Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI

KEHAMILAN POST TERM

Oleh :

Ayu Rahayu Pribadini Nelwan

NRI : 14014101142

Masa KKM : 18 Mei – 31 Mei 2020

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
DEFINISI
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Angka kejadian post term sebanyak 10% dari
seluruh jumlah kelahiran per tahun. Data statistik menunjukkan angka kematian janin
dalam kehamilan post term lebih tinggi dibandingkan dalam kehamilan cukup bulan
yaitu 5-7%.1

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian kehamilan Post Term terbanyak 10% dari seluruh jumlah
kelahiran pertahun. Data statistik menunjukkan, angka kematian janin dalam kehamilan
post term lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, angka kematian
kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%. Variasi insiden post term berkisar antara 2-
31,37%. Permasalahan pada kehamilan post term adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2 dan O2 sehingga janin mempunyai risiko
asfiksia sampai kematian dalam rahim.2

ETIOLOGI
Pada kehamilan post-term juga dapat terjadi pertambahan berat janin dalam
rahim dan ini meningkatkan risiko persalinan yang berat. Penyebab kehamilan postterm
sampai saat ini belum jelas, beberapa teori yang diajukan umumnya menyatakan bahwa
terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan
seperti pengaruh progesteron, oksitosin dan lain-lain. Ada beberapa faktor yang bisa
menempatkan seorang wanita menjadi golongan berisiko tinggi seperti primipara,
riwayat kehamilan post-term sebelumnya, dan jenis kelamin bayi laki-laki. Kehamilan
post-term ini sering ditemukan pada kelompok usia 20-35 tahun. Tetapi hal tersering
penyebab diagnosis kehamilan postterm adalah kesalahan dalam penanggalan.
Penggunaan perhitungan HPHT sebagai penentu usia kehamilan sering tidak akurat.
Pasien yang lupa tanggal HPHT ditambah lagi dengan variasi fase luteal dan follicular
dari siklus menstruasi berakibat pada kesalahan yang dapat berupa bertambahnya usia
kehamilan.3

PATOGENESIS
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa persalinan postterm dapat
meningkatkan risiko penurunan nilai Activity, Pulse, Grimace, Appearance, Respiration
(APGAR) pada bayi baru lahir pada menit pertama dan kelima, serta meningkatkan
risiko kejadian disabilitas pada intelektual bayi. Pada beberapa kasus persalinan
postterm, bayi postmatur nampak kecil, kurang gizi dan asfiksia sebagai akibat
penurunan fungsi respirasi dan nutrisi pada plasenta yang bertambah usianya. Insiden
postmaturitas fetal pada kehamilan postmatur adalah 20%. Hal ini disebabkan mulai
pada kehamilan usia 42 minggu terjadi proses penuaan plasenta yang dibuktikan dengan
adanya penurunan pada kadar estriol dan plasental laktogel. Rendahnya fungsi plasenta
mengakibatkan menurunnya pemasokkan makanan dan oksigen sehingga terjadinya
spasme arteri spinalis dan janin akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan
penurunan berat.4

PENATALAKSANAAN
Pasien yang mengalami kehamilan postterm memiliki skor bishop kurang dari 5
yaitu sebanyak 30 orang (75%). Proses pematangan serviks dapat dipengaruhi hormon
lain seperti estrogen yang dapat menstimulasi aktifitas degradasi yaitu degradasi dari
kolagen serviks dan progesteron bersifat kebailkannya yaitu memblokade aktifitas
tersebut. Sehingga tingginya kadar progesteron pada wanita ataupun kurangnya kadar
estrogen seperti pada kelainan gen x-linked recessive defisiensi sulfatase plasenta,
pematangan serviks menjadi terhambat untuk terjadi.
Di RS M.Djamil hal ini mungkin terjadi karena adanya kesalahan penghitungan
usia kehamilan, sehingga kadar progesteron ibu tersebut masih tinggi dan
mengakibatkan belum matangnya serviks. Di RS M.Djamil sebagian besar ibu juga
melahirkan dengan cara seksio sesarea yaitu sebanyak 21 orang (52,5%) dengan
indikasi terbanyak adalah gagal drip. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Weerawatwat et al yang mendapatkan persalinan dengan seksio sesarea pada kasus
kehamilan postterm hanya terjadi pada 23,7% pasien. Menurut teori, drip oksitosin akan
lebih efektif menstimulasi kontraksi uterus apabila serviks telah matang. Oleh sebab itu,
mungkin rendahnya angka persalinan pervaginam pada ibu yang telah diberikan drip
oksitosin dan tingginya insiden seksio sesarea pada kehamilan postterm di RS M.Djamil
dikarenakan kurang diberlakukannya prosedur pematangan serviks.3

KOMPLIKASI
Persalinan postterm ini cukup berisiko karena dapat menimbulkan komplikasi baik pada
ibu maupun pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan postterm
dapat meningkatkan risiko kejadian endometritis, perdarahan postpartum, dan
thromboembolic disease pada ibu bersalin. 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Qodarsih L. Hubungan Kehamilan Post Term Dengan Kejadian Asfiksia Pada


Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr Soedirman Kebumen
2. Mulia P U. Hubungan Kehamilan Post Term Dengan Kejadian Asfiksia Pada
Bayi Baru Lahir Di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul Tahun 2013
3. Yulistiani A, Moendanoe Y, Lestari Y. Gambaran Karakteristik Ibu,
Penanganan Persalinan, dan Fetal Outcome pada Kehamilan Post-term
4. Maulinda A, Rusdyati T. Hubungan Usia, Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Persalinan Postterm Jurnal Berkala Epidemiologi Volume 6 Nomor 1 (2018) 28

Anda mungkin juga menyukai