Anda di halaman 1dari 88
PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI I. Kesadaran (Glasgow Coma Scale , E,M,Vx) II. Fungsi Kortikal Luhur ( High Cortical Function) III. Rangsang Selaput Otak ( Menings sign) Tv. Pemeriksaan Saraf Cranial Vv. Sistem Motorik Pergerakan Kekuatan Tonus Refleks Fisiologis Refleks Patologis VI. Sistem Sensorik « Eksteroseptif « Proprioseptrif « Enteroseptif VIL. Sistem Saraf Otonom (SSO) eeeee { Memperbanyak ‘Seizin Penulis (Tim Medical Mini Notes) ‘Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomnor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta: (1yBarang siapa dengan sengaje dan tenpa hak mengumumkan atau memperbanyak sual ‘ciptaan atau member! ain untuk itu, dipidana dengan pidane penjara paling lama 7 (kujuh tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus jutarupiah), (2)Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkon, atau menjual kepade unum suatu ciptaan atau barang hal pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud Golam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lame 5 (lima) tabwun dan/ataxs dencis paling banyak Rp. 50.000,000,- (Hama puluh juta rupiah)- ANATOMI SISTEM SARAF PUSAT “ Tiap Hemispherium Cerebri, terbagi atas : 1. LOBUS FRONTALIS 2. LOBUS PARIETALIS 3. LOBUS OCCIPITALIS 4, LOBUS TEMPORALIS 5. LOBUS CENTRALIS / INSULAE Prosencephalon ‘Encephalon & Mesencephalon* Fthombencephaton _CArebellum {=Metencephaion) — Medulla oblongata” fbulbus) —~~" '=Myelencephaon) Lobus frontalis — Sulcus centralis — Lobus parietalis —— Lobus temporalis -— Sulcus parietooccipitalis ~ Lobus occipitalis Polus occipitalis ~ Gambar : Anatomi otak, dikutip dari kepustakaan 1 - ‘Sulcus centralis / Lobus parietalis ‘Incisura pre-cceipitalis Lobus temporalis * Polus temporalls sulcus lateralis Lobus frontalis dibatasi oleh sulcus centralis sampai frontal pole dan terletak di bagian atas dan anterior sulcus centralis. Lobus ini dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu: korteks motorik primer (area 4), korteks premotor (area 6), korteks prefrontal. Keseluruhan lobus frontal memiliki fungsi penting yaitu pengatur motorik, pusat bicara motorik (Broca), pusat emosi, pusat berpikir, pusat perilaku, pusat inisiatif Lobus parietal dibatasi oleh sulcus centralis sampai lobus oksipiral, superior, dan lobus temporal. Fungsi lobus ini sebagai pusat pemrosesan sensori somato-sensorik ayng meliputi nyeri, suhu, taktil, dan penilaian objek dalam orientasi ruang. Lobus temporal dimulai dari polus temporal sampai lokus oksipital. Lobus ini berperan sebagai pusat pendengaran, penertian bahasa (Wernicle), pemahaman suara, dan rama musik, serta pengaturan fungsi memori. Lobus oksipital terletak posterior dari parietooksipital dan peoccipital notch, Perannya adalah sebagai pusat penerima dan penganalisa pengihatan, dan untuk mengenali penglihatan serta warna. Ganglia basalis merupakan massa abu-abu yang berada pada lapisan dalam hemisfer serebri dan termasuk dalam sistem ekstrairamidalis. Ganglia basalis terdiri dari nukleus kaudatus, nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus) dan nukleus amigdala. Lesi di daerah ini menimbulkan gerakan repetitif, bradikinesia, dan tremor seperti , sa panes Parkinson. 41a} 4 MRO) dele gerald) Terletak di bagian dorsal dari pons dan medula oblogata. dipisahkan dengan lobus oksipital serebri oleh tentorium dan memenuhi hampir seluruh fossa posterior. Serebellum memiliki fungsi utama koordinasi gerakan volunter terlatih dengan mempengaruhi aktivitas otot, |. mengontrol keseimbangan, dan tonus otot melalui hubungan dengan sistem vestibular dan medula spinalis. pea se dy Mencakup talamus dan hipotalamus. Talamus menerima semua informasi sensorik yang datang (kecuali bau) dan memancarkan informasi ke korteks serebri. Talamus juga merupakan bagian dari sistem pengaktifan retikular (RAS / Reticular Activating System). Hipotalamus membentuk dasar diensefalon, hipotalamus berintergrasi dan mengarahkan informasi mengenai suhu, rasa lapar, aktifitas susunan saraf otonom, dan status emosi. Hipotalamus juga menentukan kadar beberapa hormon termasuk hormon hipofisis. ey UL ceed Terdiri dari medula oblongata, pons, dan mesensefaion. Batang otak merupakan struktur penting sebagai re/ay station untuk banyak serabut longitudinal (asendens dan desendens). Pada bagian dorsal batang otak terdapat formasio retikularis yang mengatur fungsi kesadaran, sirkulasi darah, pernafasan, dan fungsi vital lainnya. Maen)” Medula spinalis menempati 2/3 bagian atas kanalis spinalis pada dewasa dalam kolumna vertebra. Panjang keseluruhan pada dewasa normainya 42 hingga 45 cm. Pada dewasa, konus medularis (ujung distal medula spinalis) berakhir pada L1 atau L2 dari kolumna vertebra. Ada 31 segmen medulla spinalis (8 Cervicalis + 12 Thoracalis + 5 Lumbalis + 5 Sacralis + 1 Coccygeus) — Segmen Cervicalis ~ level Foramen Magnum s/d V.C, — Segmen Thoracalis — level V.T;- Tio — Segmen Lumbalis — level Tio - Ti2 - Segmen Sacralis + Coccygeus — level L; - La Gambar : Potongan melintang medula spinalis, dikutip dari kepustakaan 4 Posterior funiculus ot tials Fescioulus — Fasciculus Dorsalateral tract, een Os Semilunar tract (comma of Schultz) Thoracic nucleus —— Anterior corticaspinal tract Gambar : Medula spinalis aspek anterior, dikutip dari kepustakaan 1 bp ok a OOO Uae eee © T . . snidoud sue) : : (uese326 - nosey] el a > WSPU]WLXSIP ‘UeqeIa6 ‘IsIsod) © : : : wOTUaLSOd : | snydoug snynopsed x snyeauny snjnoyses x « ie # : syjDeIH snynose4 x 3 | ; : syeperouids smoeq, x : ; 1 (nyns + wadu) syeseqzey * syeudsonyo supe x: ee x: | S)/RI3327 » Gyoqoud) syese7e7 : — ao * Wwualvd snidoig snNDISey x syeurdsorju40> : oun ze : — * +3070 snuoy) syenuen : SuRyJeqaueoulds sn;erL x © — : | * syeusdsoye| smyzesy x : syeujdsojnoney sovaquy sijeuiBsew ‘ snpey * * -oydag sninzjsey x > syeuidsoinqnsea =. (ueyjan + qed) JOH aay souaquy snpeiL x snojweyeuzouids snqzesL x snudoug snjnzisey x | (40}0W) JoWaIUW : ; sjeujdso2|u405 : x snpei, x : € ueeyeysndey ep diynyp “yeses sNIYEAL + ASL Gambar : Tractus piramidalis, dikutip dari kepustakaan 4 Gambar: A) Homonkulus sensorik, B) Homonculus motorik Dikutip dari kepustakaan 4. central canal of spinal cord Gambar: Aliran liquor cerebrospinal, dikutip dari kepustakaan 1 Fisiologi LCS gab LCS pormal 500 mi Zs atau-0,2 - 0,35 mi/menit. “LCS _diproduksi oleh pleksus choroideus yang berlokasi di sistem ventrik :S lalu mengalir ke a ae ral pense melalu ‘ ro ‘Aquaductus oe ke ventrikel IV. i itu melalui 2 buah foramen Luschka di sisi lateral dan 1 buah foramen magendie di sisi medial, LES masuk ke ruang subarachnoid jalu ke sinus duramater kemudian. ee vena eae vilus 4 a noidalis. Aliran LCS melalui Cisterna magna sistem ventrikuli dipermudah oleh Ls faktor-faktor sirkulasi dan postural Am yang menimbulkan tekanan Vill arachnoidalis intrakranial normal sebesar 10 ——s mmHg. Penurunan tekanan akibat pengeluaran LCS walau hanya Superior sagital sinus z beberapa mililiter dapat menimbulkan nyeri kepala hebat. For. LUSCHKA For. MAGENDIE Punksi lumbal merupakan suatu tindakan untuk : memperoleh LCS dan memperoleh gambaran jalannya lintasan LCS dalam foramen vertebralis. Tempat melakukan punksi lumbal yaitu di arah distal dari conus medularis melalui tusukan jarum pada daerah kulit di _ antara prosesus spinosus pada vertebra L3-4, L4-5, atau L2- ° Secara kuantitatif + GLASGOW COMA SCALE Fleksi abnormal 5 Melokalisir nyeri Nyeti supraorbita = respon dgn angkat tangan lewaft 10 Sores seme) _ | Secara kualitatif TINGKAT KESADARAN : a Oo | o Oo o | a Kompos mentis : bereaksi secara adekuat Delirium : pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, berteriak, aktivitas motorik meningkat. Somnolen : keadaan mengantuk, dapat pulih penuh jika dirangsang. Stupor : penderita merasakan kantuk yang dalam dan masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat namun kesadarannya segera menurun lagi (respon terhadap verbal samar, respon terhadap nyeri namun tidak dapat sadar sempurna) Koma ringan : tidak ada respon terhadap rangsang verbal, hanya terhadap rangsang nyeri berupa gerakan. Namun, Pasien tidak dapat dibangunkan. Reflex pupil, kornea, dsb masih baik Koma dalam : tidak ada gerakan spontan meskipun dengan rangsangan nyeri dan rangsangan verbal. EE Mini Mental Scale Orientasi Nilai 1. | Sekarang (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa? Maks 2. | Kita berada dimana? (negara, provinsi, kota, rumah sakit, 5 |__| tantai/kamar) 5 Registrasi r eee 3. Sebut 3 buah benda ( apel, meja, koin), tiap 1 detik pasien 3 disuruh mengulang ke tiga b enda t ersebut. Nil ai 1 untuk setiap benda yang bmar. Ul angi sampai p a&ien dapat ‘menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan. Atensi dan kalkulasi 4 | Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau, 5 minta mengeja terbalik kata .WAHYU? ( nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai ) _ Mengingat kembali— ee 5 | Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 Bahasa imal ; z sei 6 | Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan 2 (pensil, buku) 7 | Pasien disuruh mengulang kata-kata : “namun, “bila” 1 8 | Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini 3 dengan tangan Anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di 9 | lantai” 1 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah : 10 | “Pejamkan mata Anda” 4. 11 | Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 Pasien disuruh menggambar benda di bawah ini TOTAL : 30 24-30: NORMAL 17-23 : Probable gangguan kognitif ___0-16 : Defenite gangguan kognitif _ a Tidak ada paresis, gangguan ‘amosi, ansiolas, agitasi, © Kaku Kuduk (nuchal rigidity) « Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah neck stifiness, kepala pasien yang sedang berbaring » Kepala difleksi & diusahakan dagu mencapai dada. Kaku Kuduk + * didapatkan tahanan Kernig Sign * Fleksikan pada pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 30°. * Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dapat mencapai sudut 135°. Kernig sign +» terdapat tahanan sebelum tercapai sudut 135°. Lasegue Sign Pasien diminta berbaring lurus Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan pada persendian panggulnya. Normalnya dapat mencapai sudut 70°. Brudzinski 1 Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring Tekukkan kepala sejauh mungkin sampai ( brudzinski neck sign . dagu mencapai dada. Tangan yang satunya lagi ditempatkan di dada pasien pasien. Brudzinski 1 += fleksi kedua tungkai. Brudzinski 2 Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalan keadaan lurus. Brudzinski 2 + = tungkai yang satunya juga ikut fleksi. Brudzinski 3 Menekan Os. Zygomatikum maka akan terjadi flexi pada kedua lengan Brudzinski 4 Menekan symphisis pubis maka akan terjadi flexi pada kedua tungkai Ada 2 cara yaitu: * Tusukan pada kulit yang menutup otot kuadrisep femoris * Memijat otot kuardrisep femoris Guillain sign + = fleksi tungkai kontralateral di sendi lutut dan coxae secara reflektorik Edelmann test Fleksi tungkai atas (di sendi panggul) sedangkan lutut diluruskan secara pasif Edelmann test + = dorsofleksi dari ibu jari kaki secara reflektorik Bikele test Lengan pasien diluruskan di atas bahu Bikele test + = pasien menahan articulatio cubitinya (siku) tetap fleksi Tanda rangsang meningeal diperiksa untuk melihat apakah terdapat iritasi ada selaput menings. Iritasi meningeal bervariasi dan bergantung pada tingkat keparahan proses kondiri yang berhubungan. Meninges dan vena serebral superfisial chnoid granulation arachnoid grai ania NNGUTNTRTNGLESENGUrOIOnyEatien = is PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS *" Komponen masing-masing Nn. Craniales: o Hanya Sensoris = N. I, N. II, dan N.VIII o Hanya Motoris > N. IIL, IV, VI, Xi dan XW! o Sensoris + Motoris N. V, VII, IX, dan X o Parasimpatis = N. III, VII, IX, dan X NERVUS OLFACTORIUS (NI) (Cara pemeriksaan: 1. Beritahu bahwa daya penciuman pasien hendak diperiksa. 2. Pasien diminta mengidentifikasi apa yg terhidu olehnya bila suatu botol yang berisi zat tertentu didekatkan ke salah satu lubang hidungnya. 3. Lakukan hal yang sama di lubang hidung yang lain. Penilaian: - Normosmia : mampu menghidu dgn tepat - Anosmia : hilangnya daya penghidu - Hiposmia : daya penghidu kurang tajam (misalnya pada usila) - Parosmia : terhidu bau yang tidak sesuai - Kakosmia : mirip parosmia tapi selalu diidentifikasi sebagai bau yang tidak menyenangkan. - Halusinasi olfaktorik : terhidu sesuatu tanpa adanya perangsangan NERVUS OPTICUS (NII) Pemeriksaan terdiri dari : 1,Ketajaman penglihatan (visual acuity / visus) * Penglihatan jauh + normal 5/5 atau 6/6 dan abnormal jika : © Menghitung jari pada jarak 1 meter : VOS-D: 1/60 o Mengenal gerakan tangan: VOS-D: 1/300 o Mengenal cahaya: VOS-D: 1/~ o Tidak mampu mengenal cahaya: VOS-D: 0 2.Lapangan pandang (visual field) = dengan perimeter / kampimeter dan tes konfrontasi Berikut cara tes konfrontasi: * Pasien diberi penjelasan mengenai tes * Pemeriksa yang normal lapangan pandangnya duduk berhadapan dengan pasien dimana kedudukan mata keduanya sama tinggi. | « Fiksasi mata pasien dengan meminta melihat ke mata pemeriksa. Tutup mata yang tidak diperiksa. * Pasien tetap menatap ke depan ketika sesuatu benda yang menyolok didekatkan oleh pemeriksa memasuki kawasan medan penglihatannya dari | berbagai arah telah terlihat olehnya. Gambar: A) Tes konfrontasi, B) Besar arah lapangan pandang normal, dikutip dari kepustakaan 7 , 3.Pemeriksaan fundus : retina dan papil N II 4.Pengenalan warna : stilling ishihara test card | Fungsi: Gerak Bola Mata (III, IV, VI), Konstriksi Pupil, Pengaturan Akomodasi (III) Pemeriksaan terdiri dari: | 1,Pemeriksaan Pupil -Normal : Bentuk bulat, isokor, diameter 2-4 mm ( < 2mm: miosis, > 4mm: midriasis) -Refleks pupil terhadap cahaya : | © Langsung (RCL) : terjadi miosis pada mata yang di senter. o Tidak langsung / refleks cahaya jp konsensual (RCTL) : jatuhkan sinar | pada salah satu mata terjadi miosis pada mata yang tidak disenter. -Refleks pupil akomodatif atau ; konvergensi : o Pasien diminta menatap lurus ke depan, kemudian secara tiba - tiba datangkan suatu benda dengan cepat kearah pangkal hidung o terjadi kontraksi ke dua otot rektus medialis (= konvergensi) dan kontraksi otot siliaris (= konstriksi pupil). 2, Pemeriksaan Gerakan Bola Mata Pemeriksaan ini dapat memberikan info penting adanya lesi mulai dari korteks serebri, mesensefalon sampai di saraf otak. Dibedakan atas : * Gerakan voluntar (diatur oleh korteks serebri) dilaksanakan oleh otot-otot okular kiri dan kanan, Hasil pemeriksaan ; gerakan konyugat dan gerakan diskonyugat (gerakan konvergen). * Gerakan involuntar : nistagmus dan gerakan okulogirik Ptosis terjadi akibat kelumpuhan nervus III yang mengakibatkan kelopak mata atas ; terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat membuka. Hal ini terjadi karena nervus III mempersarafi M. Levator palpebrae. Pada ptosis ringan, kelopak mata masih dapat membuka akibat kompensasi dari M. Frontalis jadi untuk pemeriksaan harus menekan alis mata agar kompensasi M. Frontalis dapat diredam. Diplopia (penglihatan kembar) dapat terjadi apabila terjadi kelumpuhan pada otot pengerak bola mata. SRNR Nero iopyEaitien 8 | TAHUKAH KAMU...? kanan Stimulus berupa cahaya yang E- caroye masuk di mata kanan akan dikirim melalui nervus optikus ( N II) sebagai impuls aferen ke news midbrain (kolikulus superior). “Dari sana nervus optikus akan berganti neuron menuju ke nukleus Edinger-Westphal pada ipsilateral. Serat saraf berlanjut! nnn menjadi N If] untuk kedua mata corpus lalu menuju ke ganglion ciliary dan menjadi nervus ciliary brevis yang akan mempersarafi M. Sphincter pupillae. Pada mata kanan, respon ini akan dianggap sebagai refleks cahaya langsung sedangkan pada mata kiri sebagai refleks cahaya tidak langsung. _ a) Mata kanan pasien diperiksa | terlebih dahulu => RCL kanan (-), RCTL kiri (-) Alasannya: karena N II pada mata kanan yang berfungsi menerima cahaya rusak, maka tidak ada impuls yang masuk dan tidak ada rangsangan yang diteruskan ke chiasma opticum sehingga kedua -_ F -eton. pupil tidak akan miosis. 2 2 ws) A RCL kanan (-}, RTL birt (-) b) Tetapi ketika mata kiri diperiksa > RCL kiri (+) dan RCTL kanan (+). Pupil kiri akan miosis begitu juga dengan pupil kanan. Hal ini karena N II Kiri dan | ‘S*mer&; nave i pase See wee 'N III kanan berfungsi dengan baik. REL kirt (4+), RTL keanaan (+) ‘a) Mata kanan pasien diperiksa —* terlebih dahulu = RCL kanan (-), —_ + | RCTL kiri (+) | Alasannya: | [ ada impuls yang masuk ke mata dan (ea) | terbagi rata ke kedua mata, Tapi karena (Somer etn Roan pases ee PN | serabut motorik N III kanan rusak maka) jo. ccpinan tet Pap et pupil kanan tidak akan miosis argan mica. sedangkan pupil kiri akan miosis. SR MaRS b) Ketika mata kiri diperiksa > RCL kiri a co (+), RCTL kanan (-). Pupil kiri akan eo | miosis karena N II dan N III dari mata \, kiri berfungsi dengan baik, Sedangkan i E pada mata kanan hanya N II yang le) berfungsi baik namun karena N III Gambar b: Mata kiri pasien disinan @ Pupil Kirt mengalami kerusakan maka tidak akan | ese dengan mils, Pun tanan ts z s tangs kelumpuban NIH iainnya, memberikan respon miosis. | RCL kin (+), RCTL kanan {-) NERVUS TRIGEMINUS (N.V) Percabangan: N. Ophthalmicus (V,), N. Maxillaris (V2), N. Mandibularis (V3) Fungsi: * Sensorik : Untuk sensibilitas wajah * Motorik : Untuk otot pengunyah * Refleks : - Dagu - Kornea =» aferen : N.V, eferen N.VII . Cara pemeriksaan Gores sclera ke arah limbus kornea. Respon normal : terjadi kedipan mata NERVUS FACTALIS (N.VII) Fungsi: * Pengecapan 2/3 anterior lidah * Ekspresi Wajah + otok mimik wajah * Sekresi Kelenjar Lakrimalis & Pemeriksaan terdiri dari: * Motorik : perhatikan penutupan kelopak mata, elevasi asimetri dari sudut bibir, pendangkalan lipatan nasolabial Untuk pemeriksaan motorik, minta pasien untuk: a.a.Mengerutlan dahi dengan cara melihat ke atas (M.frontalis) b.Menutup mata lalu pemeriksa mencoba memaksa membuka (M.orbicularis oculi) ape ¢. Mengunci bibi sambil menggembungkan pipi (mM. Buccinator) d.Tersenyum sambil memperlihatkan gigi (M. Orbicularis oris) 4 thes Sensorik : julurkan lidah, keringkan, oleskan zat manis, <>) asin, asam,pahit. TAHUKAH KAMU...? Otot wajah bagian atas mendapat persarafan dari 2 sisi. Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi mendapat persarafan dari kedua sisi jadi tidak lumpuh, akibatnya yang lumpuh hanya bagian bawah wajah. Pada gangguan jenis perifer yang lumpuh adalah semua otot wajah, baik volunter maupun involunter dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengatur pengecapan dan sekresi air liur yang berjalan bersama dengan nervus VII. Hal ini bisa ditemukan pada penyakit Bell's palsy. —tipe UMN/ sentral—_tipe LMN pesiter 21 NERVUS VESTIBULOTROKLEARIS (N.VIII) . Terdiri dari: N. vestibularis + N. cochlearis P < Fungsi: Pendengaran dan Keseimbangan D7 > Pemeriksaan terdiri dari: AEA, 1,Pemeriksaan daya pendengaran 2.Pemeriksaan fungsi vestibularis# Fungsi ini diteliti bila terdapat keluhan pusing he o Observasi sikap berdiri & sikap badan — sewaktu bergerak o Observasi nistagmus spontan o Observasi nistagmus yg dibangkitkan TEST RINNE Tujuan: membandingkan hantaran udara dan tulang pada satu telinga pasien Garpu tala 512 Hz dibunyikan lalu tempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyi, segera pindahkan garpu tala didepan meatus akustikus eksternus pasien. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal: tes rinne positif 2) Tuli konduktif: tes rinne negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) ™ i pease terdapat 3 kemungkinan : Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. b. —_ Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +) c. False Rinne (pseudo-negatif atau pseudo-positif) apabila stimulasi bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak dites. Hal ini terjadi karena telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik daripada yang dites. TEST WEBER : Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, dan letakkan tegak lurus di pertengahan dahi. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Bila kedua telinga sama-sama mendengar berarti tidak ada lateralisasi. SSIS TWatfoiopy don 22 Interpretasi: 1) Normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya 2) Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut. 3) Pada lateralisai ke kanan (misalkan) terdapat kemungkinan: a) Tulikonduksi lateralisasi ke telinga sakit. - Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media disebelah kanan. - Tuli konduksi kedua telinga, tapi gangguannya pada ‘telinga kanan lebih hebat. b) Tuli persepsi lateralisasi ke telinga sehat. - Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. - Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. c) Gabungan : tuli persepsi telinga kiri dan tuli konduksi sebelah kanan (jarang ditemukan) TEST SWABACH Tujuan : membandingkan daya transpor melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan pasien. Cara Kerja: pemeriksa meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoid pasien. Pasien akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar lagi. Saat pasien tidak mendengar suara garpu tala, segera pindahkan garpu tala ke prosesus mastoid pemeriksa. Bagi pemeriksa dua kemungkinan dapat terjadi < akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. Interpretasi: Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut swabach memendek Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu garpu tala diletakkan para prosesus mastoid pemeriksa lebih dahulu lalu di pasien. Jika pasien masih dapat mendengar bunyi disebut swabach memanjang. Pasien dan pemeriksa mendengar swabach sama dengan pemeriksa. Tidak ada lateralisasi isasi ke telinga | Negatif a V emaniang | TULT KONDUKTIF |_ Positit ‘ateralisast Ne ‘eling® | Memendek | TULI SENSORINEURAL ____Catatan : pada tuli konduktif < 30 dB, rinne masih dapat positif. Klinik gangguan N. VIII: 1. Gangguan daya pendengaran tanpa gangguan vestibuler — proses patologik prekokhlear di: - liang telinga - membrana timpani tuli konduktif = sampai dgn kavum timpani 2. Gangguan vestibular tanpa gangguan kokhlear — gangguan alat keseimbangan 3. Gangguan vestibular dan kokhlear yg tergabung dalam 1 sindroma / penyakit : Penyakit Meniere, intoksikasi streptomycin, lesi N.VII akibat trauma, infeksi: meningitis, arakhnoiditis, penekanan oleh neoplasma, neuritis akustikus (disfungsi kokhlearis dan vestibularis bukan oleh sebab infeksi : akibat DM, nefritis, hipotiroidea, miksedema, avitaminosis). Sering vertikel atau rotatoar oe ie aa ae dapat berubah sesual arah gaze; | ‘t#toars unidireksio meningkat sast melihat ke sis! fest ala nated ann al Tidak ada latensi setelah Latensi setelah pergerakan pergerakan kepala; persisten dan kepala; fatigable dan perlangsungan <60 detik _Abnormal pada sisi lest Tidak ada Seringkali positif ving i Sering tall Jatun ke sisi lesi | perlawanan dgn nistagmus Tidak ada perubahan atau tidak Keluhan vertigo dan ada penambahan gejala | nistagmus berkurang |Fiksasi visual atau saat menutup | a Ut SS Sneed $$ SSUSSINSEIRRIna Notes eiistopyEvition tt a A mmmmmmerenrrmnnaresznaworoaycaiion Penyebab umum vertigo Sentral Stroke atau TIA batang otak, Vestibular neuronitis, Benign positional Multipel sklerosis, Neoplasma, vertigo, Meniere disease, Trauma lokal atau Syringobulbia, Arnold Chlari post-tramatic, Fisiologis (misal : mabuk malformation, Migrain basilaris, darat), Tumor / massa di fossa posterior Perdarahan cerebellar Obat / toksin (misal : antibiotik dil) NERVUS GLOSSOPHARYNGEUS (N.IX) Fungsi : * Sensoris : Pengecapan 1/3 posterior lidah * Sekresi kelenjar parotis NERVUS VAGUS (NX) Fungsi : * Menelan, fonasi * Parasimpatis untuk jantung dan viseral abdomen Pemeriksaan N.IX dan N.X selalu dilakukan bersamaan -Pemeriksaan orofarings: o dalam keadaan istirahat o dalam keadaan berfonasi 0 pembangkitan refleks: penyentuhan arcus pharyngeus atau uvula dgn spatel ; timbul refleks batuk atau muntah. -Pemeriksaan larings ; Suara serak —-parese N. X unilateral Klinis gangguan N. IX dan X 1, Disfagia: kesukaran menelan yang berat (=keselek = salah telan) ~ akibat palatum mole parese —terjadi regurgitasi = akibat epiglottis tidak bekerja, makanan menuju larings —refleks batuk = bila terganggu bilateral UMN (paralysis pseudobulbar) — disfagia berat: perlu pipa hidung untuk menyalurkan makanan 2. Suara serak/lemah: kerusakan N. X unilateral NERVUS ACCESORIUS (N.XI) Fungsi: Gerakan kepala, leher, bahu Pemeriksaan : menilai fungsi dari m. trapezius dan m. sternokleidomastoideus Klinik gangguan N. XI; * TORTIKOLIS: disfungsi unilateral kedua otot, kepala miring, wajah menoleh ke salah satu sisi, dagu sedikit terangkat. * Kelumpuhan LMN bilateral kedua otot sehingga leher/kepala tak dpt ditegakkan (kepala menunduk ke bawah). aaa Fungsi : mengatur pergerakan lidah persarafan otot-otot penggerak 2 lidah : m. stiloglosus , m. hipoglosus , m. genioglosus , m. longitudinalis inferior dan superior Pemeriksaan: | Pasien diminta menjulurkan lidah. Terlihat lidah menyimpang ke sisi yg lumpuh (lesi UMN dan LMN) disertai hemiatropi (lesi LMN). hea) |__Lesi supranukiear / UMN | __Lesi infranuklear / LMN_ | Atrofi lidah tidak ada Atrofi otot lidah Fasciculasi tidak ada Fasciculasi positif Persarafan pada lidah | Pengecapan & sensoris = N. IX Pengecapan = N. Vil Sensoris = N.V } Gambar: Nervi Craniales (distribusi motorik dan sensorik), dikutip dari kepustakaan 1 -- Spinal nerve fibers ——Efferent (motor) fibers —— Afferent (sensory) fibers: i L opharyngeal Fi : sneer V9 ot wnguo 4 Sensory-tonsil,pharynx,midehe _ , a ia Motor. stylopharyngeu i i shavoselmcntae ramaa pad x. =, | Vagus 3 f Motor. heart, lungs, “ palate, pharynx, larynx, trachea, bronchi, Gl tract Bulbus Olfactorius | Mesencephalon Medulla Oblongata NIX, X, XL, XID ‘Nilai Kekuatan Otot 1 Ada sedikit kontraksi, tapi tidak didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot 3 Ada gerakan dan bisa lawan gravitasi 5 Tidak ada kelumpuhan / normal — REFLEKS FISIOLOGIS - Refleks adalah respon involunter terhadap suatu stimulus. Syarat reflex : Relaksasi, Cepat, Rangsang yang diberi harus adekuat - Refleks fisiologis terbagi atas 2 yaitu: @ Refleks dalam (regang otot) : timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan dan sebagai jawabannya, otot berkontraksi, contoh : refleks triseps, refleks biseps, dil. 0 Refleks superfisial : timbul akibat terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawah atau disekitar area yang dirangsang, contoh : refleks dinding perut superfisial, kremaster, kornea, anus superfisial Lengkung Refleks dorsal root ‘ Reflex brachioradialis (C 5-6) Refleks Patella / Kuardisep femoris (L 2-3-4) bey a 29 2 ‘ . = ] cs Manuver =| Di Refleks Achilles (L5-S2) Refleks Dinding Perut Jendrasaik* * Manuver Jendrassik : meningkatkan sensitivitas refleks dalam (muscle stretch reflexes / MSR) dengan cara mengalihkan perhatian pasien saat dilakukan pemeriksaan, Refleks fisiologis artinya refleks tersebut dapat dibangkitkan pada orang sehat. ' Kelainan pada refleks fisiologis dapat 4 berupa hiper-refleks dan hipo-refleks. Refleks dikatakan meningkat apabila : 9 Stimulasi ringan sudah dapat membangkitkan refleks yang kuat o Perluasan titik stimulasi (stimulasi dilakukan di sekitar tendo tapi sudah menimbulkan gerak refleks) 9 Sering diikuti dengan klonus (kontraksi dan relaksasi otot yang bergantian secara cepat) G9 AS Gambar: Cara membangkitkan klonus, dikutip dari kepustakaan 7 — REFLEKS PATOLOGIS Reflex Tromner Reflex Hoffman Tangan pasein harus rileks, jari tengah diangkat kemudian pemeriksa menjentikkan phalanx distal dengan cepat. += Fleksi ibu jari dan jari telunjuk Stimulasi dengan memijit otot pada betis. +=> dorsofleksi atau ekstensi | Ibu jari dan pengembangan jari lain Stimulasi berupa garukan / goresan pada kuku jari tengah pasien. + Fleksi ibu jari dan jari | telunjuk Refleks Gonda — Stimulasi dengan menarik jari kaki ke-4 ke arah bawah dalam waktu singkat dan melepaskan secara tiba- tiba += dorsofleksi atau ekstensi ibu | jari dan pengembangan jari tain | = Refleks Oppenheim B=) |); | Stimulasi dengan menggores bagian Stimulasi dengan mengurut / menggores kulit yang menutupi os.tibia Refleks Chaddock », Stimulasi dengan menggores kulit | Stimulasi dengan memencet tendon di sekitar maleolus lateral atau di sisi lateral dorsum pedis. Refleks Bing ‘Stimulasi dengan memberi rangsang pada kulit yang menutupi metatarsal ke-5 Refleks Babinski ] lateral telapak kaki mengarah ke medial Refleks Schaeffer achilles secara keras Reflex Rosolimo Stimulast dengan mengetuk telapak kaki. += dorsofleksi atau ekstensi ibu jari dan pengembangan jari lain TAHUKAH KAMU...? ‘UMN merupakan neuron-neuron dari korteks motorik ke inti-inti saraf di batang otak dan medulla spinalis. LMN merupakan neuron saraf dari inti motorik di batang otak dan medulla spinalis ke otot. " a) Perbedaan ki han tes UMIN dan LMN Seats (ete Hipertoni a ‘Rafieks Fislologis Meningkat/ Hiper-Refleks Fisiologis Menurun / —, hal ini dapat — ee TUM face aut Refleks patologis meningkat x patologis + lesi di cerebellum Tidak ada atrofi ui (superfici 1. Rasa Raba=® gunakan ujung kapas, kertas lalu ssentuhkan pada kulit dan tanyakan pada pasien apakah dapat merasa i atau tidak 2. Rasa Nyeri® gunakan ujung jarum atau peniti, lakukan tusukan ringan ke kulit, tanyakan pada pasien apakah dapat merasa atau tidak ; 3. Rasa suhu = sentuhkan tabung yang berisi air panas atau air a dingin ke kulit pasien, ‘tanyakan pada pasien apakah dapat merasa atau tidak (Dalam) 1. Rasa Gerak => pasien tahu bahwa bagian tubuhnya sedang | digerakkan. 2. Rasa sikap => pasien tahu bagaimana sikap tubuh Cara pemeriksaan rasa gerak & sikap: menggerakkan jari~ jari secara pasif, baik ke atas maupun ke bawah lalu 4 ‘tanyakan pada pasien apakah pasien dapat merasakan | gerakan tersebut dan tanyakan arahnya. 3. Rasa getar Ketok garpu tala 128 Hz lalu tempatkan pada ibu jari kaki => / malleolus. Tanyakan pada pasien apakah getarannya terasa dan minta pasien untuk memberi tanda apabila getaran sudah tidak dirasakan lalu garpu tala dipindahkan ke kaki pemeriksa untuk dibandingkan. 4, Rasa Tekan Menekan dengan jari / benda tumpul pada kulit dan tanyakan pada pasien apakah ia merasakan tekanan dan minta pasien menunjukkan lokasinya. 5. Nyeri dalam Memencet otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis, tendon Achilles pasien dan tanyakan apakah pasien dapat merasa atau tidak Interoseptif (visceral) Sensasi yang berasal dari organ berupa rasa nyeri, mulas, kembung, lapar. Khusus: Kemampuan menghidu, melihat, mendengar, mengecap, dan keseimbangan =» diatur oleh Nn. Cranialis ‘Somatostesia Lubur adalah perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif dan sifat tiga dimensi. Terbagi menjadi: Diskriminasi Kemampuan untuk mengetahui tubuh ditusuk dengan 1 atau 2 benda pada saat yang sama Cara: Tusuk ringan bagian tubuh pasien dengan 1 atau 2 jarum, tanyakan pasien jumlah jarum. Kemampuan mengenal berat benda Cara: minta pasien untuk mengangkat benda dengan menggunakan benda yang bentuk, ukuran dan bahannya sama, namun beratnya berbeda. Lalu tanyakan mana yang lebih berat Kemampuan mengenal bentuk benda dengan cara meraba. Cara: minta pasien tutup mata, lalu tempatkan benda sederhana seperti kunci, gelas, arloji, lalu suruh pasien untuk menyebutkan nama bendanya. Jika tidak bisa menyebutkan namanya minta pasien melukiskan ukuran, bentuk, dan materinya. Kemampuan untuk melokalisasi tempat dan rasa raba Kemampuan mengenali huruf atau angka yang ditulis pada kulit sedangkan mata tertutup. ‘Cara: gunakan pensil / benda halus lalu tuliskan angka atau huruf pada kulit pasien, lalu minta pasien menutup mata dan menebak huruf/angka yang dituliskan. SOT I PACINIAN KRAUSE RUFFINI MEISSNER “ease Tekanan Dingin Panas Raba ‘oer level of umbbsicus inguinal or groin rogions anterior and inner surfaces of ewer imbs Sistem saraf otonom (SSO) dibagi menjadi dua divisi: SIMPATIS: Preganglion berasal dari T1-L2 medula spinalis Preganglion berasa! dari batang otak (nervus III, VII, IX, X) dan dari $2 - S4 dari medula spinalis Preganglion melepas Acethylcoline (Ach) Preganglion juga melepas Acethyicoline (Ach) Post ganglion melepas epinefrin adrenalin , norepinefrin / noradrenalin, dan isoprenalin Postganglion melepas Acethylcoline (ACh) é “ — os Reseptor Adrenergik Dikelompokkan menjadi adrenoseptor -a dan adrenoseptor- fj. Adrenoseptor -a terbagi menjadi a-1 (terutama pada otot polos arteri post sinaps) dan a-2 (terutama pada ujung saraf simpatis pre sinaps), Adrenoseptor- — terbagi menjadi f-1 (dominan di jantung), §-2 (dominan di organ viseral lain), dan B-3 (dominan di jaringan lemak). Adrenalin adalah agonis semua adrenoseptor -a dan adrenoseptor- (i sedang nor-adrenalin adalah prototipe agonis adrenoseptor -a dan isoprenalin adalah protipe agonis adrenoseptor- f. vo obat yang berkerja di reseptor adrenergik antara lain: a, Simpatomimetik: adrenalin, nor-adrenalin / nor-epinefrin, isoprenalin, dobutamin (agonis -f poten, efek sama isoprenalin), dopamin (prekursor nor- adrenalin), efedrin (merangsang adrenoseptor a dan B, efek mirip adrenalin). . Simpatolitik (anti-adrenergik): reserpin (mengurangi perangsangan al dan 61), klonidin, golongan a blocker, golongan f blocker. ‘Canton respon, a eae + Pupil: midriasis (adrenoseptor a) + Jantung: kantraksi dan laju meningkat (adrenuseptor «dan ) + Pembuluh darah: vasokenstriksi (adrenoseptor-a) + Paru-paru: : bronkorelaksasl (adrenoseptor-(2) + Liver: glukogenolisis dan ghukoneogenesis meningkat + Jaringan lemak:lipolisis (adrenoseptor-(13) + Saluran cema: peristaltik menurun (adrenoseptor a dan fi) + Vesica urinaria: kontraksi sfingter (adrenoseptor a), relaksasi detrusor (adrenoseptor f) + Medula adrenal: pengingkatan sekresi renin (adrenoseptor fi) Reseptor Kolinergik Dikelompokkan menjadi reseptor nikatinik (N) dan muskarinik (M). Reseptor niketinik terdapat pada ganglion otonom dan pada medulla adrenal. Ach dan nikotin merupakan agonis dari reseptor nikotinik. Reseptor muskarinik terdapat pada organ yang dipersarafi oleh saraf parasimpatis. Beberapa obat yang berkerja di reseptor kolinergik antara lain: a. Parasimpatomimetik; agen muskarinik (pilokarpin, metoklorpamide), anti koninesterase (kolinesterase, physostigmin, neostigmin, prostigmin, pyridostigmin). . Parasimpatotitik (anti-kolinergik): anti spasmodik dan penghambat sekresi lambung (scopolamine, pirenzepin, hyoscine-N-butylbromide), agen midriatikum, anti parkinson, agen bronkodilator. ATROPIN merupakan agen anti-kolinergik yang paling sering digunakan karema bekerja dengan cara menghambat aktivitas parasimpatis dari nervus vagus. Saat ini atropin diketahui memblok reseptor muskarinik ada otot jantung, otot polos viseral, dan sel kelenjar. 7 Tes Jari-Hidung + Minta pasien menutup mata dan meluruskan lengan ke samping lalu minta pasien menyentuh hidungnya » Lesi cerebelar ; telunjuk tidak sampai di hidung tapi melewati atau sampai di pipim Dismetria (salah ukur) + Jika mendekati hidung dan terlihat tremor (intention tremor) maka minta pasien menunjuk jari telunjuk pemeriksa kemudian menunjuk hidung pasien berulang-ulang Tes pronasi-Supinasi: + Minta pasien melakukan gerakan pronasi dan + Lesicerebelar : gerakan dilakukan lamban dan tidak tangkasm@ Disdiadokinesia ji 3 “Tes Tumit ‘7 | * Pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan, kemudian diminta menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain. Minta pasien menggerak tumit naile turun tanpa mengenai lutut * Lesi cerebelar ; gerakan dilakukan tidak tangkas dan berlebihan dimana tumit sampai hingga ke paha Af Rebound Phenomenon”) | * Minta pasien fleksi lengan melawan tahanan yang __ diberikan pemeriksa. Lalu lepaskan lengan pasien secara tiba-tiba * Lesi cerebelar : lengan pasien memukul dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena kontraksi M. Triceps terlambat akibat gangguan cerebelar. Arm bounce ‘*” | * Minta pasien merentangkan kedua lengan ke depan | | tatu diminta melawan tahanan yang diberikan S“S) | pemeriksa dari atas. Lalu lepaskan tahanan secara Ng tibactiba 1 ia | Lesi cerebelar: lengan akan berayun ke atas dan ke bawah secara berlebihan tanpa dapat dihentikan | oleh pasien i Tes Telunjuk ke Telunjuk “” |* Pasien diminta merentangkan kedua tangan sambil | menutup mata lalu diminta mempertemukan kedua | jari telunjuk di tengah depan | * Lesi cerebelar : Lengan di sisi lesi akan ketinggalan sehingga jari sisi yang sehat melampui garis tengah j Intention tremor adalah tremor yang bersifat kinetik yang menandakan adanya gangguan di cerebelar dimana tremor akan lebih jelas pada waktu tangan/lengan melakukan suatu gerakan terutama pada tahap akhir masa gerakan tangkas. Tremor ini dianggap sebagai suatu usaha kerektif terhadap adanya ataksia. Medical Mini Notes : Neurology Edition Tulang ics | Darah yg di luar pembuluh darah Edema atau air Zat kontras Lemak _Trombosis pada pembuluh darah besar | _ Udara Perkiraan volume perdarahan otak dari CT-Scan: , ue mR”) HIPERINTENS;, Lemak, Methemaglobin, Zat kontras gadolinium HIPOINTENS: Tulang, LCS, Edema atau air, Aliran darah HIPERINTENS; | | Edema atau air, LCS,Methemoglobin | ekstraselular | HIPOINTENS: Tulang, Udara, Lemak, Aliran darah, Hemosiderin, Deoksihemoglobin, | Potangan axial kepala |__ Methemoglobin (dalam sel darah merah) Keterangan: | MABP : mean arterial Blood pressure S : Sistolic pressure D Diastolik pressure Anterior choroidal a. Striate branches of the middle cerebral a. Middle cerebral a. Posterior thalamoperforating a. Posterior cerebral a. anterior cerebral a. internal carotid a. posterior cerebral a. superior cerebellar a. silar a. vertebral a. anterior spinal a. Anterior cerebral a. Middle cerebral a. 4 Posterior cerebral a. Anterior choroidal a. Gambar: Area yang Diperdarahi Circulus Willisi, a) potongan coronal, b) potongan horisontal, dikutip dari kepustakaan 3 mi cerebral a, posterior communicating a. anterior choroidal a. Defenisi : gejala dan atau tanda gangguan fungsi otak fokal maupun global yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung progresif atau menetap atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular, tanpa didahulul trauma atau infeksi. | Penyebab terbanyak dekade 5-8 akibat pecahnya aneurisma Tidak ada gejala pembuluh darah prodormal yang jelas. |. Sering pd usia dekade 3-5 Kadang hanya dan 7 berupa nyeri kepala Gejala prodromal berupa hebat, mual, muntah. nyeri kepala hebat dan Sering terjadi waktu mendadak siang hari, waktu Kesadaran sering terganggu bergiat, emosi. > UP and DOWN Sering disertai Tanda rangsang menings (+) kesadaran menurun Bes ad as SKOR HASANUDDIN -KAMU...? Arteri serebri media merupakan cabang terbesar dari arteri karotis interna. Arteri serebri media akan bercabang menjadi arteri lentikulostriata yang memperdarahi kapsula interna, Arteri lentikulostriata merupakan arteri yang sering menyebabkan perdarahan intraserebri terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi lama. Gejala mendadak (paling cepat di antara semua jenis stroke) oe nue + Sering terjadi waktu bergiat, | TIA kadang waktu istrahat Sering terjadi wakey |" UTuMnya kesadaran bagus, ielabat iit eect famun dapat juga menurun bila emboli besar - Gejala akut / subakut | ° bangun pagi - Betarye tasadaran |" ‘Sering mengenai usia dekade bales 2-3 dan 7 - ‘Serng menganal usie | * Harus ada sumber emboli - (umumnya dari jantung akibat gangguan irama atau katup) ‘SKOR HASANUDDIN cenderung < 15 | dekade 6-8 Gambaran kdinis: bergantung pada pembuluh ¢ darah 1 yang t terkena A.SEREBRI ANTERIOR A, SEREBRI MEDIA Hemiparesis PANGKALNYA : HEMIPARESIS Hemiparesis / plegi kontralateral ; | lengan = tungkai kontralateral lesi | tungkai > lengan DI DISTAL = Lengan > tungkai A hemiparesis kentralateral hemihipestesia kontralateral protopatis (nyeri,suhu,dil) dan proprioseptif nee Amaurosis fugaks | { (getar, sikap,dil) Gambar : Infark otak, dikutip dari kepustakaan 10 Ingat! Stroke termasuk dalam Standar kompetensi Dokter dengan grade 3 B. Artinya sebagai dokter umum harus mampu membuat diagnosa klinik berdasar pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya dengan pemeriksaan lab sederhana). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat) SKOR SIRIRAJ i (2,5xS) + (2xM) + (2xN) + (0,1 S: kesadaran 0 = kompos mentis A: ateroma 0 = tidak ada i 1 = somnolen 1 = salah satu atau lebih 2 = stupor/koma (DM, Angina, M: muntah 0 = tidak ada penyakit pembuluh 1 =ada darah) 6 } D: tekanan diastolik Skor SSS > 1 : perdarahan supratentorial Skor SSS. infark serebri Skor SSS -1 s/d 1 : meragukan STROKE ISKEMIK AKUT ATAU STROKE INFARK Oleh Dr. David Gunawan Umbas Sp.S- ® 1 jam sd 24 jam sesudah onset * & 24 jam sesudah onset 1 * Tidak ada 0 Interpretasi:NHS < 15 HS = 15 | Nilai tertinggl: 44 Nilai terendah: 2 OBAT YANG SERING DIPAKAI DALAM KASUS STROKE™ “ASPILET® Tab kunyah 100 mg ASCARDIA’® Tab salut 80 mg MINIASPI® Tab salut 80 mg Kontraindikasi: Dosis: 75 mg/hari Dosis: bolus 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lalu turunkan 0,25-0,5 gr/kaB8 tiap 6 jam _ Tab. 400 mg ‘Amp. 20 mg/ml 15 mi, Kaps. SR Inj. 100 mg/S mi 400 mg a = aoa Dewasa awal 800 mg 3xhari, Tab. 400 mg, 800 mg,1200 mg pemeliharaan 400 mg 3x/hari. Dosis | Inj 3 gr/15m,Inj 12gr/15 mi, hinge 1.24.8 gr/hae dpt diberikan sir 500 mg/5 mi Za bila pert REVOLAN® t Anak sir = mma/kgBe/har dalam 2-| Kaps. 400 mg, 800 mg, 1200 mg 3 dosis terbagl Amp. 1gt/Smi, Amp. 3gr/15m! Lar, Infus 129r/60m! Kontraindikasi pada insufisiensi ginjal Y a berat ‘1.5m i] Fase akut 250-500 mg 1-2 kali/hari | Tab. 500 mg, Tab dispersipble secara drips atau bolus Iv ‘oral 500 mg, sachet 1000 mg Kronik 100-300 mg 1-2 kali/hari secara Amp. 250 mg/2 ml, IV atay IM 500 mg/4 mi, 1 gr/8 ml Ggn serebrovaskular dapat diberi IV 1 atau IM sampai 1 gr Amp. 100mg/2m!, 250mg/2mi ! PEMBERIAN IV HARUS SELAMBAT NEULIN® MUNGKIN Amp 250 mg/2 mi, 500 mg/4 mi aa: LAPIBAL® — Kaps 1-3 kaps/hari, Inj 1 ampul 3x/minggu IM/IT DOSIS DISESUAIKAN KONDISI Kane, 20 aaa Dna Dosis : kaps dan tab 1-2 kaps/tab KALNEX®, NEXA® 3-4 «phar, Kaps 250 mg,tab 500 mg, 4 amp 250-500 mg 1-2«/hart IM amp 50 mg/ml, 100 mg/m! atau IV Indikasi: profilaksis dan pengobatan ep pei ‘ Lar infus 0.2 mg/ml 50 ml defisit neurolagi iskemik ken i: vasospasme sesudah perdarahan > Tab salut 30 mg, — Jar infus 10 mg/50 mt Sediaan: Tab sal 10 mg Inj 2 mg/ml \NEURODEX® NEUROBION® 5000 Vit. B, 100 mg, B 200 mg, Tiap tablet dan ampul Byz 250 meg meng ng : ee NEUROBION® INI Vit. B, 100 mg, B, 200 mg, fa, SOR reg Amp. 3 mi Vit. Br 100 mg, Bs 200 mg, Biz 1000 meg Conteh Kasus KU: lemah badan sebelah kanan sejak 4 hari SMRS, terjadi tiba-tiba Anam- saat bangun pagi. Sebelumnya pasien pernah merasakan keluhan yang sama 6 bulan lalu namun segera pulih kembali, Mua! (-), muntah o ), demam (-), kejang (-). Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat (+) sejak 3 bulan yang lalu. GCS : E4M6V5 FKL: dbn RM : KK (-), KS (-) Nn. Cranialis : pupil isokor, diameter 3 mm, RCT +/+, RCTL +/+ Nn. Cranilis lain : parese N. VII dextra + N. XII dextra tipe sentral Motorik : | P: K: RF Se a | | N tion f [a ee he 3; N +H tHe Sensibilitas: dbn SSO: BAB biasa, BAK uninhibited bladder Skor Hasanuddin : 14,5 CT-Scan Lesi hipodens di hemisfer serebri sinistra Topis: hemisfer serebri sinistra Klinis: hemiparese dextra + parese N.VII dextra dan XII dextra tipe sentral. Etiologi: Non-hemoragik stroke Terapi Head up 20-30" Pasang oksigen 2-3 Ipm via nasal canule | IVFD RL 20 tom Citicoline 500 mg/12 jam/IV Farbion® 1 ampul /drips/ 24 jam Loading aspilet® 80 mg 4 tablet lanjut 1x1 Loading clopidogrel 75mg 4 tablet lanjut 1x1 Atorvastatin 20 mg 1x1 (malam) J KU: kesadaran menurun dialami sejak + 7 jam SMRS, terjadi tiba-tiba ‘saat sedang makan, Sebelumnya pasien sering mengeluh sakit kepala (VAS 5-6). Mual (-), muntah (+), demam (-), tekanan darah saat kejadian 240/140 mmHg, Riwayat stroke pertama 2 tahun lalu. Riwayat hipertensi sejak 5 tahun lalu, berobat tidak teratur, Riwayat Penyakit jantung disangkal. Riwayat DM (-), GCS : E1M4v2 FKL : sdn RM : KK (-), KS (-) Nn, Cranialis : pupil isokor, diameter 3 mm, RCT +/+, RCTL +/+ Nn. Cranilis lain : sdn Motorik : P: K: Tt RE sdn | sd sin | sin Pt ae flan sdn | sdn Ti FT rt r a 86S CO Kesan: lateralisasi ke dextra ‘Sensibilitas: sdn | SSO: BAB belum hari ini, BAK uninhibited bladder Skor Hasanuddin : 34 Jang (CroSc2n Lest hiperdens di hemisfer serebri sinistra ~ |Topis : hemisfer serebri sinistra 7 Diag- inis : kesadaran menurun+ lateralisasi ke dextra | Etiologi : Hemoragik stroke ii C Head up 20-30" : a = QO» sungkup 6 Itr/menit IVFD RL 20 tpm Manito! 20% 200 cc habis dalam 20 menit, lanjut 6x 100 cc Citicoline 500 mg/12 jam/IV Farbion® 1 amp/12 jam/IV Ranitidine 1 amp/24 jam/IV | | Rencana pemberian Herbesser® (penurun tekanan darah) | P ab Penurunan Kesadaran: ®& irkulasi » stroke & penyakit jantung 1B nsefalitis Méetabolik + hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum B lektrolit + diare & muntah B® eoplasma + tumor otak primer atau metastasis I ntoksikasie obat & bahan kimia © rauma + trauma kapitis B pilepsi Ada 3 macam edema serebri, yaitu: a. Edema sitotoksik : kekurangan O2 dan glukosa akan menyebabkan deplesi ATP sehingga pompa Na-K-ATPase juga mengalami kegagalan. Hal ini akan menyebabkan depolarisasi membran sehingga terjadi Na influks. Na yang masuk ke intrasel akan turut membawa masuk Ci- dan H20 sehingga sel akan mengalami pembengkakan. |. Edema vaskular : terjad| akibat gangguan pada blood brain barrier sehingga terjadi kebocoran plasma lewat celah-celah endatel kapiler. . Edema intertitial : terjadi akibat timbunan cairan cerebrospinal di sela-sela sel, misal pada kasus hidrocephalus. Diagnosa topis adalah diagnosis berdasarkan gejala dan tanda yang diperoleh dihubungkan dengan lokalisasi lesi di susunan saraf. . Lesi struktural : - hemiparese / plegia tipika UMN - paraparese UMN : lesi di falx cerebri - monoparese / plegia UMN - afasia motorik, sensorik, global dan gangguan fungsi luhur lainnya Lesi iritatif : - kejang umum (tonik klonik) - kejang parsial (Jacksonian?s type) e - Lesi kecil : pure motor hemiplegia tipika - Lesi besar ; hemiparese / plegia tipika + hemianestesi e | - Tanda umum : hemiparese / plegia alternans } - Lokalisasi tergantung dari Nn. Cranial apa yang terlibat atau adanya tanda lain yang menyertal sehingga kumpulan tanda-tanda yang ditemukan tergabung dalam apa yang disebut sindrom batang otak. a. Lesi di medulla oblongata 1. Sindrom Lateralis (Wallenberg Syndrome) =» penyebab tersering : trombosis pada PICA Posterior Inferior Cerebellaris Artery) ~ parese N IX, X homolateral - vertigo (gangguan vestibuler) - ataksia homolateral - hemihipestesia alternans 2. Sindrom Retro Olivar : parese (N.IX, X, XI, XID), hemihipestesi kontralateral 3. Sindrom Pra Olivar : hemiplegia kontralateral, parese N XII hom / ipsilateral, hemihipestesia kontralateral ‘b. Lesi di PONS 1. Sindrom Millard Gubler: parese N VI dan VII homolateral ser hemiparese / plegia kontralateral 2. Sindrom Raymond - Cestan - ataksia serebellar homolateral hemihipestesia kontralateral gangguan rasa sikap kontralateral Guava Min Wares TNauiroloay Edition 3. Sindrom Foville (lesi di paramedian PONS) hemiparese / plegia kontralateral deviation conyaguee pontini hemihipestesia kontralateral c. Lesi di MESENSEFALON 1. Sindrom WEBER : disebut pula hemiparese / plegia alternans N IIT - hemiparese / plegia kontralateral ~ parese N IIL homolateral Penyebab tersering : strok, hematoma Epidural 2. Sindrom BENEDIKT - parese N III homolateral - hemimovement disorder kontralateral (hemichorea, hemiatetosis, atau hemiparkinson) 3. Sindrom CLAUDE - parese N III homolateral - hemiataksia kontralateral - lhemihipestesia kontralateral 1.Setinggi segmen cervical (C1 - 3): - tetraparese / plegia UMN i - hip / anesthesia dari akral s/d distribusi segmental medulla spinalis yang terganggu - gangguan susunan saraf otonom (miksi, defekasi, fungsi seksual) i 2.Setinggi segmen C4 - Th - tetraparese / plegia : setinggi lesi -> LMN ; di bawah lesi ~ UMN - hip / anesthesia setinggi segmen m.s yang terganggu 1 - gangguan SS otonom 3.Setinggi Th.2 s/d bagian atas pleksus lumbosakral - paraparese / plegia UMN dan gangguan 55 otonom - hip/ anesthesia setinggi segmen m.s yang terganggu i 4.Setinggi pleksus lumbosakral - paraparese / plegia LMN - hip / anesthesia setinggi segmen m.s yang terganggu an SS otonom r LESI DI MEDULA SPINALIS 5.Setinggi konus medularis - anastesia selangkang ( saddle anaestesia) simetris - gangguan SS otonem - refleks anus negative 6.Setinggi cauda equina - anastesia selangkang asimetris - gangguan SS otonom - tanda laseque positif 7.Lesi yang mengenai separuh potongan melintang medulla spinalis (hemilesi di m.s) akan menimbulkan SINDROM BROWN - SEQUARD dengan tanda sbb: a. kelumpuhan extr. Sup dan atau extr. Inf. homolateral : disebabkan oleh terputusnya traktus piramidalis sesisi b. gangguan proprioseptif homolateral : disebabkan oleh terputusnya traktus Goll dan Burdach sesisi c. gangguan eksteroseptif kontralateral disebabkan oleh terputusnya traktus spinothalamikus yang membawa impuls dari kontralateral contoh : hemilesi di m.s Th.4 kiri akan ditemukan kelainan. sbb : * =motorik : monoparese inferior kiri © proprioseptif ; rasa sikap terganggu di kaki kiri « exteroseptif : hip / anestesi di extr inf kanan ripeness ren oe — — I Patofisiologi + terjadi akibat trauma atau stres fisik + kebanyakan hernia terjadi pada arah posterolateral karena nukleus cenderung terletak lebih posterior dan adanya ligamentum Jongitudinalis posterior cenderung memperkuat annulus fibrosus di posterior tengah * awalnya, nukleus puplosis mengalami herniasi melalui cincin konsentrik anulus fibrosus yang robek dan menyebabkan cincin lain di bagian luar yang masih intak menonjol setempat (fokal) ° PROTUSIO + bila proses berlanjut, sebagian materi nukleus akan menyusup keluar dari diskus ke arah anterior ligamentum longitudinalis posterior atau terus masuk ke kanalis spinalis >EKSTRUSIO 52 Gejala kompresi saraf servikal dan lumbal: Kompresi Gangguan| ik Segmen | Kompre Defisit motorik Tofeks | Defistt sensor ca06 [cs ~Keiemahan m-dehtoid Sis lateral babu | Lengan bagian atas, cs-06 c6 Te TT eat). | Bisep | Jari I bagian radial es i ne ___| "_tengan bawah ; Kelemahan m.trisep (ekstensi Jani 1, Tif, seluruh ee sd [ = lengan bawah, wrist drop) a mast Ti Kelemahan jari-jari 2 Kelemahan m.quadrisep a {4 | __ femoris (ekstensi iutut) Kelemahan m.tibialis anterior {dorsofieksi pergelangan bs Le kaki), m.ekstensor halusis longus (ekstens| ibu jari kaki) ‘ = aaa Kelemahan m.gastroknemius ‘i (plantarfleks! pergelangan Maleolus lateralis dan = - kaki), m.ekstensor halusis. | *Hilles |“ bagian lateral pedis longus (ekstens! bu jari kaki) Hampir semua HNP pada servikal mnyebbkan ruang gerak leher terganggu. Nyeri makin berat bila gerak ekstensi atau fleksi leher. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan: + tanda Lhermitte :; nyeri seperti disetrum yang menjalar dari tengkuk ke ekstremitas saat leher digerakkan) + tanda Spurling : nyeri pada penekanan ke bawah pada daerah vertex saat pasien menolehkan kepala ke sisi yang sakit (terjadi akibat penyempitan foramen intervertebralis dan penambahan penanjolan diskus) RRR: 53 Gejala khas padaHNP lumbal adalah gejala sensorik berupa nyeri pinggang bawah yang disertai ischialgia (nyeri menjalar ke ekstremitas bawah sesuai distribusi saraf ischiadikus). Nyeri diperberat oleh faktorpencetus seperti gerak pinggang, batuk, mengedan, berdiri atau duduk lama. Nyeri diperingan oleh istrahat baring atau perubahan posisi. Keluhan parastesia dan baal sering dijumpai. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan: + tes Laseque positif (nyeri saat menganghat tungkai lurus ke atas) + tes kompresi poplitea positif (akibat peregangan saraf ischiadikus) Untuk membedakan nyeri akibat kompresi serabut saraf dengan nyeri akibat penyakit sendi pinggul dilakukan tes Flexion Abduction External- Rotation (FABER) atau sering disebut tes Patrick. Tes patrick positif menandakan penyakit sendi pinggul. TUMOR SISTEM SARAF‘*”* TUMOR SPINAL Umumnya tumor spinal melibatkan medula spinalis dan kolumna vertebra, dikelompokkan berdasar lokasinya menjadi: 1. tumor intramedular: berasal dari medula spinalis 2. tumor intradural ekstramedular: lesi berada di dalam kantung duramater tetapi di luar medula spinalis 3, tumor ekstradural: berada diluar duramater yaitu berasal dari jaringan tulang vertebra, jaringan lunak paravetebra, dan metastasis dari organ lain. LEX ae Tumor medula spinalis (a,b) ekstradural: a. dorsal, b.ventral (c) intradural ekstramedular (d) intradural intramedular 54 TUMOR INTRACRANIAL Defenisi Massa tumor primer atau sekunder dalam rongga intracranial yang menimbulkan_ efek desak ruang akut atau kronis dan atau gejala fokal neurologis tergantung dari letak massa tumor tersebut. Insidens Insidens tumor metastase ke otak 15-20% berasal dari colon, ovarium, endometrium, dan tumor serviks biasanya soliter, Tumor yang berasal dari paru, mammae, melanoma biasanya multiple dan mempengaruhi sistem saraf dari jauh (remote effect) yang disebut sindrom paraneoplastik. Kriteria Diagnosis 1) Gejala tekanan intracranial yang meningkat = nyeri kepala kronik, tidak berkurang dengan analgesik = muntah tanpa penyebab gastroi intestinal = papil edema (sembab papil atau “choked| disc”) - kesadaran menurun atau berubah 2) Gejala fokal - true location sign = false location sign ee oe 3) Tidak ada tanda radang sebelumnya 4) Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan massa (SOL = space occupying lesion) Tatalaksana Kausal ~ operatif ; bergantung letak tumor, dilakul kan reseksi partial atau total - radioterapi:diberikan pasca reseksi partial atau total untuk tumor otak radiosensitif, tumor serebral yang letaknya dalam, tumor batang otak - kemoterapi - imunoterapi (imunomodulator) Obat-obat dan tindakan yang digunakan untuk men urunkan TIK: Dexamethasone dewasa: 4-10 mg IV (dosis awal): 4-16 mg/hari/PO/IV/IM dalam dosis terbagi untuk maintenance anak: 0.25-0.5 mg/kg/hari/PO/IV/IM dalam dosis terbagi Manitol Dosis awal 0.5-1 gram/kg/IV. Maintenance: 0.25-0.5 gram/kg/IV tlap 4-6 jam Posisi kepala ditinggikan 20-30 derajat Simptomatik (bila dipertukan): anti konvulsan, analgetik, antipiretik sedatif, Klasifikasi tumor intrakranial berdasarkan UICC (Unio Internationalis Contra Cancrum) 1415 Defenisi: penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies, bermanifestasi sebagai kelainan neurologi yang umunya berakhir dengan kematian. Etiologi: Virus rabies terdapat dalam air liur binatang yang telah terinfeksi melalui gigitan, goresan, dan garukan yang masuk ke dalam tubuh manusia. ‘excitabon stage (spss, opiathotonus) Kriteria Diagnosis: Anamnesa } pasien punya riwayat tergigit, tercakar, atau kontak dengan anjing, kucing, atau binatang iain yang: a. Positif rabies (hasil pmeriksaan otak hewan tersangka) b. Mati dalam waktu 5-10 hari sejak mengigit (bukan dibunuh) ¢. Tak dapat diobservasi setelah mengigit (hilang, dibunuh, lari, dsb) d. Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan,dil) Gambaran klinis: 1. Stadium prodromal : Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan, sakit| kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi 2. Stadium kelainan neurologi: * Bentuk spastic: peka thp rangsangan ringan, kontraksi otot farings dan esophagus, kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delier, semikoma, meninggal setelah 3-5 hari * Bentuk demensia: Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat melakukan tindakan kekerasan, koma, mati * Bentuk paralitik 7-10 hari : Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak, terdapat manoplegi atau paraplegi flaksid, gejala bulbar, kematian karena kelumpuhan otot nafas. Medical Mini Notes : Neurology Edition 56 Masa Inkubasi: ® Masa inkubasi: 10 hari sampai 1 tahun. Umumnya antara 1-3 bulan. * Masa inkubasi bisa lebih cepat jika terdapat banyak gigitan, gigitan terdapat pada wajah (karena dekat dengan m. oblongata & banyak mengandung serat saraf yang halus dan kecil), gigitan dalam. * Masa inkubasi juga bergantung pada daya tahan tubuh penderita dan virulensi virus rabies. Menunjang diagnosis bila ditemukan: Z Intoksikasi obat-obatan Darah: . * Leukosit : 8.000 - 13.000 / mm* * Ensefalitis * Hematokrit : berkurang * Tetanus * Hb : berkurang + Histerikal Urine ; Albuminuria & Sedikit leukosit pseudorabies (CSF : protein dan sel normal atau sedikit * Poliomyelitis meninggi Terapi: 1. Bila sudah timbul gejala prodormal prognosis infaust dalam Shari 2, Terapi hanya bersifat simptomatis dan suportif (infus dekstrose, anti kejang) 3. Vaksin anti rabies / serum anti rabies tidak diperiukan pada kasus rabies . Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila: a. hewan atau anjing yang mengigit positif rabies b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat diobservasi atau hewan tsb dibunuh . Penyuntikan vaksin anti rabies tidak dilanjutkan bila hewan yang mengigit tetap sehat selama observasi sampai 10 hari. . Petugas (tenaga medis) harus memakai sarung tangan, pakaian, dan masker . Dokter/perawat harus beri penjelasan mengenai jumlah pemberian VAR / serum anti rabis (SAR), termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin timbul . Minta persetujuan tindakan sebelum pemberian VAR / SAR 4x pemberian hari ke-O: 2x pemberian sekaligus (deltoid kanan & kiri), hari ke-? dan ke-21 masing-masing 87 PARKINSON Parkinsonism : sindroma yang ditandai parkinson oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, a bradikinesia, dan hilangnya reflex postural akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam penyebabnya. parkinson dan condone he dopo Penyakit Parkinson: bagian dari 's Pill rolling tremor parkinsonisme yang secara patologis ditandai dengan degenerasi ganglion basalis yang disertai dengan adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies) Malfungs! dan kematian sel di SUBSTANSIA NIGRA (memproduksi DOPAMIN) DOPAMIN menurun ® Pesan dari otak yang memerintahkan bagaimana dan kapan tubuh bergerak dikirim lebih lambat "* Penderita tidak mampu memulai dan mengontrol gerakan tubuh GEJALA 1. Gejala motorik primer a. Tremor istirahat: gejala awal, frekuensi sekitar 4-7gerakan permenit. Timbul saat istirahat dan biasa reda saat melakukan aktifitas. Pola: pin rolling tremor b. Bradikinesia : gerakan menjadi lambat dan gerakan menjadi tidak lengkap, ‘sulit memulai gerakan dan gerakan yang sedang berlangsung dapat berhenti tiba-tiba. ‘Wajah topeng : bila bradikinesia dan kekakuan terjadi pada wajah sehingga ekspresi dan mimic berkurang. c. Rigiditas: disebabkan karena tonus otot meningkat. Otot biasa mengalami peregangan ketika bergerak dan relaksasi ketika istirahat. d. Instabilitas postural: tidak stabil saat berdiri atau gangguan keseimbangan dan koordinasi. Gejala ini dikombinasikan gejala lain seperti bradikinesia akan meningkatkan resiko jatuh. 2. Gejala motorik sekunder Tidak semua pasien dengan parkinson mengalami gejala motorik sekunder. a. Postur bungkuk, cenderung conding ke depan b. Distonia: nyeri saat kontraksi otot, sering terjadi pada pergelangan kaki dan kaki. Fatique d. Gangguan ketangkasan motorik halus dan koordinasi motorik : salah satu yang khas adalah micrographia (tulisan tangan menjadi kecil dan rapat) . Gangguan koordinasi motorik kasar: o 58 f. Kemiskinan gerakan (penurunan swing arm) : berkurangnya kemampuan Jengan membelok dan berayun g. Akatisia h. Masalah bicara: suara menjadi lembut, bicara cade! karena kontrol otot berkurang. i. Kesulitan menelan : dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonia j. Drooling: mengeluarkan air liur, biasanya disebabkan oleh kelemahan, kesulitan menelan, dan postur tubuh yang membungkuk he tidak steers : Akinesia / bradikinesia | onion “GE Postural instability ue Terapi ‘Terapi farmakologis : bersifat simptomatis untuk memperbaiki keseimbangan neurotransmitter asetilkolin dan dopamin 1D Anti-kolinergik: triheksifenidil HCI 2 mg (Artane®, Hexymer®, Parkinal®) atau difenhidrinmin (benadry!) G_Levodopa yang dikombinasit?cegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamine diluar otak. contoh kombinasi obat: ~ Benzerazide (Madopar® dispersible 125, Levazine® 100/25 : dosis awal Y: tab 3-4 x/hari lalu ditingkatkan tiap minggu. Dosis pemeliharaan 2 tab 3x/hari) - C.0.M.7 inhibitor (entacapone, toleapone) : Stavelo® (levodopa 100/ carbidopa 25 ma, entacapane 200 mg) - Carbidopa : Sinemet (Levodapa/carbidopal 00/10, 100/25, 200/50) - M.A.0.B inhibitor (Selegiline) oo a Gejala utama * Tremor waktu istirahat 7 . piece bane} * Rigiditas atau 1 dari 3 gejala pertama yang Pumemeeeeceeeee Komplikasi pemberian levedopa® fenomena on-off : mendadak penderita untuk beberapa saat ‘menjadi immobile, gerakan seolah-olah membeku. Merxiadak timbul perubahan dari mobilitas ke imobilitas. © Agonis dopamin indikasi jika terapi dengan levodopa tidak berhasil atau terdapat fenomena on off ~ Bromokriptin (Pariodel® 2.5 dan 5 mg) adalah agonis dopamin yang langsung menstimutas! reseptor dopamin. - Apamorphine HCI (Apokyn® injection 0.02-0.06 ml) Rotigotine transdermal system (Neupro® 2 mg, 4mg, 6mg) Pramipexole (Mirapext) : BP)S@tab ER 0.375 mg dan 0.75 mg Rapinirole (Requip®): BPISS tab sal 2 mg, 4 mg, 8g) 0) Glutamate antagonis (amantadine) © Antioksidan { alfa tocofero!, asam ascorbat, beta caraten) © Proponsio! 10-30mg perhari ‘Terapinon farmakologik : fsioterapi Defenisi : penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan | karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat Penyebab : bakteri Clostridium Tetani = gram positif, anaerob, membentuk spora yg tahan thp panas dan sinar matahari, hidup di tanah. Clostridium Tetani menghasilkan eksotoksin: 1, Tetanolisin = secara lokal merusak jaringan yg masih hidup yg mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yg memungkinkan multiplikasi bakteri 2. Tetanospasmin Baktert berpraliferas! tapi tetap berada di Fokus Iuka dan emproBuks! Loksin eKsor --Menggangu kerja neuromuskular Tetanaspasmin Hambat pelepasan menuju subs. neurotransmiter . Reaksi eksitas! Grisea medulla =/—inhibitorik (GABA 3 cm tanpa kejang tonik umum bila dirangsang Grade 2: trismus < 3 cm dengan kejang tonik umum bila dirangsang Grade 3: trismus < 1 cm dengan kejang umum spontan. Ingat: trimus diukur dari batas gingiva superior ke inferior. Bukan dari batas gigi! Terapi: 1. IVFD dekstrose 5%:RL = 1:1 28 tpm 2. Kausal : * Serum Anti tetanus (SAT) ® Metronidazole dosis 20.000 iu/hari/i.m 500 mg/8 jam Cross insisi dan irigasi selama 3-5 hari drips iw dengan H,0,—> ubah le HTIG (Human © Ampisillin dosis 1 | suasana luka dari ‘Tetanoimunoglobulin). Dosis gr / 8 jamiv anaerob menjadi aerob 500 - 3000 lu/i.m single Dose 3. Simptomatik dan suportif a. Diazepam * Dosis 10 mg j.v perlahan 2-3 menit dpt diulangi jika perlu Maintenance: 10 ampuil per 500 mi cairan infus. Kocok tiap 30 menit untuk cegah kristalisasi. * Setiap kejang = bolus diazepam 1 ampul / i.v perlahan 3-5 menit * Jika bebas kejang selama 48 jam turunkan dengan tapering. b, Oksigen c. Nutrisi = TKTP lunak, saring, cair d, Hindari tindakan yg bersifat merangsang e, Bebaskan jalan nafas f. Ubah letak / posisi pasien g.Kateter Prognosis =» sangat bergantung pada beberapa hal berikut ini, yaitu: * Usia: makin muda atau makin tua usia=® prognosis makin jelek * Masa inkubasi dan masa onset: makin cepat masa tersebut => prognosis jelek. Periode inkubasi pada kasus tetanus berada dalam rentang 1-60 hari. ‘Onset bervariasi antara 1-7 hari. * Jenis luka, prognosis jelek pada luka kotor dan luka tusuk yang dalam * Derajat trismus. © makin sempit jarak antara incicivus atas dan bawah, makin jelek prognosis ‘CONTOH KASUS: 28 tahun. Keluhan utama tidak bisa membuka mulut dialami sejak 7 hart yang lal. Kejang seluruh badan apabila dirangsang. Demam + sejak 3 hari SMRS. Terdapat luka pada telapak kaki akibat tertusuk paku 1 bulanialu. Terapi © ©) 2-3 liter permenit o IVFD RL-Dex 5 % 1:1 28 tetes / menit Diazepam 10 ampul tiap ganti cairan=® 500 mg / 500 mi cairan infus. HTIG 1500 lu /I.M dosis tunggal © Ampicillin 1 gr / 8 jam / I (skin test tertebih dahutu) © Metranidazale 500 rng /8 jam / 1.V o Pasang NGT Cross insisi dan pembersihan luka MIASTHENIA GRAVIS” "* Defenisi: penyakit autoimun dengan akibat gangguan penghantaran impuls pada neuromuscular junction yang ditandai oleh kelemahan atau kelumpuhan otot-otot lurik setelah melakukan aktivitas dan membaik setelah istirahat. Wormainya, Impuls yang sampal neuromuscular junction (paut saraf atot) akan melepas asetiikolin (ACh) dari vesikel saraf terminal. ACh kemudian akan menempel di reseptor motor end plate dan menimbulkan kontraksi otot, Ikatan ACh yang kontinu diperlukan agar kontraksi otot dapat dipertahankan, Pada miastenia gravis, autoantibodi ‘terhadap reseptor ACh menganggu proses ini. Reseptor ACh menurun jumlahnya sehingga terjadi kelumpuhan otot volunter yang meningkat seiring aktifitas. Antibodi ditemukan pada 80-90% penderita miastenia gravis dimana 80% pee memiliki hi Klasifikasi klinis miastenia gravis “Timbul . ou eaee ese yang minimal 2 biasanya dan sering gi — tahun setelah Hanya pada mata disertai Posepisn gka awitan gejala menyerang| dan lambat gejala oan le kelompok I i‘ otot taun ocular, lalu ang berat atau II. ocular, |menyebar ke] berlanjut ace Aah pela Kelemahan disertai otot rangka | makin berat ‘acenbarianivn otot ptosis dan | dan bulbar. dengan ony’ menyeluruh diplopia. Sistem terserangnya disertai Ptosis pernafasan | otot rangka dengan sering unilateral tidak terganggu, respon baik terhadap dan bulbar. Respon kurang terhadap berkembang maksimal dalam 6 paralisis otat- otot pernafasanc> DARURAT gia bulan. Diagnosis: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik adanya gambaran klinis 3. Tes Klinik sederhana: Tes wartenberg: memandang objek diatas bidang antara kedua bola mata selama >30 detik, lama kelamaan akan terjadi ptosis Tes positif Tes Pita Suara: penderita disuruh menghitung 1-100, suara akan menghilang secara bertahapeTes Positif . Tes Farmakologik Tes Tensilan (Edrofonium)osangat berguna pada kasus dimana pemeriksaan antibody negatif sedangkan gejala klinis diduga kuat mistenia gravis. Injeksi Edrofonium HCL 2 mg i.votunggu hingga 1-3 menit perbaikan gejala klinis positif Tes Prostigmininjeksi prostigmin 0,5-1 mg di campur dengan 0,1 atropin sulfat lalu disuntikan Intramuskular atau Subkutan perbaikan gejala klinis _positif 5. Tes antibody: Antibodi Anti-reseptor Asetilkolin (AB Anti ACh-R) Antibodi antit-oto skelet (Anti striate muscte antibody) Antistriatonal antibody Tes antibody anti-MuSkK 6. Repetitive Nerve Stimulation (RNS) 7. Single Fiber Electromyography (SFEMG) Kadang terdapat keadaan yang berkembang menjadi kelumpuhan otot menyeluruh dan paralisis otot nafas. Hal ini adalah kasus darurat. Pada miastenia gravis dikatakan berada dalam krisis bila tidak dapat menelan, membersihkan sekret, atau bernafas secara adekuat tanpa bantuan alat. Ada dua jenis krisis, yaitu: * KRISIS MIASTENIK Keadaan yang membutuhkan anti-kolinesterasi lebih banyak. Keadaan ini dapat tejadi pada kasus yang tidak memperoleh obat secara adekuat dan dapat dicetus oleh infeksi, pasca bedah, partus, atau pengaruh abat. Tindakan yang diperlukan adalah kontrol jalan nafas, pemberian anti- kolinesterase, bila perlu obat imunosuprean dan plasmaferesis. * KRISIS KOLINERGIK Keadaan yang diakibatkan kelebihan onat anti-kolinesterase. Gejala antara lain: bingung, pucat, berkeringat, pupil miosis spontan disertai kelemahan otot progresif. Tindakan yang diperlukan: kontrol jalan nafas, penghentian obat anti-kolinesterase, beri atropin 1 mg IV (dapat diulang bila pelu), bila perlu obat imunosupresan dan plasmaferesis UNTUK MEMBEDAKAN KEDUA TIPE KRISIS TERSEBUT DAPAT DIBERIKAN TENSILON 2-5 mg INTRAVENA. PADA KRISIS MIASTENIK AKAN TERLIHAT PERBAIKAN SEDANG KRISIS KOLINERGIK TIDAK. }) Sebelum injeksi Tensilon®, terdapat ptosis dan diplopia. b) Setelah injeksi tensilon®, terjadi perbaikan (tes Tensilon@ positif). Edrophonium (Tensilon®) tersedia dalam sediaan injeksi 10 mg/ml ~~ hlUlUrPrrlUlUlUlrRTrrS Reeth thUlUmhLrkhlhlti TShUmhlehlUltC e.hlCO GULLAIN BARRE SYNDROME “** ‘Skoiatal muscle. Defenisi Penyakit akibat rusaknya selubung myelin di perifer akibat proses autoimun sehingga terjadi kelemahan asending disertal diskinesia, hiporefleksi, dan motor neuron parastesia. = imun mediasi sel. Paling sering akibat infeksi Campylobacter jejuni, Epstein-Barr virus, cytomegalovirus, HIV, coxsackie virus, herpes simplex, hepatitis A virus, Mycoplasma pneumonia. i Interval antara penyakit yang mendahului dengan Etiologi i Diduga kuat akibat infeksi virus yang memicu reaks! awitan biasanya antara 1-3 minggu. * Kelumpuhan motorik jenis LMN bersifat akut progresif mengenai kedua tungkai atau keempat anggota gerak (biasanya kelumpuhan mulai dari kaki i lalu naik ke tangan dan wajah) © Tanda dan gejala kelemahan motorik terjadi dengan cepat tetapi progresivitasnya akan berhenti setelah berjalan 4 minggu © Kelumpuhan terjadi simetris, lebih dari 1 anggota gerak, jarang asimetris. Gangguan sensorik eksteroseptif sangat minimal ; « Hiporefieks / arefleks « Hipoetoni * Dapat disertal gangguan nervus kranialis terutama n. VIL sering bilateral. * Dapat didahului oleh demam karena infeksi atau penyakit lainnya i * Fungsi otonom dapat pula terganggu © Proses penyembuhan biasanya mulai 2-4 minggu terhentinya progresivitas klinik Pemeriksaan Penunjang 4 - EMNG: kecepatan hantaran saraf menurun - Liquor serebrospinal: Disosiasi sitoalbumin - Antibodi glyclipid = Antibodi GMI terapi i - Farmakologis a.imunoglobulin IV dosis tinggi (0.4 gr/kgBB) selama 5 har! b.fresh frozen plasma exchange (bila sarana tersedia) c.kortikosteroid: dexametasone IV (dosis awal 8-10 mg, selanjutnya 4-5 mg/6 jam selama masa progresif, diberikan selama 7-14 hari lalu turunkan | berangsur = Penanganan terhadap gagal nafas --> segera rawat Icu - Penanganan terhadap disfungsi otonom - Perawatan metabolik dan dukungan nutrisi Rehabilitasi medik Defenisi Caisson’s disease atau penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah / jaringan akibat penurunan tekanan sekitar Ketika seseorang menyelam dengan kedalaman lebih dari 10 meter, tubuh menggunakan udara tekanan tinggi sebagai medium pernafasan dengan cara menghirup gas: nitrogen dan aksigen. Makin tinggi penyelaman, makin tinggi tekanan dari medium pernafasan. * Pada permukaan laut hingga 10 meter > tekanan 1 atmosphere absolute (ATA) * Kedalaman > 10 m - 20m 2 ATA * Kedalaman > 20 m - 30m > 3 ATA Makin dalam dan lama menyelam makin banyak nitrogen yang terlarut yang berada dalam jaringan. Ketika penyelam naik ke permukaan, Nitrogen perlahan-lahan akan dilepaskan. Tubuh membutuhkan beberapa menit hingga 24 jam untuk melepaskan nitrogen Jika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat maka: * Nitrogen tidak memiliki cukup waktu untuk keluar dari jaringan dan darah * Tekanan dari medium pernafasan menururn secara mendadak, sehingga menyebabkan perubahan dari nitrogen terlarut menjadi gelembung gas nitrogen. Adanya gas nitrogen dalam jaringan dan intravascular dapat menyebabkan: © Efek mekanis: robekan atau distors! pada jaringan, gangguan pada sel sekelilingnya, dan obstruksi aliran darah., * Efek non mekanis : peningkatan permeabilitas kapiler =e hemokonsentrasi hipovolemia, edema paru, hiperkoagubility. Tipe 1: (pain only bends, joint bends, decompressian athralgia) > pada penyelaman yang dangkal dan lama + Nyeri terutama di daerah persendian anggota gerak atas dan atau bawah * Gatal-gatal dan bercak kemerahan pada kulit * Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak setempat (obstruksi aliran limfe), parotis, mamma rat aktivitas Tipe 2: (serious decompression sickness) pada penyelaman yang dalam dan cepat 1. Gejala neurologic . Gejala jantung dan paru : rasa kurang enak dan nyeri substernal saat . Gejala gastrointestinal : anoreksia, nausea, muntah, perut rasa kram, . Gefala telinga dalam : tuli sensorineural, tinnitus, vertigo, mual-muntah . Syok setelah dekompresi (bends shack) : gelembung gas masuk ke seluruh Olesi serebrum : afasia, gangguan penglihatan/lapangan pandang, gangguan saraf kranialis, hemiparese / hemiplegic, gangguan sensoris, sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran ODllesi Serebellum: ataksia, gangguan koordinasi, hipotoni, dismetri, asinergia, tremor, disdiadokinesis, nistagmus Olesi Medulla Spinalis: parestesi/hipestesi/anastesia kedua tungkal, paraparesis/paraplegia ~ tetraparesis / tetraplegia, retensi urin, alvi inspirasi maupun ekspirasi kemudian sesak nafas diikuti batuk kering diare, hematemesis, melena pembuluh darahe arteria/ gas embolism (AGE)® kematian Terapi: Kausal: segera terapi oksigen hiperbarik setelah diagnosa ditegakkan Farmakologis: a.Koreksi cairan dan elektrolit b.Anti-platelet: aspirin 2x80 mg c.Kortikosteroid: dexametasone 2 ampul/IV lanjut 1 ampul setiap 6 jam d.Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid e. Digitalis (bila ada indikasi) f. Diazepam (bila ada indikasi) Pasien bematas dengan penolong masuk oksigen 100% selorna 30 menit emball ke cir untuk kasus fingan) dan 60 menit untuk kasus berat Pasien nik ke pemnukaan, Lanjutkon ningge 60 secora rig-zag dengan et kecepatan tiap | meter 12 meni Komplikasi - Osteonekrosis disbarik/ Dysbaric osteonecrosis (DCS) : Divers bone disease, Avascular necrosis of bone, Aseptic bone necrosis, Bone ot, Caison disease of bone) - Keracunan oksigen Follow up Untuk mencegah delayed form of DCS, dianjurkan untuk: @. screening x-ray 2-14 minggu setelah mengalami dekompresi b. penyelam beresiko tinggi dianjurkan screening x-ray interval 5 tahun Rekompresi bertujuan untuk menurunkan diameter gas nitrogen sehingga menghilangkan nyeri dan mengurangi kerusakan jaringan.Lama kelamaan gelembung akan menjadi cair dan larut dalam plasma Pemberian 02 bertujuan untuk mempercepat larutnya nitrogen dan membantu oksigenasi dari jaringan yang iskemik Pembagian berdasar international Classification Of Epileptic Seizures (1981): ‘SERANGAN PARSIAL Serangan parsial sederhana (kesadaran baik). = disertai gejalamotorik - disertai gejala somato-sensorik = disertai gejata psikis - disertai gejala otonom Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu) - disertai gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa automatism = parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa automatism Serangan parsial sederhana yang berkembang jadi umum sekunder - Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik - Parsial kompleks menjadi umum tanik klonik -arsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik klonik. ~ Absence (lena / petit maf) > Mioklonik ~ Kloniik Pembagian berdasar International Classification Of Epileptic Seizures (1989): Berkaitan dengan letak fokus Idiopatik (primer) - Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal (Rolandik benigna) Epilepsi pada anak dengan paroksismai oksipital + Primary reading epilepsy i Lobus temporalis. Lobus frontalis: = Lobus parietalis Lobus oksipitalis - Kronik progesif parsialis kontinua Kriptogenik Umum Kejang neonatus familial benigna - Kejang neonatus benigna Kejang epilepsi mioklonik pada bayi - Epilepsi absans pada anak Epilepsi absans pada remaja Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga. Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak. Sindroma West (Spasmus infantil dan hipsaritmia). Sindroma Lennox Gastaut. Epilepsi mioklonik astatik Epilepsi absans mioklonik ‘Simptomatik - Etiologi non spesifik - Ensefalopati mioklonik neonatal - Sindrom Ohtahara - Etiologi / sindrom spesifik. - Malformasi serebral - Gangguan Metabolisme. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum. - Serangan neonatal - Epilepsi mioklonik berat pada bayi - Sindroma Taissinare - Sindroma Landau Kleffner ‘Tanpa gambaran tegas fokal atau umum Kejangdemam Berkaitan dengan alkohol = Berkaitan dengan obat-obatan ~ Eklampsi. = Serangan berkaitan dengan pencetus spesifik (refleks epilepsi) Penalaksanaan: = Anti Epilepsi (OAE) diberikan bila: 1. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan 2. Terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun 3. Setelah pasien dan/atau keluarga menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan 4, Pasien dan/atau keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping ANTI KONVULSAN UTAMA pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama munoicuriotaien yaitu: Defenitely treat (pengobatan perlu segera dilakukan) a , Tumor otak, AVM, infeksi seperti abses, ensefalitis herpes. Bila tidak terdapat lesi struktural: a, Terdapat riwayat epilepsi pada saudara kandung (bukan orang tua) b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas c. Riwayat bangkitan simptomatik d. Riwayat trauma kapitis, stroke, infeksi SSPreat e. Status e[iletikus pada awitan kejang treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan) Possibly Pada bangkitan yang tidak perlu diprovokasi atau tanpa disertai faktor resiko di atas Probably not treat (walau pengobatan jangka pendek mungkin diperlukan) a. Kecanduan alkohol b. Ketergantungan obat-obatan c.Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemia) d. Bangkitan segera setelah benturan kepala e. Sindroma epilepsi spesifik yang ringan, seperti kejang demam f. Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur oxcarbazepine, tiagabin, topiramate, rimidone Valproat, ethosuximide Bangkitan lena 4 Acetozolamide, clobazam, clonazepam, {absence} ao lamotrigine, fenobarbitai, pirimidone Bacaacan Clobazam, clonazepam, ethosiximide, al Valproat lamotrigine, fenobarbital, pirimidone, STATUS EPILEPTIKUS Defenisi bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan dimana diantara bangkitan tidak terjadi pemnulihan kesadaran. Stadium — | Penatalaksanaan_ ' ‘© Perbaiki fungsi kardio-respiratorik {0-10 menit) | © Perbaiki jalan nafas, beri oksigen, resusitasi © Pasang infus pada pembuluh darah besar ‘© Ambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab " ‘© Beri OAE emergensi: diazepam 10-20 mg iv (kecepatan pemberian {0-60 menit) <2-5 mg/menit atau via rectal, dapat diulang 15 menit kemudian © Masukkan 50 cc glukosa 40% dengan atau tanpa thiamin 250 mg iv Tangani asidosis © Tentukan etiologi ‘© Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah pemberian diazepam pertama, beri phenitoin 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan SO MW bic mefmenit © Mulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan © Koreksi komplikasi © Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer ke ICU. © Beri propofol (2 mg/kgBB/bolus iv, diulang bila perlu) atau Vv thiopentone (100-250 mg bolus iv dalam 20 menit, lanjut bolus 50 (30-90 menit) | 8 tap 2-3 menit), dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG terakhir, lalu lakukan tappering off © Monitor bangkitan dan EEG, tekanan intracranial, mulai berikan OAE dosis maitenance ee eee Sediaan generik: tab 30 mg, 100 mg,Inj 50 mg/mi Dosis: 2-4 mg/kgSB/hari Dewasa: aval 100 mg 3x/hr, pemeltharaan 300- 400 mg/hr, dpt dinaikkan kaps 50 mg, 100 mg Inj 50 mg/ml, 100 mg/2 mt 600 mag/nr bila periu IKAPHEN®, Anal: 5 mg/kgBB/hr q ee Phenitoin ta Pharos, Lkapharminde, Pemeihversan 4-8 . Kaps 100 mg, inj 100 mg/2 mt Sediaan generik: tab 200 mg,sir 100 mg/S mi Dosis: 20 mg/kgBG/hari TEGRETOL® tab 200 mg, tab SR 200 mg, sir 2% 120 mi Dosis awal: 15 Sediaan generik: mg/kgBB/hari selang tab sal 250 mg, 500 mg seminggu tingkatkan tab SR 250 mg, 500 mg sebesar 5-10 ‘Sir 250 mg/Smi mg/kgBB/hari hingga kejang terkendali. Harus VALEPTIK®, VELLEPSY@ | diberi dalam dosis terbagi sir 250 mg/5 1 Cae eee 8 VALISANBES <6 the 1-2 mg tab 2 mg, 5mg, amp 10 mg/2 mi VALIUM® tab 5 mg, inj 10 mg/2 ml Status tetanus, spasme otot berat dws 5-10 TM/1N, anak 1-2 mg IM/IV Penghentian OAE Dilakukan secara bertahap/perlahar’ dalam beberapa bular setelah 2-5 tahun bebas kejang, tergantung dari bangkitan dan sindrom epilepsi yang diderita pasien. Clonic phase Tonic. n > : s SRIGRT Mini Nore FNeUrology Edition = n BELL’S PALSY"** Defenisi : penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus facialis (N. VIL) perifer dimana etiologinya tidak diketahui (idiopatik). Manifestasi Klinis: Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitamya sering merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa : Q Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat. O Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagophthalmus). Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar ke atas bila memejamkan mata (Bell's sign) © Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lUMpUh] samen dan mencong ke sisi yang sehat. Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain yang menyertai antara lain : gangguan fungsi pengecap, hiperakusis dan gangguan lakrimasi. Oo Terapi: 1. Medikamentosa: ~ Prednison 1 mg/kgBB (5 hari), diturunkan 2 tablet/hari sampai 10 hari (stadium akut) - Mecobalamin 500 mcg (3x/hari) 2.Non-medikamentosa: fisioterapi setelah hari ke-empat awitan (laser) 1 85% sembuh dalam 3 minggu, 15% sembuh dalam 3-6 bulan eis 73 NYERI KEPALA TEGANG OTOT (Tension Type Headache) Kriteria diagnosis 1. Minimal ada 10 kali episode serangan nyeri kepala berupa myeri terasa berat seperti diikat, ditekan, tegang seperti dibebani, biasanya di daerah frontal dan tengkuk, kadang-kadang dapat menyeluruh atau bilateral. . Nyeri beriangsung dari 30 menit akan tetapi dapat terus menerus sampai 7 hari. . Nyeri bertambah pada siang hari dan berkurang setelah istirahat . Tidak ditemukan fotofobia dan fonofobia . Tidak ada nausea dan vomitus . Berkaitan erat dengan stress psikologik . Pemeriksaan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan. Terapi Farmakologis: 1) Pada serangan akut (tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu) a. analgetik ; aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 1000 mg/hari, NSAIDS (naroxen 660-750 mg/hari), ketoprofen 25-50 mg/hari, Ibuprofen 800 mg/hari, diklofenat 50-100 mg/hari) b. Kafein (analgesik adjuvan) 65 mg ¢c. Kombinasi : 325 mg aspirin atau asetaminofen + kafein 40 mg 2) Untuk akut dan kronik: a. Anti depresan: notriptilin (25-100 mg sebelum tidur - tidak lebih dari 200 mg/hari), amitriptilin (25-100 mg/hari sebelum tidur - tidak lebih dari 150: mg/hari) b. Anti ansietas: diazepam 5-30 mg/hari, klordiazepoksid 10-75 mg/hari, alprazolam 0.25-0.5 mg 3xhari. NYERI KEPALA KLASTER (Cluster Headache) Kriteria diagnosis. 1. Minimal terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat hebat di daerah orbita, supraorbita, dan/atau temporal yang unilateral, berlangsung 15-180 menit bila tidak diobati. . Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu.dari berikut: a. Injeksi konjunctiva dan atau lakrimasi ipsilateral b. Kongesti nasal dan atau lakimast ipsilateral c. Edema palpebra ipsilateral d. Dahi dan wajah berkeringan ipsilateral e. Miosis dan atau ptosis ipsilateral f, Perasaan gelisaj atau agitasi c. Frekuensi serangan: dari 1 kali setiap 2 hari 8 kali perhari Terapi Farmakologis: Terapiabortif: linhalasi oksigen 100% via face mask kecepatan 7 Ipm selama 15 menit Dihidroergotamin (DHE) 0.5-1.5 mg IV akan mengurangi nyeri dalam 10 menit, pemberian IM dan nasal lebih lama Sumatriptan injeksi SC 6 mg dapat diulang setelah 24 jam. KI: penyakit jantung iskemik, hipertensi tidak ‘terkontrol Anestesi lokal: 1% lidokain intranasal 4% Indometasin (suupositoria) Gabapentin atau topiramat Terapi profilaksis: Verapamil (pilihnan pertama) 120-160 mg tid, qid. Selain itu bisa juga nimodipin 240 mg/hari atau nifedipin 40-120 mg/hari. Steroid (tidak boleh diberikan dalam waktu lama, 50-75 mg tiap pagi, dikurangi 10% pada hari ketiga lithium 300-1500 mg/hari (rata-rata 500-900 mg) Ergotamin tartat 2 mg, 2-3x/hari, 2 mg oral atau 1 mg rektal 2 jam sebelum serangan terutama malam hari. MIGRAIN TANPA AURA A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-D B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan tidak cukup) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya 2 dari karakteristik sbb: 1, Lokasi unilateral 2. Sifatnya mendenyut 3. Intensitas sedang sampai berat 4, Diperberat oleh kegiatan fisik D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari hal tersebut di bawah ini: 1. Mual atau dengan muntah 2. Fotofobia atau dengan fonofobia £, Sekurang-kurangnya ada satu dari yang ‘tersebut di bawah ini: 1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan organic 2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic diduga ada kelainan organic, tetapi pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan. MIGRAIN DENGAN AURA A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakterisitik di bawah ini: 1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau batang otak 2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau lebih gejala aura yang terjadi bersama-sama C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut di bawah ini: 1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan organic 2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic diduga ada kelainan organic, tetapi pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan. STATUS MIGRAINOUS A. Serangan migrain dengan intensitas berat yang berlangsung > 72 jam (tidak menghilang dalam 72 jam) 8. Tidak berkaitan dengan gangguan lain TERAPI FARMAKQLOGIS MIGRAIN: 1. Terapiabortif: a. non-spesifik: analgetik (NSAIDS, narkotik, adjuvant therapy) NSAIDS: - aspirin: 900-1000 mg oral, diulang denga dosis yg sama setelah 1-2 jam bila perlu - ibuprofen: 400-1200 mg/serangan, dapat diulang 400-800 mg dalam 1-2 jam, maksimal 3200 mg/hari. ~ Naproxen sodium : 8 (bila perlu) - ketorolac: 10 mg PO setiap 4 jam (tidak lebih dari 40 mg/hari); batas sampai 5 hari dengan dosis 30-60 mg IM; diulang tiap 6 jam; tidak lebih dari 120 mg/hari ANTIEMETIK - Domperidon : 10-30 mg (sendiri atau dengan anti histamin) diberikan secara IM atau IV pelan - Metoklorpramid: 10-20 mg PO/IM OBAT SPESIFIK - Sumatriptans dan naproxen : 1 tab PO saat onset migrain; jangan melebihi 2 tab/24 jam (jarang minimal 2 jam) - Butalbital : 1-2 tab PO tiap 4 jam; jangan melebihi 6 tab/hari 2. Terapi preventif Prinsip: - mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan ~ meningkatkan respon pasien terhadapa pengobatan - meningkat aktivitas sehari-hari serta pengurangan disabilitas Pertimbangkan terapi preventif bila: . dua atau lebih serangan setiap bulan dengan disabilitas yang signifikan yang berlangsung selama 3 hari atau lebih }. kontraindikasi atau tidak efektif dengan obat simptomatik » penggunaan obat yang gagal lebih dari dua kali seminggu |. varian migrin seperti migrain hemiplegik atau serangan sakit kepala yang jarang menghasilkan gangguan mendalam atau resiko cedera neurologis permanen Yang dapat diberikan: - Betabloker: menurunkan frekuensi serangan Ca channel blocker: efeknya agak lambat, sampai beberapa bulan, mengurangi frekuensi serangan + 50% Serotonin reseptor antoagonis: pizotifen (efektif mengurangi frekuensi sampai 50-64%) Metisergid: profilaksis serangan berat yang tidak berespon terhadap obat abortif Trisiklik: amitriptilin dosis 25-50 mg tiap malam. Nortriptilin memiliki efek anti-kolinergik ngantuk lebih rendah Anti-epileptic drug: valproat, topiramat, gabapentin NEURALGIA TRIGEMINAL * Nyeri fasial mengenai 1 cabang atau lebih N, Trigeminus, paroksismal « Sifat nyeri tajam seperti ditusuk atau disetrum listrik, berlangsung beberpa detik sampai 2 menit, diikuti masa penyembuhan beberapa detik sampai sekitar satu menit dan dapat diikuti serangan berikutnya Dapat disertai lakrimasi dan kontraksi otot- otot. Dapat dicetuskan oleh rangsangan ringan misainya sewaktu meraba, menguap, ‘udder crue sever? stabs of pan berbicara; mengunyah; menguap, menyikat ‘sith ate a gigi, atau kontak daerah trigger zone. NYERI KEPALA TUMOR OTAK * Nyeri kepala berdentum, seolah akan pecah, dapat disertai muntah proyekti! terutama dialami pada pagi hari « Nyeri bertambah bila batuk, bersin, dan mengedan « Gejala neurologis dapat timbul atau tidak tergantung lokasinya di otak. NYERI KEPALA AKUT PASCA TRAUMA * Nyeri kepala, tidak khas « Terdapat trauma kepala, dimana nyeri terjadi dalam 7 hari setelah trauma atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali * Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini: -nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala - nyeri kepala menetap, tapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala Terapi: Analgetik , Minor tranquilizer , Anti-vertigo, Psikoterapi jika perlu P rovocated Tahukah kamu? Terapi yang sering dipergunakan untuk ‘ nyeri kepala di poliklinik adalah uality kambinasi obat sebagai berikut: R/ Paracetamol 250 mg* adiating Lmgt S evere mf pulv. dtd No. X J 3dd cay ime *komposisi dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien Perbandingan karakter CSS pada jenis menigitis yang berbeda Gram negatif Kultur pasitit 25-50% positif < 50% ‘Ampicilin+ cefotaxime/ceftaxidime 1-3 bulan Ampicilin + cefotaxime/ceftriaxone 3 bulan-18 cefotaxime/ceftriaxone atau tabun ampicilin + chloramphenicol 18 tahun-5O Penicilin G atau ampicilin atau tahun cefotaxime/ceftriaxone S.pneumonia, N.meningitides, 50 tahun Ampicilin, cefotaxime/cefriaxone K.monacytogenes batang gram negative enteric Ketorolac Meloxicam Piroxicam ~~ Tab: 10 mg 4-6 jam, maks 40 mg/hari ‘ ae Inj: Dosis awal 10 mg IM/IV FARPAIN kemudian 10-30 mg Toansee! ksierial 90 maybe Tab salut 10 mg, in lll Amp 10 mg/m,30 mg/ml nerik: Amp 10 mg, 30mg NORAGES® 1 tab tlap 6-8 jam, Sir 250mg/5 ml, Tetes 250 mg/ml, maks 4 tab/nari ‘Amp 500 mg/ml 2 mi IV/IM 500 mg tiap 6-8 jam, ANTRAIN®, NOVALGIN® imaks 3x/hari __| Tab 500 S00 1 2 mi t (DOLOFEN-F® Kaps 400 mg |__AMAFEN® Susp 100 mg/5mi Susp, snore. se aot nae moi “ALTOFEN®, PROFENI tab 10 mg KALTOFREN® tab 50 mg, 100 mg Tab GD 200 mg ix/hari Inj IM 50-100 mg tab OD 200 mg, supp 100 mg, tiap 4 jam , Supp 1 x/hani Inj 100 mg/2mi, gel 2.5% ‘OSTELOX® , MEXPHARM®, Desis : 7,5 mg/hari MOvVICOX” ___tab 7.5.mq, 15mg, supp 15 r Sediaan generik: tablet 7,5-15 mg Medical Mini Notes : Neurology Edition « diklofenat dalam 2-3 dosis _| Tab salut enterik 25 50 weal 500 mg lalu 250 mG | DOGESIC™, DATAN®, CRAPS —| mefenamat — | tunggal atau terbagi selama 4-6 Dosis : Ggn muskuloskeletal " PIROFEL® 40mg/hr untuk 2 hari pertama kaps 10 mg ,20 mg, lalu lanjut 20 mg/hr selama gel 0, 7-14 hari, OA, RA 20 mg Lx/hr, Gout akut 40 mg/hr dalam dasis a ee 4 Gel Ir Sediaan generik: Kapsul 10 mg, 20 mg 75-150 mg/hari a Tab salut 25-50 mg, Amp 25 mg/m! 3 mi_ Sediaan generik: tab 50 mg ‘Awal 100-150 mg/hari ated | EFLAGEN®, DIFLAM® terbagi dalam 3 dosis Tramadol Dexa- metason tiep 6 jam, = __Tab salut selaput 500 mg | Dosis : 50 mg dasis tunggal. i Dapat ditambahkan SO mg SS sesudan selang waktu 30-60 per 100 Pa menit. Maksimal 400 mg/ hari ae 1p 100 mas. dalam dosis terbagt Terapi intensif atau darurat 2-4 mg, 6~ Tab 0,5 mg Sx/hani (IM/IV). Maks 50 mg/hari Syok 1-6 mg/kaBB dosis tunggal ap hae ____ Sediaan.generik: tab 0,5 mg : 80 Tab 4-8 mg, ___ Vial 125 mg/2 mi 16 Dosis ; 1-4 tab/hari | gi i | ia | | | & KALMOXILLIN®, DEXYMOX", CORSAMOXK® Kaps, tab 250-500 mg Dosis: Sirup 125 mg/S mi, Injeksi 1 gr/vial 750-1500 mg/ heap sal i Amoxicilin+ Clavunalat acid ‘Amondatin = Tab 250mq/125mg;500 mg/125 mg ‘Sir 250 mg/31.25 mg “i 100 mg, 1000mg/200 mg Sediaan generik: Amoxicilin E Kaps, 250 mg, Kapl. 500 mg, Es Sir.Kering 125 mg/5 mi, Co Amoxictav 4 tab 625 mg Dosis : oral 250-500 mg VICILLIN®, PENBIOTIC® | Gap 6 jam Kaps, tab 250-500 mg Ampicilin | Injeksi 250-500 mg one 125 mg/5 ml, 4xsehari ksi 0,5 gramy/vial, ‘al Sediaan wae Kaplet 500 mg pranitlin | Dosis: 300,000-900,000 PROCAINE PENICILLIN-G MEDII® | whan terbagi 1-2 dosis Vial 3.000.000 u Generasi i efektif terhadap Gram- Ta memiliki aktivitas sedang terhadap Gram- TAFORIN®, F*, DEXACI Dosis : 500-1000 mg ™ Kapeul 250-5001 or Cefadroxil 2x/hart rere, |" Sediaan generik: kapsul $00 mg, sir.kering 125 mg/ml | ‘Generasi II aktivitas antibiotik Gram-negalif lebih tinggi daripada generasiT | Dosis ; 250-500 mg SOXIME® Caftaroxine | a sehari selama 10 beri Kapsul 500 mg Generasi HiT Ceftazidime: Cefotaxime Cefriaxone Cefixime ____ Sediaan generik: Kapsul 500 Generasi IV Aktivitas lebih luas dibandingmGenerasi Ill dan tahan terhadap beta~ ktamase ‘Dosis : ISK ringan $/d sedang 500-1000 mg, IM/IV; Infeks! ringan s/d sedang selain ISK 1000 mg, IM/IV; Infeksi berat 2gr lV EMAX®, SOPIME” Vial 1 gr Dosis ; 1-2 gr/hari dibagi dalam 3-4 ELASTYN® Imipenem | dosis. Dapat ditingkatkan sampai 4gr/hr vid e atau, Sima/hatb/nn ri or Mate MERONEM®, MEROPE: = 500-1000 000 gr rine 8 jam Vial 0,5 at Dosis: 500 mg tiap rs dgn infus IV oripanenn diberi selama 1 jam Vial 1 ar Dosis: [SK 0,5-1 gr 7 tiap 8-12 Jam, infeksi sistemik cukup ma Aztreonam | berat 1-2 gr tiap 8-12 jam, Infeksi berat cal ter yang mengancam nyawa 2 gr tisp 6-8 a Jam, Maks 8 gr/hari _ i . al E CHLORAMEX®, COLSANCETINE®, Dosis : kaps 1-2 kaps 3-4x/hari Kaps 250 mg, Sirup 125mg/Sml, Sirup 3 sdt 3-6x/hari, vial Vial 1 gram 50mg/kgBB/hari KALMICETINE®, = as i ‘Kaps 250 mg, Sirup 125mg/Sml_| Infeksi bakteri anaerob aioe onan 7,5 mg/kgBB/hr tiap 6 jam. 3 Maksimal 4 gr/hari setama 7-10 hari | ‘#? Salt SBaput Ait Ma, botol infus Lain-lain ‘Dosis: aval 75 mg 2x/hari dapat ditingkatkan menjadi 150 mg 2ayhari dengan interval 3-7 hari Maks: Ergatamine tab i mg rangan pertama, Ergotamine 1 mg+ kafein 50 mg = wie tae J a 10 tabyminggu ‘Awal 50-10 mg/hr sbg dosis CHOLESTAT” maiam tunggal. Dosis dpt tab 10, 20 m ditingkatkan dgn interval 4 mgg NORM? LPT hingga maks. 40 mg/hr Tab 5,10,20,40 mg Dosis: 10-80 mg LIP! _Axfhari Tab 10 mg, 20 mg Tetagam® 250 UI | | Sediaan : inj 250 Ul, 500 UT Sediaan generik: 78 inj 100 Ul/ml, 200 Ul/mi BETASERC® tab 8,24 mg Dosis fried ee See ae MERTSLONS tab 6,12 hg Dasis: 5-10 mg/hari (ber pada GRATIZING malam hari) __ tab $,10 mg J i ee OBAT PSIKIATRI "% = ) __OBAT ANTE PRINDEIS (iauralaptle Haier transquillizer, ataratics) ~ Rantal aliphatic: ml ‘Cepezet® (chlorpromazine) Chlorpromazine, sediaan: tab 100 mg, ampul 50 mg/2 mi Levomepromazine Sikzonoate® (flupnenazine) Phenothiazine Rantai piperazine; sediaan: tab 100 mg, ampul 50 mg/2 mi Perphenazine, Trifluoperazine, Fluphenazine Sikzonoate® (fluphenazine) sediaan: ampul 25 mg/1 ml Rantai piperidine: Thiorldazine i Lodomer® Butyophenone Haloperidol (sediaan: tab 2 mg, tab 5 mg, tetes 2 mg/15 ml, ampul § mg/ml) | Dipheny!~ Pimozide ‘Orap® Forte butylpiperadin | _ at . __{sediasn; tab 1 mg, 2mg) _ Atipikal : = Dogmatil® \oulsads so Sulpride [ (sediaan: kaps 50 mg, tab forte 200 mg) , Clorilex® (clozapine) sediaan tab 25 mg, 100 mg e@, Olandozt (olanzapine) . Dibenzo- co Sediaan tab 1 mg, 2 mg, 3 mg a janzapine sone Quetiapine Seroquel® (quetiapine) Sediaan tab 25 mg, 100 mg, 200 mg, 300 mg Tab XR (lepas lambat) 50 mg, 200 mg, 300 mg, 400 m; |_ Benaisoxazole Risperidone Laer Consta®, Zofredal® sediaan: tab selaput i mg, 2 mg, 3 mg_ _OBAT ANTI DEPRESI (thymoleptic, psychic energizers) = Amitriptyline Clormipramine Trilin® sediaan tab 25 mg an Tricyelic Tianeptine compound oe Stablon@ Sediaan tab 12.5 mg Sediaan: tab 10, 25, 50 mq Opipramo! Kaps 75, 100, 125, 150 mg Insidon@ = ea - Tetracydic Mianserin Amoxapine Sandepril, Tisan@ compound eet ae Tolvon® ‘Asendin® Mono-Amnine-oxydase Wodebemide Inhibitor (MAOT) reversible si Aurorixds jective Sertaline Fluvoxamine oer — ie Kaheonind, Pact uptake inhibitor) Paroxetibe pre ns, Zac (SSRI) ‘Seroxai® aoe Kaps 10, 20 mg Atypical anti- ‘Trazodone - Mirtazapine de nts Trazone@ Remeron® sediaan tab 30 mg 83 Haloperido! Lodomer® (sediaan: tab 2 mg, tab 5 mg, tetes 2 mg/15 mi, ampul 5 mg/ml) Tegretol® Tab 200 mg,Tab kunyah 100 mg, Tab lepas: control 200 mg, Sir 2% 120 ml Valproat Depakene® Sir 250 mg/S mi Diazepam Valium®, Mentalium®, Lovium@® Sediaan: tab 5 mg, inj 10 mg/2 mt Chlordiazepoxide Arsitran®, Cetabrium® Bromazepam Lexotan® Sediaan: tab 3 mg Lorazepam Ativan®, Renaquil®, Merlopan® Sediaan: tab 1 mg Buspirone Buspar®, Tran-Q@®, Xiety® Sediaan: tab 10mg Lithia _Frimania® Sediaan: Tab 200, 400 mg m carbonate Prazepam Equipax® Oxalzolam Serenal@ 10 Alprazolam Xanax®, Alganaxd), Frixitas@® Sediaan: tab 0.25 mg, 0.5 mg, 1 ng Clorazepate a rapxene® Sedan: tab 10 mg ae atih® 50 Tterax® Nitrazepam Mogadon@®, Dumotida oe Esilgan® Sediaan; tab 5 mg Sediaan: tab 1,2 mg_| Chioral hydrate 500 Luminal®, Combinale = ___ Sediaan: tab 30 mg, inj 50 mgfmI 10. i. 12. 13. 14. 15. 19. DAFTAR PUSTAKA Netter FH, Craig JA, editors. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: Icon Custom Communications; 2002 Indonesian Neurological Association. Advanced Neurology Life Support - Student Course Manual; 2012 Bagian Anatomi FKUH, editor, Bahan kuliah: Medula Spinalis. Makassar: Bagian anatomi FKUH; 2008 Baehr M, Frotscher M. Duus'; Topical Diagnosis in Neurology 4th ed. New york: Thieme; 2005 Departemen Neurologi FKUI / RSCM. Tentorium Neurologi. 2007 Lumbantebing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2007 Prof. Dr, Mahar Mardjono dan Prof. Dr. Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat; 2008. Bagian Anatomi FKUH, editor, Bahan kuliah: Nervi Craniales. Makassar: Bagian anatomi FKUH; 2008 Aulina S. Bahan Kuliah: Saraf Kranialis, Sensibilitas dan Aspek Klinisnya. Makassar: Bagian Neurologi FKUH; 2009 Lindsay KW, Bone I, Callandar R, editors. Neurology and Neurosurgery Illustrated 3rd Ed. London: Churchill Livingstone; 1997 Soepardi EA, editor. Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, & Leher ed VL Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2007 Prof. Dr. Peter Kabo, PhD, Sp.FK, SP.JP-K. Bagaimana menggunakan obat- obat kardiovaskular secara rasional. Balai Penerbit FKUI; 2011. Prof. Dr.dr. Satyanegara,Sp.BS dkk. IImu Bedah Saraf - edisi V. Penerbit Kompas Gramedia ; 2014. Dr. R. Yoseph Budiman, SP.S, Pedoman Standar Pelayanan Medik dan ‘Standar Prosedur Operasional Neurologi. Refika Aditama ; 2013 Bagian Neurologi FKUH. Standar Pelayanan Medik Neurologi. Makassar: Bagian Neurologi FKUH; 2011 Aliah A. Bahan kuliah: Stroke. Makassar: Bagian Neurologi FKUH; 2009 Aulina S. Bahan Kuliah: Diagnosa Topis. Makassar: Bagian Neurologi FKUH; 2009. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. BIP. 2014/2015 Philip M. Bernini, MD. Netter’s Orthopaedic - Spine. Atlas of Pathophisiology - third edition. Lippincott Williams & Wilkins ; 2010 Gogor Meisadona, Anne DS, Riwanti E. Tinjauan Pustaka: Diagnosis Dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis, dr. Rusdi Maslim, SpKJ. Panduan Praktis : Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. ES tata a EDIS! 2015 Pemeriksaan Klinis ey Anatomi Sistem Saraf a | Afasia ] Sistem Saraf Otonom - | Neuroimaging am Circulus Willisi | Diagnosa Topis I i} Stroke , Tetanus ‘ ; Bell’s Palsy ua Miastenia Gravis | | Parkinson I i Epilepsi | Caison’s disease oo ; Tumor Sistem Saraf = Hernia Nukleus Pulposus Obat-obatan Neurologi rt 1 Obat-obatan Psikiatri dan lain-lain NEUROLOGY Make It Easy Only With Medical Mini Notes es m: =... | tii ku saku yang berisi a praktis yang dirangkum asional, textbook, serta a Medical mini notes adalah ringkasan-ringkasan dari berbagai konsensu: - bahan-bahan kuliah d 0 tujuan mempermudah » oom teman-teman sejawat proses pembelajaran dan praktek sehari-hari. Medical mini notes kini tersedia dalam beberapa ppm ‘edisi: i ~ Interna, Neurology, and Critical Care, i Pediatric, Radiology, Dermatove Obstetric, Gynecology, vy - ENT Ear Nose Throat, EKG note, HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI - Makaoe ." oe oa ". Makassar Pemeriksaan Klinis Neurologi ..........-.--:-.20+ Anatomi Sistem Saraf Pusat Pemeriksaan Kesadaran ... Pemeriksaan Fungsi Kortikal Luhur. Afasia.. ienmicoen Rengearg | Manings Pemeriksaan Nervus Cranialis .. Pemeriksaan Motorik Refleks Fisiologis Refleks Patologis Pemeriksaan Sensorik Dermatom Sensorik.. Sistem Saraf Otonom Tes Fungsi Koordinasi Neuroimaging . Circulus Willisi Stroke Skor Siriraj. Algoritma Gadjah Mada Skor Hasanuddin. Diagnosa Topis .. Hernia Nuklus Pulposus Tumor Sistem Sarai Rabies .. Parkinson. Tetanus Miastenia gravis . Gullain Barre Syndrome Caison’s Disease Epilepsi.... Bells’s Palsy. Nyeri kepala /Sefalgia. 74 Meningitis 79 Obat lain yang sering digunaka: 80 BONUS: Obat Psikiatri. TrmmimmmMnhnnhaS Oh OT

Anda mungkin juga menyukai