Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar abu dalam sampel sosis sapi
dan tahu putih lewat proses pengabuan dengan tanur. Prinsip dan metode percobaan
ini adalah dilakukan preparasi cawan porselin, pengujian kadar air dilakukan 2 hari
sebelum praktikum, sampel diabukan pada tanur selama 4 jam dengan suhu 550C,
setelah itu diangkat dan dimasukkan desikator selama 15 menit dan ditimbang
beratnya. Berdasarkan percobaan yan telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kadar
abu pada sampel sosis sapi sebesar ... dan kadar abu pada sampel tahu putih sebesar...,
sehingga dapat disimpulkan bahwa.....

Kata kunci : abu, cawan, tahu, sosis,

PENDAHULUAN

Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Setiawan
et al., 2012). Bahan makanan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari memiliki
banyak kandungan mineral didalamnya. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan
dapat merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik.
Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organik
(Nur et al., 2016). Salah satu zat gizi yang dibutuhkan tubuh adalah mineral. Mineral
memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel,
jarinan, organ, maupun fungsi tubuh secara keselutuhan. Mineral juga berperan dalam
berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim
(Salamah et al., 2013). Mineral dibagi menjadi 2 berdasarkan fungsinya yaitu,
golongan essensial dan non-essensial, sedangkan berdasarkan banyaknya dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral mikro sendiri
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar seperti Ca, P, K, Na, S, dan Mg (Arifin,
2009). Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik atau kadar abu. (Liyanan et al., 2015). Pangan merupakan
sumber mineral esensial bagi kesehatan tubuh manusia. Mineral esensial adalah
mineral yang harus diperoleh dari diet karena tubuh tidak dapat membuat atau
mendapatkan sendiri. Mineral esensial terbagi dalam dua kelas yaitu mineral makro
dan mineral mikro (trace element). Yang terakhir diperlukan dalam jumlah yang
sangat kecil dan mempunyai batas aman yang sempit atau toxisitas yang tinggi.
Fungsi mineral esensial adalah menjadi bagian dari enzim-enzim atau hormone yang
berperan dalam berbagai metabolisme tubuh atau menjadi bagian structural molekul
seluler. Nilai biologis mineral esensial pangan berarti sampainya senyawa-senyawa
tersebut dalam sel setelah melalui pencernaan, penyerapan, distribusi melalui darah,
penyerapan ke dalam sel dan penggunaan oleh sel (Palupi et al., 2009).

MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, A., O. Andrio, dan P. Coniwanti. 2012. Pengaruh komposisi pembuatan
biobriket dari campuran kulit kacang dan serbuk gergaji terhadap nilai pembakaran. J.
Teknik Kimia, 2(18): 9-16.

Nur, T., A. R. Noor, dan M. Elma. 2016. Pembuatan pupuk organik cair dari sampah
organik rumah tangga dengan penambahan bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). J. Konversi, 5(2) ; 5-12.

Arifin, Z. 2009. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. J. Penelitian dan Pertanian, 27(3): 99-105.

Liyanan, E. Septianingrum, dan B. Kusbiantoro. 2015. Kandungan unsur mineal seng


(Zn), biovailabilitas dan biofortifikasinya dalam beras. J. Sungkai, 3(2) : 65-74.

Salamah, K., S. Purwaningsih, dan R. Kurnia. 2012. Kandungan mineral remis


(Corbicula Javanica) akibat proses pengolahan. J. Akuatika, 3(1): 74-83.

Palupi, N. S., F. R. Zakaria, dan E. Prangdimurti. 2009. Evaluasi Nilai Biologis


Vitamin dan Mineral. Dalam: Modul 13. Metode Evaluasi Nilai Biologis
Vitamin & Mineral. Hal. 1—15.

Anda mungkin juga menyukai