Anda di halaman 1dari 23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(quasi experiment). Penelitian ini menggunakan rancanganpretest and posttest
one group only designyaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok
saja tanpa kelompok pembandingan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi. Sesudah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali post
test(Sugiyono, 2010).

Skema 3.1
Desain Penelitian

Pre test Perlakuan Post test


T1 X T2

Keterangan:
T1 : Pengukuran pertama (Pre-test)
X : Perlakuan
T2 : Pengukuran kedua (Post-test)

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Dharma, 2011).Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdiagnosa osteoarthritislutut
di Puskesmas Helvetia Medan yang berjumlah 48 orang.

28

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


29

2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive
sampling (Dharma, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan nyeri
persendian lutut di Puskesmas Helvetia Medan, dengan kriteria inkusi :
a. Lansia yang terdiagnosa penyakit osteoartritis lutut
b. Subjek dengan nyeri osteoarthritis lutut, yang berusia 60-74
c. Dapat berkomunikasi dengan baik
d. Lansia yang mampu melakukan gerakan senam atau tidak mengalami
cacat fisik.

Kriteria ekslusi :
e. Menderita komplikasi penyakit lain
f. Tidak bersedia menjadi responden
g. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik
h. Lansia dengan trauma pada lutut
i. Lansia yang tidak sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri

Jumlah sampel data penelitian ini dihitung menggunakan rumus :

=
( + )
=2
( −
Rumus sampel tunggal perkiraan rerata (Sastroasmoro, 2010)

Keterangan
n = Jumlah sampel
= Derivat baku alfa ( derajat tingkat kemaknaan 5% maka =1,96)

= Derivat baku beta ( kekuatan uji dari penelitian 80% maka =0,84

S = Perkiraan simpangan baku


X1-X2 = perbedaan klinis yang diinginkan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


30

(1,96 + 0,84)1,5
= =2
1,15

4,2
= =2=
1,15

= = 2 = (13,32)

= = 26,64 = 26

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 26 responden, untuk


mengantisipasi sampel yang hilang selama penelitian maka sampel diperbesar
10% dari jumlah sampel.Sehingga jumlah sampel penelitian ini adalah 30
responden.

C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Medan.

D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari– Agustus 2016.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variable yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Defenisi operasional dapat membantu dalam mengarahkan pengukuran atau
pengamatan terhadap varibel-variabel yang bersangkutan serta dalam
mengembangkan instrument.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


31

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Cara Skala
Definisi Operasional Hasil Ukur
penelitian pengukuran Ukur
V. Independen aktivitas fisik yang dilakukan SOP
Senam rematik oleh peneliti sendiri baik
sebagai cabang olahraga
tersendiri maupun sebagai
latihan untuk cabang olahraga
lainnya. senam rematik
merupakan latihan fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan
rasa nyaman pada penderita
rematik.
Cara melakukan senam
rematik : berjalan ditempat,
meluruskan lutut, duduk
berdiri, melangkah naik.

Teknik melakukan terdiri tiga


latihan yaitu: latihan aerobik,
latihan kekuatan,latihan
kelenturan.
di lakukan 2x seminggu
selama 2 minggu dengan
durasi setiap dilakukan selama
10-15 menit.
V. Dependen Intensitas nyeri yang Dengan Skala nyeri: Ordinal
Skala Nyeri dirasakan lansia yang melakukan Ringan (1-3)
mengalami Osteoartritis lutut pengukuran Sedang (4-6)
dalam hal ini untuk mengukur dengan Berat (7-10)
skala nyeri digunakan Numeric
Numeric Rating Scale. Rating
Dilakukan sebelum dan Scale.
setelah pemberian senam
rematik.
yang melakukan senam nya
peneliti dan diikuti oleh
penderita osteoarthritis
lainnya.

F. Aspek Pengukuran
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa Numeric Rating Scale yaitu aspek
pengukuran pada penelitian ini menggunakan lembar observasi nyeri dengan skala
intensitas nyeri numerik (0-10).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


32

G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data
1. Kuisioner A (Data Demografi)
Data karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah
format pengkajian yang berisi data demografi meliputi usia, jenis kelamin,
dan pendidikan terakhir melalui studi dokumentasi yang dilakukan di
Puskesmas Helvetia Medan.

2. Intensitas nyeri osteoarthritis


Pengumpulan data yang digunakan pada skala nyeri ini adalah observasi,
observasi merupakan alat ukur dengan cara memberikan pengamatan secara
langsung kepada responden yang dilakukan peneliti untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti ( Hidayat, 2007). Skala Numeric
rating scalenyeri 0-10 digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0
diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, 1-3:nyeri ringan 4-6:nyeri
sedang, 7-9:nyeri berat, 10:nyeri hebat yang dirasakan klien. Skala ini
efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi (Prasetyo, 2010).

2. Prosedur Pengumpulan Data


a. Prosedur Administratif
1) Permohonan izin penelitian yang ditujukan ke puskesmas Helvetia
medan sebagai tempat penelitian.
2) Setelah mendapatkan izin dari puskesmas Helvetia medan, peneliti
melakukan survei pendahuluan untuk memperoleh data dasar.
3) Kemudian peneliti menghantarkan surat rekomendasi ke dinas kesehatan
provinsi sumatera utara.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


33

4) Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari dinas kesehatan, peneliti


menghantarkan surat tersebut ke puskesmas Helvetia medan.
5) Setelah mendapatkan izin dari pihak puskesmas Helvetia medan peneliti
mengkontarak waktu dengan calon responden.

b. Pelaksanaan
1) Peneliti menemui calon responden, kemudian memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
2) Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon responden
diminta mendatangi informed consent sebagai kesedian menjadi
responden penelitian.
3) Kemudian peneliti mengajarkan cara mengisi kuisioner data demografi
yang berisi data demografi meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan
terakhir.
4) Dalam penelitian ini menggunakan asisten yang membantu peneliti
dalam memberikan intervensi, sebelum masuk pada tahapan
pelaksanaan, peneliti melakukan persamaan persepsi dengan asisten
peneliti.
5) Mengukur skala nyeri osteoarthritis lutut yang dirasakan dengan
menggunakan Numeric Rating Scale dengan rentang 0-10 sebelum di
lakukan senam rematik.
6) Peneliti memberikan perlakuan senam rematik pada bagian lutut yang
mengalami nyeri. Untuk memudahkan penelitian, peneliti melakukan
kerjasama dengan pegawai Puskesmas Helvetia Medan untuk
mengumpulkan semua responden lalu melakukan latihan selama 2
minggu yang diberikan 2x seminggu secara bersamaan.
7) Mengukur kembali skala nyeri osteoarthritis yang dirasakan dengan
caradoor to door dengan menggunakan Numeric Rating Scale dengan
rentang 0-10 setelah diberikan senam rematik.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


34

H. Etika Penelitian
Penelitian ini berhubungan langsung dengan responden sebagai sampel penelitian,
sehingga peneliti harus menerapkan mengenai prinsip-prinsip etika dalam
penelitian. Menurut Polit & Beck (2006), beberapa prinsip-prinsip etik penelitian
antara lain :
1. Informed consent(persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan sebelum subjek mengatakan kesediaannya untuk
menjadi responden.bertujuan untuk mengetahui informasi tentang penelitian
yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat memutuskan kesediaanya
untuk menjadi responden atau tidak.

2. Anonymity (tanpa nama)


Peneliti memberi jaminan pada responden dalam menggunakan subjek
penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama atau responden dalam
lembar alat ukur. Penelitihanya menggunakan kode saat mengolah data dan
mempublikasikannya.

3. Veracity(kejujuran)
Prinsip veracity atau kejujuran menekankan peneliti untuk menyampaikan
informasi yang benar.Peneliti memberikan informasi mengenai tujuan, manfaat
dan prosedur penelitian.

4. Confidentiality(kerahasiaan)
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


35

I. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
a. Editing

Editingyaitu data langsung yang dilakukan peneliti sebelum meninggalka


responden, hal ini dilakukan untuk menghindari wawancara berulang.
Memeriksa data yang sudah terkumpul bertujuan untuk memastikan bahwa
semua lembarkuesioner sudah diisi dengan lengkap seperti pengisian data
demografi dan pilihan jawaban kuesioner.

b. Coding
Coding dilakukan untuk mengubah data yang di edit ke dalam bentuk
angka.Laki-laki (1), Perempuan (2). Usia <39 (1), 40-54 (2), >54
(3).Pekerjaan Ibu rumah tangga (1), Swasta (2), Petani (3), Pegawai
negeri (4). Status Perkawinan Menikah (1), Tidak menikah (2), Janda (3),
Duda (4). Agama Kristen (1), Katolik (2), Islam (3), Hindu (4), Budha (5).
Pendidikan Tidak Menikah (1), SD (2), SMP (3), SMA (4). Perguruan tinggi
(5).

c. Entri data
Tahap ini dimasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan
program exel ke dalam spread sheet dan diolah dengan menggunakan uji
statistik dengan program SPSS (statistical product and service solution).

d. Tabulating
Setelah selesai memberikan penelitian kemudian dilakukan tabulasi dengan
memasukkan semua jawaban kedalam tabel distribusi frekuensi untuk
mempermudah analisa data lalu di interpretasikan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


36

2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik respon
dalam penelitian berdasarkan usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Agama, Status perkawinan. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.

b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan
sesudah mendapatkan perlakuan. Sebelum analisa bivariat menggunakan Uji
t- test dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data berdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Setelah dilakukan
uji normalitas ternyata data pada penelitian tidak berdistribusi normal,
sehingga dilakukan analisis menggunakan ujiWilcoxon. Hasil analisa
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p<0,05 (p=0,002). Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian intervensi senam rematik.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Helvetia didirikan oleh Gubernur Sumatra Utara Bapak Marah
Halim pada tahun 1968.Puskesmas Helvetia terletak di jalan Kemuning
Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Helvetia Kota Medan.
Wilayah kerja Puskesmas Helvetia di sesuaikan dengan wilayah yang
berada di bawah naungan Kecamatan Medan Helvetia yang meliputi 7
kelurahan yaitu Kelurahan Helvetia, Kelurahan Helvetia Tengah,
Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Helvetia CII, Kelurahan Dwikora,
Kelurahan Tanjung Gusta dan Kelurahan Cinta Damai.

Puskesmas Helvetia memiliki berbagai program kerja dalam penangan


berbagai masalah kesehatan. Program kegiatan Puskesmas Helvetia
berpedoman pada 18 program pokok puskesamas yaitu : Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Usaha Peningkatan Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P3M), Pengobatan Dan Gawat Darurat, Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat (PKM), Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olahraga, Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut,
Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium, Pencacatan dan
Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia
Lanjut, Pembinaan dan Pengobatan Tradisional.

Pemberantasan penyakit persendian merupakan salah satu program kerja


Puskesmas Helvetia. Kesehatan usia lanjut di khususkan untuk menangani
penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan sendi salah satunya
Osteoartritis. Tingginya angka kejadian Osteoartritis di Puskesmas
Helvetia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di
tangani. Tahun 2016 angka kejadian Osteoartritis di wilayah kerja

36

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


37

Puskesmas Medan Helvetia cukup tinggi, 618 Penderita dalam periode


Januari sampai dengan April dengan rata-rata 51 penderita setiap
bulannya.

Tingginya angka kejadian ini mengharuskan Puskemas Helvetia Medan


untuk melakukan kegiatan pencegahan Osteoartritis.Kegiatan yang
dilakukan kader kesehatan di puskesmas berupa Latihan Senam sesuai
dengan prosedur, penyuluhan kesehatan, serta pemeriksaan kesehatan
kepada anggota keluaraga yang memiliki osteoartritis lutut.

2. Analisis Univariat
Analisis univarit pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan
berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Perkawinan.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan
umur, jenis kelamin, pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Perkawinan
di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 (n=30)

Karakteristik Responden f %
Umur
< 39 tahun 1 3,4
40-54 tahun 13 43,3
> 54 tahun 16 53,3
Jenis Kelamin
Perempuan 30 100
Pendidikan
SD 10 33,3
SMP 11 36,7
SMA 7 23,3
Perguruan tinggi 2 6,7
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 18 60,0
Swasta 6 20,0
Petani 5 16,7
Pegawai negeri 1 3,3
Agama
Kristen 3 10,0
Islam 27 90,0
Status Perkawinan
Menikah 20 66,7
Tidak menikah 1 3,3
Janda 9 30,0

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


38

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden dalam


penelitian ini berumur >54 tahun sebanyak 16 orang (53,3%). berdasarkan
jenis kelamin mayoritas responden perempuan sebanyak 30 orang
(100%), mayoritas tingkat pendidikan responden SMP sebanyak 11 orang
(36,7%) dan mayoritas pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 18 orang (60%), mayoritas responden beragama Islam
sebanyank 27 orang (90%), dan mayoritas status perkawinan responden
adalah menikah sebanyak 20 orang (66,7%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas
Nyeri Sebelum Intervensi Senam Rematik Di Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2016 (n=30)

Skala Nyeri Pre f %


Nyeri sedang 5 16,7
Nyeri berat 25 83,3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas intensitas nyeri pasien
osteoartritis lutut sebelum intervensi senam rematik adalah skala nyeri
berat yaitu sebanyak 25 responden (83,3).

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas
Nyeri Setelah Intervensi Senam Rematik Di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016 (n=30)

Skala Nyeri post f %


Nyeri ringan 20 66,7
Nyeri sedang 8 26,7
Nyeri berat 2 6,6
Total 30 100

Berdasarakan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas intensitas nyeri


pasien osteoartritis lutut setelah intervensi senam rematik adalah skala
nyeri ringan yaitu sebanyak 20 responden (66,7).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


39

3. Analisis bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara
variabel independen dengan variabel dependen, pengaruh senam
rematik terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita osteoartritis
lutut di Puskesmas Helvetia Medan. Pengujian kebenaran hipotesis
dilakukan dengan melakukan penghitungan rata-rata nilai pada
penderita osteoartritis lutut pretest dan posttest pada kelompok
intervensi serta perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
senam rematik tersebut. Untuk menilai pengaruh perubahan intensitas
nyeri pada penderita osteoartritis lutut di gunakan uji Wilcoxon dengan
nilai α< 0,05.

a. Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah


Pemberian Intervensi Senam Rematik di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016.

Analisis pengaruh senam rematik terhadap perubahan intensitas


nyeri sebelum dan sesudan diberikan perlakuan senam rematik
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam
Rematik Pada Pasien Osteoartritis Lutut di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016 (n=30)

Intenitas Nyeri Variabel N Mean Std.Dvs P value


Sebelum 30 4,23 .971 .002
Sesudah 30 1,80 1.540

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata intensitas nyeri


sebelum intervensi senam lutut adalah 4 dan rata-rata intensitas nyeri
sesudah intervensi senam rematik menurun menjadi 1. Hasil analisis
pengaruh senam lutut terhadap perubahan intensitas nyeri
menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p=0,002 (p<0,05). Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi senam rematik (Ha : Diterima).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


40

B. Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya, ada tidaknya
perubahan intensitas nyeri pada penderita osteoarthritis sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan senam rematik . Sehingga dapat diketahui pengaruh
senam rematik terhadap perubahan intensitas nyeri osteoarthritis lutut
.Interprestasi hasil membahas terkait kesenjangan ataupun kesesuaian antara
hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait dan teori-teori
yang mendasarinya. Dalam bab ini juga dibahas tentang keterbatasan yang
ada dalam penelitian.
1. Karakteristik Penderita Osteoartritis Lutut di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden
(53,3%) adalah berusia lansia dan selebihnya (43,3%) berusia dewasa
madya dengan mean usia responden >54 tahun. Jenis kelamin responden
mayoritas (100%) perempuan dengan tingkat pendidikan kebanyakan
SMP (36,7%) serta mayoritas responden ibu rumah tangga (60%)
beragama islam serta sebagian besar responden (66,7%) menikah.

Responden dengan jenis kelamin perempuan cenderung beresiko


cedera.Pada perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun mengalami
penurunan pada fleksibilitas otot.Hal ini dapat ditangani dengan
meningkatkan kemampuan otot lansia dengan senam.Senam rematik
dapat melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin
sering dilatih maka cairan sinovial akan meningkat atau bertambah.

Pada perempuan kecepatan kehilanagn sama, tetapi akan semakin


meningkat setelah menopause. Massa otot, jumlah dan ukuran miokibra,
jumlah dan besar unit motoris juga berkurang. Penurunan area
penampang lintang otot tungkai dimulai sejak awal dewasa dan akan
dipercepat setelah umur 50 tahun.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


41

Penambahan cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cedera


pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia (Taslim,
2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
penelitian berada pada kelompok usia lansia dengan rata-rata usia 53
tahun. Kelompok usia ini sangat rentan dengan kejadian osteoartritis.

Osteoartritis umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia serta paling
sering terjadi pada usia diatas 60 tahun. Responden penelitian ini juga
didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan (90%).Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor resiko penyakit osteoartritis dan
prevalensi osteoartritis meningkat pada jenis kelamin perempuan
(Lawrence et al., 2008).

Semakin bertambahnya usia pada seseorang maka, seseorang akan


kehilangan massa tulang pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita
sebesar 40-50%. Lansia cenderung mengalami penurunan pada fungsi
muskuloskeletal. Fungsi kartilago sendi mengalami penurunan sehingga,
kartilago akan menipis dan mengakibatkan kekakuan sendi. Kekakuan
sendi apabila tidak segera ditangani maka dapat mengganggu mobilitas
fisik pada lansia. Otot sendi apabila digunakan untuk bergerak maka
cairan sinovial akan bertambah dan meningkat sehingga, lansia
melakukan aktivitas dengan baik. Apabila otot sendi tidak digunakan
untuk melakukan aktivitas maka, cairan sinovial ini akan tetap sehingga,
tidak mengalami peningkatan (Sudoyo, 2006).

Gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat memberikan dampak


immobilitas fisik pada lansia.Untuk mencegah immobilitas fisik pada
lansia, lansia dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti senam
lansia, berjalan dan lain-lain.Aktivitas fisik dapat memberikan pengaruh
yang baik bagi kesehatan tubuh pada lansia salah satunya adalah melatih

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


42

kemampuan otot sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi
(Martono, 2009).

2. Intensitas Nyeri Pasien Osteoartritis Lutut di Puskesmas Helvetia


Medan Sebelum Intervensi Senam Lutut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pasien osteoartritis
lutut sebelum intervensi senam rematik adalah skala nyeri berat yaitu
sebanyak 25 responden (83,3%). Pada osteoartritis terjadi perubahan-
perubahan metabolisme tulang rawan sendi.Perubahan tersebut berupa
peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks
tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen.
Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat
kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Pada proses
degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu subtansi atau zat
yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang
makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim
proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler. Pada akhirnya rawan
sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala osteoartritis
seperti nyeri sendi, kaku dan deformitas. Melihat adanya proses
kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi, maka osteoartritis
dapat dianggap sebagai kegagalan sendi yang progressif dan
menyebabkan nyeri berat.

Nyeri berat pada responden mangakibatkan terganggunya aktivitas


mereka sehingga para lansia enggan melakukan aktivitas dan sering
untuk berdiam.Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional
tubuh. Padahal fenomena di masyarakat para lanjut usia enggan
mengikuti senam rematik. Jika lansia enggan mengikuti kegiatan senam,
malah akan menyebabkan kekakuan tulang dan sendi yang menjadi
penyebab timbulnya nyeri persendian pada orang lanjut usia.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


43

Lansia mengalami proses menua (aging) yaitu proses yang terus-menerus


(berlanjut secara alamiah) yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
oleh semua makhluk hidup. Pada proses penuaan ini disertai oleh adanya
penurunan kondisi, biologis, psikologis, maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Perubahan fisiologis yang terjadi dapat
mengenai sistem muskuloskeletal, dan rasa nyeri pada ekstremitas bawah
adalah keluhan yang paling sering muncul pada lansia (Taslim, 2009).
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan melakukan observasi kepada
pasien melalui skala nyeri 0 = tidak nyeri, 1-3 =nyeri ringan, 4-6= nyeri
sedang, 7-10 nyeri berat.

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak


menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
potensial yang tidak menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian
tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan
rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
perasaan takut dan mual (Judha, 2012).

Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok lansia di
Kelrahan Komplek Kenjeran dari 10 orang pada kelompok perlakuan, 9
orang yang awalnya mengeluh nyeri sedang, 8 orang yang mengalami
penurunan nyeri menjadi nyeri ringan. Oleh karena itu lansia harus rutin
mengikuti senam lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Intensitas Nyeri Pasien Osteoartritis Lutut di Puskesmas Helvetia


Medan Setelah Intervensi Senam Lutut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pasien osteoartritis
lutut setelah intervensi senam rematik adalah skala nyeri ringan yaitu
sebanyak 20 responden (66,7).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


44

Nyeri yang tidak diatasi mempunyai efek yang membahayakan diluar


ketidak nyamanan yang disebabkannya.Berdasarkan hasil penelitian
karakteristik responden faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri
sebagian besar responden disebabkan karena udara dingin di pagi dan
malam hari.Nyeri yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem
pulmonari, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik.
Respon membahayakan dari nyeri dapat bertambah jika terjadi pada
pasien lanjut usia, kondisi fisik lemah atau sakit kritis (Putra, 2005).

Nyeri sendi pada pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan sendi
karena belum beraktifitas, biasanya nyeri sendi akan berkurang jika siang
hari setelah pasien beraktifitas, nyeri sendi juga dihubungkan dengan
kadar kortisol dimana kadar korisol terendah pada pagi hari. Menurut
American College of Reumathology (ACR) secara klinis disebut positif
menderita osteoatritis diantaranya, yaitu usia> 50 tahun, kekakuan pada
pagi hari < 30 menit, krepitasi, nyeri tekan pada tulang, pembesaran
tulang, dan palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat (Ashari, 2009).

4. Perbedaan Intensitas Nyeri Pasien Osteoartritis Lutut di Puskesmas


Helvetia Medan Sebelum dan Setelah Intervensi Senam Lutut.
Dari hasil distribusi frekuensi perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi diperoleh mayoritas responden berumur >54 tahun,
jenis kelamin mayoritas responden perempuan, mayoritas tingkat
pendidikan SMP, mayoritas pekerjaan responden ibu rumah tangga,
mayoritas responden beragama islam, dan mayoritas status perkawinan
responden menikah.

Rata-rata intensitas nyeri sebelum intervensi senam rematik adalah 4 dan


rata-rata intensitas nyeri sesudah intervensi senam rematik menurun
menjadi 1. Hasil analisis pengaruh senam rematik terhadap perubahan
intensitas nyeri menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,002

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


45

(p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri


sebelum dan sesudah intervensi senam rematik.

Hasil yang signifikan dalam penelitian ini dapat disebabkan karena


senam rematik jika dilakukan secara teratur akan meningkatkan peredaran
darah sehingga metabolisme meningkat dan terjadi peningkatan difusi cairan
sendi melalui matriks tulang.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori dimana Pemenuhan kebutuhan
nutrisi tulang rawan sangat tergantung pada kondisi cairan sendi, jadi jika
cairan sendi baik makaSuplai nutrisi untuk tulang rawan menjadi adekuat.
Adanya kontraksi otot quadriceps dan hamstring yang kuat akibat latihan
lutut akan mempermudah mekanisme pumping action (memompa kembali
cairan untuk bersirkulasi) sehingga proses metabolisme dan sirkulasi lokal
dapat berlangsung dengan baik karena vasodilatasi dan relaksasi setelah
kontraksi maksimal dari otot tersebut. Dengan demikian maka
pengangkutan sisa-sisa metabolisme (substansi P) dan asetabolic yang
diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan dengan lancar sehingga
rasa nyeri dapat berkurang (Theresia, 2015).

Selain itu exercisedapat menurunkan kadar sitokin dalam cairan synovial


pasien OA lutut dan menghambat degradasi tulang rawan dan memperbaiki
gejala nyeri. Sitokin merupakan salah satu mediator kimia terjadinya
inflamasi dan apabila kadar sitokin turun maka mekanisme stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxious terhambat dan proses transduksi pada
mekanisme nyeripun menjadi terhambat.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, maka terdapat kesesuaian dengan


hasil penelitian yang dilakukan oleh suhendriyo (2014).Penelitian pengaruh
senam rematik sebelum dan sesudah senam rematik pada penderita
osteoarthritis lutut di Karangasem Surakarta. Dari hasil uji Wilcoxon di

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


46

dapatkan perbedaan nyeri sebelum dan sesudah senam rematik dengan rata-
rata nyeri sebelum senam sebesar 4,44 sedangkan rata-rata nyeri sesudah
senam sebesar 2,98 dan p value 0,005. artinya ada pengaruh intervensi
senam rematik terhadap perubahan intensitas nyeri. Hal ini disebabkan
karena senam rematik dapat mempertahankan ruang lingkup gerak sendi
secara maksimal.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian lain tentang pengaruh latihan pada
osteoatrhtitis lutut terhadap kualitas hidup pasien dewasa obesitas dikatakan
bahwa dengan latihan dapat menurunkan nyeri dengan p = 0.049. Dengan
melakukan fleksi ekstensi lutut dapat meningkatkan kekuatan otot sebesar
15-16%. 7 Penelitian lain mengatakan bahwa dengan latihan lutut akan
meningkatkan daya tahan otot, meningkatkan ketajaman proprioseptif, dan
menurunkan quadriceps arthrogenic muscle inhibition. Peningkatan
kekuatan otot quadriceps sangat penting untuk stabilisasi lutut, sehingga
menurunkan beban sendi lutut dalam menahan berat badan atau selama
beraktivitas.

Hasil penelitian pengukuran skala nyeri sesudah diberikan terapi senam


lansia ini sesuai dengan teori yang telah disampaikan bahwa senam rematik
merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan otot sendi apabila sering
dilatih atau digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat.
Cairan sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam sendi.Peningkatan
cairan synovia ini dapat mengurangi resiko cidera sendi pada lansia (Taslim,
2001).Senam lansia juga dapat memberikan kebugaran tubuh dan
meningkatkan daya tahan tubuh (Ambar, 2009).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


47

2. Keterbatasan Penelitian
a. Jumlah sampel masih terbatas hanya terdapat 30 orang responden.
b. Sampel dalam penelitian ini belum homogen sehingga metode
pengambilan sampel masih menggunakan tehnik purposive sampling
sehingga sampel belum dapat mewakili populasi.
c. Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengontrol faktor lain yang
mempengaruhi perubahan intensitas nyeri seperti konsumsi obat
penghilang rasa sakit.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hasil dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
mayoritas berumur >54 tahun, dengan jenis kelamin perempuan.
2. Intensitas nyeri pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
sebelum intervensi senam lutut adalah nyeri berat.
3. Intensitas nyeri pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan
setelah intervensi senam lutut adalah nyeri ringan.
4. Terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
senam lutut pada pasien osteoartritis lutut di Puskesmas Helvetia Medan.

B. Saran
4. Bagi Pasien Osteoartritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
intevensi kepada pasien nyeri lutut untuk menurunkan tingkat nyeri
osteoartritis, pasien dapat latihan senam rematik di rumah secara
mandiri.
b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
puskesmashelvetia dalam mengenali pasien lansia yang menderita
Osteoartritis . Selain itu dapat dijadikan bahan masukan dalam
menyusun kebijakan yang dapat menurunkan Osteoartritis pada
masyarakat sekitar wilayah kerja puskesmas.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar yang sama, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi yang bermakna.

48
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
48

5. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah populasi dan sampel yang
lebih banyak.
b. Diharapkan penelitian memakai kelompok kontrol.
c. Diharapkan diperlukan asisten/pendamping lebih dari 2 orang dalam
pelaksanaan, pelaksanaan peneliti sehingga intervensi dapat secara
tepat dan serentak dilakukan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai