Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan
sosial artinya hubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan tradisi
masyarakat lokal. Terbentuknya kebudayaan berawal dari timbal balik terhadap keadaan
kondisi sosial, ekonomi dan lainnya. Unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal
yang ada di dunia yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup
serta teknologi dan peralatan. 1 Negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang
dipisahkan dengan selat dan laut. Pulau-pulau di Indonesia memiliki berbagai suku
bangsa yang beraneka ragam. Suku bangsa akan menghasilkan kebudayaan karena
Negara Indonesia memiliki suku bangsa yang beraneka ragam maka setiap suku bangsa
akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-
masing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan kami angkat
dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa hubungan kebudayaan dan masyarakat?
2. Bagaimana perkembangan sosial dan kebudayaan?
3. Mengapa kebudayaan sebagai sistem norma?
4. Apa struktur kebudayaan?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuannya yaitu :


1. Mengetahui apa hubungan kebudayaan dan masyarakat
2. Mengetahui bagaimana perkembangan sosial dan kebudayaan
3. Mengetahui mengapa kebudayaan sebagai sistem norma
4. Mengetahui apa struktur kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan dan Masyarakat

 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan seringkali kita kaitkan dengan seni dalam kehidupan seharihari. Kata
budaya sendiri berasal dari kata “buddhayah” yang berasal dari bahasa sansekerta dan
merupakan bentuk jamak kata “budhi” yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan sendiri
seringkali diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Kebudayaan sendiri menurut definisi para ahli, Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi
mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta dari masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau untuk
kebudayaan jasmani yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat. (Soerjono
Soekanto, 1990).
Pendapat lainnya dari antropolog E.B Tylor mendefinisikan bahwa kebudayaan
adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat
istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. (Soerjono Soekanto: 1990). Dapat disimpulkan
bahwa kebudayaan adalah mencakup semua yang didapatkan, dipelajari bahkan
diciptakan oleh manusia sebagai anggota masyarakat yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, perwujudan
kebudayaan adalah yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, seni yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
1. Ciri-ciri Kebudayaan
Menurut Suhandi (1987:33-36) kebudayaan memiliki ciri-ciri umum yakni :
a. Kebudayaan dipelajari suatu kebudayaan dapat diperoleh dari suatu proses belajar.
b. Kebudayaan sendiri telah ada sejak awal manusia muncul, yang kemudian
dikembangkan dan diteruskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
c. Kebudayaan hidup dalam masyarakat sebagai unsur yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan .
d. Kebudayaan bersifat dinamis, dapat dikembangkan dan berubah.

2. Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur-unsur atau hal yang terdapat untuk membangun suatu kebudayaan menurut
Melville J. Herskovits menyatakan empat unsur-unsur pokok kebudayaan :
a. Alat-alat teknologi Manusia berusaha untuk bertahan hidup, sehingga manusia
membuat peralatan-peralatan untuk menunjang kehidupannya. Dalam alat-alat
teknologi para antropolog memahami bahwa benda-benda yang dihasilkan masih
menggunakan teknologi sederhana. Dengan demikian alat-alat teknologi termasuk
dalam bahasan kebudayaan fisik.
b. Sistem ekonomi Dalam hal ini dapat dilihat dari perbedaan sistem ekonomi antara
daerah tradisional dan modern. Dalam daerah tradisional pengelolaan tanah adalah
profesi utama para penduduk berbeda dengan daerah modern yang terdapat
banyak pusat-pusat industri banyak penduduk yang bekerja di industri-industri
tersebut.

3. Komponen kebudayaan
Menurut para antropologi kebudayaan memiliki beberapa elemen-elemen
yaitu :
a. Kebudayaan material, mengacu pada ciptaan masyarakat yang konkret.
Contohnya adalah temuan yang dihasilkan oleh para arkelogi.
b. Kebudayaan non material, adalah sebuah ciptaan yang bersifat abstrak yang
diwariskan ke generasi selanjutnya. Contoh: lagu lagu tradisional, tariantarian
tradisional.
c. Lembaga sosial, dalam hal ini lembaga sosial memberikan peran yang besar
dalam berhubungan dan berkomunikasi dalam masyarkat. Contoh: di desa
beberapa daerah wanita tidak perlu sekolah tinggi, namun berbanding terbalik
dengan di kota-kota besar seorang wanita wajar memempuh pendidikan tinggi
bahkan menjadi wanita karier.
d. Sistem kepercayaan, sistem ini akan mempengaruhi dalam kebiasaaan,
xbagaimana memandang hidup dan kehidupan hingga bagaimana mereka
berkomunikasi. Dalam hal ini manusia memiliki kecerdasan dalam berfikir
bahwa diatas kekuatan dirinya masih terdapat kekuatan yang maha besar yang
dapat mengubah-ubah kehidupannya. Oleh karenanya, manusia takut dan
lahirlah kepercayaan.
e. Estetika, dalam hal ini secara umum setelah manusia dapat memenuhi
kebutuhan fisiknya, manusia akan senantiasa mencari pemuas untuk
kebutuhan psikisnya. Seorang manusia membutuhkan pandangan mata yang
indah serta suara yang merdu untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
f. Bahasa, bahasa manusia awalnya berwujud sebuah kode dan disempurnakan
dalam bentuk lisan, yang pada akhirnya menjadi bahasa tulisan.

4. Sifat-Sifat Kebudayaan
a. Kebudayaan beraneka ragam
Kebudayaan dapat menjadi beraneka ragam disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya karena manusia tidak mempunyai struktur anatomi secara khusus
pada tubuhnya sehingga harus menyesuaikan dengan lingkungannya. Oleh
karenanya kebudayaan yang muncul harus disesuaikan dengan kebutuhan
hidupnya. Selain itu faktor geografis juga sangat mempengaruhi, sebagai contoh
makanan yang dibutuhkan bangsa Indonesia yang terletak di wilayah tropis
berbeda dengan makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat suku eksimo yang
bertempat di wilayah kutub.
b. Kebudayaan dapat diteruskan melalui pelajaran
Penerusan kebudayaan ini dapat disalurkan secara horisontal maupun vertikal.
Penerusan budaya secara horisontal dapat dilakukan terhadap intragenerasi,
sedangkan penerusan kebudayaan secara vertikal dapat dilakukan terhadap
antargenerasi.
c. Kebudayaan bersifat statis dan dinamis
Kebudayaan statis disini yang dimaksud adalah kebudayaan yang berubah
secara perlahan-lahan dan dalam tempo yang sangat lama, sedangkan yang
dimaksud dinamis adalah perubahan kebudayaan yang relatif cepat.
d. Kebudayaan memiliki nilai
Nilai kebudayaan adalah relatif, semua tergantung siapa yang memberikan
nilai dan alat ukur apa yang digunakan. Sebagai contoh bangsa cenderung
menggunakan ukuran rohani untuk alat penilainya, sedangkan budaya barat lebih
cenderung dengan materi.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan kepuasan baik itu
kepuasan spiritual maupun kepuasan materil. Fungsi kebudayan sendiri pada
hakikatnya adalah untuk mengatur agar manusia dapat mengerti satu sama lainya,
bagaimana manusia harus bertindak dan manusia harus berbuat untuk kebaikan
bersama. Jadi pada intinya kebudayaa sebagai cermin kehidupan manusia, jika
manusia memegang teguh kebudayaan maka akan tercipta kehidupan yang
harmonis.

 Pengertian Masyarakat
Masyarakat secara terminologi disebut society (bahasa inggris) yang berasal dari kata
socius yang berarti kawan. Istiah masyarakat sendiri berasal dari bahasa arab syaraka
yang berarti ikut serta. masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki
keempat ciri (Koentjaraningrat, 2009: 115-118), yaitu:
1. Interaksi antar warga-warganya,
2. Adat istiadat,
3. Kontinuitas waktu,
4. Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Adapun definisi para ahli tentang masyarakat :
1. Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
2. Mac Iaver (1957)
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial tertentu dan
mempunyai sifat-sifat yang saling tergantung, mempunyai pembagian kerja dan
kebudayaan bersama.
3. Soejono Soekanto (1982)
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (secara Geografis) dengan batas-batas tertentu,
dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-
anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
4. Gillin & Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
Berdasarkan pendapat ahli bahwa masyarakat merupakan sekelompok
individu yang menempati suatu wilayah yang memiliki kebiasan dan tradisi yang
relatif sama, dan tujuan yang sama. Masyarakat terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai tujuan bersama. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia disebut
individu apabila tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan tidak mengikuti pola
tingkah laku pada umumnya. Dalam kesimpulannya individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peran yang khas dalam lingkungan sosialnya, melainkan
juga memiliki kepribadian serta tingkah laku yang sesuai dengan dirinya. Secara
pengertian, individu merupakan subyek yang melakukan sesuatu, subyek yang
mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak, subyek yang mempunyai
kebebasan, subyek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai
tindakan dan hasil tindakannya sendiri.

Ciri-Ciri Masyarakat :
1. Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat.
Masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompokkelompok,
maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial
harus ada 2 syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial.
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu.
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu
keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup
yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung
satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota
masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-
masing dan saling melengkapi.
4. Memiliki adat istiadat/budaya tertentu.
Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi
antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakakah itu dalam perkawinan,
kesenian, mata pencaharian ataupun sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Memiliki identitas bersama.
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh
anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam
bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa lambanglambang,
bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, bendabenda tertentu,
seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb.

B. Perkembangan Sosial dan Kebudayaan

Posisi Indonesia terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua
Benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan
berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.

Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya
Indonesia:

1. Lapisan sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang mendasar
(bahasa, budaya, dan adat) di samping perbedaan-perbedaan dari daerah kedaerah.
Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh
datangnya agama dan nilai-nilai baru.
2. Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India, wilaya Indonesia 
merupakan pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau Jawa, namun kesadaran
akan kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka Tunggal Ika).
3. Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di Wilayah Indonesia yang
sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya agama
Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan struktur
ketata Negaraan.
4. Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi kehidupan
umat beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing yang silih
berganti dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
5. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi dan
tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
kemudian disusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928.

Sejak periode perkembangan Nasional, semakin dirasakannya perkembangan perceturan


ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas 3 kategori yaitu:

1. Ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama


2. Ideologi yang menitikberatkan pada sosialisme
3. Ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme.

Dalam negara Republik Indinesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
itu, nilai-nilai luhur yang merupakan kepribadian yang merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa inilah yang kemudian menjadi ideologi dan dasar negara yang di
kenal sebagai pancasila, yang akhirnya di tuangkan dalam pembukaan UUD 1945. Dengan
demikian, pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya di Indonesia pada hakikatnya
bersumber pada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam falsafah dan dasar negara
pancasila.
C. Kebudayaan Sebagai Sistem Norma

Kebudayaan itu berwujud gagasan dan tingkah laku manusia, kebudayaaan tidak lepas
dari kepribadian  individu melalui proses belajar yang panjang  dan menjadi milik dari
masing-masing individu masyarakat yang bersangkutan. Kepribadian atau watak tiap-tiap
individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu dalam
keseluruhannya. Gagasan, tingkah laku, atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan dan
dimantapkan pola-polanmya oleh berbagai sistem norma yang seolah olah berada diatasnya.

1. Norma Kelaziman / Kebiasaan (Folkways)

Folkways adalah suatu norma atau tata aturan seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu kegiatan yang diikuti tanpa berpikir panjang dan dilakukan berulang-ulang secara sadar
dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar dengan bentuk yang sama,
melainkan hanya didasarkan atas tradisi atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Folkways lebih dari custom. Custom adalah cara-cara bertindak yang telah diterima oleh
masyarakat. Contoh : cara mengangkat topi, cara duduk, cara-cara peminangan, dan lain-lain.

Folkways dan custom keduanya tidak memerlukan sanksi (ancaman hukuman bagi yang
melanggar suatu aturan). Biasanya orang-orang yag menyimpang dari kelaziman dianggap
aneh, mendapat celaan atau cacian dari masyarakat, ditertawakan, di ejek, dan lain-lain.
Contoh folkways : berpamitan kepada orang tua saat keluar rumah, memberikan salam ketika
bertemu dengan orang yang dikenal saat di jalan, makan dan minum dengan tangan kanan
dan harus duduk (tidak boleh berdiri), mengetuk pintu jika ingin memasuki kamar orang lain,
memakai sepatu dan pakaian dari sisi kanan dahulu, menerima tamu dengan sopan dan
ramah, dan lain-lain.

2. Norma Kesusilaan / Tata Kelakuan (Mores)

Mores adalah suatu aturan atau norma yang berasal dari kebiasaan yang dibuat manusia
sebagai anggota masyarakat yang erat kaitannya dengan hati nurani dengan mencerminkan
sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar untuk melaksanakan
pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Contohnya: sopan
santun dan tingkah laku seperti melarang pembunuhan, larangan incest yaitu larangan
perkawinan antara orang-orang yang dipandang masih berdarah dekat yang akan diusir dari
lingkungan kelompok tempat tinggalnya, memperkerjakan anak di bawah umur, suka
melakukan perampasan/pemalakan, suka bertindak kekerasan dan lain-lain.
Mores biasanya dihubungkan dengan keyakinan keagamaan. Barang siapa melanggar
kesusilaan, biasanya tidak ada hukuman secara langsung. Biasanya diisolir / disingkir oleh
masyarakat dan menjadi pembicaraan masyarakat. Dalam tata kelakuan terdapat unsur
memaksa atau melarang suatu perbuatan seseorang.

Masyarakat biasanya mengamati anggota-anggotanya apakah ada yang menyimpang dari


kesusilaan atau tidak. Bila ternyata ada penyimpangan naka mereka berani melancarkan
ejekan-ejekan, sindiran-sindiran, atau memaksa dan mengusir orang itu untuk meninggalkan
tempat tinggalnya. Tindakan-tindakan masyarakat yang demikian itu disebut social pressure (
social control).

3. Norma Hukum

Norma hukum yaitu suatu rangkaian aturan atau norma yang berasal dari pemerintah
berupa aturan, instruksi, ketetapan, keputusan dan undang-undang dalam suatu negara yang
membatasi tingkah laku dan perbuatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Norma hukum ini ditujukan kepada anggota masyarakat agar mentaati aturan-aturan yang
berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajibam, ataupun larangan, agar dalam masyarakat
tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma hukum lazimnya
dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi.

Norma hukum menghendaki agar hidup di dalam masyarakat tidak ada pelanggaran hak
milik dari kepentingan orang kepada orang lain. Norma hukum dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu :

1. Tertulis, yaitu aturan-aturan yang dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang.


Contoh : hukum pidana , hukum perdata, dan lain-lain.
2. Tidak tertulis (konvensi), aturan-aturan yang diyakini keberadaannya secara adat
meskipun tidak dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang.
Contoh : hukum adat.

Dengan adanya aturan ini dapat membuat orang yang melanggarnya akan mendapatkan
sanksi atau hukuman yang sesuai dengan aturan norma yang  telah ditetapkan, yang biasanya
dapat berupa denda atau hukuman fisik. Sanksi terhadap pelanggar sifatnya paling tegas
dibanding dengan norma-norma lainnya.
4. Mode / Fashion

Mode adalah cara gaya hidup dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-
ubah serta diikuti oleh banyak orang, yang berkembang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat dalam waktu-waktu tertentu.

Biasanya dilakukan dengan meniru atau iseng dan dalam setiap zaman, mode cenderung
untuk selalu berubah-ubah sangat cepat dengan mengikuti trend seiringnya berkembangnya
zaman. Pada dasarnya orang mengikuti mode untuk  mempertinggi gengsi menurut
pandangan pribadi masing-masing, sehingga biasanya bagi orang yang tidak mengikuti mode
biasanya akan dianggap ketinggalan zaman (kuno). Contoh mode : mode rambut, mode
pakaian. Model kendaraan, rumah dan lain-lain.

Berkembangnya mode yang melampaui batas seperti pakaian seksi, rumah mewah, mobil
mewah, kehidupan seronok, dan sebagainya dapat menciptakan konflik baik yang bersifat
individual maupun yang bersifat sosial. Sehingga dengan berkembangnya mode
(fashion) perlu diimbangi dengan penanaman norma-norma agama kepada masyarakat
supaya terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari perkembangan dunia
mode (fashion).

D. Struktur Kebudayaan

Struktur dapat diartikan sebuah susunan yang membahas mengenai bagaimana


terbentuknya suatu bangunan. Dalam kebudayaan, struktur ialah suatu hal yang selalu
dikaitkan dengan sebuah wujud kebudayaan. Wujud kebudayaan dibagi menjadi tiga antara
lain ialah kebudayaan yang berupa gagasan atau wujud ideal, aktivitas atau tindakan, dan
artefak atau hasil karya.

1. Gagasan atau wujud ideal : Wujud ideal kebudayaan ialah merupakan kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya ialah abstrak atau tidak dapat diraba dan disentuh. Wujud
dari kebudayaan ini ialah terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan sebuah gagasan mereka itu ke
dalam bentuk tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan
dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas atau tindakan : Aktivitas ialah merupakan wujud kebudayaan yang
dilakukan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu sendiri.
Wujud ini sering juga disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial inilah yang
biasanya terdiri dari berbagai aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia-manusia yang lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, yaitu terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak atau hasil karya : Artefak ialah merupakan wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia-manusia dalam
masyarakat yang berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara diantara ketiga wujud
kebudayaan tersebut. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dengan wujud kebudayaan yang lainnya.
Sebagai contoh wujud kebudayaan ideal yang mengatur dan memberi arah kepada
tindakan atau aktivitas dan karya artefak manusia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang
terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi
seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Saran
Kita sebagai manusia yang berbudaya harus dapat berprilaku sesuai norma atau aturan
yang menjadi kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Kita juga wajib
menghormati kebudayaan dengan selalu menjaga dan memelihara kebudayaan tersebut.

Sebagai manusia yang tidak ingin tertinggal oleh zaman tentu kita selalu mengikuti
kemajuan teknologi namun kita sebagai manusia yang mempunyai budaya juga harus mampu
menyaring setiap dampak positif dan negative  dari masuknya kebudayaan asing sehingga
kita bisa menjaga kebudayaan asli kita.
DAFTAR PUSTAKA

Astrid Susanto. 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta

Setiadi Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008)

Soekanto, Soerjono.”Sosiologi Suatu Pengantar”.1990. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai