METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(quasi experiment). Penelitian ini menggunakan rancanganpretest and posttest
one group only designyaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok
saja tanpa kelompok pembandingan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi. Sesudah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali post
test(Sugiyono, 2010).
Skema 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
T1 : Pengukuran pertama (Pre-test)
X : Perlakuan
T2 : Pengukuran kedua (Post-test)
28
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive
sampling (Dharma, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan nyeri
persendian lutut di Puskesmas Helvetia Medan, dengan kriteria inkusi :
a. Lansia yang terdiagnosa penyakit osteoartritis lutut
b. Subjek dengan nyeri osteoarthritis lutut, yang berusia 60-74
c. Dapat berkomunikasi dengan baik
d. Lansia yang mampu melakukan gerakan senam atau tidak mengalami
cacat fisik.
Kriteria ekslusi :
e. Menderita komplikasi penyakit lain
f. Tidak bersedia menjadi responden
g. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik
h. Lansia dengan trauma pada lutut
i. Lansia yang tidak sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri
=
( + )
=2
( −
Rumus sampel tunggal perkiraan rerata (Sastroasmoro, 2010)
Keterangan
n = Jumlah sampel
= Derivat baku alfa ( derajat tingkat kemaknaan 5% maka =1,96)
= Derivat baku beta ( kekuatan uji dari penelitian 80% maka =0,84
(1,96 + 0,84)1,5
= =2
1,15
4,2
= =2=
1,15
= = 2 = (13,32)
= = 26,64 = 26
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Medan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari– Agustus 2016.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variable yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Defenisi operasional dapat membantu dalam mengarahkan pengukuran atau
pengamatan terhadap varibel-variabel yang bersangkutan serta dalam
mengembangkan instrument.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Cara Skala
Definisi Operasional Hasil Ukur
penelitian pengukuran Ukur
V. Independen aktivitas fisik yang dilakukan SOP
Senam rematik oleh peneliti sendiri baik
sebagai cabang olahraga
tersendiri maupun sebagai
latihan untuk cabang olahraga
lainnya. senam rematik
merupakan latihan fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan
rasa nyaman pada penderita
rematik.
Cara melakukan senam
rematik : berjalan ditempat,
meluruskan lutut, duduk
berdiri, melangkah naik.
F. Aspek Pengukuran
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa Numeric Rating Scale yaitu aspek
pengukuran pada penelitian ini menggunakan lembar observasi nyeri dengan skala
intensitas nyeri numerik (0-10).
b. Pelaksanaan
1) Peneliti menemui calon responden, kemudian memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
2) Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon responden
diminta mendatangi informed consent sebagai kesedian menjadi
responden penelitian.
3) Kemudian peneliti mengajarkan cara mengisi kuisioner data demografi
yang berisi data demografi meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan
terakhir.
4) Dalam penelitian ini menggunakan asisten yang membantu peneliti
dalam memberikan intervensi, sebelum masuk pada tahapan
pelaksanaan, peneliti melakukan persamaan persepsi dengan asisten
peneliti.
5) Mengukur skala nyeri osteoarthritis lutut yang dirasakan dengan
menggunakan Numeric Rating Scale dengan rentang 0-10 sebelum di
lakukan senam rematik.
6) Peneliti memberikan perlakuan senam rematik pada bagian lutut yang
mengalami nyeri. Untuk memudahkan penelitian, peneliti melakukan
kerjasama dengan pegawai Puskesmas Helvetia Medan untuk
mengumpulkan semua responden lalu melakukan latihan selama 2
minggu yang diberikan 2x seminggu secara bersamaan.
7) Mengukur kembali skala nyeri osteoarthritis yang dirasakan dengan
caradoor to door dengan menggunakan Numeric Rating Scale dengan
rentang 0-10 setelah diberikan senam rematik.
H. Etika Penelitian
Penelitian ini berhubungan langsung dengan responden sebagai sampel penelitian,
sehingga peneliti harus menerapkan mengenai prinsip-prinsip etika dalam
penelitian. Menurut Polit & Beck (2006), beberapa prinsip-prinsip etik penelitian
antara lain :
1. Informed consent(persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan sebelum subjek mengatakan kesediaannya untuk
menjadi responden.bertujuan untuk mengetahui informasi tentang penelitian
yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat memutuskan kesediaanya
untuk menjadi responden atau tidak.
3. Veracity(kejujuran)
Prinsip veracity atau kejujuran menekankan peneliti untuk menyampaikan
informasi yang benar.Peneliti memberikan informasi mengenai tujuan, manfaat
dan prosedur penelitian.
4. Confidentiality(kerahasiaan)
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
b. Coding
Coding dilakukan untuk mengubah data yang di edit ke dalam bentuk
angka.Laki-laki (1), Perempuan (2). Usia <39 (1), 40-54 (2), >54
(3).Pekerjaan Ibu rumah tangga (1), Swasta (2), Petani (3), Pegawai
negeri (4). Status Perkawinan Menikah (1), Tidak menikah (2), Janda (3),
Duda (4). Agama Kristen (1), Katolik (2), Islam (3), Hindu (4), Budha (5).
Pendidikan Tidak Menikah (1), SD (2), SMP (3), SMA (4). Perguruan tinggi
(5).
c. Entri data
Tahap ini dimasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan
program exel ke dalam spread sheet dan diolah dengan menggunakan uji
statistik dengan program SPSS (statistical product and service solution).
d. Tabulating
Setelah selesai memberikan penelitian kemudian dilakukan tabulasi dengan
memasukkan semua jawaban kedalam tabel distribusi frekuensi untuk
mempermudah analisa data lalu di interpretasikan.
2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik respon
dalam penelitian berdasarkan usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Agama, Status perkawinan. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan
sesudah mendapatkan perlakuan. Sebelum analisa bivariat menggunakan Uji
t- test dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data berdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Setelah dilakukan
uji normalitas ternyata data pada penelitian tidak berdistribusi normal,
sehingga dilakukan analisis menggunakan ujiWilcoxon. Hasil analisa
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p<0,05 (p=0,002). Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian intervensi senam rematik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Helvetia didirikan oleh Gubernur Sumatra Utara Bapak Marah
Halim pada tahun 1968.Puskesmas Helvetia terletak di jalan Kemuning
Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Helvetia Kota Medan.
Wilayah kerja Puskesmas Helvetia di sesuaikan dengan wilayah yang
berada di bawah naungan Kecamatan Medan Helvetia yang meliputi 7
kelurahan yaitu Kelurahan Helvetia, Kelurahan Helvetia Tengah,
Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Helvetia CII, Kelurahan Dwikora,
Kelurahan Tanjung Gusta dan Kelurahan Cinta Damai.
36
2. Analisis Univariat
Analisis univarit pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan
berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Perkawinan.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan
umur, jenis kelamin, pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Perkawinan
di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 (n=30)
Karakteristik Responden f %
Umur
< 39 tahun 1 3,4
40-54 tahun 13 43,3
> 54 tahun 16 53,3
Jenis Kelamin
Perempuan 30 100
Pendidikan
SD 10 33,3
SMP 11 36,7
SMA 7 23,3
Perguruan tinggi 2 6,7
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 18 60,0
Swasta 6 20,0
Petani 5 16,7
Pegawai negeri 1 3,3
Agama
Kristen 3 10,0
Islam 27 90,0
Status Perkawinan
Menikah 20 66,7
Tidak menikah 1 3,3
Janda 9 30,0
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas
Nyeri Sebelum Intervensi Senam Rematik Di Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2016 (n=30)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas intensitas nyeri pasien
osteoartritis lutut sebelum intervensi senam rematik adalah skala nyeri
berat yaitu sebanyak 25 responden (83,3).
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas
Nyeri Setelah Intervensi Senam Rematik Di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016 (n=30)
3. Analisis bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara
variabel independen dengan variabel dependen, pengaruh senam
rematik terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita osteoartritis
lutut di Puskesmas Helvetia Medan. Pengujian kebenaran hipotesis
dilakukan dengan melakukan penghitungan rata-rata nilai pada
penderita osteoartritis lutut pretest dan posttest pada kelompok
intervensi serta perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
senam rematik tersebut. Untuk menilai pengaruh perubahan intensitas
nyeri pada penderita osteoartritis lutut di gunakan uji Wilcoxon dengan
nilai α< 0,05.
B. Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya, ada tidaknya
perubahan intensitas nyeri pada penderita osteoarthritis sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan senam rematik . Sehingga dapat diketahui pengaruh
senam rematik terhadap perubahan intensitas nyeri osteoarthritis lutut
.Interprestasi hasil membahas terkait kesenjangan ataupun kesesuaian antara
hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait dan teori-teori
yang mendasarinya. Dalam bab ini juga dibahas tentang keterbatasan yang
ada dalam penelitian.
1. Karakteristik Penderita Osteoartritis Lutut di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden
(53,3%) adalah berusia lansia dan selebihnya (43,3%) berusia dewasa
madya dengan mean usia responden >54 tahun. Jenis kelamin responden
mayoritas (100%) perempuan dengan tingkat pendidikan kebanyakan
SMP (36,7%) serta mayoritas responden ibu rumah tangga (60%)
beragama islam serta sebagian besar responden (66,7%) menikah.
Osteoartritis umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia serta paling
sering terjadi pada usia diatas 60 tahun. Responden penelitian ini juga
didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan (90%).Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor resiko penyakit osteoartritis dan
prevalensi osteoartritis meningkat pada jenis kelamin perempuan
(Lawrence et al., 2008).
kemampuan otot sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi
(Martono, 2009).
Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok lansia di
Kelrahan Komplek Kenjeran dari 10 orang pada kelompok perlakuan, 9
orang yang awalnya mengeluh nyeri sedang, 8 orang yang mengalami
penurunan nyeri menjadi nyeri ringan. Oleh karena itu lansia harus rutin
mengikuti senam lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Nyeri sendi pada pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan sendi
karena belum beraktifitas, biasanya nyeri sendi akan berkurang jika siang
hari setelah pasien beraktifitas, nyeri sendi juga dihubungkan dengan
kadar kortisol dimana kadar korisol terendah pada pagi hari. Menurut
American College of Reumathology (ACR) secara klinis disebut positif
menderita osteoatritis diantaranya, yaitu usia> 50 tahun, kekakuan pada
pagi hari < 30 menit, krepitasi, nyeri tekan pada tulang, pembesaran
tulang, dan palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat (Ashari, 2009).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori dimana Pemenuhan kebutuhan
nutrisi tulang rawan sangat tergantung pada kondisi cairan sendi, jadi jika
cairan sendi baik makaSuplai nutrisi untuk tulang rawan menjadi adekuat.
Adanya kontraksi otot quadriceps dan hamstring yang kuat akibat latihan
lutut akan mempermudah mekanisme pumping action (memompa kembali
cairan untuk bersirkulasi) sehingga proses metabolisme dan sirkulasi lokal
dapat berlangsung dengan baik karena vasodilatasi dan relaksasi setelah
kontraksi maksimal dari otot tersebut. Dengan demikian maka
pengangkutan sisa-sisa metabolisme (substansi P) dan asetabolic yang
diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan dengan lancar sehingga
rasa nyeri dapat berkurang (Theresia, 2015).
dapatkan perbedaan nyeri sebelum dan sesudah senam rematik dengan rata-
rata nyeri sebelum senam sebesar 4,44 sedangkan rata-rata nyeri sesudah
senam sebesar 2,98 dan p value 0,005. artinya ada pengaruh intervensi
senam rematik terhadap perubahan intensitas nyeri. Hal ini disebabkan
karena senam rematik dapat mempertahankan ruang lingkup gerak sendi
secara maksimal.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian lain tentang pengaruh latihan pada
osteoatrhtitis lutut terhadap kualitas hidup pasien dewasa obesitas dikatakan
bahwa dengan latihan dapat menurunkan nyeri dengan p = 0.049. Dengan
melakukan fleksi ekstensi lutut dapat meningkatkan kekuatan otot sebesar
15-16%. 7 Penelitian lain mengatakan bahwa dengan latihan lutut akan
meningkatkan daya tahan otot, meningkatkan ketajaman proprioseptif, dan
menurunkan quadriceps arthrogenic muscle inhibition. Peningkatan
kekuatan otot quadriceps sangat penting untuk stabilisasi lutut, sehingga
menurunkan beban sendi lutut dalam menahan berat badan atau selama
beraktivitas.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Jumlah sampel masih terbatas hanya terdapat 30 orang responden.
b. Sampel dalam penelitian ini belum homogen sehingga metode
pengambilan sampel masih menggunakan tehnik purposive sampling
sehingga sampel belum dapat mewakili populasi.
c. Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengontrol faktor lain yang
mempengaruhi perubahan intensitas nyeri seperti konsumsi obat
penghilang rasa sakit.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hasil dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
mayoritas berumur >54 tahun, dengan jenis kelamin perempuan.
2. Intensitas nyeri pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
sebelum intervensi senam lutut adalah nyeri berat.
3. Intensitas nyeri pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
setelah intervensi senam lutut adalah nyeri ringan.
4. Terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
senam lutut pada pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan.
B. Saran
4. Bagi Pasien Osteoartritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
intevensi kepada pasien nyeri lutut untuk menurunkan tingkat nyeri
osteoartritis, pasien dapat latihan senam rematik di rumah secara
mandiri.
b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
puskesmashelvetia dalam mengenali pasien lansia yang menderita
Osteoartritis . Selain itu dapat dijadikan bahan masukan dalam
menyusun kebijakan yang dapat menurunkan Osteoartritis pada
masyarakat sekitar wilayah kerja puskesmas.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar yang sama, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi yang bermakna.
48
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
48