahan satu persen dalam output (penjualan). Untuk
menghitung besarnya degree of operating digunakan rumus :
% perubahan dalam EBIT
𝐷𝑂𝐿 = Atau
% perubahan dalam sales

S − BV Q(P − V)
𝐷𝑂𝐿 = =
S − BV − BT Q(P − V) − BT
Cara lain untuk mencari koefisien DOL adlah dengan menyederhankan persamaan menjadi :
Penjualan − Biaya Variabel
𝐷𝑂𝐿 =
EBIT

Dimana :
Q = Kuantitas
P = Harga per unit
V = Biaya Variabel per unit
BT= Biaya Tetap total
S = Penjualan
BV= Biaya Variabel total

DOL merupakan salah satu komponen yang menunjukkan resiko bisnis perusahaan. DOL
perusahaan memperbesar dampak dari faktor lain pada variabilitas laba operasi. DOL yang tinggi
tidak akan berpengaruh, bila perusahaan dapat memelihara penjualan dan struktur biaya yang
konstan. Jadi DOL dapat dipandang sebagai suatu ukuran dari resiko potensial yang menjadi aktif
hanya jika penjualan dan biaya produksi berubah-ubah.

Besarnya tingkat perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan (DOL) sangat
erat hubungannya dengan titik impas/titik pulang pokok. Titik impat menunjukkan besarnya
pendapatan sama dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Semakin besar
penjualan berarti semakin besar laba operasi secara absolut berarti semakin jauh dari titik impas,
sebaliknya DOL-nya semakin kecil. Pada umumnya perusahaan tidak senang beroperasi dengan
DOL yang tinggi, karena penurunan sedikit dalam penjualan dapat mengakibatkan kerugian
(penurunan laba yang besar sehingga menjadi rugi).

C. Leverage Keuangan (Financial Leverage)


Leverage Keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas
penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham (EPS = Earning
Per Share). Masalah Leverage Keuangan baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana
dengan beban tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan (Favorable Financial Laverage) atau efek yang
positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari pada
beban tetap atas penggunaan dana yang bersangkutan.

Efek yang menguntungkan dari leverage keuangan sering disebut Trading in Equity.
Leverage keuangan itu merugikan (Unfavorable Leverage) apabila perusahaan tidak dapat
memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang
harus dibayar. Nilai leverage keuangan positif atau negatif dinilai berdasarkan pengaruh
leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Artinya bagaimana
pengaruh alternatif pendanaan yang akan dipilih terhadapat pendapatan per lembar saham.
Alternatif kombinasi pendanaan tersebut misalnya, alternatif pendanaan hutang obligasi
dengan saham biasa, obligasi dengan saham preferen, obligasi dengan saham biasa atau saham
preferen dengan saham biasa. Dari alternatif-alternatif pendanaan tersebut perlu dicari berapa
jumlah biaya pendanaan yang harus dikeluarkan agar dengan pendanaan tersebut
menyebabkan nilai laba operasi (EBIT) yang menghasilkan EPS yang sama atau tercapai titik
indifferen (Indifferent Point). Titik Indifferent adalah suatu keadaan dimana pada keadaan
tersebut tercapai tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama pada berbagai
alternatif pendanaan.
% 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑃𝑆
𝐷𝐹𝐿 =
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇

Yang dapat diformulasikan menjadi :


Persamaan sebenarnya dapat disederhankan:
∆𝐸𝑃𝑆
𝐷𝐹𝐿 = 𝐸𝑃𝑆 𝐷𝐹𝐿 =
𝐸𝐵𝐼𝑇
∆𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼 − 𝐷𝑝 /(1 − 𝑡)
𝐸𝐵𝐼𝑇

D. Leverage Kombinasi
Kita juga bisa mengetahui secra langsung efek perubahan penjualan terhadap perubahan
laba unutk pemegang saham atau EAT yaitu combine leverage. Combine leverage adalah
pengaryh perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak. bila ditemukan combine
leverage 3 artinya perubahan penjualan 20% akan mempengaruhi laba setelah pajak sebesar 3
x 20% = 60%. Untuk menghitung degree of combine leverage sebagai berikut:
S − BV Q(P − V)
𝐷𝐶𝐿 = =
EBIT − I Q(P − V) − BT − I

E. Indefferent Point
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen dihadapkan pada beberapa alternatif
sumber pendanaan. apakah dengan modal sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Mana
yang dipilih dari alternatif yang ada, tidak menjadi masalah asal bisa meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham yang diukur dengan earning per share (EPS) atau return
ob equity (ROE).

Dalam memilih alternatif sumber dana perlu diketahui pada tingkat EBIT berapa apabila
dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS atau ROE sama. EBIT pada
kondisi di atas disebut indifferent point. Indefferent point adalah tingkat EBIT yang dapat
menyamakan keuntungan bagi pemegang saham dengan modal sendiri. Pada indifferent point
tersebut, berapapun leverage faktor akan menghasilkan EPS atau RPE sama.
𝑋(1 − 𝑇) (𝑋 − 𝑐)(1 − 𝑇)
=
𝑆1 S2

Dimana:
X = EBIT pada indifferent point
c = Bunga hutang
T = Pajak
S1 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal sendiri
S2 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal asing
REVIEW JURNAL
“ANALISIS LEVERAGE”

Judul LEVERAGE ANALYSIS: A STUDY ON WHIRLPOOL LTD


Jurnal International Journal of Management and Social Science Research Review
Volume dan Halaman Vol 1, Hal 131-139
Tahun 2017
Penulis Sri Ayan Chakraborty
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020

Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hubungan


antara bagian komponen dari laporan keuagan PT
Whirlpool Limited dan untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang posisi dan kinerja perusahaan.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah PT Whirlpool Limited.
Metode Penelitian Penelitian ini didasarkan pada data sekunder.
Variabel Kunci Variabel yang telah diadopsi untuk penelitian ini adalah
penjualan, PBIT, PBT, Kekayaan Bersih, Modal yang
Digunakan, Bunga, Pinjaman.
Hasil Penelitian 1) Whirlpool hampir merupakan perusahaan tanpa
hutang dan pada tahun 2016 rasio D / E adalah 0,08
atau 7,1% dari Modal yang digunakan.
2) Menjadi perusahaan tanpa hutang, pusaran air tidak
mendapatkan pelindung pajak. Tetapi mengingat laba
ditahan yang sangat besar dan 85% dana promotor
dalam dana pemegang saham keseluruhan, tidak
meningkatkan asetnya adalah opsi yang lebih
menguntungkan untuk perusahaan.
3) Penjualan bersih dan aset perusahaan telah meningkat
banyak dalam beberapa tahun terakhir.
4) Meskipun tidak ada hutang jangka panjang, tetapi telah
mengambil beberapa pinjaman untuk pengeluaran
operasional yang sangat kurang dibandingkan dengan
PBIT perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio cakupan
bunga yang besar
5) Untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
leverage memainkan peran positif ketika tingkat
pengembalian lebih tinggi dari yang ditetapkan tingkat
bunga yang dibayarkan atas pinjaman yang dipinjam.
6) Hutang jangka panjang secara positif terkait dengan
profitabilitas kotor perusahaan. Ini bisa dijelaskan
dengan agresif strategi output dan investasi yang
diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dengan hutang
jangka panjang yang lebih tinggi, dikombinasikan
dengan teknologi mereka upaya gradasi.
7) Oleh karena itu, struktur hutang perusahaan ternyata
memiliki pengaruh penting terhadap pilihan produk
perusahaan strategi terkait pasar dan dengan demikian
mempengaruhi kinerja perusahaan juga.
8) Whirlpool Ltd. juga menggunakan leverage keuangan
secara efektif sehingga meningkatkan penghasilan
pemegang saham. Akhirnya, disimpulkan bahwa
perusahaan harus meningkatkan rasio ekuitas
utangnya agar perdagangannya lebih baik posisi
ekuitas dan membingkai ulang struktur modalnya
untuk pengembangan lebih lanjut.
Kelebihan Dalam penelitian ini membahas lengkap mengenai kinerja
keuangan Whirlpool Ltd, Leverage dari Pusaran Air Ltd,
dan hubungan antara leverage dan profitabilita.
Kekurangan Penelitian banyak memakan waktu kurang lebih selama 8
tahun.
RESUME MATERI
“ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)”

A. Analisis Break Even Point (BEP)


Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara Baiaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Sering pula disebut
“Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V. analysis).

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan
di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata
lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi
bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel
dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang
lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
o Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
o Struktur biaya tetap dan variable
o Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap.
o Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi.

Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer
dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil
keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan
prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan.
o Harga jual persatuan,
o Produksi minimal,
o Pendesainan produk, dan lainnya

Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik
impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
o Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode.
o Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan.
o Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.

B. Manfaat dan Kegunaan Analisis Break Even


Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan
dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh.

Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan kegunaan


break even point adalah sebagai berikut :
1) Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai, jika perusahaan ingin
mendapatkan laba.
2) Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi untuk
mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3) Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi terhadap tingkat operasi
atau kegiatan.
4) Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal biaya dan hasil
penjualan.

C. Jenis-Jenis Biaya Berdasarkan Break Even


Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian
ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau
variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini
akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:
Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi.

D. Asumsi yang Digunakan Break Even Point (BEP)


Mudah tidaknya perhitungan atau penutupan titik break even point tergantung pada
konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya. Menurut Susan
Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan asumsi dasar yang digunakan
dalam break even point adalah sebagai berikut :
o Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan
biaya variabel.
o Biaya vaiabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya
tetap tidak mengalami perubahan secara total.
o Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya
tetap perunit akan berubah-ubah.
o Harga jual perunit konstan selama periode dianalisis.
o Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
o Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau
menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk
tetap.

E. Keterbatasan Analisis Break Even Point


Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan
harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik
break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi
analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
a. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu.
b. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan .
c. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu.
d. Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila:


o Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan
ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak
mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau
sebaliknya.
o Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
o Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis
total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
o Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari
satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan
produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

F. Metode Perhitungan Break Even Point


Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even point dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume
dengan laba maka diperlukan grafik atau bagan break even point. Secara matematik tingkat
break even point dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Menurut Sutrisno dalam bukunya
“Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi” mengemukakan metode perhitungan break
even point dapat ditentukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Dengan Pendekatan Matematik
a. Break Even Poin dalam Unit

Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume

b. Break Even Poin dalam Rupiah

2. Pendekatan dengan Grafik


Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan grafik menggambarkan
hubungan antara volume penjualan dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan serta laba. Selain itu juga untuk mengetahui biaya tetap dan biaya
variabel dan tingkat kerugian perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam analisis
peulang pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit adalah konstan.

Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat
informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya
maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian
unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas
ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan
kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap,
biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan
penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu
horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu
vertikal (sumbu Y).

Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik Break even Point dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar
dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya
variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar
Break even Point tersebut.

Penentuan Break even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara
garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis
lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya Break even Point dalam unit.
dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak
besarnya Break even Point dalam rupiah.

G. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis Break even yaitu untuk menentukan
seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila
hasil penjualan pada tingkat Break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau
pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume
penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara
penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat Break
even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan
penurunan penjualan.

Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan
menurut budget dengan volume penjualan pada tingkat Break even, atau dalam ratio dari
selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat Break even dengan
penjualan yang dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
1. Penjualan MoS yang direncanakan
MoS = x%

2. Penjualan MoS

MoS = X%

Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar itu lebih baik karena hal ini
menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada perusahaan berapakah penurunan
penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum
memperoleh laba. Prosentase margin of safety dapat dihubungkan secara langsung dengan
tingkat keuntungan perusahaan.
Profit = Marginal Income Ratio x Margin of Safety

Apabila marginal income ratio (P/V ratio) atau prosentase – prosentase keuntungan
diketahui, maka margin of safety-nya dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

(%)
M/S ratio =
(%)
REVIEW JURNAL
“ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)”

Judul Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Pt
Tropicacoco Prima
Jurnal Jurnal EMBA
Volume dan Halaman Vol 1 No 4, Hal 1250-1261
Tahun 2013
Penulis Christine P. Ponomban
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
:
1) Berapa besar break even point yang dialami oleh PT.
Tropicacoco Prima tahun 2010,2011,2012.
2) Jumlah margin of safety yang dicapai PT. Tropicacoco
Prima pada tahun 2010, 2011, 2012.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini yaitu PT Tropicacoco Prima
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus
pada perusahaan. Metode pada penelitian ini
menggunakan pendekatan expost facto, yaitu dimana
variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan,
perlakuan atau manipulasi, melainkan hanya meneliti dan
mengungkapkan factor-faktor yang diteliti berdasarkan
keadaan yang sudah ada.
Hasil Penelitian 1) Selama tahun 2010,2011,2012 dapat dilihat
pencapaian titik impas yang terbesar ada pada tahun
2011 sedangkan pencapaian titik impas tang yang
terendah ada pada tahun 2012. Dan dalam pencapaian
kuantiatas yang terbesar ada pada tahun 2011 dan
pencapaian kuantitas yang terendah ada pada tahun
2012. Di setiap tahuunya, penjualan yang dilakukan
perusahaan sudah baik dan selalu berada di atas
stastitik impas dengan kata lain perusahaan sudah
mampu mencapai keuntungan di setiap tahunnya.
2) Margin of Safety menunjukan jarak antara penjualan
yang direncanakan dengan penjualan pada break even.
Dengan demikian margin of safety juga
menggambarkan batas jarak, dimana kalau
berkurangnya penjualan melampaui batas jarak
tersebut perusahaan akan menderita kerugian.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, pada tahun
2011 margin of safety yang dicapai PT. Tropica
Cocoprima hanya sebesar 14,5 % yang paling rendah
dari tahun yang lain. Pada tahun inilah perusahaan
rawan mengalami kerugian, karena semakin kecil
margin of safety berarti semakin cepat perusahaan
menderita kerugian.
Kelebihan Penelitian PT. Tropica Cocoprima merupakan perusahaan
manufaktur yang menggunakan kelapa sebagai bahan
utama produksi. Perusahaan ini merupakan penghasil
kelapa kering terbaik yang ada di Indonesia. Dalam
menjalankan perusahaannya, PT. Tropica Cocoprima
belum sepenuhnya mengklasifikasikan biaya-biaya
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Maka dari itu,
penulis merasa tertarik untuk mengangkat ini menjadi
sebuah penelitian dengan menganalisis break even point
atau titik impas.
Kekurangan Penelitian Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk
cukup tinggi. Tetapi perusahaan tidak mengadakan
perluasan produksi atau meningkatkan volume produksi
sesuai dengan kapasitas perusahaan. Sehingga biaya tetap
tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya dan akan berpengaruh
negatif terhadap kenaikan laba.
RESUME MATERI
“KEBIJAKAN KEUANGAN DIMASA PANDEMI COVID 19”

Penyebaran Covid-19 semakin masif dalam beberapa minggu terakhir ini termasuk yang
terjadi di Indonesia. Berdasarkan data sebaran kasus sampai dengan 5 April 2020 jumlah kasus
positif sebanyak 2.273 dengan angka kematian berkisar 8,7%, tersebar di 32 Provinsi dari total 34
Provinsi yang ada di Indonesia. Beberapa ahli menyebutkan tren peningkatan kasus masih akan
terus berlanjut, salah satunya diungkapkan ahli dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit
(EOCRU) yang memperkirakan total kasus positif bisa mencapai 71.000 kasus per akhir April 2020
dengan menggunakan pemodelan kasus di Indonesia selama lima hari terakhir atau dengan model
Italia.

Perkembangan penyebaran Covid-19 yang sangat cepat, berdampak pada banyak aspek,
yaitu antara lain aspek sosial dan ekonomi. Kebijakan social distancing dan anjuran work from home
yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi penyebaran Covid-19 ini, mengakibatkan
beberapa sektor, antara lain industri pariwisata, transportasi, manufaktur, keuangan, pelayanan
publik, dan sektor lainnya mengurangi atau menghentikan aktivitasnya sementara sampai waktu
yang belum ditentukan. Tentunya hal ini memiliki dampak yang begitu besar pada perekonomian
negara baik itu dalam skala makro maupun mikro. Faktor lain yang juga memberatkan yaitu karena
sebarannya sudah menjangkau sebagian besar wilayah di Indonesia. Oleh karena itu sejumlah
kebijakan dan langkah-langkah antisipatif telah dilakukan oleh pemerintah, baik pada pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19
ini. Langkah utama yang sudah dilakukan pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 mengenao Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Perppu
tersebut secara garis besar membahas dua hal, yang pertama kebijakan keuangan negara dan
keuangan daerah, yaitu mengatur kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Kedua adalah
kebijakan stabilitas sistem keuangan yang meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan
lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem
keuangan negara.

A. Dampak Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Indonesia


Peningkatan pandemi Covid-19 diprediksi akan berakibat pada penurunan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Berdasarkan prediksi The Economist Intelligence
Unit sebagian besar negara G-20 akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif kecuali
China (1,0), India (2,1), dan Indonesia (1,0). Pertumbuhan yang masih positif ini karena
baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum Covid-19 sudah cukup tinggi dengan
real GDP growth sebesar 5,1.

Penurunan pertumbuhan ini diantaranya disebabkan oleh pelambatan ekonomi


yang berdampak pada penurunan pendapatan negara. Selanjutnya terdepresiasinya nilai
rupiah, merosotnya indeks harga saham di pasar modal, hingga munculnya masalah
likuiditas mengakibatkan terancamnya stabilitas perekonomian. Secara mikro, sepertinya
dampak pandemi Covid-19 dapat menyerang berbagai organisasi/instansi baik yang
berskala besar maupun kecil. Pada organisasi kecil tentu saja permasalahan ini akan sangat
terasa karena ketersediaan modal dan sumber daya mereka yang relatif masih kecil
sehingga kesulitan untuk membiayai kegiatan. Pada organisasi besar pandemi ini juga dapat
berdampak karena fixed cost yang harus dikeluarkan relatif besar, sementara arus
pendapatan pasti akan menurun.

Kondisi yang sama juga berlaku pada sektor pemerintahan. Penurunan pendapatan
dialami karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sementara terjadi peningkatan
belanja pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan sosial. Pada bulan pertama
mungkin pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada keuangan pemerintah,
karena masih dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih tersimpan. Namun
apabila pandemi ini tidak kunjung membaik, dampak keuangannya akan mulai dirasakan
pada beberapa bulan berikutnya karena adanya penurunan pendapatan yang tajam dan
masalah likuiditas. Oleh karena itu instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat ataupun
daerah, perlu mengerahkan kekuatan bersama dalam penanggulangan penyebaran
pandemi ini dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di bidang kesehatan dan sosial.
Disaat yang sama pemerintah perlu menanggulangi dampak ekonomi dan keuangan,
dengan target pada masyarakat yang terdampak karena menurunnya daya beli.

B. Landasan Hukum dan Peraturan Perundangan dalam Menangani Pandemi Covid 19


Sejumlah regulasi yang menjadi landasan pemerintah baik pusat maupun daerah
dalam penanganan pandemi Covid-19 diantaranya:
1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Republik Indonesia (Perppu) Nomor 1
tahun 2020 tentang kebijakan keuangan Negara dan stabilitas sistem keuangan untuk
penanganan pandemi Covid-19 dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perenomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan
social berskala besar dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.
3) Keputusan Presiden RI Nomor 9 tahun 2020 tentang perubahan keputusan Presiden
nomor 7 tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan Covid-19.
4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang penetapan
kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19.
5) Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang refocusing kegiatan, realokasi
anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan
Covid-19.
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang percepatan
penanganan Covid-19 di lingkungan Pemerintah Daerah.
7) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19/PMK.07/2020 tentang
penyaluran dan penggunaan dana alokasi umum dan dana insentif daerah tahun
anggaran 2020 dalam rangka penanggulangan Covid-19.
8) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2020 tentang
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona.
9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2020 tentang
pedoman pembatasan dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.
10) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 6/KM.7/2020 tentang
penyaluran dana alokasi khusus fisik bidang kesehatan dalam rangka pencegahan
dan/atau penanganan Covid-19.
11) Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2020 tentang
pencegahan penyebaran dan percepatan penanganan Covid-19 di lingkungan
pemerintah daerah.
12) Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 3
tahun 2020 tentang penjelasan pelaksanaan barang/jasa dalam rangka penanganan
Covid-19.
13) Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 5
tahun 2020 tentang tata cara pelaksanaan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan
negosiasi pada pemilihan penyedia dalam masa wabah Covid-19.
14) Surat Edaran Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Nomor SE-
6/KD2/2020 tentang tata cara reviu oleh aparat pengawasan intern pemerintah atas
pengadaan barang/jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.
15) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 440/2622/SJ tentang Pembentukan Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Daerah.
16) Surat Edaran Kementerian Keuangan RI Nomor S-247/MK.07/2020 tentang
penghentian proses pengadaan barang/jasa Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun
anggaran 2020 (selain bidang kesehatan dan bidang pendidikan ).
17) Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri RI Nomor 905/2622/SJ tentang penghentian
proses pengadaan barang/jasa Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun anggaran 2020
(selain bidang kesehatan dan bidang pendidikan).
18) Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi No 8 Tahun 2020 tentang Penggunaan
Anggaran Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Terkait Dengan Pencegahan Tindak Pidana
Korupsi.

Disamping Regulasi terkait yang telah dikeluarkan Pemerintah dalam menangani


Covid-19, ada beberapa acuan peraturan perundang-undangan terkait dengan penanganan
bencana sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang pendanaan
dan pengelolaan bantuan bencana.
3) Perka LKPP nomor 13 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan
Keadaan Darurat.
C. Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia
Perppu Nomor 1 Tahun 2020 menjadi landasan pelaksanaan kebijakan refocusing
dan realokasi anggaran pemerintah. Penyesuaian anggaran pemerintah, yang meliputi
anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan salah satu
kunci awal respon yang harus dilakukan instansi pemerintah dalam menghadapi
perkembangan masalah ini. Beberapa detail kebijakan yang sudah dibuat pemerintah pusat
yaitu penambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 sejumlah Rp405,1 triliun, yang
dialokasikan sebesar Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk
perlindungan sosial atau social safety net, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan
stimulus Kredit Usaha Rakyat, dan Rp150 triliun untuk program pemulihan ekonomi
nasional.

Berdasarkan Keppres No.9 Tahun 2020, pemerintah juga telah menyusun kebijakan
terkait sumber pendanaan yaitu stimulus tahap 1, stimulus tahap 2, dan realokasi anggaran
APBN/APBD. Kebijakan stimulus tahap 1 dilakukan untuk memperkuat perekonomian
domestik, stimulus tahap 2 dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan kemudahan
ekspor-impor, sedangkan realokasi anggaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dengan tingkat urgensi yang tinggi.

D. Implementasi Kebijakan Keuangan Negara


Dampak dari pandemi Covid-19 pada perekonomian dan keuangan diperkirakan
bukan hanya berdampak pada tahun ini saja, tetapi juga dapat berlanjut untuk beberapa
tahun ke depan. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi yang memadai diikuti oleh
pengambilan keputusan secara tepat, khususnya bagi instansi pemerintah untuk dapat
meminimalisasi dampak negatif pada sektor ekonomi dan keuangan negara. Sebagai
rekomendasi, CAS Unpad memberikan masukan kepada instansi pemerintahan sebagai
alternatif solusi mengacu kepada berbagai payung hukum yang telah dibuat Pemerintah,
sebagai berikut:
1) Penyusunan kembali skala prioritas belanja. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh
pemerintah, baik pusat maupun daerah, adalah melakukan analisis atas belanja yang
telah dianggarkan pada awal periode. Setelah itu pemerintah harus menentukan skala
prioritas dengan mengurutkan anggaran belanja berdasarkan tingkat urgensinya.
Pemerintah dapat melakukan refocusing pada anggaran terutama untuk bidang
kesehatan dan sosial. Refocusing anggaran belanja ini juga diperlukan karena
merosotnya asumsi anggaran pendapatan.
2) Realokasi belanja. Pengalokasian kembali terutama namun tidak terbatas pada upaya
pengalokasian anggaran belanja modal ke belanja operasional. Hal ini penting untuk
dilakukan karena prioritas utama kini menuju ke arah penanggulangan Covid-19 serta
berbagai efek dominonya. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan
mengurangi/menghentikan sementara kegiatan pembangunan infrastruktur, maupun
kegiatan investasi lainnya direalokasikan untuk pengeluaran penanggulangan Covid-19.
Pemerintah dapat juga melakukan pemangkasan pada belanja-belanja tertentu misalnya
pengeluaran untuk perjalanan dinas, belanja rapat, bimbingan teknis, penyuluhan, dan
sejenisnya untuk dialihkan pada penanganan Covid-19.
3) Pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL), dana abadi, dana yang dikuasai pemerintah
dengan kriteria tertentu, dan dana yang dikelola oleh BLU/BLUD. Instansi pemerintah
pusat maupun daerah dapat memanfaatkan sumber pendanaan tersebut sesuai dengan
peruntukannya untuk penanganan dampak Covid-19 dan persiapan masa recovery.
4) Penetapan kebijakan relaksasi perpajakan pusat dan daerah. Memberikan stimulus
kepada sektor bisnis dan masyarakat, perlu dilakukan pengurangan beban, penurunan
tarif pajak, serta perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan.
5) Penyelarasan implementasi payung hukum dan komunikasi yang intensif dengan
berbagai pihak. Penyelarasan implementasi payung hukum diperlukan agar kebijakan-
kebijakan yang mendesak dan diluar kebiasaan yang mungkin nantinya dieksekusi oleh
aparatur pemerintahan dapat berjalan dalam koridor yang tepat. Komunikasi yang
intensif juga harus dibangun dengan baik, khususnya antara pihak eksekutif sebagai
pelaksana kebijakan dengan pihak legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, penegak
hukum, termasuk juga kepada masyarakat.
6) Mendorong keterlibatan lembaga pemeriksa, pengawas, dan penegak hukum, yaitu BPK,
BPKP, Inspektorat, dan KPK dalam mengawal dana penanganan Covid-19, terutama
pada kegiatan pengadaan barang dan jasa (PBJ), agar selalu berpegang pada prinsip PBJ
pada kondisi darurat.
7) Percepatan transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kelancaran dana transfer
dari pusat kepada daerah menjadi salah satu kunci penyelesaian masalah pendanaan
untuk mengatasi Covid-19 di daerah, karena pemerintah daerah akan sangat tergantung
dari kelancaran dana transfer dari pusat.
8) Penyesuaian pemanfaatan Penyertaan Modal Negara pada BUMN. Rencana
pengalokasian PMN kepada BUMN tertentu dapat diubah peruntukannya sesuai dengan
kebutuhan penanganan Covid-19.
9) Penggalangan dana sumbangan dari dunia usaha dan masyarakat secara masif dapat
menjadi sumber pendapatan yang digunakan dengan efektif dan
dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan.
REVIEW JURNAL
“KEBIJAKAN KEUANGAN DIMASA PANDEMI COVID-19”

Judul The Coronavirus Pandemic and Europe’s Undeclared Economy : Impact


and a Policy Proposal
Jurnal South East Europen Journal of Economic and Business
Volume dan Halaman Vol 15 (1), Hal 80-92
Tahun 2020
Penulis Colin C. Williams, Aysegul Kayaoglu
Reviewer Amelia A. Gamtohe (02041811048)
Tanggal 5 Mei 2020

Abstrak Pandemi virus corona telah menyebabkan hilangnya


pendapatan untuk perusahaan dan pekerja karena
penutupan tempat kerja dan pembatasan pergerakan
untuk 'meratakan kurva'. Sebagai tanggapan, pemerintah
telah menyediakan sementara dukungan keuangan untuk
perusahaan dan pekerja yang terkena dampak. Makalah ini
mengevaluasi grup yang saat ini dikecualikan dari
dukungan ini, yaitu perusahaan dan pekerja dalam
ekonomi yang tidak diumumkan, dan pemerintah yang
mungkin respons kebijakan. Untuk mengidentifikasi
mereka yang terlibat, survei Eurobarometer 2019 tentang
pekerjaan yang tidak diumumkan di Eropa adalah
dilaporkan. Ini mengungkapkan bahwa satu dari setiap
132 warga Eropa bergantung sepenuhnya pada
pendapatan yang tidak diumumkan dan sektor dan
kelompok populasi yang terlibat. Mengingat pendapatan
mereka berkurang dan ketidakmampuan untuk mengakses
sementara dukungan keuangan, inisiatif pengungkapan
sukarela direkomendasikan yang membawa perusahaan
yang tidak diumumkan dan pekerja ke ekonomi yang
diumumkan dan ke radar otoritas negara dengan
menawarkan akses ke ini sementara dukungan keuangan
jika mereka mengungkapkan pekerjaan mereka yang
sebelumnya tidak diumumkan.
Metodologi Untuk mengevaluasi siapa yang berpartisipasi dalam
pekerjaan yang tidak diumumkan dan akan dipengaruhi
oleh penutupan di tempat kerja dan pembatasan
pergerakan yang dihasilkan dari pandemi coronavirus,
data dilaporkan dari
Survei khusus Eurobarometer 92.1 pada yang tidak
diumumkan pekerjaan, yang melibatkan 27.565
wawancara sedang dilakukan pada bulan September 2019
di 28 negara Eropa (27 negara anggota UE dan Inggris).
Semua wawancara
berada dalam bahasa nasional dengan orang dewasa
berusia 15 tahun ke atas. Acak multi-tahap (probabilitas)
metodologi sampling digunakan, yang memastikan itu
pada masalah jenis kelamin, usia, wilayah dan ukuran
lokalitas, baik tingkat nasional dan masing-masing sampel
representatif sebanding dengan ukuran populasinya.
Untuk menganalisis partisipasi dalam pekerjaan yang tidak
diumumkan, the variabel dependen dengan nilai 1 untuk
responden yang menjawab ‘Ya’ untuk pertanyaan ‘Terlepas
dari pertanyaan biasa pekerjaan, apakah Anda sendiri
telah melakukan apapun yang tidak diumumkan kegiatan
berbayar dalam 12 bulan terakhir? ’, dan nilainya 0
sebaliknya. Mirip dengan analisis 2007 sebelumnya dan
2013 survei Eurobarometer dari pekerjaan yang tidak
diumumkan (Williams dan Horodnic 2016, 2017a),
variabel kontrol yang dipilih meliputi berbagai sosio-
demografis, variabel sosial-ekonomi dan spasial (lihat
Tabel 1). Analisis regresi probit digunakan dalam empiris
analisis karena variabel dependen kami adalah biner
variabel.
Variabel Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
definisi.
Hasil Penelitian Masalah yang telah dibahas adalah dukungan finansial
jangka pendek yang diberikan kepada pekerja dan bisnis
sebagai tanggapan terhadap pandemi coronavirus hanya
pengganti hilangnya pendapatan perusahaan, karyawan
dan Wiraswasta. Tidak ada dukungan yang tersedia untuk
perusahaan, karyawan dan wiraswasta yang beroperasi di
Indonesia ekonomi yang tidak diumumkan yang telah
kehilangan pendapatan, kecuali untuk tunjangan
kesejahteraan yang tersedia. Disini terbukti
mempengaruhi 3,6% (satu dalam 28) dari seluruh Eropa
warga negara yang melaporkan dalam survei 2019
Eurobarometer bahwa mereka berpartisipasi dalam
pekerjaan yang tidak diumumkan, dan terutama 21% dari
mereka yang terlibat dalam pekerjaan yang tidak
diumumkan yang hanya bergantung pada pekerjaan yang
tidak diumumkan untuk mereka semua pendapatan (0,8%,
atau satu dari setiap 132, dari semua warga negara Eropa).
Pekerja yang tidak diumumkan ini sekarang sebagian
besar tidak mampu untuk mencari nafkah. Menganalisis
industri dan pekerja yang terlibat, pekerjaan yang tidak
diumumkan telah ditunjukkan menjadi sangat lazim dalam
layanan pribadi (mis., pengasuhan anak, perawatan lansia,
layanan kebersihan), konstruksi, sektor perhotelan dan
ritel, dan yang tidak diumumkan tenaga kerja secara tidak
proporsional terdiri dari laki-laki, kelompok umur yang
lebih muda, rumah tangga satu orang, lajang orang yang
hidup dengan pasangan dan bercerai atau berpisah,
wiraswasta, mereka yang kesulitan membayar tagihan
rumah tangga mereka sebagian besar waktu, mereka yang
hidup di daerah pedesaan atau desa, dan di negara Eropa
Timur-Tengah.
Kelebihan Menggunakan skema pengungkapan sukarela yang dapat
mendorong perusahaan dan pekerja yang tidak
diumumkan memberi mereka akses ke keuangan
sementara.
Kekurangan Harus lebih menggali tentang kebijakan yang dilakukan
pemerintah dalam upaya membantu rakyatnya di masa
pandemic.

Anda mungkin juga menyukai