Anda di halaman 1dari 9

Uji Kualitatif Protein

Maulana Malik1, Rizky Aprizal1, Eka Syafiqa1, Hushila Alfi Bahalwan1, Amelia
Rakhmaniar1, Sukma Chintya Cahyarani1
1
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Jakarta 15412
Telp : (021) 7401925

Abstrak
Uji kualitatif protein dilakukan untuk mengetahui kadar atau perhitungan secara kuantitatif
protein pada suatu bahan menggunakan metode-metode kualitatif protein. Uji yang dilakukan
adalah uji adanya unsur C,H,O, uji adanya unsur N dan S, uji kelarutan protein dengan garam-
garam anorganik, logam. Selain itu uji yang dilakukan untuk mengetahui kadar protein dalam
bahan adalah uji biuret, uji ninhidrin, uji xantoproteat, dan uji titik isoelektrik. Bahan yang
digunakan adalah albumin, BSA, kasein, glisin, gelatin. Hasil yang ditunjukan pada praktikum
menunjukan beberapa bahan positif terhadap uji-uji tersebut. Beberapa reaksi menunjukan hasil
positif dengan timbulnya endapan, adanya perubahan warna, ada unsur bau khas seperti
belerang.
Kata kunci: Kualitatif protein, BSA

1. PENDAHULUAN b. Protein pengangkut (hemoglobin)


c. Antibodi (immunoglobulin)
Protein merupakan komponen utama d. Protein pengatur /hormon
dalam semua sel hidup, baik tumbuhan (insulin)
maupun hewan. Pada sebagian besar e. Protein struktural (Keratin,
jaringan tubuh, protein merupakan kolagen)
komopunen utama terbesar selain air. Lebih f. Protein kontraktil (myosin)
dari 50 % berat kering sel terdiri atas g. Protein nutrient ( ovalbumin)
protein. Protein adalah senyawa organik
yang tersusun dari monomer-monomer asam
amino yang saling berinteraksi melalui Sedangkan berdasarkan strukturnya,
ikatan peptida. (Sumarlin, 2013) protein digolongkan menjadi :
Berdasarkan fungsi biologisnya, a. Protein fiber/serat: Protein yang
protein dibedakan menjadi: tidak larut dalam air, fleksibel
dan lentur. Contohnya keratin
a. Enzim ( Biokatalisator dalam pada rambut, kolagen pada
proses metabolisme)
tulang rawan dan fibroin pada menurut struktur kimianya (alifatik,
benang sutra. aromatic, heterosiklik) atau menurut gugus
b. Protein globular: Protein yang R-nya. Secara biokimia pembagian menurut
mudah larut dalam air dan gugus R lebih memberi arti sebab
bersifat tidak stabil (mudah menunjukan polaritas gugus R yang sangat
terdenaturasi oleh pengaruh suhu, penting dalam menentukan fungsi asama
pH, atau garam anorganik.) amino dalam protein. (Raymond, 2008)
Kelarutan protein akan berkurang Protein adalah senyawa organik yang
bila kedalam larutan protein ditambahkan tersusun dari monomer-monomer asam
garam-garam anorganik. Pengendapan terus amino yang saling berinteraksi melalui
terjadi karena kemampuan ion garam untuk ikatan peptida. Untuk mengidentifikasi
menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi keberadaan ikatan-ikatan dalam molekul
antara garam anorganik dengan molekul dapat digunakan pereaksi biuret, diama ion
protein untuk mengikat air. Karena garam Cu2+ dalam suasana basa akan bereaksi
anorganik lebih menarik air maka jumlah air dengan ikatan-ikatan peptida membentuk
yang tersedia untuk molekul protein akan senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi
berkurang. (poedjiadi, 1994) biuret positif terhadap dua buah ikatan
peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
Berat molekul protein sangat besar amino bebas dab dipeptida. (Hermantu,
(ribuan sampai jutaan Dalton) sehingga 2013)
merupakan senyawa makromolekuler.
Protein akan dihidrolisis oleh penambahan Semua asam amino atau peptide
asam, basa, atau oleh kerja enzim protease yang mengandung asam-α-amino bebas
yang akan memecah molekul protein akan bereaksi degan ninhidrin membentuk
menjadi asam-asam amino. (Poedjiadi, senyawa kompleks berwarna biru. Namun
1994) demikian, prolin dan hidroksi prolin akan
menghasilkan senyawa berwarna kuning.
Molekul protein mempunyai gugus
amina (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH)
pada salah satu ujung rantainya. Hal ini
menyebabkan protein bersifat amfoter
sehingga dapat bereaksi dengan asam
maupun basa. Dalam pH rendah, gugus
amino pada protein akan bereaksi dan ion H+
menjadi –NH3+ sehingga protein bermuatan
positif. Sebaliknya dalam suasana basa,
gugus karboksilnya akan bereaksi dengan
ion OH- sehingga protein bermuatan negatif.
Jika protein mengandung asam-asam amino
(Bintang, 2010)
aromatic yang memiliki cincin seperti
Pada akhir tahun 1880, telah tirosin, fenilalanin, dan triptofan
diidentifikasi bahwa unit protein yang ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terkecil adalam asam-α-amino. Asam amino terbentuk endapan putih yang akan berubah
yang terdapat di alam ada berates-ratus menjadi kuning jika dipanaskan. Senyawa
jumlahnya, namun yang diketahui ikut nitro yang terbentuk dalam suasana basa
membangun protein hanya sekitar 20-21 akan teroksidasi dan selanjutnya berubah
macam. Asam amino ini dapat dibagi menjadi jingga.
Sebanyak 1 ml larutan albumin dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Sebanyak 1 ml
NaOH 10% ditambahkan dan dipanaskan.
Kemudian perhatikan bau amoniak yang
teradi dan kemudian diujilah uapnya dengan
kertas lakmus merah yang telah dibasahi
aquades. Kemudian jika kertas lakmus
merah menjadi biru dan tercium ammonia
2. METODE PRAKTIKUM maka menandakan adanya unsur nitrogen
(N). Setelah itu percobaan diulangi
1. Uji Kualitatif protein 1 menggunakan serbuk gelatin.
Material c. Uji adanya unsur S
Material atau bahan yang digunakan adalah Sebanyak 1 ml larutan albumin dimasukkan
larutan BSA 1%, putih telur (albumin 5:50), kedalam tabung reaksi. Lalu sebanyak 1 ml
gelatin, larutan NaOH 10%, larutan 40%, NaOH ditambahkan dan dipanaskan. Lalu
HCL 10%, HCL pekat, Alkohol 96%, sebanyak 4 tetes larutan Pb-asetat 5%
Kloroform, Pb asetat 5%, larutan (NH4)2 SO4 ditambahkan. Jika larutan menghitam,
jenuh, larutan NaCl 5%, larutan BaCl 5%, berarti PbS terbentuk. Lalu sebanyak 4 tetes
larutan CaCl2 5%, larutan MgSO4 5%, HCL pekat ditambah dengan hati-hati. Lalu
larutan HgCl2 5%, larutan CuSO4 5%, diperhatikan bau khas belerang dari belerang
larutan CuSO4 0,2%. yang teroksidasi. Percobaan diulangi
Instrumentasi menggunakan serbuk gelatin.

Praktikum ini menggunakan tabung reaksi, d. Uji kelarutan protein


penjepit tabung, alat pemanas listrik, can Sebanyak 5 tabung reaksi yang kering dan
porselen, dan gelas objek. bersih disiapkan. Lalu HCL 10%, air suling,
Prosedur Praktikum NaOH 40%, alkhol 96% dan kloroform
dimasukkan kedalam masing-masing tabung
a. Uji adanya unsur C,H,O reaksi. Lalu sebanyak 2 ml larutan albumin
ditambahkan ke setiap tabung. Kemudian
Sebanyak 1 ml larutan albumin telur dikocok dengan kuat dan diamati sifat
dimasukkan ke dalam cawan porselen. kelarutannya. Percobaan diulang dengan
Kemudian pada bagian atasnya ditaruh kaca menggunakan serbuk gelatin.
objek dan dipanskan. Lalu perhatikan
adanya pegembunan pada gelas objek, yang e. Uji pengendapan protein dengan
menunjukan adanya hydrogen (H) dan garam
oksigen (O). kemudian diamati sisa
pemanasan pada cawan porselen /kaca Sebanyak 5 tabung reaksi yang bersih dan
objek, bila terjadi pengarangan, berarti kering disiapkan dan masing-masing diberi
terdapat unsur karbon (C). Percobaan 2 ml larutan albumin. Lalu pada masing-
diualangi menggunakan serbuk gelatin. masing tabung ditambahkan secara berturut-
turut larutan NaCl 5%, BaCl 5%, CaCl2 5%,
b. Uji adanya unsur N MgSO4 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh setetes
demi setetes sampai timbul endapan.
Selanjutnya larutan garam secara berlebih
ditambahkan. Lalu tabung dikocok dan 2. Uji Ninhidrin
perubahan yang terjadi diamati.
Sebanyak 4 tabung reaksi yang bersih dan
f. Uji pengendapan protein dengan kering disiapkan. Lalu sebanyak 2 ml
logam
larutan BSA, gelatin, dan glisin dimasukkan.
Sebanyak 3 tabung reaksi yang kering dan pada masing-masing tabung. Kemudian
bersih disiapkan dan diisi masing-masing 2 pada setiap tabung ditambahakan 5 tetes
ml larutan albumin. Selanjutnya secara pereaksi ninhidrin. Lalu larutan dipanaskan
berturut-turut larutan CuSO4 5%, HgCl 5%, hingga mendidih selama 5 menit. Perubahan
Pb-asetat 5% ditambahkan pada masing-
warna yang terjadi diamati dan dicatat pada
masing tabung. Lalu tabung dikocok dan
perubahan yang terjadi diamati. lembar pengamatan.

2. Uji kualitatif Protein 2 3. Uji Xantoproteat

Material Sebanyak 4 tabung reaksi yang kering dan


bersih disiapkan. Lalu sebanyak 2 ml larutan
Bahan-bahan yang digunakan dalam BSA, gelatin, dan glisin dimasukkan ke
praktikum uji kualitatif protein II adalah dalam tabung. Pada setiap tabung
larutan BSA 2%, glisin 2%, gelatin 2%, ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Lalu diamati
kasein 0.5%, larutan NaOH 10%, larutan terbentuknya endapan putih. Kemudian
CuSO4 0,2%, larutan HNO3 pekat, dan larutan dipanaskan selama 1 menit dan
buffer asetat dengan pH: 3.8, 4.7, 5.0, 5.3, warna endapan yang terbentuk diamati. Lalu
5.9 larutan didinginkan dibawah air kran,
Instrumentasi

Alat-alat yang digunakan adalah tabung


reaksi, penjepit tabung, pemanas listrik,
beaker glass 500 ml, pipet ukur, dan pipet
tetes.

Prosedur praktikum

1. Uji Biuret

Sebanyak 4 tabung reaksi yang kering dan


bersih disiapkan. Lalu sebanyak 2 ml larutan kemudian ditambahkan NaOH 10% setets
BSA, kasein, gelatin dan glisin dimasukkan demi setetes memlalui dinding tabung
ke dalam masing-masing tabung. Kemudian hingga terbentuk 2 lapisan. Perubahan warna
pada setiap tabung ditambahkan 1 ml NaOH yang terjadi diperhatikan.
10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%. lalu dikocok
dengan baik dan diamkan beberapa saat. 4. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Diamati perubahan warna yang terjadi dan
dicatat di lembar pengamatan.
Sebanyak 5 tabung reaksi yang kering dan Selanjutnya adalah albumin menunjukan
bersih disiapkan. Lalu pada setiap tabung hasil positif belerang yang ditandai dengan
ditambahakan 1 ml larutan kasein. Setelah adanya endapan Pb dan timbul bau khas
itu pada setiap tabung ditambahkan larutan belerang. Hal ini dikarenakan albumin
buffer asetat dari 3.8, 4.7, 5.0, 5.3, dan 5.9. memiliki gugus sistin dan metioni dimana
larutan dicampur dengan baik dan dicatat keduanya merupakan asam amino yang
kekeruhannya setelah 0, 10, hingga 30 mengandung gugus belerang. Penambahan
menit. Lalu diperhatikan pada tabung mana NaOH berfungsi untuk memtus ikatan S,
yang terbentuk endapan paling maksimal. sehingga S dapat berikatan dengan Pb asetat
Lalu semua tabung dipanaskan di penagas membentuk endaoan PbS. Adanya gugus S
air. Kemudian diamati hasilnya. yang terpecah menghasilkan bau khas
(pembentukan endapan yang tercepat dan belerang. Pada gelatin, protein oenyusunnya
terbanyak menunjukan pH isoelektrik. adalah glisin dan prolin sehingga tidak
memiliki gugus S dan negative terhadapa uji
3. HASIL DAN PEMBAHASAN unsur S.
1. Uji kualitatif protein 1
1. Uji adanya unsur C,H,O
Proses pemanasan pada albumin dan gelatin
menunjukan adanya unsur H dan O yang
diamati dengan timbulnya uap air pada kaca
objek. Selain itu, pemanasan albumin dan
gelatin akan menimbulkan pengarangan
yang menandakan adanya unsur C pada
albumin dan gelatin. Proses pengarangan
tersebut menimmbulkan adanya kerak
berwarna kehitaman.

2. Uji adanya unsur N


Unsur N berikatan dengan dengan NaOH
dan menghasilkan ammonia dengan bau
yang khas ketika dipanakan. Oleh karena
unsur N berikatan dengan NaOH, larutan
akan bersifat basa dan dapat membirukan
kertas lakmus merah.
3. Uji adanya unsur S
4. Uji kelarutan protein protein akan turun, pada konsentrasi garam
yang lebih tinggi, protein akan mengendap.
Albumin dan gelatin larut dala pelarut polar Pengendapan ini disebut salting out karena
dikarenakan albumin dan gelatin bersifat proses persaingan antara garam dan protein
polar. Keduanya tidak dapat larut di dalam untuk mengikat air. Ion garam yang
kloroform dikarenakan kloroform termasuk memiliki tingkat densitas lebih tinggi
kedalam senyawa non polar. Seperti yang dibandingkan dengan protein. Kadar
telah dijelaskan pada teori like dissolve like, albumin yang direasikan juga.
bahwa pelarut polar hanya bisa melarutkan mempengaruhi proses pengendapan protein
larutan ionic dan larutan polar, sementara
pelarut nonpolar hanya bisa melarutkan 6. Uji pengendapan protein dengan
larutan non polar. Selain itu asam amino logam
mempunyai gugus asam dan basa sehingga
asam amino mempunyai sifat amfoter, Protein juga dapat diendapkan oleh logam.
yanitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Pengendapan ini terjadi karena ion-ion
Bila asam amino dalam suasana basa logam berat membentuk garam proteinat
ditempatkan dalam medan listrik, maka yang tidak larut dalam air. Pengendapan ini
asam amino aka n bergerak kearah anoda terjadi karena adanya reaksi oenetralan
(elektroda positif). Sebaliknya jika dalam muatan antara ion logam berat dengan anion
suasana asam, asam amino aka mergerak dari protein. Albumin dan gelatin masing-
kearah katoda(elektroda negatif). masing ditambahkan larutan CuSO4, HgCl2,
dan Pb-asetat. Larutan protein pada titik
isoelektriknya memiliki kutub negative dan
positf dengan perbandingan yang sama.
Endapan putih yang dihasilkan dari HgCl2
dan Pb-asetat serta warna biru muda dari
CuSO4 merupakan hasil dari reaksi
penetralan muatan antara ion logam berat
sebagai kation dengan molekul protein
5. Uji pengendapan dengan garam sebagai anion. Suasan pada larutan menjadi
lebih asam, sehingga protein akan
Albumin yang direksikan dengan garam, mengkondisikan diri sebagai basa dan
maka akan menimbulkan adanya endapan. sebagian terdapat sebagai anion. Anion dari
Perbedaan kuantitas endapan yang terjadi protein inilah yang bereaksi dengan ion
disebabkan oleh intensitas garam yang logam yang berekasi dengan ion logam berat
direksikan dan jenis garamnya. Semakin membentuk gara proteinat. Berdasarkan sifat
banyak yang direaksikan, maka endapan albumin yang bereaksi dengan ion logam,
yang dihasilkan akan semakin banyak. tubuh manusia dapat menggunakan sifat ini
Peristiwa ini sesuai dengan metode salting untuk melakukakn proses detoksifikasi.
in dimana metode ini dilakukan dengan
menambahkan garam yang tidak jenuh atau 2. Uji kualitatif protein 2
pada konsentrasi rendah sehingga protein
1. Uji Biuret
menjadi bermuatan dan larut dalam larutan
garam. Kelarutan protein akan terus Hasil Uji (+/-)
meningkat sejalan dengan penigkatan NO Zat Uji
warna simpulan
konsentrasi garam. Apabila konsentrasi
1 BSA Ungu +
garam ditingkatkan terus, maka kelarutan
2 Kasein Ungu +
3 Gelatin Ungu +
4 Glisin Biru -

Berdasarkan pengamatan di atas, reaksi yang


menunjukan hasil positif adalah BSA 2%,
kasein 0.5%, dan gelatin 2%. Sementara 2. Uji Ninhidrin
pada glisin 2% menunjukan hasil negative. NO Zat Uji Hasil Uji (+/-)
Pereaksi biuret mengandung ion-ion Cu2+ warna Simpulan
yang akan berikatan bila bertemu dengan 1 BSA Biru tua +
protein yang mempunyai 2 ikatan peptide 2 Kasein Biru +
atau lebih. Reaksinya adalah : 3 Gelatin Biru tua +
4 Glisin Biru tua +

Semua sampel menunjukan hasil positif uji


ninhidrin dengan menunjukan warna biru
pada larutan. Hal ini menunjukan adanya
asam-α-amino bebas. Asam amino bebas
adalah asam amino dimana gugus aminonya
Ketika dtambahakan larutan CuSO4 0,2%, tidak terikat.
maka ion-ion Cu2+ akan berikatan dengan
Semua asam amino bereaksi dengan
proein yang memiliki dua ikatan atau lebih
triketonhidrindena (ninhidrin) untuk
peptide dan menghasilkna kondisi basa.
membentuk aldehida yang lebih kecil
Pada saat penambahan NaOH, larutan
dengan membebaskan karbon dioksida,
berubah menjadi alkalis. Warna ungu yang
ammonia, dan menghasilkan warna biru
dihasilkan berasal dari Cu2+ yang beraksi
violet (untuk prolin dan hidroksiprolin
dengan NH dari ikatan peptoda serta O dari
dihasilkan warna kuning). Senyawa –
air. Hasil negative pada glisin dikarenakan
senyawa ammonium kuat, senyawa amin,
glisin merupaka asam amino esensial
sebagian besar peptide, dan protein bereaksi
tunggal dengan rumus bangun NH2-CO2H.
dengan jalur yang sama, walaupun tidak
Sementara albumin, kasein dan gelatin
menghasilkan karbon dioksida dan
menmpunyai dua atau lebih asam amino
ammonia. Reaksi asam amino dengan
esensial sehingga terbentuk ikatan peptide.
ninhidrin :
Pada dipeptide, hasil negative juga
ditunjukan karena N mengikat dua unsur
sehingga sulit untuk bereaksi dengan Cu2+.
Semakin pekat warna dari larutan, maka pada larutan mempercepat proses uji untuk
jumlah asam amino bebas pada protein menghasilkan warna kuning.
tersebut semakin banyak.
4. Uji penentuan titik isoelektrik
3. Uji Xantoproteat
Sebelum dipanaskan
N Hasil Uji (+/-)
Zat Uji pH Hasil ( +/-)
O warna Simpulan Tabung
1 BSA Kuning + buffer endapan Simpulan
2 Kasein Kuning + 1 3,8 Menit 10 ++++
3 Gelatin Kuning + 2 4,7 Menit 31 ++
4 Glisin Kuning - 3 5,0 Menit 24 ++
4 5,3 Menit 10 +++
5 5,9 Menit 27 +
Reaksi yang menunjukan positif pada BSA Sesudah dipanaskan
2%, kasein 0,5%, dan gelatin 3% dengan
pH Hasil ( +/-)
menunjukan warna kuning. Sementara untuk Tabung
buffer endapan simpulan
glisin 2% tidak menunjuka hasil positif. 1 3,8 Menit 2 ++++
Pada reaksi xantoproteat reaksi 2 4,7 Menit 2 ++++
menghasilkna nitrasi dan inti benzena dalam 3 5,0 Menit 5 +++
molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan 4 5,3 Menit 8 +
triptofan memberi hasil positif terhadap 5 5,9 Menit 7 +
reaksi ini karena memiliki cincin aromatic
yang bereaksi dengan asam nitrat pekat bia
Pada pH 3.8 terjadi endapan yang paling
dipanaskan. Senyawa nitro yang yang
banyak ketika sebelum dipanaskan. Pada
terbentuk dalam suasana basa akan
saat dipanaskan atau setelah dipanaskan,
terionisasi dan warnanya berubah menjadi
pada Ph 3.8 dan 4.7 menghasilkan endapan
jingga. Salah satu reaksi pada uji
yang paling banyak. Ketika jumlah muatan
xantoproteat adalah:
positif dan negative jumlahnya sama atau
netral, maka protein akan mengalami
koagulasi. Pada titik isoelektrik terdapat
keseimbangan antara bentuk-bentuk asam
amino sebagai ion amfoter, anion dan
kation. Tetapi sebagian besar molekul asam
amino terdapat dalam bentuk ion amfoter
dan hanya sedikit sekali yang terdapat dalam
Fungsi HNO3 pada uji xantoproteat adalah
bentuk kation dan anion dalam jumlah yang
untuk memecah protein menjadi gugus
sama. (Raymond, 2008)
benzene. Penambahan NaOH mendukung
suasana basa yang memudahkan proses Ketika jumlah muatan sama dengan nol,
ionisasi senyawa nitro. Adanya pemanasan maka protein akan mengalami koagulasi
sehingga protein akan mengendap. Hal ini
sering dilakukan untuk memisahkan atau endapan paling banyak berada di pH 3,8 dan
menghitung kadar protein dari suatu bahan. 4,7. (Bintang, 2010)

Pemanasan pada beberapa uji sangat penting


untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik
penelitian. Jakarta. Erlangga
4. SIMPULAN
Chang, Raymond. 2008. Kimia Dasar 2.
1. Uji kualitatif protein 1 Jakarta: Erlangga

Unsur penyusun protein adalah C,H,O,N dan Hermanto. 2013. Penuntuk Praktikum
S. Protein dapat larut dalam air karena Biokima 1. Laboratorium Kimia
keduanya sama-sama bersifat polar. Protein UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
juga dapat larut dalam larutan asam dan basa
karena protein bersifat amfoter. Protein tidak Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokima. UI
larut dalam pelarut nonpolar. Protein dapat press
mengendap melalui penambahan garam- Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta:
garam anorganik dengan metode sating in Erlangga
dan salting out. Penambahan ion-ion logam
pada protein menyebabkan protein Sumarlin. 2013. Biokimia. Dasar-dasar
mengendap dengan membentuk garam biomolekul dan konsep
proteinat. Pengaru parameter fisik seperti metabolisme. UIN Syarif
pH, suhu, dan konsentrasi sangat Hidayatullah Jakarta.
berpengaruh terhadap uji kualiatit protein.
2. Uji kualitatif protein 2
BSA 2%, kasein 0,5%, gelatin 2%
menunjukan hasil positif uji biuret karena
larutan tersebut memiliki 2 ikatan peptida
atau lebih dengan menunjukan warna ungu.
Pada uji ninhidrin, semua sampel
menunjukan hasil positif. Ini menandakan
adanya asam α amino bebas pada semua
sampel dengan menunjukan warna biru
violet pada larutan. Pada uji xantoproteat,
larutan BSA, kasein, gelatin menunjukan
hasil positif dan glisin menunjukan hasil
negative. Hasil positif menunjukan warna
kuning. Titik isoelektrik yang menghasilkan

Anda mungkin juga menyukai